cover
Contact Name
Amirullah
Contact Email
amirullah8505@unm.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.pattingalloang@unm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Pattingalloang : Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan
Jurnal Pattigalloang adalah Publikasi Karya Tulis Ilmiah dan Pemikiran Kesejarahan dan ilmu-ilmu sosial.
Articles 315 Documents
MUHAMMADIYAH DI KABUPATEN SOPPENG 1930-1985 Ummy Asfitah Arif; Patahuddin Patahuddin; Mustari Bosra
PATTINGALLOANG Vol. 3 No. 4 Oktober - Desember 2016
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.911 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v3i4.7143

Abstract

Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang didirikannya Muhammadiyah di Kabupaten Soppeng yaitu untuk melakukan perubahan di dalam diri umat Islam itu sendiri untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan nenek moyang yang telah lama dianutnya. Dan menyakinkan masyarakat bahwa ajaran Islam adalah satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Perkembangan Muhammadiyah di Kabupaten Soppeng juga dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan yang dilakukannya mulai 1930-1985. Mulai dari sekolah yang didirikan, Konferensi Muhammadiyah Sulawesi Selatan Tenggara yang diadakan di Kabupaten Soppeng maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Peran Muhammadiyah di Kabupaten Soppeng ini pun mulai dari bidang Dakwah dan Pemurnian Islam, bidang pendidikan dan sosial, dan juga bidang politik. Hal ini memberikan pengaruh besar terhadap masyarakat Soppeng, dimana dalam setiap kegiatannya bertujuan untuk membimbing dan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang arti penting pengajaran Islam.
Peningkatan Hasil Belajar Fisika Materi Fluida Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share pada Siswa kelas XI. IPA 1 SMA Negeri 1 Soppeng Riaja Kabupaten Barru Pahri . Arifin
PATTINGALLOANG Vol. 5, No. 1, April 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.588 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i2.8468

Abstract

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar Fisika melalui pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) pada siswa Kelas XI. IPA. 1 SMA Negeri 1 Soppeng Riaja Kabupaten Barru pada Semester genap Tahun Pelajaran 2008/2009 dengan jumlah siswa sebanyak 31 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan tes hasil belajar dan lembar observasi, kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Hasil analisis yang diperoleh, yaitu: (1) hasil belajar fisika siswa dari Siklus I ke Siklus II dengan kualifikasi sangat tinggi meningkat dari 38,7% menjadi 58,1%. Kualifikasi tinggi menurun dari 32,3% menjadi 25,8%. Kualifikasi sedang 25,8% menjadi 12,9%. Kualifikasi rendah dari 3,2% menjadi 3,2% dan kualifikasi sangat rendah dari 0% menjadi 0%; (2) aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar fisika melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dari Siklus I ke Siklus II meningkat. Hal tersebut terlihat dari aktivitas siswa meliputi menyimak penjelasan guru, mengajukan pertanyaan, tanggapan, jawaban, kerjasama dalanm kelompok dan perilaku yang tidak relevan dengan proses belajar mengajar menurun; dan (3) pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share dapat meningkatkan kualitas belajar fisika pada siswa terutama pada siswa aktivitas dan hasil belajar. Dari hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar Fisika pada siswa Kelas XI. IPA. 1 SMA Negeri 1 Soppeng Riaja Kabupaten Barru. Kata Kunci: Hasil belajar, Pembelajaran Think-Pair-Share, SMA Negeri 1 Soppeng This study is a classroom action research (Classroom Action Research) which aims to improve the results of Physics learning through Think-Pair-Share (TPS) type cooperative learning for Class XI students. IPA. 1 Soppeng Riaja Senior High School 1 Barru District in the even semester of 2008/2009 Academic Year with 31 students. Data retrieval is done by using learning outcomes tests and observation sheets, then analyzed quantitatively and qualitatively. The results of the analysis obtained are: (1) students' physics learning outcomes from Cycle I to Cycle II with very high qualifications increased from 38.7% to 58.1%. High qualifications decreased from 32.3% to 25.8%. Medium qualification is 25.8% to 12.9%. Low qualifications from 3.2% to 3.2% and very low qualifications from 0% to 0%; (2) the activities of students in the teaching and learning process of physics through the implementation of cooperative learning type Think-Pair-Share from Cycle I to Cycle II increased. This can be seen from student activities including listening to the teacher's explanation, asking questions, responses, answers, collaboration in groups and behaviors that are not relevant to the declining teaching and learning process; and (3) cooperative learning type Think-Pair-Share can improve the quality of learning physics in students, especially in students activities and learning outcomes. From the results of these studies, it can be concluded that the Think-Pair-Share (TPS) type of cooperative learning can improve the learning outcomes of Physics for Class XI students. IPA. 1 Soppeng Riaja 1 State High School, Barru Regency.
Pesantren Sultan Hasanuddin Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa Tahun 1986-2017 Inarwati Inarwati; Najamuddin Najamuddin; Muh. Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 5 No. 2, Agustus 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (102.197 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i3.8541

