cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
WALISONGO
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Jurnal Walisongo adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian IAIN Walisongo Semarang. Jurnal ini memiliki spesifikasi sebagai media untuk mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang sosial keagamaan Islam. Jurnal ini terbit berkala setiap enam bulan sekali pada bulan Mei dan November
Arjuna Subject : -
Articles 92 Documents
IMAGINING HELL: A Burkeian Analysis of Indonesian Religious Afterlife Images Suwarno, Peter
WALISONGO Vol 20, No 2 (2012): Walisongo, Spiritualisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract   This paper is not only dealing with depiction of hell (divine punishment) which is very popular depicted by the speech and media news in Indonesia, but also description on meaning, and the possibility on motive behind that description. Applying Burke theory on logology, this paper revealed that the depiction of hell punishment constituted the ritual of purity. Based on the cycle of order, feeling of guilty, redemption through sacrifice to achieve the purity, general depiction on hell are a reflection of the challenges and complexity of legal rules and regulation that exactly will be broken off. This violation of the rule creates a sense of guilty and sin which come out as all the problems and difficulties that the majority of Indonesian must hold – the situation that generates scapegoat. The victims of the scapegoat became the apparent sinners, and the punishment is the sacrifaction which create satisfaction and a sense of clean up.   *** Tulisan ini tidak hanya untuk membahas penggambaran neraka (hukuman akhirat) yang sangat populer sebagaimana digambarkan dalam pidato dan media di Indonesia, tetapi juga untuk mengungkapkan makna dan kemungkinan motif di balik gambaran tersebut. Dengan teori logologi Burke, tulisan ini mengungkapkan bahwa penggambaran siksaan neraka merupakan ritual pemurnian. Berdasarkan siklus ketertiban, rasa bersalah, penebusan melalui pengorbanan untuk mencapai kemurnian, gambaran hukuman di neraka adalah cerminan dari tantangan dan kompleksitas aturan dan hukum yang pasti akan dilanggar. Pelanggaran ini menciptakan rasa bersalah dan dosa yang diwujudkan dalam bentuk semua masalah dan kesulitan bahwa mayoritas penduduk Indonesia harus tahan-situasi yang menimbulkan kambing hitam. Para korban yang merupakan kambing hitam menjadi orang berdosa terkutuk, yang hukumannya merupakan sebuah pengorbanan, menciptakan kepuasan dan rasa dibersihkan.   Keywords: imagining, hell, Burke theory, scapegoats, sacrifice
PENGALAMAN BERSUA TUHAN: Prespektif William James dan al-Ghazali Komarudin, Komarudin
WALISONGO Vol 20, No 2 (2012): Walisongo, Spiritualisme
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstract Experience of meeting God constitutes an interresting phenomenon and become the focus of interrest of many disciplines. Psychology and tasawuf are two disciplines which focusedly study this phenomenon applying different approaches. Ghazali is the representative of the dicsipline of tasawwuf and William James is the representative of the dicsipline of psychology. The both experts applied the different approaches in studying the religious experiences. Epistemological base on which William James used , has the scientific accountability but less accurate in the source of knowledge. In other side, Ghazali has a deep source of