cover
Contact Name
Amirullah
Contact Email
amirullah8505@unm.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.pattingalloang@unm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Pattingalloang : Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan
Jurnal Pattigalloang adalah Publikasi Karya Tulis Ilmiah dan Pemikiran Kesejarahan dan ilmu-ilmu sosial.
Articles 11 Documents
Search results for , issue "Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015" : 11 Documents clear
PETANI KELAPA SAWIT DI TOPOYO KABUPATEN MAMUJU TENGAH (2005-2013) Resky Arianty; Patahuddin Patahuddin; Ahmadin Ahmadin
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8424

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang petani Kelapa Sawit di Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah, dinamika petani kelapa sawit, dan keadaan social ekonomi petani kelapa sawit di Topoyo Kabupaten Mamuju Tengah. Penelitian ini memuat metode sejarah dengan tahapan yaitu heuristik, dalam bentuk mengumpulkan sumber data sebanyak-banyaknya, kritik sumber yang bertujuan untuk menentukan atau menilai sumber, interpretasi yaitu menentukan kedudukan suatu fakta sejarah secara professional dan historiografi, atau penyajian yang merupakan pengungkapan kisah sejarah secara tertulis.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Topoyo khususnya Desa Waeputeh menggantungkan hidupnya dengan bertani kelapa sawit karena lebih menguntungkan, pemeliharaannya juga yang lebih mudah dibandingkan dengan bertani ladang dan sawah serta semakin tingginya kebutuhan hidup dan berkurangnya pendapatan sebagai petani ladang dan sawah. Seperti kita ketahui, kelapa sawit merupakan komoditas pertanian yang berproduktifitas tinggi. Apalagi, di Kabupaten Mamuju Tengah telah berdiri perusahaan kelapa sawit Surya Raya Lestari 2 yang mengolah hasil sawit. Alasan petani lebih memilih berkebun kelapa sawit karena menghasilkan uang yang cepat, harga kebun sawit selalu naik, dapat diselingi dengan pekerjaan lain serta dengan berkebun kelapa sawit daerah tersebut mengalami peningkatan dan perkembangan yang cukup memuaskan. kesimpulannya bahwa keadaan social ekonomi masyarakat di Desa Waeputeh mengalami pertumbuhan dan perkembangan di berbagai bidang seperti pendidikan serta berdampak pada peningkatan kesejahteraan hidup.Kata Kunci : Petani Kelapa Sawit di Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah
HUBUNGAN I MANYAMBUNGI DI KERAJAAN BALANIPA DENGAN TUMAPPA’RISI KALLONNA DARI KERAJAAN GOWA PADA ABAD XVI Arif Husain Usman; Muh. Saleh Madjid
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8432

Abstract

Hubungan antara Kerajaan Balanipa dengan Kerajaan Gowa pada masa pemerintahan I Manyambungi meliputi dua hal yakni; hubungan kekerabatan dan hubungan politik. Hubungan kekerabatan diperoleh pada saat I Manyambungi menikah dengan anak dari Karaeng Suria yang juga masih merupakan kemanakan raja Gowa. Adapun menyangkut hubungan politik bisa kita cermati dari beberapa ikrar yang melibatkan Kerajaan Balanipa dan Kerajaan Gowa perihal untuk selalu menjaga hubungan baik dan juga selalu berkomunikasi manakala dua kerajaan tersebut mendapat ancaman dari kerajaan lain. Hubungan antara Kerajaan Balanipa dengan Kerajaan Gowa ternyata membawa pengaruh yang besar bagi Kerajaan Balanipa. Ilmu dan pengalaman yang diperoleh I Manyambungi sewaktu tinggal di Kerajaan Gowa pada akhirnya sangat membantunya dalam usahanya memimpin Kerajaan Balanipa. Adapun bagi Kerajaan Gowa, hubungan dengan Kerajaan Balanipa di Mandar dapat membawa  keuntungan darisegi ekonomi atau perdagangan dengan melalui jalur laut.Kata Kunci: Hubungan  I Manyambungi, Kerajaan Balanipa, Tumappa’risi Kallonna ,Kerajaan      Gowa Pada Abad XVI
KAWASAN PELABUHAN GARONGKONG DI KABUPATEN BARRU (2005-2014) Astria Wulandari; La Malihu; Ahmadin Ahmadin
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8425