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang berdirinya Pesantren Sultan Hasanuddin, perkembangan Pondok Pesantren Sultan Hasanuddin (1986-2017), serta dampak keberadaan Pondok Pesantren Sultan Hasanuddin. Penelitian ini menggunakan metode sejarah, melalui tahapan: heuristik yakni tahap pengumpulan data atau sumber, kritik yakni tahap penyeleksian sumber ataupun data, interpretasi yang merupakan penafsiran dari fakta-fakta yang telah ada dan historiografi yang merupakan tahap akhir penulisan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang melatarbelakangi berdirinya Pondok Pesantren adalah  keprihatinan terhadap kualitas dan kuantitas pendidikan yang ada di dalam masyarakat, sehinggah Pondok Pesantren Sultan Hasanuddin didirikan pada tahun 1986 di Desa Paraikatte Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Perkembanga pondok pesantren Sultan Hasanuddin yang sangat pesat dapat dilihat dari sarana prasarana, santri, tenaga pendidik dan prestasinya. Dampak keberadaan pondok pesantren sangat positif dari berbagai bidang seperti bidang Agama, Sosial, dan Pendidikan.Kata kunci : Pondok, Pesantren, Gowa
PETANI CENGKEH DI PEPPAE KABUPATEN BONE (1990-2015) Yunita Sari Suharti
PATTINGALLOANG Vol. 3 No. 1 Januari - Maret 2016
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v3i1.2354

Abstract

Tulisan ini untuk memberikan gambaran tentang latar belakang dimulainya pertanian cengkeh, perkembangan pertanian cengkeh, serta pengaruh muncul BPPC yang dibentuk oleh pemerintah terhadap masyarakat petani cengkeh di Peppae.  Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang dimulainya pertanian cengkeh di Peppae pada tahun 1990 yang diprakarsai oleh salah seorang masyarakat Peppae yang bernama H. Dahlan. Pengaruh BPPC yang dibentuk oleh pemerintah sangat merugikan masyarakat petani cengkeh Peppae dikarenakan badan tersebut melakukan sistem monopoli yang merugikan petani cengkeh. Setelah dibubarkannya Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC) kualitas hidup para petani kembali normal, disebabkan oleh harga cengkeh yang kembali stabil bahkan melonjak tinggi. Hal ini memberi pengaruh besar bagi masyarakat petani cengkeh Peppae dengan meningkatnya taraf kesejahteraan para petani. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa perkembangan pertanian cengkeh di Peppae tidak terlepas dari partisipasi aktif masyarakat serta pemerintah dalam meningkatkan kualitas pertanian cengkeh di Indonesia. Dinamika kehidupan sosial petani cengkeh di Peppae tidak terlepas dari tingkat harga pembelian bunga cengkeh. Hal ini terlihat pada masa sebelum diberlakukannya BPPC (1990-1992), jumlah petani yang mengalami peningkatan secara signifikan karena harga cengkeh cukup tinggi. Sementara saat diberlakukannya BPPC (1992-1998) jumlah petani cengkeh menurun akibat harga cengkeh yang sangat rendah karena BPPC melakukan sistem monopoli dan KUD melakukan kecurangan. Dan setelah BPPC dibubarkan akibat tumbangnya Orde baru yang kemudian terjadi krisis ekonomi dan reformasi di tahun 1998, menyebabkan peningkatan kembali jumlah petani cengkeh sehingga mencapai titik normal.
Petani Jeruk di Bumi Tanadoang 1979-2017 Muh. Nur Fajri Ramadhan; Ahmadin Ahmadin; Muh. Saleh Madjid
PATTINGALLOANG Vol. 4, No. 3, Desember 2017
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (252.351 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i1.6709