knowledge but less of rationality. An effort to compromise the both approach in order to study about the experience of meeting God will result in a comprehensive, deep, and objective depiction. *** Pengalaman bersua Tuhan merupakan fenomena yang menarik dan menjadi titik perhatian banyak disiplin ilmu. Psikologi dan tasawuf merupakan dua disiplin ilmu yang memfokuskan kajiannya pada fenomena ini dengan menerapkan pendekatan yang berbeda. Ghazali adalah representasi dari disiplin ilmu tasawuf dan William James adalah representasi disiplin ilmu psikologi. Kedua ahli tersebut menggunakan pendekatan yang berbeda dalam mengkaji pengalaman keagamaan. Basis epistimologi yang digunakan oleh James memiliki akuntabilitas ilmiah namun kurang akurat dalam sumber pengetahuannya. Di sisi lain Ghazali memiliki sumber pengetahuan yang dalam namun kurang dari sisi rasionalitas. Upaya untuk mengkompromikan kedua pendekatan dalam rangka untuk mengkaji pengalaman bersua Tuhan akan menghasilkan penggambaran yang dalam dan obyektif. Keywords: pengalaman religius, ma’rifat, psikologi, tasawuf BIBLIOGRAFI Ali, Yunasril, Manusia Citra Ilahi, Jakarta: Paramadina, 1997. Ansari, Muhammad Abd. Haq, Merajut Tradisi Syari`ah dengan Sufisme, terj. Achmad Nashir Budiman, Jakarta: Grafindo Persada, 1997. Arberry, A.J., Sufism: An Account of the Mystics of Islam (Pasang Surut Aliran Tasawuf), terj. Bambang Herawan, Bandung: Mizan, 1989. Azhari, Noer, Kautsar, Ibn al-‘Arabi Wahdat al-Wujud dalam Perdebatan, Jakarta: Paramadina, 1995. Atkinson, et.all., Pengantar Psikologi jilid 1-2, terj. Dra. Nurdjannah Taufiq, Jakarta: Erlangga, 1993. Bakar, Osman, Hierarkhi Ilmu Membangun Rangka-Pikir Islamisasi Ilmu, terj. Purwanto, Bandung: Mizan, 1997. Chittick, William C., The Sufi Path of Knowledge, terj. Ahmad Nidjam, M.Sadat Ismail. Dan Ruslani, Yogyakarta: Qalam, 2001. Devidoff, Linda L., Psikologi Suatu Pengantar, Jakarta: Erlangga, 1988. al-Faruqi, Isma’il Raji, Tauhid, terj. Rahmani Astuti, Bandung: Pustaka, 1982. Fathurahman, Oman, Menyoal Wahdatul Wujud Kasus Abdurrauf Singkel di Aceh Abad 17, Bandung: Mizan, 1999. Gazur-i-Ilahi, Shayk Ibrahim, Mengungkap Misteri Sufi Besar Mansur al-Hallaj “Ana ‘l-ḥaqq,” terj. Hr. Bandaharo dan Joebaar Ajoeb, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000. Ghazali, Miskāt al-Anwār (Miskat Cahaya-cahaya), terj. Muhammad Bagir, Bandung: Mizan, 1992. __________, Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn, Indonesia: Dar Ihya al-Kutub al-‘Arabiyah, t.th. __________, al-Munqid min ’l-Ḍalāl, Beirut: Dar al-Fikr, 1996. __________, al-Tibr al-Masbūq fi Naṣāih al-Muluk, Riyad: Dar al-Azariyah, 1994. __________, Majmū Rasā’il, Beirut: Dar al-Fikr, 1996. __________, Kimiya al-Sa‘ādah, Beirut: al-Maktabah al-Syabiyah, t.th. __________, al-Qawā‘id al-‘Ashrah, Beirut: al-Maktabah al-Syabiyah, t.th. Hallaj, al-Husain ibn Manshur, al-Thawwasin, Paris: t.p., 1913. Hidayat, Komaruddin dan Muhammad Wahyuni Nafis, Agama Masa Depan Perspektif Filsafat Perenial, Jakarta: Paramadina, 1995. Hidayat, Komaruddin, Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutik, Jakarta: Paramadina, 1996. Hujwiri, ‘Ali ‘Utsman, Kasyf al-Mahjub, terj. Suwardjo Muthary dan Abdul Hadi W.M., Bandung: Mizan, 1993. Iqbal, Muhammad, The Reconstruction of Religious in Islam (Pembangunan Kembali Alam Pikiran Islam), terj. Osman Raliby, Jakarta: Bulan Bintang, 1883. Izutsu, Toshihiko, Relasi Tuhan dan Manusia, terj. Agus Fahri Husein, Supriyanto