cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Geografi Indonesia
ISSN : 02151790     EISSN : 2540945X     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia" : 8 Documents clear
Keuangan Inklusif antar Provinsi di Indonesia dan Hubungannya dengan Ketimpangan Pendapatan Siregar, Malik Abdul Azis; Rindayati, Wiwiek; Purnamadewi, Yeti Lis
Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.88252

Abstract

Abstrak. Keuangan inklusif merupakan sistem keuangan yang memberikan dukungan kepada masyarakat berpenghasilan rendah untuk dapat mengakses keuangan. Pada kenyataan, akses keuangan tidak dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, seperti akses keuangan yang tidak merata, ketersediaan layanan dan infrastruktur yang tiduk mendukung. Hal inilah yang kemudian menjadi tantangan sekaligus untuk menjawab tujuan bagaimana mengukur indeks inklusi keuangan antar provinsi di Indonesia, menganalisis determinan inklusi keuangan dan menganalisis hubungan inklusi keuangan dan ketimpangan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi Tobit, analisis tipologi klassen dan analisis kausalitas granger. Indeks inklusi keuangan antar provinsi di Indonesia berada pada kategori rendah, kecuali DKI Jakarta, Bali dan Kalimantan Selatan masuk dalam kategori sedang. Hasil estimasi determinan inklusi keuangan ditemukan bahwa pengangguran, internet, ponsel, laju pertumbuhan dan rasio jalan berpengaruh terhadap inklusi keuangan.Abstract.Inclusive finance is a financial system that provides support for low-income people to be able to access finance. In reality, financial access is not enjoyed by all levels of society, such as unequal financial access, inadequate availability of services and infrastructure. This then becomes a challenge as well as to answer the objectives of how to measure the financial inclusion index between provinces in Indonesia, analyze the determinants of financial inclusion and analyze the relationship between financial inclusion and inequality. This research uses Tobit regression analysis, Klassen typology analysis and Granger causality analysis. The financial inclusion index between provinces in Indonesia is in the low category, except for DKI Jakarta, Bali and South Kalimantan which are in the medium category. The estimation results of the determinants of financial inclusion found that unemployment, internet, mobile phones, growth rate and road ratio have an influence on financial inclusion
Model Prediksi Perubahan Penutup Lahan di Kabupaten Majalengka Menggunakan Metode Cellular Automata Markov Chain Prayogi, Hari; Setiadi, Hafid; Supriatna, Supriatna; Dewayany, Dewayany
Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.90791

Abstract

 Abstrak. Salah satu bentuk pembangunan yang ada di Kabupaten Majalengka yaitu pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat yang mengakibatkan terjadinya perubahan penutup lahan. Perubahan penutup lahan dapat di analisis menggunakan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografi. Selain itu model prediksi perubahan penutup lahan dapat di analisis dengan menggunakan metode cellular automata markov chain. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) menyusun model prediksi perubahan penutup lahan tahun 2026 dan 2030 di Kabupaten Majalengka, (2) melakukan analisis perbandingan antara model prediksi penutup lahan tahun 2030 dengan peta pola ruang tahun 2011-2031. Perubahan penutup lahan yang terjadi selama 2014 sampai 2030 menunjukkan penurunan luas bukan lahan pertanian sebesar 225,241 Km2 dan adanya peningkatan luas lahan pertanian, lahan terbuka, dan lahan terbangun masing-masing sebesar 136,172 Km2, 57,768 Km2, dan 30,774 Km2. Model prediksi penutup lahan tahun 2030 memiliki keseuaian dengan nilai minimal dengan peta pola ruang tahun 2011-2031 dengan luas penutup lahan tertinggi pada lahan pertanian dengan persentase luas masing-masing 68,013% dan 71,180%. Abstract. One form of development in Majalengka Regency is the construction of the West Java International Airport which resulted in changes in land cover. Land cover changes can be analyzed using remote sensing technology and geographic information systems. apart from that, the prediction model for land cover changes can be analyzed using the cellular automata Markov chain method. The objectives of this research are (1) to develop a prediction model for land cover changes in 2026 and 2030 in the Majalengka Regency, and (2) to carry out a comparative analysis between the 2030 land cover prediction model and the 2011-2031 spatial pattern map. Changes in land cover that occurred from 2014 to 2030 showed a decrease in the area of non-agricultural land by 225,241 Km2 and an increase in the area of agricultural land, open land, and built-up land of 136,172 Km2, 57,768 Km2, and 30,774 Km2 respectively. The 2030 land cover prediction model agrees with the minimum value of the 2011-2031 spatial pattern map with the highest land cover area on agricultural land with area percentages of 68.013% and 71.180% respectively.Submitted: 2023-11-17 Revisions:  2024-04-01 Accepted: 2024-09-11 Published: 2024-09-18
Analisis spasial infeksi Cryptosporidium spp. terhadap penggunaan sumber air bersih pada balita stunting di Kabupaten Jember Utami, Wiwien Sugih; Pangestu, Ahmad Yudho Hadi; Purwandhono, Azham; Maududie, Achmad; Armiyanti, Yunita; Hermansyah, Bagus
Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.93422