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian Sejarah dengan menggunakan beberapa tahapan kerja, yaitu heuristik (pengumpulan sumber), kritik eksterenal dan kritik interenal, interpretasi dan penyajian serta historiografi (penulisan) yang merupakan pengungkapan kisah sejarah secara tertulis.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang didirikannya Pelabuhan Grongkong karena kurangnya daya tampung yang dimiliki Pelabuhan Awerange, yang juga sebagai pelabuhan rakyat di Kabupaten Barru. Selain itu kedalaman laut yang dimiliki Garongkong sangat strategis untuk disandari kapal-kapal besar. Perkembangan Pelabuhan Garongkong  dibangun pada tahun 2005 dengan penimbunan areal darat dan tanggul, pada tahun 2006 pemancangan tiang trestle, pada tahun 2007 pemancangan tiang platform tahap I, pada tahun 2008 konstruksi pelencengan, pada tahun 2009 penyelesaian catwalk. Perkembangan fungsional yaitu pada tahun 2010 yaitu pembangunan fasilitas darat.Dampak keberadaan Pelabuhan Garongkong yaitu semakin lancarnya aktifitas pelayaran dan bongkar muat barang  dan adanya lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat disekitar Pelabuhan Garongkog. Akhir penelitian, ditarik kesimpulan bahwa keberadaan Pelabuhan Garongkong  sangat penting untuk kelancaran proses bongkar muat barang dan penumpang. Pelabuhan Garongkong juga membawa dampak positif bagi masyarakat Garongkong serta masyarakat sekecamatan Barru yakni meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.Kata Kunci : Kawasan Pelabuhan Garongkong, Kabupaten Barru
PERANG KOREA (1950-1953) Fitriyawati Fitriyawati; Patahuddin Patahuddin; M. Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8433

Abstract

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa latar belakang Perang Korea (1950-1953) didasarkan pada faktor adanya perbedaan ideologi antara komunis bagi Korea Utara dan kapitalis bagi Korea Selatan sehingga terjadi pemisahan wilayah yang dibatasi oleh garis paralel ke 380 meskipun masing-masing pemimpin Korea ingin melakukan reunifikasi secara paksa/kekerasan demi memperluas pengaruhnya. Adapun proses jalannya perang Korea (1950-1953) di mulai dari penyerbuan Korea Utara terhadap Korea Selatan sehingga terdapat intervensi dari berbagai negara yang akhirnya terjadi (gencatan senjata). Dampak yang ditimbulkan dari Perang Korea bagi masyarakat Korea dan dunia internasional yaitu terbentuknya dua negara Korea dimana Korea Selatan muncul sebagai negara ekonomi industri kapitalis sedangkan Korea Utara muncul sebagai negara militer komunis, serta adanya ancaman keamanan bagi dunia internasional oleh program nuklir Korea Utara sehingga negara Asia Timur memperkuat kekuatan militer mereka yang disebabkan gencatan senjata belum permanen sehingga konflik dapat saja terjadi hingga saat ini, yang dapat melibatkan banyak Negara.Kata Kunci: Perang, Korea (1950-1953)
SINJAI PADA MASA PEMERINTAHAN ANDI BINTANG (1971-1983) Titi Suriani; Jumadi Sahabuddin; M. Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8426

Abstract

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang keluarga Andi Bintang adalah keluarga bangsawan. Dilihat dari riwayat pendidikannya Andi Bintang termasuk orang yang berpendidikan tinggi, dan merupakan lulusan terbaik Universitas Gajah Mada Jogjakarta, serta riwayat pekerjaan yang telah ditempuh dari guru sampai sebagai Bupati Kabupaten Sinjai selama dua periode. Sebelum pemerintahan Andi Bintang, yang menjadi bupati Sinjai ialah Muhammad Nur Thahir. Fokus pemerintahannya yaitu pada pembangunan sarana dan prasarana di Kabupaten Sinjai, pengembangan pembangunan dibidang pemerintahan, ekonomi, pendidikan serta sosial dan agama. Perkembangan yang terjadi pada pemerintahan Andi Bintang di Kabupaten Sinjai, yaitu terlihat dibidang pembangunan dan kelengkapan sarana dan prasarana desa seperti papan potensi kecamatan, pengadaan lembaga sosial desa, pembangunan batas-batas desa, pembangunan stadion, pengadaan sumber air bersih (PDAM) serta pembangunan masjid Nujumul Ittihad yang merupakan masjid kebanggaan Kabupaten Sinjai. Kebijakan yang diterapkan Andi Bintang adalah pembangunan disesuaikan dengan pola dasar pembangunan Daerah Tingkat II Sinjai dari Repelita I-V. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pada masa pemerintahan Andi Bintang telah memajukan berbagai aspek kehidupan seperti aspek politik pemerintahan, ekonomi, serta bidang sosial budaya tanpa mengesampingkan sektor-sektor lain.Kata Kunci: Sinjai, Masa Pemerintahan Andi Bintang (1971-1983)
PEMBANGUNAN PERTANIAN PADA ERA BOOM MINYAK : KAJIAN SEJARAH PERTANIAN PADI DI DESA URASO (1974-1982) Hamsiruddin, Hamsiruddin; Ridha, Muh. Rasyid; Patahuddin, Patahuddin
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8437