Abdullah, dan Amirudin, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997. James, William, The Varieties of Religious Experience, terj. Gunawan Admiranto, Bandung: Mizan, 2004. __________, The Will to Believe and Human Immortality, New York and Chicago: Bob Corbett, 1987. __________, Pragmatism: and Four Essays from The Meaning of Truth, New York: Meridian Books, 1959. Kalabadzi, ibn Abi Ishaq Muhammad ibn Ibrahim, al-Ta‘āruf li Madhhab Ahl al-Taṣawwuf (Ajaran Kaum Sufi), terj. Rahmani Astuti, Bandung: Mizan, 1995. Khaja Khan, Khan Sahib, Tasawuf Apa dan Bagaimana, terj. Achmad Nasir Budiman, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995. King, Richard, Orientalism and Religion Postcolonial Theory, India and ‘the Mystic East’ (Agama, Orientalisme, dan Poskolonialisme), terj. Agung Prihantoro, Yogyakarta: Qalam, 2001. Madjid, Nurcholish, et.all, Kontektualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah, Jakarta: Paramadina, 1995. Massignon, Louis, Al-Hallaj Sang Sufi Syahid, terj. Dewi Candraningrum, Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2001. Masyhur, Kahar, Meninjau Berbagai Ajaran, Jakarta: Kalam Mulia, 1986. Mubarak, Zaki, at-Tasawwuful Islami fi Adab wa Akhlaq, Jil. II, Mesir: t.p., 1938. Muhammad, Hasyim, Dialog antara Tasawuf dan Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002. Murata, Sachiko, The Tao of Islam, terj. Rahmani Astuti dan M.S. Nasrullah, cet. ke- 2, Bandung: Mizan, 1997. Nasr, Seyyed Hossein, Intelektual Islam Teologi Filsafat dan Gnosis, terj. Suharsono dan Jamaluddin MZ, Yogyakarta: CIIS, 1995. __________, Knowledge and the Secred (Pengetahuan dan Kesucian), terj. Suharsono, Yoryakarta: Pustaka Pelajar, 1997. __________, Islamic Art and Spirituality (Spiritualitas dan Seni Islami), terj. Drs. Sutejo, Bandung: Mizan, 1993. Nata, Abuddin, Metodologi Studi Isla m, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001. Nawawi, Hadari, Hakekat Manusia Menurut Islam, Surabaya: al-Ikhlas, 1993. Pals, Daniel L., Seven Theories of Religion, terj. Ali Noer Zaman, Yogyakarta: Qalam, 2001. Sadra, Mulla, Kearifan Puncak, terj. Dr.Ir. Dimitri Mahayana dan Ir. Dedi Djunardi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001 Sagiran, Mukjizat Gerakan Shalat, Jakarta Selatan: Qultummedia, 2007 Schimmel, Annemarie, Dimensi Mistik Dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Firdaus, 2000. Schoun, Frithjof, Sufism: Veil & Quintenssence (Tasawuf Prosesi Ritual Menyingkap Tabir Mencari Yang Inti), terj. Tri Wahono Budhi Santoso, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000. Soedjarwo, Dja’far, al-Janibul Illahi, Aspek Ketuhanan Sebagian dari Rasional Islam, Surabaya: al-Ikhlas, 1993. Stevenson, Leslie dan David L. Haberman, Ten Theories of Human Nature (Sepuluh Teori Hakekat Manusia), terj. Yudi Santoso dan Saut Pasaribu, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 2001 Taftazani, Abu al-Wafa’ al-Ghanimi, Sufi dari Zaman ke Zaman, terj. Ahmad Rofi’ Utsmani, Bandung: Pustaka,1985. Tholuck, Priedrich August Deofidus, Sufisme sive Theosophia Persarum Pantheistica, Berlin: t.p.,1921. Yazdi, Mehdi Ha’iri, Ilmu Huḍuri, terj. Ahsin Mohammad, Bandung: Mizan, 1992. Walgito, Bimo, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta: Andi, 2002. Wilcox, Lynn, Sufism and Psychology (Psychosufi), terj. Soffa Ihsan, Jakarta: Pustaka Cendekia Muda, 2007. Wirawan, Sarlito, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1982.
