cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
WALISONGO
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Jurnal Walisongo adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian IAIN Walisongo Semarang. Jurnal ini memiliki spesifikasi sebagai media untuk mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang sosial keagamaan Islam. Jurnal ini terbit berkala setiap enam bulan sekali pada bulan Mei dan November
Arjuna Subject : -
Articles 92 Documents
STRATEGI PENINGKATAN MUTU PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM BERBASIS BALANCED SCORECARD dkk., Machasin
WALISONGO Vol 19, No 2 (2011): Walisongo, Pendidikan
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   This study is a policy research, which use STAIN in Central Java as objects of research, while faculty, students, employees, officers and graduates of the unit being analyzed. The analysis technique used is exsploratif descriptive. To implement the balanced scorecard at STAIN would require accurately data and documents, it is to be aware of changes in key indicators that can be used as the basis of evidence the organization’s activities. In this study, the perspective which used is the perspective of stakeholders, administrative and financial management, and the teaching and learning process, work ethos, culture and good governance. The results of the five perspective are refered to the differences of implementation, but for administrative and financial management perspective STAIN, in Central Java, faced the same thing that is the not optimal care units so that are still limited contribution to STAIN revenue.   *** Kajian ini merupakan kajian kebijakan, yang menggunakan STAIN di Jawa Tengah sebagai obyek penelitian, dengan pejabat fakultas, mahasiswa, pegawai, dan lulusan yang menjadi obyek analisis. Teknik analisis yang digunakan adalah deskriptif eksploratif, dengan perspektif stakeholder, pejabat administratif dan keuangan, proses belajar mengajar, etos kerja, budaya, dan dan good governance. Hasil dari lima perspektif ini menunjukkan adanya perbedaan implementasi, sementara dari perspektif pengelola administrasi dan keuangan menghadapi masalah yang sama yaitu tidak optimalnya unit-unit perawatan sehingga masih kecil kontribusinya bagi perolehan STAIN.   Keywords: balanced scorecard, mutu PTAI, STAIN
PERGESERAN MITOLOGI PESANTREN DI ERA MODERN Junaidi, Arif
WALISONGO Vol 19, No 2 (2011): Walisongo, Pendidikan
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   The main problem of this study is how to root, pattern and function of beliefs about karamah of the kiai pesantren Futuhiyyah Mranggen Demak and the extent of the shift of mythology that occurred at the school in line with the social changes in the modern era. This study is a field research. The paradigm used in this study is a qualitative paradigm, because the study intended to find meaning. The findings of this study is that the lives of the kiai in the pesantren Futuhiyyah also widely covered by the myths of “kiaiship”, it is a belief that the kiai has karamah.   *** Masalah utama dari kajian ini adalah mencari akar, pola, dan fungsi keyakinan mengenai karamah kiai pesantren Futuhiyah Mranggen Demak dan sejauh mana pergeseran mitologi yang terjadi di kalangan masyarakat sejalan dengan perubahan masyarakat di era modern ini. Kajian ini merupakan kajian lapangan. Paradigma yang digunakan adalah kualitatif karena kajian ini berupaya menemukan makna. Adapun penemuan dari kajian ini adalah bahwa kehidupan kiai di pesantren Futuhiyah Mranggen juga diliputi mitos kiai, dalam makna keyakinan bahwa kiai memiliki karamah. Keywords: mitologi, pesantren, karamah, kiai
FUNDAMENTALISME AGAMA Rosidah, Nur
WALISONGO Vol 20, No 1 (2012): Walisongo, Fundamentalisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   Al-Qur’an frequently stated as a basic source for violence and terror as well as Islamic fundamentalism. This is because materially there are some provocativeagitative verses in al-Qur’an for violence doer and terrorist. This article discussed about the way to study Qur’an verses on violence and the interpretation methodology applied to understanding that verses. *** Al-Qur’an seringkali dinyatakan sebagai landasar perilaku kekerasan dan terror serta fundamentalisme Islam. Hal ini karena secara material terdapat beberapa ayat di dalam al-Qur’an yang provokatif dan agitatif untuk terjadinya kekerasan dan teror. Artikel ini membahas tentang cara melakukan kajian ayat-ayat al-Qur’an tentang kekerasan dan metode interpretasi yang diterapkan untuk memahami ayat tersebut.   Keywords: al-Qur’an, interpretasi, kekerasan, fundamentalisme