Abstract

Abstrak. Cryptosporidium spp. adalah parasit intestinal yang secara global ditularkan melalui air (waterborne diseases), dengan banyak kejadian wabah di dunia yang dilaporkan terkait dengan sumber air konsumsi. Mayoritas penyakit ini tidak bergejala (asimptomatis) pada orang dewasa dengan rute penularan dari orang-ke-orang, hewan-ke-orang, melalui air dan makanan. Namun infeksi ini menyebabkan diare kronis hingga malnutrisi pada kelompok rentan yaitu balita dan merupakan faktor risiko terjadinya stunting.  Salah satu media transmisi Cryptosporidium spp. adalah air bersih yang dikonsumsi dan digunakan sehari-hari. Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis risiko sumber air bersih yang digunakan sehari-hari terhadap infeksi Cryptosporidium spp. pada balita stunting secara spasial di Kabupaten Jember. Penelitian ini dilakukan pada populasi balita stunting di Kecamatan Kaliwates, Panti, Rambipuji dan Sukorambi Kabupaten Jember menggunakan desain cross sectional. Analisis spasial moran index dan nearest neigbor index (NNI) digunakan untuk mengetahui pola persebaran infeksi Cryptosporidium spp. terhadap suatu wilayah. Uji chi-square dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor risiko sumber air  bersih  dengan infeksi Cryptosporidium spp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 18 dari 528 (3,41%) balita stunting diketahui terinfeksi Cryptosporidium spp. Nilai moran index menunjukkan adanya pola persebaran mengelompok (clustered) dengan autokorelasi positif di Kecamatan Sukorambi sedangkan daerah lainnya memiliki pola yang acak (random). Hasil NNI di Kecamatan Sukorambi menunjukkan pola yang acak, sedangkan 3 kecamatan lain menunjukkan pola menyebar (dispersed). Jenis sumber air bersih menunjukkan korelasi terhadap infeksi Cryptosporidium spp. Pola spasial infeksi Cryptosporidium spp. di Kecamatan Sukorambi dan korelasinya dengan jenis sumber air bersih ini menunjukkan bahwa pola infeksi ini cenderung mengelompok (clustered) karena penggunaan sumber air bersih yang sama pada penduduk di kecamatan ini yaitu sumber mata air alami yang digunakan bersama-sama seluruh warga, meskipun jarak antar penggunanya tidak berdekatan atau acak sesuai hasil NNI. Di 3 kecamatan lain, pola spasial cenderung menyebar (dispersed) karena penggunaan sumber air yang berbeda dan tidak digunakan secara bersama-sama. Kesimpulan, infeksi Cryptosporidium spp. cenderung meningkat pada sumber air bersih yang digunakan secara bersama-sama. Perlu edukasi pada kelompok masyarakat agar mengolah dulu air yang digunakan sebelum dikonsumsi untuk mengurangi risiko penyebarannya.Abstract. Cryptosporidium spp . are intestinal parasites that are transmitted worldwide by water(waterborne disease), with many of the reported outbreaks in the world associated with sources of drinking water. Most cases of the disease are asymptomatic in adults, and transmission is person-to-person, animal-to-person, waterborne, and foodborne. However, the infection causes chronic diarrhea and malnutrition in vulnerable children under the age of five and is a risk factor for stunting. One of the modes of transmission of Cryptosporidium spp . is through clean water, which is consumed and used daily. The study aimed to spatially analyze the risk of daily clean water sources on Cryptosporidium spp. infection among stunted children in Jember Regency. This study was conducted on a population of stunted young children in Kaliwates, Panti, Rambipuji and Sukorambi sub-districts of Jember Regency using a cross-sectional design. The Moran and NNI index were used to determine the distribution pattern of infection in a region. Chi-squared test was conducted to determine relationship between risk factors of clean water source and Cryptosporidium spp. It was found that 18 out of 528 (3.41%) stunted infants were known to have Cryptosporidium spp. infection. The Moran index value shows a clustered distribution pattern with positive autocorrelation in the Sukorambi sub-district, while the other areas show arandom pattern. The results of the NNI in Sukorambi sub-district show a random pattern, and 3 other sub-districts show adispersed pattern. The spatial pattern of Cryptosporidium spp . infection in Sukorambi subdistrict and its correlation with the type of clean water source shows that this infection pattern tends to cluster because the population in this subdistrict uses the same clean water source, natural springs, which are shared by all residents, although the distance between users is not close or random according to NNI results. In the other three sub-districts, the spatial pattern tends to be more dispersed due to the use of different water sources that are not shared. In summary, there is a tendency for the incidence of Cryptosporidium spp. to increase in shared water supplies. There is a need to educate community groups to treat the water they use prior to consumption in order to reduce the risk of its spread.Submitted: 2024-01-22  Revisions:  2024-09-11 Accepted: 2024-09-25 Published: 2024-09-25
Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi di Area Sekitar Danau Toba Riyanto, Indra Agus; Hendrayana, Heru; Sambodo, Ahmad Priyo; Widyaningsih, Yuli; Jayanto, Galih Dwi
Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.94042

