cover
Contact Name
Amirullah
Contact Email
amirullah8505@unm.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.pattingalloang@unm.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Pattingalloang : Jurnal Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan
Jurnal Pattigalloang adalah Publikasi Karya Tulis Ilmiah dan Pemikiran Kesejarahan dan ilmu-ilmu sosial.
Articles 315 Documents
KAWASAN PELABUHAN GARONGKONG DI KABUPATEN BARRU (2005-2014) Astria Wulandari; La Malihu; Ahmadin Ahmadin
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 2 April - Juni 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i2.8425

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian Sejarah dengan menggunakan beberapa tahapan kerja, yaitu heuristik (pengumpulan sumber), kritik eksterenal dan kritik interenal, interpretasi dan penyajian serta historiografi (penulisan) yang merupakan pengungkapan kisah sejarah secara tertulis.Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang didirikannya Pelabuhan Grongkong karena kurangnya daya tampung yang dimiliki Pelabuhan Awerange, yang juga sebagai pelabuhan rakyat di Kabupaten Barru. Selain itu kedalaman laut yang dimiliki Garongkong sangat strategis untuk disandari kapal-kapal besar. Perkembangan Pelabuhan Garongkong  dibangun pada tahun 2005 dengan penimbunan areal darat dan tanggul, pada tahun 2006 pemancangan tiang trestle, pada tahun 2007 pemancangan tiang platform tahap I, pada tahun 2008 konstruksi pelencengan, pada tahun 2009 penyelesaian catwalk. Perkembangan fungsional yaitu pada tahun 2010 yaitu pembangunan fasilitas darat.Dampak keberadaan Pelabuhan Garongkong yaitu semakin lancarnya aktifitas pelayaran dan bongkar muat barang  dan adanya lapangan pekerjaan baru untuk masyarakat disekitar Pelabuhan Garongkog. Akhir penelitian, ditarik kesimpulan bahwa keberadaan Pelabuhan Garongkong  sangat penting untuk kelancaran proses bongkar muat barang dan penumpang. Pelabuhan Garongkong juga membawa dampak positif bagi masyarakat Garongkong serta masyarakat sekecamatan Barru yakni meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat.Kata Kunci : Kawasan Pelabuhan Garongkong, Kabupaten Barru
Desa Pattedong pada Masa Pemerintahan Ismail Sangga dan Rasyid Rauf Miftahul Jannah; Mustari Bosra; Muh. Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 5 No. 2, Agustus 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (159.952 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i3.8516

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terbentuknya Desa Pattedong, Perkembangan Desa Pattedong pada masa pemerintahan Ismail Sangga dan Rasyid Rauf. Desa Pattedong terbentuk pada tahun 1982, dari hasil pemekaran dari Desa Je’ne Maeja. Setelah tahun 1999 Desa Pattedong pada masa pemerintahan Ismail Sangga mengalami perkembangan dilihat dari segi sosial yaitu keharmonisan dan eksistensi tradisi adat istiadat serta budaya gotong royong masih berlaku, bidang ekonomi dapat dilihat dari banyaknya pembangunan infrastruktur desa yang dibangun seperti jalan desa, bidang pendidikan dapat dilihat dari pemberian pendidikan sejak dini, sedangkan bidang kesehatan dapat dilihat dari adanya pemeriksaan kesehatan dari anak kecil hingga yang lanjut usia. Begitu pula dengan pemerintahan Rasyid Rauf yang mengalami banyak perkembangan dalam bidang ekonomi yaitu ekonomi pembangunan seperti pembangunan jalan tani, drainase, plat dekker disetiap dusun di Desa Pattedong. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang menggunakan metode sejarah melalui tahapan kerja yakni heuristic atau pengumpulan data, kritik sumber, interpertasi, historiografi atau penulisan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan terdiri dari wawancara (Rasyid Rauf, Damir, Sulaeman dan warga Desa Pattedong) dan mengumpulkan sumber arsip (dokumen dari kantor desa dan BPS kabupaten Luwu) serta literatur-literatur yang berhubungan.Kata Kunci : Pemimpin, Desa Pattedong
RED GANK: SUPORTER PERSATUAN SEPAK BOLA MAKASSAR (2004-2015) Zhella Anwar; M. Rasyid Ridha; Najamuddin .
PATTINGALLOANG Vol. 4, No. 1, April 2017
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (32.458 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v4i2.3874