Abstract

Hadirnya program intensifikasi Padi di Desa Uraso tidak terlepas dari peristiwa Boom Minyak. Melonjaknya harga Minya dunia menyebabkan Indonesia menjadi negara yang kaya secara mendadak saat itu karena pendapatan ekspor migas. Pendapatan negara yang besar ini kemudian dimanfaatkan Pemerintah untuk membangun di bidan Pertanian, kesehatan, dan pendidikan. Untuk bidang pertanian. pemerintah melaksanakan program Intensifikasi pertanian, demi tercapainya kenaikan produksi pangan hingga menuju swasembada beras. Program intensifikasi yang awalnya hanya di Pulau Jawa dan Bali, diperluas keseluruh Indonesia, hingga kepelosok termasuk di Desa Uraso. program Intensifikasi pertanian yang dilaksanakan di Desa Uraso mengikuti program Nasioanal yang telah ditetapkan. Mengintensifkan pertanian padi dengan menerapkan panca usaha tani, bertujuan agar petani yang masih menggunakan cara tradisional bisa beralih pada cara dan peralatan yang lebih modern. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produksi padi secara Nasional dan mencapai target swasembada beras. Juga tentunya bisa meningkatkan perekonomian dan kesejatraan keluarga petani. Langkah-langkah strategi yang dilakukan oleh pemerintah untuk menyukseskan program intensifikasi padi di Desa Uraso, yakni dengan membangun sistem irigasi yang lebih baik, menghadirkan petugas pentuluh lapangan (PPL), mendirikan Koperasi Unit Desa (KUD), dan menjadi Uraso sebagai salah satu lokasi penerimaan transmigrasi dari Pulau Bali.Kata Kunci: Pembangunan pertanian, era boom minyak, pertanian padi di desa uraso 
ORANG BUGIS DI BANTEN LAMA (1984-2014) Subair, Ahmad; Patahuddin, Patahuddin; Ridha, M. Rasyid
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8422

Abstract

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang hubungan Orang  Bugis-Makassar dengan Kerajaan Banten diawali pasca perang Makaasar abad 17 yang membuat banyak pembesar Kerajaan Gowa dan sekutunya memilih Banten sebagai tempat yang baru untuk melawan  Belanda namun pada periode ini belum ada perkampungan Orang  Bugis di Banten Lama. Pada tahun 1980 barulah berdatangan Orang  Bugis dari Sumatera ke Banten Lama karena disebabkan oleh faktor ekonomi diantaranya terdapat pelabuhan Karangantu yang terbesar ke tiga di Pualu Jawa setelah tanjung priok dan Tanjung Perak. Di Banten Lama Orang  Bugis menekuni bergabagi profesi diantaranya, nelayan tangkap, pedagang, petani, pengusaha kayu industri, pembutan kapal nelayan dan industri rumahan pembutan ragi, semua pekerjaan tersebut diawali pada masa kedatang besar-besaran Orang  Bugis di Banten Lama, dan selanjutnya semakin memperjelas identitas Orang  Bugis, ketika Orang  Bugis mendirikan perkampungan Bugis pada tahun 1984 dengan tujuan sebagai tempat konsentrasi Orang-Orang Bugis di Banten Lama. Pada bidang politik Orang  Bugis juga mengisi posisi penting pemeintahan dalam membangun Provinsi Banten hingga lingkup kecil Kelurahan Banten. Kedatangan Orang  Bugis di Banten Lama juga membawa susana baru bagi Banten Lama seperti adanya akulturasi budaya melalui pernikahan, majelis taklim dan adaptasi sosial lainya. Kata Kunci: Orang  Bugis, Banten Lama 
SEJARAH SOSIAL DESA SALAJO KAB. GOWA (1993-2013) Muh Rizal; Mustari Bosra; Najamuddin Najamuddin
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8430