Abstract

This paper attempt to provide an explanation of the description of orange farming in Batangmata Sapo. After having succes in rice self-sufficiency the government is giving more attention in the development of horticultural commodities. As well as South  Sulawesi region that increasing the economic growth and also develops a wide variety of business, one of them in the field of horticulture. Through the type of orange plant developed in the Luwu and Selayar areas. In 1979’s the coconut farmers was much higher more than of other cultivators. In the 1980’s people in this area are turning to cultivate oranges because that is considered more promising a better result than planting coconut. The Batangmata Sapo area that development the oranges agriculture for  the first time was in a village called Tamallua. Being farmed oranges is not always pan out, the disease and the season become a obstacle to farmers right now. This study is interesting to be studied because Batangmata Sapo is a center of orange production in Selayar Islands District because there are no one of researcher that looked at specifically. This research is a qualitative research with descriptive analysis approach, which consist of several stages namely: (1) Heuristic, by interviewing some orange  farmers such: Makmur, Taris, Muh. Daeng, Harundini. The archives collection at the Agriculture Department and Food Security of the Selayar Islands Regency, regarding orange production data in each year and also used a books that related to agriculture andorange crops such as Rahmat Rukmana's book entitled Tangerine farming (2) Criticism or the process of verifying the authenticity of historical sources. (3) Interpretation or interpretation of historical sources, and (4) Historiography, is the stage of historical writing.
HUBUNGAN I MANYAMBUNGI DI KERAJAAN BALANIPA DENGAN TUMAPPA’RISI KALLONNA DARI KERAJAAN GOWA PADA ABAD XVI Arif Husain Usman; Muh. Saleh Madjid
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8432

Abstract

Hubungan antara Kerajaan Balanipa dengan Kerajaan Gowa pada masa pemerintahan I Manyambungi meliputi dua hal yakni; hubungan kekerabatan dan hubungan politik. Hubungan kekerabatan diperoleh pada saat I Manyambungi menikah dengan anak dari Karaeng Suria yang juga masih merupakan kemanakan raja Gowa. Adapun menyangkut hubungan politik bisa kita cermati dari beberapa ikrar yang melibatkan Kerajaan Balanipa dan Kerajaan Gowa perihal untuk selalu menjaga hubungan baik dan juga selalu berkomunikasi manakala dua kerajaan tersebut mendapat ancaman dari kerajaan lain. Hubungan antara Kerajaan Balanipa dengan Kerajaan Gowa ternyata membawa pengaruh yang besar bagi Kerajaan Balanipa. Ilmu dan pengalaman yang diperoleh I Manyambungi sewaktu tinggal di Kerajaan Gowa pada akhirnya sangat membantunya dalam usahanya memimpin Kerajaan Balanipa. Adapun bagi Kerajaan Gowa, hubungan dengan Kerajaan Balanipa di Mandar dapat membawa  keuntungan darisegi ekonomi atau perdagangan dengan melalui jalur laut.Kata Kunci: Hubungan  I Manyambungi, Kerajaan Balanipa, Tumappa’risi Kallonna ,Kerajaan      Gowa Pada Abad XVI
Identitas Nasional Sebagai Salah Satu Determinan Pembangunan Bangsa dan Karakter Andi Aco Agus
Jurnal Pattingalloang Vol. 9 No. 3, Desember 2022
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (26.214 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i1.8520