ISLAM DAN OTORITAS KEAGAMAAN Rumadi, Rumadi
WALISONGO Vol 20, No 1 (2012): Walisongo, Fundamentalisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   Is religion possible to grow without any authority? Generally people responded the question with two speculative answers: “religion can be and grow without any authority” and “religion can not be and grow without any authority”. The first opinion is based on the argumentation that religion constitutes a divine total comprehension. It does not need any other than the submission of human being to God. Meanwhile, the second opinion is based on the argumentation that religion constitutes individual rights to communicate and submit to God, but in social sphere the development of religion needs “distributors” having credibility to speak and transmit religious messages. However, in fact, religious authority is not a static one, but dynamic. Levels of religious authority and inter relation between the authority levels is a part of the dynamics.   ***   Mungkinkah agama tumbuh tanpa otoritas?Pada umumnya jawaban atas pertanyaan ini ada dua:”agama dapat tumbuh tanpa otoritas” dan “agama tidak dapat tumbuh tanpa otoritas”, Pandangan pertama didasarkan pada argumentasi bahwa agama merupakan pemahaman total terhadap ketuhanan. Yang dibutuhkan dalam konteks ini adalah ketundukan terhadap Tuhan semata. Sementara pandangan kedua didasarkan pada argumentasi bahwa agama merupakan hak individual untuk berkomunikasi dan menyerahkan diri kepada Tuhan,namun di dalam lingkup sosial perkembangan agama membutuhkan “penyebar” yang memiliki kredibilitas untuk berbicara dan menyampaikan pesan-pesan agama. Namun demikian, dalam kenyataannya otoritas agama bukan merupakan hal yang statis, namun dinamis. Tingkat otoritas keagamaan dan inter relasi antar tingkat-tingkat otoritas merupakan bagian dari dinamika tersebut.   Keywords: otoritas, wacana keagamaan, otoritas keagamaan, otoritas Politik
SPIRITUALITAS KAUM FUNDAMENTALIS Musyafiq, Ahmad
WALISONGO Vol 20, No 1 (2012): Walisongo, Fundamentalisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   One of the most important phenomenon that characterized the begining of XXI century is the blossom of spiritual activities. Broadly speaking, there are two model of spiritualities: institutional spirituality like tarekat and non-institutional spirituality. This article focus on how religious study that so far executed by Hizbut Tahrir Indonesia Central Java, which much pertained to the main themes of tasawuf study, like purification of heart, tawakkal, ikhlas, sabar, etc. But because they rejected tasawwuf, so they applied the term of spirituality.   *** Salah satu fenomena terpenting yang yang mencirikan awal abad ke XXI adalah berkembangnya aktifitas spiritual. Secara luas, ada dua model spiritualitas:  spiritualitas institusional seperti tarikat dan spiritualitas non-institusional. Artikel ini memfokuskan pada bagaimana kajian agama yang selama ini dilakukan oleh Hizbut Tahrir Indonesia in central Java yang terkait erat dengan tema-tema utama dalam kajian tasawuf seperti pemurnian hati, tawakkal, ikhlas, sabar, dan lain-lain. Namun karena mereka menolak tasawuf maka mereka mereka menggunakan spiritualitas.   Keywords: spiritualitas, fundamentalisme, HTI
RADIKALISME ISLAM DAN UPAYA DERADIKALISASI PAHAM RADIKAL Rokhmad, Abu