Abstract

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa paada tahun 1993 Salajo resmi menjadi desa definitif. Kehidupan ekonomi masyarakat Salajo banyak mengalami perubahan terutama dibidang pertanian yang sebelumnya hanya menggunakan alat tradisional dan mengandalkan sawah tadah hujan, kini telah menggunakan peralatan modern seperti traktor dan mesin pompa air yang digunakan ketika musim kemarau. Begitupun bidang agama, pengaruh Muhammadiyah dan dengan berdirinya Madrasah Ibtidaiyah di Desa Patani membawa pengaruh besar pada masyarakat Salajo dan telah meninggalkan kepercayaan nenek moyang. Begitupun dengan pertumbuhan penduduk di Desa Salajo yang dalam lima tahun terakhir terus berkembang, walaupun tidak sedikit warga yang urbanisasi ke daerah lain, namun ini dapat diimbangi dengan tingginya angka kelahiran dan menurunnya angka kematian serta banyaknya pernikahan warga Salajo dengan warga dari desa lain yang menetap di Salajo.Kata Kunci: Definitf, Madrasah, Urbanisasi, Animisme
PENAMBANG PASIR DI KELURAHAN BONGKI, KABUPATEN SINJAI (1995-2011) Muhammad Anis; Muh. Saleh Madjid; M. Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8438

Abstract

Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang munculnya penambang pasir di Kelurahan Bongki yakni: rendahnya pendapatan ekonomi masyarakat, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, keberadaan sungai tangka, letak wilayah Kelurahan Bongki yang strategis dan besarnya permintaan akan material pasir seiring dengan kemajuan pembangunan di Kabupaten Sinjai. Penambang pasir pada awalnya hanya menggunakan peralatan yang sederhana namun seiring berkembangnya zaman ada juga penambang pasir yang menggunakan peralatan yang bersifat modern dan hal ini pula yang mempengaruhi pendapatanya. Munculnya penambang pasir ternyata mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menunjang pembangunan infrastruktur di Kabupaten Sinjai yang berdampak pada perubahan lingkungan sosial-ekonomi masyarakat, tetapi hal ini juga memicu terjadinya kerusakan lingkungan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa  masyarakat Kelurahan Bongki memilih menjadi penambang pasir agar mampu meningkatkan taraf perekonomiannya dan meskipun penambangan pasir yang mereka lakukan tidak memiliki izin, namun tidak serta merta harus melupakan kewajibannya untuk tetap menjaga kelestarian lingkungannya.Kata Kunci: Penambang Pasir, Kelurahan Bongki, Kabupaten Sinjai
PERLAWANAN RAKYAT TOPOKA DI LUWU (1914) Harpita Sapitri; Muh. Rasyid Ridha; Ahmadin Ahmadin
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8423

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Latar belakang terjadinya Perlawanan Rakyat Topoka di Luwu, jalannya perang Topoka di Luwu sebagai bentuk perlawanan rakyat terhadap Belanda, dan akhir perang Topoka terhadap rakyat dan Pemerintah Hindia Belanda di Luwu. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang melalui beberapa tahapan yaitu terdiri dari  pengumpulan sumber (Heuristik) dengan cara wawancara dan sumber buku, kritik (kririk internal dan kritik eksternal), interpretasi (penafsiran), dan penulisan (historiografi). Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa : 1) Belanda memaksa rakyat membuat jalanan dan jembatan-jembatan untuk memperlancar roda jajahannya. Paksaan itu berlaku paling keras dan kejam di Kecamatan Suli. Bukan saja pembuatan jalanan dan jembatan. Selain itu, sistem pemungutan pajak yang bersifat sewenanng-wenang memperparah kondisi rakyat. 2) Belanda mengetahui bahwa penduduk yang membangkang berkumpul di Topoka, Asisten Residen Luwu berangkat ke Topoka dan bermaksud menangkap penduduk yang melawan dan merampas senjatanya. Di tempat itu akhirnya terjadi perkelahian antara pasukan Belanda dengan penduduk Topoka. Kemudian serangan balasan dilakukan penduduk Topoka terhadap barak pasukan Belanda dipinggir sungai Suli yang sementara dibuat jembatan. 3) Awal dari perlawanan menyebabkan kurang lebih dari 10 orang pihak Topoka Tewas, dan 2 orang dari pihak Belanda. Akhir dari Perlawanan Topoka yang menyebabkan , lebih 20 orang Belanda yang luka-luka dan 1 orang dari Belanda tewas, sedangkan dari pihak Topoka, kira-kira 40 orang luka-luka dan 10 orang tewas. Dan penangkapan terhadap tokoh-tokoh penting yang dianggap terlibat dari perang perlawanan tersebut.Kata Kunci: Perlawanan Rakyat Topoka Di Luwu (1914)

Page 1 of 2 | Total Record : 11