Abstract

Identitas Nasional adalah ciri, tanda, jati diri yang melekat pada suatu negara sehingga membedakan dengan negara lain. Identitas nasional sebagai suatu bangsa akan sangat ditentukan oleh idiologi yang dianut dan norma dasar yang dijadikan pedoman untuk berperilaku. Pancasila sebagai identitas bangsa Indonesia yang merupakan pencerminan dari kebudayaan bangsa dan merupakan pembeda dari bangsa lain. Identitas bangsa penting untuk dimiliki, dibangun, dibentuk atau dikonstruksikan agar suatu bangsa sebagai persekutuan hidup manusia memiliki ciri khasnya sendiri, selain itu berguna untuk membangun kesatuan sosial. Sebuah bangsa tidak mudah terombang ambing oleh arus globalisasi, menciptakan cita rasa keanggotaan yang sama, menciptakan rasa kepemilikan dan hasrat yang sama untuk melanjutkan kehidupan. Beberapa bentuk identitas Nasional Indonesia yaitu Bahasa Nasional adalah Bahasa Indonesia. Bendera Negara yaitu Sang Merah Putih. Lagu Kebangsaan yaitu Indonesia Raya, lambang Negara Garuda Pancasila, semboyan negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, Dasar Falsafah Negara adalah Pancasila Konstitusi (Hukum Dasar) Negara, yaitu UUD NRI 1945, Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang berkedaulatan rakyat, konsepsi wawasan Nusantara Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional.Kata Kunci : Identitas Nasional Pembangunan Bangsa dan Karakter. National Identity as One of the Determinants of National and Character DevelopmentAbtractNational identity is a characteristic, sign, identity attached to a country so that it differentiates it from other countries. National identity as a nation will be largely determined by the adopted ideology and basic norms that serve as guidelines for behavior. Pancasila as the identity of the Indonesian nation is a reflection of the nation's culture and is a differentiator from other nations. National identity is important to have, built, formed or constructed so that a nation as a community of human life has its own characteristics, besides that it is useful for building social unity. A nation is not easily swayed by the flow of globalization, creating the same sense of membership, creating the same sense of ownership and desire to continue life. Several forms of Indonesian National identity, namely the National Language is Indonesian. The national flag is the Red and White. The national anthem is Indonesia Raya, the national symbol is Garuda Pancasila, the national motto is Bhinneka Tunggal Ika, the basic philosophy of the state is Pancasila, the constitution (basic law) of the state, namely the 1945 Constitution of the Republic of Indonesia, the form of the Unitary State of the Republic of Indonesia, which has people's sovereignty, the concept of the archipelago's perspective, regional culture which has been accepted as national culture.Keywords: National Identity and Character Development.
DESA MANDIRI DI KECAMATAN TOMONI: POTRET SEBUAH DESA MULTIKULTURAL (1998-2014) Wiwik Suryani
PATTINGALLOANG Vol. 3 No. 1 Januari - Maret 2016
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v3i1.2285