Abstract

Tulisan ini membahas tentang terbentuknya Red Gank organisasi suporter PSM (Persatuan Sepakbola Makassar) di prakarsai  oleh Sul Daeng Kulle yang kini menjadi Presiden Red Gank, ditemani oleh beberapa teman-temannya Abd. Gafur ST, Hary wiyoko, Heri, Aksan dan Aulia Mul, yang kemudian dibentuk menjadi organisasi oleh 30 orang. Didirikan di Kompleks Hartaco Indah Makassar pada tanggal 08 Februari 2004 melalui rapat dewan formatur. Sekertariat Red Gank di Kompleks Hartaco Indah Blok –IA No 14 – Makassar. Lambang Red Gank berbentuk kepala manusia, setengahnya adalah bola dan setengahnya adalah raut wajah bergaris kertas mengenakan pengikat kepala berwarna putih  bertuliskan Red Gank.Kata Kunci: Red Gank, Suporter Persatuan Sepakbola Makassar
KEMATIAN DAN PEMAKAMAN LA TENRITATTA ARUNG PALAKKA DI BONTOBIRAENG KERAJAAN GOWA (1696) Nurlindayani Nurlindayani
PATTINGALLOANG Vol. 2 No. 1 Januari - Maret 2015
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.905 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v2i1.8415

Abstract

Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif melalui metode penelitian sejarah dengan tahapan yakni; heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi yang merupakan tahapan penulisan sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Arung Palakka ini adalah orang yang pernah terlibat dalam perang Makassar pada tahun 1666 bersama Belanda dan Sultan Hasanuddin dan setelah perang Makassar berakhir Arung Palakka diangkat menjadi raja ke XV di Bone dan memiliki pengaruh besar di Sulawesi Selatan pada abad ke-17. Pada akhir abad 17, kondisi kesehatan Arung Palakka menurun sehingga tidak bisa menjalankan aktivitas seperti biasanya. Maka hal ini ia memberi kepercayaan kepada keponakannya yaitu La Patau untuk menggantikan Arung Palakka sementara sehingga kesulitan yang dihadapi Arung Palakka selama sakit dapat diambil alih dan diatasi oleh La Patau dengan baik. Kesehatan Arung Palakka yang terus menurun meskipun mendapat pengobatan dari dokter sehingga tepat tanggal 6 April 1696 ia meninggal dunia dan dimakamkan berdampingan dengan Karaeng Pattingaloang di daerah Bontobiraeng.Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa La Tenritatta Arung Palakka dimakamkan di Bontobiraeng wilayah Kerajaan Gowa sesuai dengan pesan/wasiat yang ditinggalkan sebelum meninggal dunia dan juga adanya hubungan kekeluargaan yang terjalin antara Arung Palakka dan Sultan Hasanuddin, dimana istri  kedua Arung Palakka yaitu Imengkawani Daeng Talele adalah adik dari Sultan Hasanuddin. Selain itu, sekaligus sebagai fakta bahwa antara Gowa dan Bone sudah tidak ada perselisihan.Kata Kunci: Kematian dan Pemakaman, La Tenritatta Arung Palakka
PASAR LAMBOCCA DI KABUPATEN BANTAENG (KAJIAN SEJARAH SOSIAL-EKONOMI 1982-2016 Andi Nurningsih Gunawan; La Malihu .; Ahmadin .
PATTINGALLOANG Vol. 4, No. 1, April 2017
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (23.909 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v4i2.3857

Abstract

Artikel ini membahas tentang awal mula berdirinya Pasar Lambocca di Kabupaten Bantaeng  yang disebabkan oleh perpindahan lokasi dari daerah Lumpangan ke daerah Lambocca. Perpindahan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya pedagang yang berjualan di Pasar Lumpangan yang tidak diimbangi dengan luas lokasi pasar. Akhirnya, Pasar yang berada di daerah Lumpangan, kemudian dipindahkan ke daerah Lambocca. Perkembangan Pasar Lambocca di Kabupaten Bantaeng terlihat dari semakin meningkatnya para pedagang di pasar tersebut, serta adanya revitalisasi Pasar Lambocca menjadi Pasar percontohan di Indonesia. Revitalisasi tersebut mencakup perbaikan dalam hal sarana maupun prasarana.  Adapun dampak  keberadaan Pasar Lambocca terlihat dari masyarakat khususnya para pedagang yang melakukan aktivitas perdagangan di Pasar Lambocca. Di samping itu, kehadiran Pasar Lambocca memberikan dampak bagi terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. 
Peristiwa Teppo di Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidrap Tahun 2013 Eri Gustiawan; Patahuddin Patahuddin; Ahmadin Ahmadin
PATTINGALLOANG Vol. 5, No. 1, April 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (329.41 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i2.8465