Abstract

Abstrak Youngest Toba Tuff (YTT) merupakan material pembentuk tanah andosol yang dominan di Kaldera Toba. YTT memiliki karakteristik yang berbeda dengan tanah andosol hasil dari material gunungapi aktif. YTT tersusun atas material ignimbrite tebal yang kaya akan batuapung. Material YTT tersebut tergolong subur untuk berbagai jenis tanaman yang ada pada Kaldera Toba bagian dalam. Kajian kesesuaian lahan untuk peruntukan tanaman tertentu belum pernah dilakukan di Kaldera Toba bagian dalam. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengkajian kesesuaian lahan untuk tanaman kopi. Metode yang digunakan adalah weight matching dengan konsep faktor terberat menjadi penentu klasifikasi utama kelas kesesuaian lahan. Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem lahan. Karakteristik klimatologi DTA Danau Toba sesuai untuk tanaman kopi dengan curah hujan 2.000-2.500 mm/tahun, bulan kering < 2 bulan, suhu 18,4-19,4°C, dan kelembaban 84-91%. karakteristik fisik tanah DTA Danau Toba Toba dominan termasuk sesuai (S2) dengan bahan organik (BO) 1-2%, tekstur geluh pasiran, dan permeabilitas agak cepat. Kelas S2 terdapat pada sistem lahan MBI, SAR, BTA, dan BTG, dan TWI. Kelas tidak sesuai (N) terdapat pada sistem lahan ASA dan BTG dengan kedalaman tanah tipis (<25cm) dan tekstur lempung liat. Kelas kesesuaian lahan sesuai marginal (S3) terdapat pada sistem lahan BBG, BPD, BPP, SLK, dan TBG. Kelas kesesuaian lahan sangat sesuai (S1) terdapat pada sistem lahan UBD dan SLK dengan dengan berat volum (0,8-1,1 gram/cm3), kedalaman tanah (75-100) cm, BO (>3%), permeabilitas cepat, dan tekstur geluh pasiran. Formasi YTT termasuk dalam kelas kesesuaian lahan S1 dan S2 untuk tanaman kopi, sedangkan material endapan danau, dan lava termasuk kelas S3 dan N untuk tanaman kopi.  Abstract Youngest Toba Tuff (YTT) is the dominant andosol soil-forming material in the Toba Caldera. YTT has different characteristics from the andosole soil resulting from active volcanic material. YTT is composed of thick ignimbrite material that is rich in pumice. YTT material belongs fertile to various kinds of plants that exist on the Toba Caldera inside. Soil suitability studies to have never been carried out in the inner Toba caldera. Therefore, this study aims to examine the suitability of the soil for coffee crops. The method used is weight matching with the concept of the heaviest factor being the primary determinant of the classification of the land suitability class. The unit of analysis used in this study is the land system. Climate Characteristics Toba Caldera is suitable for coffee plants with rainfall of 2,000-2.500 mm/year, dry months < 2 months, temperature 18,4-19,4°C, and humidity 84-91%. Dominant Toba Caldera soil physical characteristics include matching (S2) with organic material (BO) 1-2%, sandy loam texture, and relatively fast permeability. Class S2 is available on MBI, SAR, BTA, and BTG, and TWI land systems. The class non-conform (N) is found on ASA, BTG land systems with thin soil depths (<25cm) and clay texture. Marginal soil compatibility classes (S3) are found on BBG, BPD, BPP, SLK, and TBG soil systems. Very suitable soil (S1) is present on UBD and SLK soil system with volume weights (0.8-1,1 grams/cm3), soil deep (75-100) cm, BO (>3%), fast permeability, and sandy loam textures. YTT material belongs to the soil suitability classes S1 and S2 for coffee plants, while lake sediment and lava are classified in the classes S3 and N for coffee plantations. 
Karakteristik Elevasi Muka Air Laut di Selat Madura Ashari, Sofyana; Wicaksono, Ashari; Nuzula, Nike Ika; Siswanto, Aries Dwi
Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.94468