WALISONGO Vol 20, No 1 (2012): Walisongo, Fundamentalisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   Educational institutions are supposedly not immune from the influence of radical ideology. This research concluded that: (1) Some teachers acknowledged that the concept of radical Islam may have been spread among students because of their lack of religious knowledge; (2) The units of Islamic study in the schools is progressing well but there is no guarantee of immune from radicalism since most of the learning process is released to a third sides; (3) In the textbooks and worksheets there are various statements that may encourage students to hate other religions and other nations. It can be concluded that the strategy of deradicalization may be implemented are preventive deradicalization and preservative deradicalization of moderate Islam, andcurative deradicalization.   *** Lembaga-lembaga pendidikan diduga tidak kebal terhadap pengaruh ideology radikal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa: (1) Beberapa guru mengakui adanya konsep Islam radikal yang mungkin menyebar di kalangan siswa karena kurangnya pengetahuan keagamaan; (2) Unit-unit kajian Islam di sekolahsekolah berkembang baik namun tidak ada jaminan adanya kekebalan dari radikalisme karena proses belajarnya diserahkan kepada pihak ketiga; (3) Di dalam buku rujukan dan kertas kerja terdapat beberapa pernyataan yang dapat mendorong siswa untuk membenci agama atau bangsa lain. Dapat disimpulkan bahwa ada beberapa strategi deradikalisasi yang dapat diimplementasikan yaitu deradikalisasi preventif, deradikalisasi preservatif terhadap Islam moderat, dan deradikalisasi kuratif.   Keywords: radikalisme, PAI, deradikalisasi
MENUJU DIALOG ISLAM – KRISTEN: Perjumpaan Gereja Ortodoks Syria dengan Islam Arifin, Zaenul Arifin
WALISONGO Vol 20, No 1 (2012): Walisongo, Fundamentalisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   Conflict between Christianity and Islam prevailed the pages of the history of religion. Having a common origin, the two religions always stuck in a violent conflict. This article try to explore deeply the Syrian Orthodox Church, and find out the common roots with Islam. It is found the parallelization in any theological aspect of Christianity and Islam, especially in the observance of religious duties. The data cought will have an importance in developing the dialog between Islam and Christian.   *** Konflik antara Kristen dengan Islam tampil dalam sejarah agama. Karena memiliki sumber asal yang sama, kedua agama selalu terlibat dalam kontak kekerasan. Tulisan ini mencoba untuk mengkaji secara mendalam geraja orthodoks Syria dan ditemukan akan adanya akar yang sama dengan Islam. Ditemukan pula adanya paralelisasi dalam aspek teologinya, khususnya pelaksanaan kewajiban agama. Data yang didapatkan menunjukkan arti penting dalam pengembangan dialog antara Islam dengan Kristen   Keywords: Gereja Ortodoks Syria, paralelisasi agama, tugas keagamaan, dialog
THE LUTHER OF SHI’I ISLAM al-Qurtuby, Sumanto
WALISONGO Vol 20, No 1 (2012): Walisongo, Fundamentalisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   This paper examines socio-historical roots of the emergence of the idea of “Islamic Protestantism” within Iranian Shi’i tradition. The central focus of this study is to present thoughts and activities of so-called “Iranian Luthers” as the agents, actors, and prime movers of the birth of Islamic reformation in Iran. These actors whose ideas of Islamic reformation have had great influences and reached broader audiences beyond Iranian territory include Sayyid Jamal al-Din al-Afghani, Ali Shari’ati, Mehdi Bazargan, Hashem Aghajari, and Abdul Karim Soroush. There are a number of Iranian reformers deserve credits for their thoughtful, controversial ideas of Islamic reformations. These Iranian reformers are considered “the Luthers of Islam” for their deep admiration of Martin Luther’s Protestant Reformation, and their calls for Islamic reformation just like Luther did in the sixteenth century Europe. By the socio-historical and descriptive analysis, this paper is not intended to compare two religious reformations in Iran and Europe, but rather to study and analyze their notions with regard to Islamic reformation.   *** Artikel ini membicarakan tentang akar sosio-historis munculnya gagasan “Protestanisme Islam” dalam tradisi Syi’ah Iran, dengan fokus kajian pemikiran dan gerakan yang disebut “Luther Iran” sebagai agen, aktor, dan penggerak utama lahirnya reformasi Islam di Iran. Ide-ide reformasi Islam memiliki pengaruh besar dan mencapai khalayak yang lebih luas di luar wilayah Iran termasuk Sayyid Jamal al-Din al-Afghani, Ali Shari’ati, Mehdi Bazargan, Hashem Aghajari, dan Abdul Karim Soroush. Sejumlah reformis Iran layak mendapatkan perhatian karena pemikiran, ide-ide kontroversial mereka dalam reformasi Islam. Para reformis Iran dianggap sebagai “Luther Islam” karena kekaguman mendalam mereka terhadap Martin Luther, dan mereka menghendaki reformasi Islam seperti yang terjadi pada masa Luther di Eropa abad keenam belas. Dengan analisis sosio-historis dan deskriptif, tulisan ini tidak dimaksudkan untuk membandingkan dua reformasi keagamaan di Iran dan Eropa, melainkan untuk mempelajari dan menganalisis gagasan-gagasanmereka mengenai reformasi Islam.   Keywords: Iranian Shi’i Tradition, Iranian Luthers, Islamic reformation, Islamic Protestantism