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang terjadinya peristiwa Teppo dan proses terjadinya serta dampak yang ditimbulkan dari peristwa Teppo di Kecamatan Tellu Limpoe Kabupaten Sidrap.Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan menggunakan metode historis melalui tahapaan-tahapan meliputi Heuristik yaitu mengumpulkan sumber atau data sebanyak mungkin, kritik sumber yaitu untuk menentukan otentitas dan rehabilitas sumber-sumber yang telah dikumpulkan untuk mngetahui asli atau tidaknya sumber tersebut, Interpretasi yaitu menentukan kedudukan fakta sejarah secara profesional, serta Historiografi atau penyajian yang merupakan pengungkapan secara tertulis.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadinya Peristiwa Teppo yakni konflik yang terjadi antara kelompok masyarakat Teppo dan kelompok masyarakat Amparita yang dilatarbelakangi oleh adanya faktor sosial, faktor agama, dan factor kenakalan remaja. Peristiwa tersebut hanya berlansung selama satu hari pada tanggal 23 Mei 2013, dimulai dari aksi penikaman yang dilakukan oleh salah satu masyarakat Amparita hingga berlanjut pada malam hari. Adapun dampak yang ditimbulkan antara lain, dalam bidang sosial, dalam bidang ekonomi dan bidang pendidikan. Dalam bidang sosial, munculnya rasa takut dan perasaan benci antara kedua kelompok masyarakat. Dalam bidang ekonomi, terhentinya proses berjualan di Pasar Amparita serta ladang milik masyarakat tidak kelola untuk sementara waktu karena perasaan takut dan was-was. Dalam bidang pendidikan, proses belajar mengajar menjadi terganggu sehingga banyak siswa maupun guru yang memilih tidak masuk sekolah atau mengajar.Kata Kunci : Masyarakat Teppo , Proses Terjadinya Peristiwa Teppo dan Kecamatan Tellu Limpoe Kab Sidrap           AbstractThis is study aims to determine the background of Teppo events and the process of occurrence and impact of Teppo's event in Tellu Limpoe Sub-district of Sidrap Regency. This research is descriptive analysis by using the historical method through stages include Heuristik that collects the source or data as much as possible, source criticism is to determine the authenticity and rehabilitation of sources that have been collected to mngetahui original or not the source, Interpretation is determining the position of fact history professionally, and Historiography or presentation which is a written expression.The results of this study indicate that the occurrence of the Teppo event is the conflict between Teppo community group and Amparita society group which is motivated by social factors, religious factors and juvenile delinquency factor. The incident only lasted for one day on May 23, 2013, starting from the stabbing action conducted by one of the Amparita community to continue at night. As for the impact, among others, in the social field, in the field of economy and education. In the social field, the emergence of fear and hatred between the two groups of people. In the economic field, the cessation of the selling process at Amparita Market and the community owned fields did not manage for a while due to fear and anxiety. In the field of education, the learning process becomes disrupted so that many students and teachers who choose not to go to school or teaching. Keyword : Society Teppo , Teppo Event and District of Tellu Limpoe Sidrap Regency
Baraka : Basis Pertahanan DI/TII di Sulawesi Selatan (1953-1965) Nur Aisyah; Patahuddin Patahuddin; Muh. Rasyid Ridha
PATTINGALLOANG Vol. 5, No. 1, April 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (349.115 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i2.8469