DEPICTION OF COMMON ENEMIES IN RELIGIOUS SPEECH: The Role of the Rhetoric of Identification and Purification in Indonesian Religious Conflicts Suwarno, Peter
WALISONGO Vol 21, No 1 (2013): Walisongo,Resolusi Konflik
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractThe role of common enemies in speech on religious issues have contributed toreligious tension, conflict and even violence in Indonesia. It will select the mostrepresentative and most frequently used key terms from religiously related speechesand other texts containing the portrayal of common enemies. Using Burke’s theoriesof identification, this paper will explain the important roles of common enemies ingroup unity and in achieving certain objectives.***Peran musuh bersama dalam ceramah-ceramah agama telah memberikan kontribusiuntuk timbulnya tekanan, konflik, dan kekerasan di Indonesia. Bahan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah istilah-istilah kunci yang sering digunakandalam ceramah maupun teks yang menggambarkan musuh bersama. Denganmenggunakan teori identifikasi dari Burke, tulisan ini akan menjelaskan peranpenting musuh bersama dalam kesatuan kelompok dan dalam rangka mencapaitujuan tertentu.Keywords: common enemy, religious speech, tense, conflict, violence
REVITALISASI NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL BAGI UPAYA RESOLUSI KONFLIK Suprapto, Suprapto
WALISONGO Vol 21, No 1 (2013): Walisongo,Resolusi Konflik
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractThe involvement of local wisdom in conflict resolution and peace building is not theonly way to resolve conflict. Some level of conflict resolution should be there alongthe path of conflict resolution. The stressing on the patterns of conflict resolution isstill limited on conflict settlement and need to develop toward peace buildinginvolving local wisdom which ic proven to be able to maintain social harmony.Considering to the norms had been long internalized among society, the societymembers strongly held the society order. The most important in this context is theneed in the side of the elites to discuss the patters of local wisdom based peacebuilding.***Keterlibatan kearifan lokal dalam upaya resolusi konflik dan pembangunan perdamaianbukan satu-satunya jalam untuk menangani konflik. Harus ada beberapatingkatan resolusi konflik. Penekanan pada pola resolusi konflik masih terbataspada penghentian konflik dan perlu dikembangkan ke arah pembangunan perdamaianyang melibatkan kearifan lokal yang terbukti mampu mempertahankanharmoni sosial. Dengan mempertimbangkan pada norma-norma yang telah lamaterinternalisir di kalangan masyarakat, maka anggota masyarakat akan mempertahankannorma yang dimilikinya secara kuat. Hal yang paling penting dalamkonteks ini adalah perlunya para elite untuk membicarakan tentang pola kearifanlokal yang didasarkan pada pembangunan perdamaian.Keywords: peace building, kearifan lokal, resolusi konflik
MODEL PENYELESAIAN KONFLIK DI LEMBAGA ADAT dkk., Kamaruddin,
WALISONGO Vol 21, No 1 (2013): Walisongo,Resolusi Konflik
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractSo far, there is a claim that the conflict resolution conducted by tradition institution ismediation, but in some extend it showed the differences in principle and procedure.Based on the argument this article has the purposes to know any conflict frequentlybroken among Aceh community, the patterns of cooperation of the traditioninstitutions, and to know the most dominant institution in resolving conflict.Applying qualitative method, it is revealed that tradition institutions took a veryimportant part in resolving confling in Aceh society. Eventhough all elements of thetradition institutions are involved in conflict resolution but in the processes of conflictresolution in gampong level, keuchik has a very important and strategic role.***Selama ini muncul klaim bahwa praktek penyelesaian konflik yang dilakukanoleh lembaga adat adalah mediasi tetapi pada tataran realitasnya menunjukkanada perbedaan dalam prinsip dan prosedur yang selama ini dilakukan. Olehkarena itu tulisan ini bertujuan untuk mengetahui macam-macam konflik yangsering terjadi dalam masyarakat Aceh dan melihat pola kerjasama yangdilakukan lembaga adat dalam menyelesaikan konflik serta siapakah diantaramereka yang paling dominan dalam menyelesaikan konflik. Dengan menggunakanmetode penelitian kualitatif ditemukan bahwa lembaga adat telah memainkanperan yang sangat signifikan dalam menyelesaikan konflik di kalanganmasyarakat Aceh. Meskipun semua unsur lembaga adat terlibat dalam menyelesaikankonflik tetapi dalam proses penyelesaian konflik untuk tingkatgampong, keuchik menduduki peran yang sangat penting dan strategis.Keywords: lembaga adat, konflik, mediasi, gampong, keuchik