MUJAHID VERSUS TERORIS Supena, Ilyas
WALISONGO Vol 20, No 1 (2012): Walisongo, Fundamentalisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   War of opinions about the victims of Bali blast in public media was observed in two national newspaper, Republika and Kompas. Although the both newspapers are of national level, but in fact the request to be objective in informing opinions toward all community class and groups is some-thing difficult to achieve. This is based in the idea that every communication action contains any interrest—the more in mass media. In the side of Republika the execution of Amrozi seen as universal humanity problem, meanwhile for Kompas it only seen as local case that is related to the persons involved in the incident. Republika provides enough room for developing the discourse on jihad and terorism in order to build a counter opinion on the news that oftenly offense Amrozi meanwhil Kompas convines it self for not to involve in the discourse of theology.   *** Perang opini tentang korban ledakan Bali di media massa diamati di dua surat kabar nasional, yaitu Republika dan Kompas. Walaupun kedua surat kabar tersebut berskala nasional, namun dalam kenyataannya tuntutan untuk obyektif dalam menyampaikan opini kepada masyarakat merupakan hal yang sulit. Ini didasarkan pada gagasan bahwa setiap tindakan komunikasi mengandung kepentingan. Di pihak Republika ekskusi Amrozi dipandang sebagai masalah kemanusiaan universal, sementara bagi Kompas ekskusi tersebut hanya dipandang sebagai kasus lokal yang terkait dengan pribadi yang terlibat dalam kejadian tersebut. Republika memberikan ruang yang cukup bagi pengembangan diskursus mengenai jihad dan terorisme dalam rangka untuk membangun opini imbangan terhadap berita-berita yang seringkali menentang Amrozi sementara Kompas membatasi diri untuk tidak masuk ke dalam diskursus teologi.   Keywords: Republika, Kompas, bom Bali, Amrozi, counter pendapat
KEBENARAN HEGEMONIK AGAMA Tajrid, Amir
WALISONGO Vol 20, No 1 (2012): Walisongo, Fundamentalisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   Anarchic violence against jamaah Ahmadiyah and “Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB)” by Front Pembela Islam (FPI) constitutes a form of truth claim among religious groups in religious society. The religious interpretation which formerly opened now reduced to become the closed interpretation. The formerly is the substantive interpretation now become the hegemonic interpretation. This is one of the greatest theological challenge facing by religious community. This article will show the patterns of attitude and idea among religious comminity members which stimulate hegemonic truth claim in order to find out the friendly, egalitarian, and tolerant forms of religions, so the hegemonic truth claim of the religion should be avoided.   *** Kekerasan anarkis yang ditujukan kepada jamaah Ahmadiyah dan “Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB)” oleh Front Pembela Islam (FBI) merupakan bentuk klaim kebenaran di antara kelompokkelompok agama di dalam masyarakat agama. Interpretasi agama yang sebelumnya terbuka kini menjadi tertutup. Sebelumnya interpretasinya bersifat substantif namun kini menjadi hegemonik. Inilah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh komunitas agama saat ini. Artikel ini akan membahas pla sikap dan ide di kalangan anggota komunitas yang mencetuskan klaim kebenaran yang hegemonik dalam rangka untuk menemukan bentuk keberagamaan yang bersahabat, egalitarian, dan toleran sehingga klaim kebenaran hegemonik agama dapat dihindari.   Keywords: kebenaran hegemonik, kebenaran substantif, klaim kebenaran  

Page 3 of 10 | Total Record : 92