Abstract

Tulisan ini mengkaji tentang  Baraka sebagai Basis Pertahanan DI/TII di Sulawesi Selatan. Pada tahun 1953 Kahar Muzakkar menjadikan daerah Baraka, Kabupaten Enrekang sebagai basis pertahanan pertama DI/TII di Sulawesi Selatan. Letak yang strategis dan keterbukaan masyarakat yang menjadi potensi daerah Baraka dijadikan sebagai basis pertahanan DI/TII oleh Kahar Muzakkar. Selain itu, karena Baraka merupakan daerah operasi dari komandan bawahan Kahar Muzakkar yaitu Andi Sose. Banyaknya simpatik yang diperoleh Kahar Muzakkar dari masyarakat Baraka bahkan masyarakat Sulawesi  Selatan memaksa pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan operasi penumpasan kepada Pemberontakan Kahar Muzakkar yang telah mengancam keutuhan NKRI. Kemudian  pada tanggal 3 Februari 1965 pimpinan tertinggi Darul Islam/Tentara Islam Indonesia di Sulawesi Selatan tertembak mata oleh Kopral Sadeli di pinggir sungai Lasolo, Sulawesi Tenggara. Tulisan ini menggunakan metode penelitian sejarah yakni, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Kata kunci : Baraka, DI/TII, Sulawesi Selatan AbstractThis paper examines Baraka as the DI / TII Defense Base in South Sulawesi. In 1953 Kahar Muzakkar made Baraka, Enrekang District the first DI / TII defense base in South Sulawesi. The strategic location and openness of the community which is the potential of the Baraka area is used as a defense base for DI / TII by Kahar Muzakkar. In addition, because Baraka was the operating area of Kahar Muzakkar's subordinate commander, Andi Sose. The amount of sympathy gained by Kahar Muzakkar from the Baraka community and even the people of South Sulawesi forced the Indonesian government to carry out a crackdown on the Kahar Muzakkar Rebellion which had threatened the integrity of the Republic of Indonesia. Then on February 3, 1965 the highest leader of the Darul Islam / Indonesian Islamic Army in South Sulawesi was shot by Corporal Sadeli on the edge of the Lasolo river, Southeast Sulawesi. This paper uses historical research methods namely, heuristics, criticism, interpretation and historiography. Keywords: Baraka, DI / TII, South Sulawesi
Petani Salak di Dusun Banca Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang 1960-2016 Mawaddah Mawaddah; Jumadi Jumadi; Muh. Saleh Madjid
PATTINGALLOANG Vol. 5, No. 3, Desember 2018
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (109.276 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i4.9005

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang munculnya petani salak di Dusun Banca Kecamatan Baraka, perkembangan petani salak di Dusun Banca Kecamatan Baraka, dan kehidupan sosial ekonomi petani salak di Dusun Banca. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa komoditi salak di Enrekang mulai diperkenalkan di Kalosi oleh Bandu, seorang yang merantau ke Jawa kemudian kembali ke Enrekang. Kemudian Bandu menyebarkan biji salak hasil pertanian salaknya kepada H. Londa, Hamma, Ranni, Sele’, Wa’ Pada’, Tija, dan Satia. Mereka adalah pedagang dari Banca yang saat itu berdagang di Pasar Kalosi. Tahun 1960 H. Londa pertama kali menanam salak di Dusun Banca.  Kemudian terus berkembang di masyarakat dan mengalami puncak perkembangan pada tahun 1982.  Setelah itu perkembangan komoditi salak yang dilihat dari produksi salak di Dusun Banca mengalami pasang surut yang disebabkan beberapa hal seperti faktor cuaca, penambahan lahan baru, dan pergantian lahan pertanian salak ke lahan lainnya. Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa keadaan sosial ekonomi masyarakat di Dusun Banca mengalami pertumbuhan dan perkembangan di berbagai bidang, seperti pendidikan serta berdampak pada peningkatan kesejahtraan hidup. Penelitian ini dilakukan melalui wawancara dan kajian pustaka  dengan menggunakan metode sejarah melalui bebrapa tahapan: heuristik (pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan terdiri dari wawancara H. Londa, para petani salak,dan  pedagang salak Kata kunci : Salak, Pertanian, Dusun Banca                            Abstrac This study was intended to know the background of the emergence of salak farmers in Banca hamlet, subdistrict of Baraka, the development of salak farmer in Banca hamlet, subdistrict of Baraka, and the socio-economic life of salak farmer in Banca hamlet. Results from the study indicated that salak in Enrekang started to be introduced in Kalosi by bandu, a traveling member to java and the returned to Enrekang. Then Bandu spread his salak seeds to H. Londa, Hamma, Ranni, Sele’, Wa’on, Tija, and Satia. They are the merchants of Banca who were then trading in the marketplace of Kalosi. In 1960 H. Londa first planted salak in the Banca hamlet. Then they continue to thrive in society and are experiencing the peak of development in 1982. Following this the development of the salak commodity seen in salak production in the Banca hamlet had it was up and down as a result of some such factors as the weather, the increasing of new land, and the change of salak farmland to other land. Based on the results of the study, it can be concluded that the socio-economic conditions of the people in the Banca hamlet have experienced growth and development in various fields, such as education and has resulted in improved well-being of life. The study is conducted through interviews and library studies using historical methods through some of the stages: heuristic, source criticism, interpretation, and historiography. Data collection methods are conducted by a field research of interviews (H. Londa, salak farmers, and salak merchants)Keywords: Salak, Farmer, Banca hamlet. 
NELAYAN PAPEKANG BONTO KAMASE (1976-2000) Muhammad Asrar
PATTINGALLOANG Vol. 3 No. 1 Januari - Maret 2016
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pattingalloang.v3i1.2355