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk memahami karakteristik elevasi muka air laut di Selat Madura dengan memanfaatkan data altimetri dan divalidasi menggunakan data tide gauges. Data pengukuran diambil pada bulan Agustus 2022. Metode analisa menggunakan statistik dan FFT untuk memperoleh nilai komponen pasang surut dan elevasi air laut rata-rata. Hasil penelitian menunjukkan variasi nilai SSH di wilayah perairan Indonesia berkisar 0.4 - 0.8 m dan ± 0.6 m di Selat Madura, sedangkan hasil analisa tide gauge menunjukkan 1.2 – 1.4 m. Ada perbedaan signifikan dan ditunjukkan oleh nilai RMSE pada stasiun Surabaya 0.81; Kalianget 0.98; dan Probolinggo 0.94. Data tide gauges diolah lebih lanjut menggunakan metode admiralty sehingga diperoleh 15 komponen harmonik pasang surut, terdiri atas komponen diurnal [M1, K1, O1, P1, Q1, J1, OO1], semidiurnal [M2, S2, K2, N2, L2, 2N2], dan shallow water [M4 dan MS4], sehingga diketahui dominasi komponen diurnal (P1 dan K1) di stasiun pengukuran Surabaya dan Kalianget maupun komponen semidiurnal (N2 dan L2) di stasiun pengukuran Probolinggo. Hasil analisis FFT menunjukkan tipe pasang surut di Selat Madura tergolong tipe pasang surut campuran condong ganda/semidiurnal dengan nilai elevasi muka air laut tidak jauh berbeda pada tiga lokasi pengukuran. Nilai HHWL tertinggi di stasiun Probolinggo (3.3455 m), nilai LLWL terendah di stasiun Kalianget (0.5493 m). Nilai MSL masing-masing stasiun Surabaya, stasiun Kalianget, dan stasiun Probolinggo secara berturut-turut 1.4262 m; 1.2616 m; dan 1.8541 m. Perbedaan nilai MSL sesuai hasil analisa data altimetri dan tide gauge berkaitan dengan lokasi penelitian yang berada di wilayah pantai. Diharapkan bahwa penggunaan metode FFT dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam mengetahui karakteristik pasang surut dari stasiun pengukuran yang tersebar di Selat Madura.Abstract This study aims to understand the characteristics of sea level elevation in the Madura Strait by tide gauges and SSH data at three stations around the Madura Strait. Measurement was taken in August 2022. The analysis used statistics and FFT approach. The variation of SSH in Indonesian waters ranges from 0.4 - 0.8 m and ± 0.6 m in the Madura Strait, while the results of tide gauge analysis show 1.2 - 1.4 m. There is a significant difference and is shown by the RMSE value at Surabaya station 0.81; Kalianget 0.98; and Probolinggo 0.94. The tide gauge data were also further processed using the admiralty method to obtain 15 tidal harmonic components, consisting of diurnal component [M1, K1, O1, P1, Q1, J1, OO1], semidiurnal [M2, S2, K2, N2, L2, 2N2], and shallow water [M4, and MS4], so that the dominance of diurnal components (P1 and K1) at Surabaya and Kalianget measurement stations and semidiurnal components (N2 and L2) at Probolinggo measurement station is known. Meanwhile, the results of the FFT analysis show that the tidal type in the Madura Strait is classified as a mixed double-semidiurnal tidal type with sea level elevation values not much different at the three measurement locations. The highest HHWL value at Probolinggo station (3.3455 m), the lowest LLWL value at Kalianget station (0.5493 m). The MSL values of Surabaya station, Kalianget station, and Probolinggo station are 1.4262 m; 1.2616 m; and 1.8541 m, respectively. The difference in MSL values between altimetry and tide gauge data is caused by the location which is a coastal area, where SSH altimetry data is loss data in the area. It is expected thatt the use of the FFT method can be used as an alternative in knowing the tidal characteristics of measurement stations spread in the Madura Straits.Submitted: 2024-02-28 Revisions:  2024-09-11 Accepted: 2024-09-25 Published: 2024-09-25
Pengukuran Kinerja Keberlanjutan Pengembangan Mixed-use di Kota Semarang Menggunakan Pendekatan Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) Wungo, Grandy Loranessa; Haikal, Nafiz; Nusantara, Adam Patria
Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.94555