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kedatangan kelompok suku dan terbentuknya masyarakat multikultural di Desa Mandiri, interaksi masyarakat multikultural di Desa Mandiri dan dampak adanya interaksi masyarakat multikultural di Desa Mandiri pada tahun (1998-2014). Penulisan skripsi ini digolongkan sebagai sejarah sosial karena ruang lingkup sejarah sosial berkaitan dengan interaksi masyarakat.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang dan proses kedatangan suku-suku di Desa Mandiri yaitu karena adanya faktor pendorong dan faktor penarik, proses kedatangan suku-suku diawali oleh suku jawa pada tahun 1939, suku Bugis pada tahun 1950, suku Bali pada tahun 1972 dan suku Toraja pada tahun 1977. Interaksi masyarakat multikultural di Desa Mandiri terjadi dalam beberapa bidang, yaitu interaksi dalam bidang sosial, interaksi dalam bidang budaya, interaksi dalam bidang ekonomi dan interaksi dalam bidang politik. Interaksi ini terjadi secara harmonis, karena tidak ditemui konflik selama tahun 1998-2014. Interaksi yang terjadi tersebut memunculkan suatu dampak. Dampak yang terjadi ada pada beberapa bidang, seperti bidang sosial, budaya, ekonomi dan politik. Dampak ini memunculkan perubahan pada masyarakat multikultural di Desa Mandiri. Kata Kunci : Desa Mandiri, Kecamatan Tomoni, Potret Desa Multikultural  
Malino: Kota Perdamaian dan Kawasan Wisata di Gowa 1946-2002 Muhammad Rijal; Mustari Bosra; M. Rasyid Rasyid
PATTINGALLOANG Vol. 4, No. 3, Desember 2017
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (234.278 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i1.7077

Abstract

This study aims to find out the general picture of Malino as a conference and tourist venue that started from 1946 to 2002, and also explained the background of the Malino conference in Tinggimoncong Sub-district. This research uses a historical research method consisting of four stages, namely heuristic (searching and collecting sources), source criticism (internal criticism and ektern), interpretation (source interpretation) and historiography (historical writing). Methods of data collection is done by conducting field research consisting of interviews and collecting archives and related literature. This study is a historical research with qualitative descriptive approach, so that in the process of research using research methods in accordance with historical scientific rules consisting of several stages. The stages are heuristics, criticism, interpretation, and historiography. The results of this study indicate that Malino as a place of conference and tourist attractions, in 1946 was the beginning of Malino serve as the venue for the establishment of NIT conferences by the Dutch colonial, then in the reform era between 2001 and 2002 there are at least two important activities of peace negotiations Poso conflict and the Maluku conflict also held in Malino where the negotiations reached a peace agreement between the conflicting parties. In addition to Malino as a place of peace as well as a tourist area where since 1975 Malino serve as a tourist destination in South Sulawesi, where Malino as a natural tourist destination and cultural and historical tourism.
KERAJAAN BONE PADA MASA PEMERINTAHAN FATIMA BANRI (1871-1895) Andi Jumriani
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 1 Januari - Maret 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i1.8419

Abstract

Keadaan Kerajaan Bone pada Masa Pemerintahan Fatima Banri 1871-1895 tidak terlepas dari bagaimana proses terbentuknya Kerajaan Bone, perkembangannya dari beberapa raja yang pernah berkuasa serta kebijakan dan keberhasilan yang dicapai oleh raja tersebut selama masa kepemimpinannya. berdasarkan dari hasil penelitian penulis Sebelum pemerintahan Fatima Banri di Kerajaan Bone, sebelum datangnya To manurung Kerajaan Bone terdiri dari beberapa anang, sampai kepada datangnya To manungrung sebagai raja pertama dan Bone menjadi sebuah Kerajaan. Dengan datangnya To manurung maka terjadilah penggabungan beberapa kelompok masyarakat yang ada pada mulanya hidup berkelompok-kelompok. Masyarakat setempat sudah menganut sistem pelapisan sosial sebagaimana dengan masyarakat di Sulawesi Selatan, masyarakat sudah mengenal sertifikasi sosial seperti Arung, To deceng, To sama, dan Ata. Dimasa pemerintahan Fatima Banri di Kerajaan Bone yakni dari tahun 871 sampai dengan tahun 1895 telah terjadi sistem kekerabatan Kerajaan Bone dengan Gowa, adanya sistem kekeluargaan yang dimana ibu dan suami beliau yang berasal dari gowa, dan juga kebijakan yang lain dilakukan oleh Fatima Banri yakni adanya perobahan model baju wanita di Kerajaan pada saat itu. Kata Kunci : Kerajaan Bone, Masa Pemerintahan Fatima Banri (1871-1895)

Page 3 of 32 | Total Record : 315