SEGREGASI ETNO-RELIGIUS: Upaya Resolusi Konflik dan Pembangunan Perdamaian dkk., Mustain,
WALISONGO Vol 21, No 1 (2013): Walisongo,Resolusi Konflik
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractEthno-religious segregation in Lombok, especially in Mataram existed because ofpopulation migration and the implication of the implemenation of the policy on thepolitic of Karang Asem Hinduism Mataram Kingdom that dominated this area formore than one century (1670-1820). The policy subjected to the community madethe fixed social stratification in the context of community settlement, and generatedtwo different groups, the Balinesse-Hiduism as the noble and Sasak-Muslim as thelower-level society members. Applying qualitative method and conflict studyapproach it was revealed that historical legacy had been become the socialpsychologicalbarrier for the two communities for making open and trustfulinteraction.***Segregasi etno-religius di wilayah Lombok, khususnya di Mataram selain terjadikarena migrasi penduduk, juga merupakan implikasi dari penerapan kebijakanpolitik kerajaan Hindu Karangasem Mataram yang menguasai wilayah ini selama1,5 abad, yaitu dari tahun (1670-1820 M). Kebijakan itu antara lain dalam bentukmempertahankan stratifikasi sosial masyarakat dalam pemukiman, sehinggamelahirkan komunitas Bali-Hindu sebagai kelompok bangsawan dan komunitasSasak-Islam sebagai kelompok rakyat kelas bawah. Melalui metode kualitatif danpendekatan kajian konflik tampak bahwa warisan sejarah telah menjadihambatan psikologis-sosial kedua komunitas untuk berinteraksi secara terbukadan saling mempercayai.Keywords: segregasi, Lombok, Bali-Hindu, Sasak-Islam, etno-religius
TRADITIONAL CONFLICT AND ITS INTERVENTIONS Muhlis, Muhlis
WALISONGO Vol 21, No 1 (2013): Walisongo,Resolusi Konflik
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractThe Ngali-Renda conflict is habituated. It has taken for years. It has grown in itsseverity. It is not the case that the people of Ngali and Renda and the government donothing in dealing with the conflict. However, the conflict is still there and waiting itstrigger to appear. This research is significant in that it analyzes the traditionalfactors and interventions of the conflict. Applying qualitative research and historical,socio-cultural and phenomenological approaches showed that the Ngali-Rendaconflict transformed from ndempa (empty-handed fighting) to lewa (armedfighting). Ndempa implied the spirit of honesty, openness and patriotism. It occurredevery year in rest period of cultivation and took one or two month. Although ndempawas kapoda ade (serious and violent), it was kadihi ade (no intention to do harm)and for play and pleasure. On the contrary, lewa was more violent and causedcasualties because the fighters used big knifes, arrows and firearms.***Konflik Ngali-Renda merupakan konflik yang sudah biasa terjadi. Konflik inimerupakan konflik kekerasan. Masyarakat Ngali-renda maupun pemerintah telahberupaya untuk mengatasi konflik tersebut, namun belum menampakkan hasil.Penelitian ini memiliki ati penting untuk melihat faktor-faktor tradisional danpenanganan konflik yang telah dilakukan. Tampak dalam penelitian ini bahwakonflik Ngali-Renda merupakan transformasi konflik dari ndempa (perkelahiantanpa senjata) menjadi lewa (perkelahian dengan senjata). Ndempa memilikimakna semangat kejujuran, keterbukaan, dan patriotisme. Tradisi ini merupakantradisi tahunan, yang dilakukan setelah musim tanam dan berlangsung selamasatu hingga dua bulan. Walaupun ndempa disebut kapoda ade (sungguh-sungguhdan keras) namun kadihe ade (tidak berniat untuk menyakiti), dan hanya untuktujuan permainan dan kesenangan. Sementara lewa lebih keras dan menyebabkankorban luka karena pelaku menggunakan pedang, panah, serta senjata api.Keywords: Ngali-Renda, ndempa, Lewa, conflict, violence
PRASANGKA: Potensi Pemicu Konflik Internal Umat Islam Alfandi, M.