Abstract

Abstrak. Bentuk kota sangat berperan dalam strategi keberlanjutan karena secara langsung akan berpengaruh dalam isu energi, vitalitas perkotaan, dan keberlanjutan lingkungan. Kota Semarang merupakan salah satu dari lima kota metropolitan di Indonesia yang dalam RTRW Kota Semarang 2011-2031 menerapkan konsep mixed-use. Namun demikian masih banyak penerapan konsep ini yang berfokus pada superblock yang berorientasi ekonomi tanpa mengindahkan keberlanjutan lingkungan, oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah mengukur derajat mixed-use di Kota Semarang serta menilai kinerja keberlanjutannya. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah mixed-use measurement yang menitiberatkan pada kedekatan dan interaksi penggunaan lahan utama dan penilaian kinerja berkelanjutan menggunakan alat Leadership in Energy and Environmental Design (LEED-ND). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kota Semarang memiliki derajat mixed-use mayoritas pada tingkat sedang dan tinggi sementara derajat mixed-use paling tinggi di Kecamatan Semarang Barat. Pada penilaian LEED-ND di Kecamatan Semarang Barat ditemukan bahwa nilai keberlanjutan yang cukup rendah pada aspek Smart Location Linkage, dimana memiliki tujuan untuk mengurangi perjalanan dan jarak tempuh kendaraan sehingga berkaitan dengan penyediaan infrastruktur transportasi. Selanjutnya, pada aspek Neighbourhood Pattern Design juga memiliki nilai keberlanjutan yang cukup rendah khususnya pada variabel Walkable Street dan Compact Development, dimana memiliki tujuan efisiensi pergerakan dan kelayakan huni sehingga berkaitan dengan penyediaan hunian yang kompak dan jalur pedestrian. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian khusus dalam perencanaan pembangunan untuk mencapai standar pra-persyaratan penilaian LEED berdasarkan aspek tersebut. Abstract. The shape of the city plays a role in sustainability strategies because it will directly affect the issues of energy, urban vitality, and environmental sustainability. Semarang City is one of the five metropolitan cities in Indonesia which in the Semarang City RTRW 2011-2031 applies the concept of mixed-use. However, there are still many applications of this concept that focus on economic-oriented superblocks without regard to environmental sustainability, therefore the purpose of this study is to measure the degree of mixed-use in Semarang City and assess its sustainability performance. The methods used in this study are mixed-use measurement which focuses on proximity and interaction of key land uses and sustainable performance assessment using the Leadership in Energy and Environmental Design (LEED-ND) tool. The results of this study show that Semarang City has the majority of mixed-use degrees at medium and high levels while the highest mixed-use degrees are in West Semarang District. In the LEED-ND assessment in West Semarang District, it was found that the sustainability value is quite low in the aspect of Smart Location Linkage, which has the aim of reducing vehicle trips and mileage so that it is related to the provision of transportation infrastructure. Furthermore, the Neighbourhood Pattern Design aspect also has a fairly low sustainability value, especially in the variables of Walkable Street and Compact Development, which have the aim of movement efficiency and habitability so that it is related to the provision of compact housing and pedestrian paths. Therefore, special attention is needed in development planning to achieve the LEED assessment pre-requirement standards based on these aspects.Submitted: 2024-03-02 Revisions: 2024-04-02 Accepted: 2024-09-11 Published: 2024-09-18
Pasar Kerja dan Migran Kembali di Kabupaten Perbatasan Kalimantan Barat-Sarawak Djafar, Fariastuti
Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.94560

Abstract

Abstrak. Pengalaman sebagai migran seharusnya dapat membantu migran kembali untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik guna mengurangi tekanan ekonomi. Tekanan ekonomi cenderung mendorong warga untuk menjadi migran berulang yang sebagian berstatus ilegal. Sementara itu, Kabupaten Sambas berbatasan darat dengan Sarawak, Malaysia, yang banyak menawarkan pekerjaan berketerampilan rendah dengan upah yang relatif tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengelaborasi pasar kerja lokal dan menginvestigasi jenis pekerjaan migran kembali. Penelitian ini menggunakan data sekunder terutama yang bersumber dari BPS dan data primer yang dikumpulkan dengan melakukan wawancara terstruktur dan mendalam serta observasi nonpartisipasi. Hasil penelitian memberikan konfirmasi bahwa Sambas adalah sumber pekerja migran, di mana penawaran tenaga kerja perempuan usia muda lebih tinggi dari laki-laki. Penawaran tenaga kerja didominasi oleh tamatan sekolah menengah, sementara sebagian besar permintaan tenaga kerja adalah untuk tamatan SD atau lebih rendah. Permintaan tenaga kerja juga didominasi oleh sektor primer, buruh/karyawan bagi laki-laki serta pekerja tak dibayar bagi perempuan. Pasar kerja di Sambas telah menyebabkan pengalaman sebagai migran kurang berdampak terhadap jenis pekerjaan migran kembali. Sebagian besar pekerjaan responden saat kembali tidak jauh berbeda dengan pekerjaan saat migrasi. Tingkat upah yang lebih rendah di tempat asal pada akhirnya mendorong sebagian mantan migran kembali menjadi pekerja migran. Abstract. The migration experience should help returning migrants find better jobs in their place of origin, reducing their economic pressures and the likelihood of re-migrating to Malaysia and working illegally. Meanwhile, Sambas district shares a land border with Sarawak which offers many low-skilled jobs with relatively high wages. This research used secondary data mainly published by Statistics Indonesia and primary data collected by conducting structured and in-depth interviews and non-participatory observation. Findings in this research confirm that Sambas as a source of labour migrants. That is indicated by the higher female than male labour supply in the 15-19 age group. The labour supply is dominated by high school graduates, while labour demand is mostly for completed primary education or less. Labour demand is also dominated by the primary sector, male labourers/employees and unpaid female workers. The job market in Sambas has made migration experience have less impact on the employment of returning migrants, as they mostly work in occupations similar to or worse than those during their migration. The low wage level in their place of origin ultimately encourages some former migrants to re-migrate for work. Submitted: 2024-03-03 Revisions:  2024-04-26 Accepted: 2024-09-11 Published: 2024-09-25
Alur kerja pembelajaran mesin pada pemodelan spasial kerawanan longsor Samodra, Guruh
Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.95857