WALISONGO Vol 21, No 1 (2013): Walisongo,Resolusi Konflik
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractThis study is about the potential prejudice sparked internal conflict of Muslims,especially between the group Nahdlatul Ulama (NU) and the Council of Tafsir Al-Quran (MTA) in Surakarta. Lately there is a conflict between NU and the MTAcongregation. MTA is questioned by NU in some areas because of the materials andmethods of preaching/dakwah considered to be provocative and less likely toappreciate the difference fiqhiyah and abusive deeds done by NU. From the reasonabove, the conflict between these two Islamic organizations appeared. One of thetriggers that caused the internal conflict among Muslims is the certain group ofMuslims can not understand well the other religious groups, which have differentideological backgrounds; that it affects the way of thinking, behaving and acting thatare different from themselves. As a result, the internal relations marred by religiousconflict, caused by the internal religious prejudice. Similarly, the possibility thatoccurred among the group of NU and MTA.***Penelitian ini adalah tentang potensi memicu prasangka konflik internal umatIslam, terutama antara kelompok Nahdlatul Ulama (NU) dan Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) di Surakarta. Akhir-akhir ini ada konflik antara NU dan jemaat MTA.MTA dipertanyakan/diperdebatkan oleh NU di beberapa daerah karena bahandan metode dakwah/dakwah dianggap/cenderung provokatif dan cenderungtidak menghargai perbedaan fiqhiyah dengan perbuatan kasar yang dilakukanoleh NU. Dari alasan di atas, konflik antara kedua organisasi Islam telah terjadi/muncul. Salah satu pemicu yang menyebabkan konflik internal di kalangan umatIslam adalah kelompok tertentu umat Islam tidak bisa memahami dengan baikkelompok agama lain, yang memiliki latar belakang ideologi yang berbeda, sehinggamempengaruhi cara berpikir, bersikap dan bertindak yang berbeda daridiri mereka sendiri. Akibatnya, hubungan internal yang dirusak oleh konflikagama, disebabkan oleh prasangka keagamaan internal. Demikian pula, kemungkinanyang terjadi di antara kelompok NU dan MTA.Keywords: prasangka, konflik internal, NU, MTA
SENGKETA TANAH KAWASAN HUTAN DAN RESOLUSINYA DALAM PERSPEKTIF FIQH Rokhmad, Abu
WALISONGO Vol 21, No 1 (2013): Walisongo,Resolusi Konflik
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractLand dispute on forest area in Blora Regency is still developing. This is a form ofresistence among Blora community toward the patterns of forrest management byPerhutani since New Order. Many things became the trigger like illegal logging,violence involving community members, and claim on land ownership. This articlestudied the phenomenon applying fiqh perspective in order to develop peace buildingthat was based on common good. However natural resources managementconstituted an important part in doing worship to God, so it needed to be accorded toIslamic spirit.***Konflik sengketa tanah kawasan hutan di kabupaten Blora terus bergulir. Kisahini merupakan sejarah lama karena resistensi masyarakat Blora terhadap polapolapengelolaan hutan oleh Perhutani telah dimulai sejak masa Orde Baru.Banyak hal yang menjadi pemicu persoalan seperti penebangan liar, kekerasanyang melibatkan warga, dan klaim kepemilikan atas tanah. Tulisan ini mencobamelakukan kajian secara fiqh atas fenomena tersebut, sebagai salah satu upayamengembangkan resolusi perdamaian berdasarkan dari kemaslahatan bersama.Bagaimanapun pengelolaan atas alam merupakan bagian penting dari prosesiibadah kepada Tuhan sehingga perlu disesuaikan dengan spirit Islam.Keywords: sengketa tanah, fiqh, perdamaian
POLA PENANGANAN KONFLIK AKIBAT KONVERSI AGAMA DI KALANGAN KELUARGA CINA MUSLIM Elizabeth, Misbah Zulfa
WALISONGO Vol 21, No 1 (2013): Walisongo,Resolusi Konflik
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstractThis research has the purposes to reveal the patterns of conflict caused by religiousconversion among Chinese Muslim in Semarang, the patterns of conflict resolutionapplied among them, and their view on the conflict resolutions applied. Applying themethods of interviewing using structured interview guidance, participationobservation, and deep interview, it was revealed that there are five kinds of conflictcome out of conversion: indifference, teasing allusion, rude speaking, rejection, andhostile. Meanwhile there are three ways found in resolving conflict caused byreligious conversion: to let the conflict goes on and resolved by time, to explain theproblem related to Islam, and to go out from family circle. Based on the varieties inresolving the conflict, it is revealed that the community tends to approve the peaceway in solving any problem, otherwise it will break the value the community hold,harmony.***Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap pola konflik yang disebabkan olehkonversi agama di kalangan Cina Muslim di Semarang, pola resolusi konflik yangditerapkan di kalangan mereka, serta pandangan mereka mengenai penyelesaianyang mereka lakukan, Dengan menggunakan metode wawancara denganpedoman wawancara terstruktur, observasi partisipasi, observasi, dan wawancaramendalam ditemukan bahwa ada lima bentuk konflik akibat konversi: tidakdipedulikan, digoda, bicara kasar, penolakan, dan permusuhan. Sementara ituditemukan tiga cara penyelesaian konflik, yaitu membiarkan masalah sehinggahilang bersama waktu, menjelaskan tentang Islam, dan keluar dari lingkupkeluarga. Berdasarkan keragaman cara penyelesaian masalah tampak bahwakomunitas Cina cenderung menggunakan cara damai dalam menyelesaikanmasalah.Keywords: konflik, resolusi konflik, konversi agama, Cina Muslim, harmoni

Page 5 of 10 | Total Record : 92