Abstract

Abstrak Salah satu instrumen pengurangan risiko bencana longsor adalah peta kerawanan longsor yang dihasilkan dari pemodelan spasial. Alur kerja pemodelan spasial kerawanan longsor menggunakan model pembelajaran mesin belum terakomodasi dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) yang berlaku saat ini (tahun 2024). Penelitian ini berusaha menjelaskan variasi langkah-langkah dalam alur kerja pembelajaran mesin dan menunjukkan perbedaannya dengan alur kerja model statistik. Model statistik regresi logistik dan model pembelajaran mesin random forest dipilih untuk menjelaskan perbedaan alur kerja pemodelan spasial kerawanan longsor. Formulasi alur kerja pemodelan spasial kerawanan longsor diterapkan untuk memetakan kerawanan longsor di Kabupaten Pacitan. Pada tanggal 27-29 November 2017, 743 longsor terjadi di Kabupaten Pacitan dipicu oleh hujan yang sangat lebat akibat Siklon Tropis Cempaka. Kabupaten Pacitan merupakan salah satu wilayah rawan longsor di Provinsi Jawa Timur. Alur kerja pemodelan spasial kerawanan longsor terbagi atas beberapa langkah yaitu penyiapan data, pra-pemrosesan data (pre-processing), melatih dan menyetel model, memvalidasi model, pemodelan spasial, dan uji akurasi. Hasil uji akurasi model RF dan LR yang diterapkan di Kabupaten Pacitan masing-masing sebesar 0,75 dan 0,73. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam penyusunan SNI pemetaan kerawanan longsor di masa mendatang serta dapat digunakan sebagai acuan dalam pemetaan kerawanan longsor secara umum di Indonesia. Abstract One of the landslide risk reduction instruments is landslide susceptibility maps which can be produced by spatial modeling. The landslide susceptibility modeling based on machine learning workflows have not been accommodated in the current verison of Indonesian National Standard (SNI). This study seeks to explain the variation of machine learning workflows and show how they differ from statistical learning workflows. Logistic regression model and random forest machine learning models were selected to explain variations in landslide susceptibility modeling workflows. The modeling workflows were applied to map landslide susceptibility in Pacitan Regency. On 27-29 November 2017, 743 landslides occurred in Pacitan Regency triggered by very heavy rain due to Tropical Cyclone Cempaka. Pacitan Regency is one of the landslide-prone areas in East Java Province. The landslide susceptibility modeling workflow is divided into several steps, i.e. data preparation, data pre-processing, training and tuning the model, validating the model, spatial modeling, and accuracy testing. The accuracy test results of the RF and LR models applied in Pacitan Regency were 0.75 and 0.73 respectively. This research is expected to provide a benchmark for landslide susceptibility mapping in Indonesia. 

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2024 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 1 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 37, No 2 (2023): Majalah Geografi Indoenesia Vol 37, No 1 (2023): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 2 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 1 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 2 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 1 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 1 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 2 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 1 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 2 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 1 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 2 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 2 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 1 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 1 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 1 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 2 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 1 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 1 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 2 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 1 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 2 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 1 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 2 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 1 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 1 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 2 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 1 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 2 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 1 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 2 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 1 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000) Vol 14, No 1 (2000): Majalah Geografi Indonesia Vol 10, No 17 (1996): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992) Vol 2, No 3 (1989) Vol 2, No 3 (1989): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 2 (1988): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 2 (1988) Vol 1, No 1 (1988) Vol 1, No 1 (1988): Majalah Geografi Indonesia More Issue