Abstract

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebelum memasuki era 1976 pola penangkapan nelayan papekang masih tergolong sederhana dan terbatas karena dari segi alat tangkap yang digunakan bersifat tradisonal dan wilayah penangkapan masih dekat dengan garis pantai. Pada 1976 munculnya pemesinan perahu tangkap nelayan mendorong untuk meningkatkan produktivitas nelayan papekang dan mulailah melaut pada daerah yang jauh dari garis pantai, selain itu perkembangan alat pancing terjadi karena di dorong oleh pengalaman yang di alami selama melaut dan perkembangan pola pikir yang di pengaruhi oleh perkembangan zaman. Selain perkembangan pada alat tangkap juga terjadi pada perahu yang digunakan mengalami perkembangan dari pengggunaan sampan-sampan kemudian beralih pada perahu bercadik pada 1975 dan sampai pada penggunaan perahu Jolloro pada 1985 dengan ukuran yang agak lebih besar. Setelah  terjadinya perkembangan pada nelayan papekang maka mendorong lahirnya usaha rumah tangga nelayan di Bonto Kamase seperti pedagang ikan pindang, ikan asing dan ikan kering pada kalangan perempuan, hal ini kemudian berdampak pada kehidupan sosial ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dengan terjadinya perkembagan baik dari segi alat tangkap dan perahu yang di pergunakan merangsang munculnya pelaku ekonomi yang turut berpartispasi serta memamfaatkan peluang untuk meningkatkan kehidupan ekonomi yang lebih baik, hal ini menunjukkan bahwa keadaan ekonomi turut mempengaruhi status sosial dalam masyarakat.
Efek Domino Gerakan Tiga Daerah di Bantaeng 1999-2014 Ulil Amri; Ahmadin Ahmadin; Jumadi Sahabuddin
PATTINGALLOANG Vol. 4, No. 3, Desember 2017
Publisher : Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Fakultas Ilmu Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (222.82 KB) | DOI: 10.26858/pattingalloang.v5i1.6710

Abstract

This paper discusses the Movement of Kaloling, Layoa, Bajiminasa in Bantaeng 1999-2014. This study aims to discuss the background of the formation, movement patterns KANTIBMAS KALBA Bantaeng District, the movement, and the impact of movement KANTIBMAS KALBA Bantaeng District from 1999-2014. the researchers designed this research is qualitative descriptive by using historical (historical) method of writing. Through the stages of Heuristics, Criticism, Interpretation and Historiography The results of this study found that the formation and movement of KANTIBMAS KALBA Bantaeng Regency backed by a sense of disappointment of the villagers Kaloling, Layoa and Bajiminasa against security forces that are not effective in controlling the perpetrators of crime in Bantaeng District that increasingly troubling and threatening ketentraman community. In addition, the movement carried out by the KANTIBMAS KALBA Bantaeng District is stru (Anon., t.thn.)ctured neatly and very effectively so as to provide an impact that can be felt by the community by starting to control the security and public order in Bantaeng Regency. Every operation performed was a shock teraphy for the perpetrators of the crimes that made as many as 1,062. The perpetrators of crime in Bantaeng District in 1999-2003 surrendered themselves to the authorities. This success inspired other regions to form similar movements such as the Massa of Jeneponto, Massa Takalar, Massa Gowa, Bulsaumba, Sinjai, Forbes Bone and Pinrang. The researchers designed this research is qualitative descriptive by using historical (historical) method of writing. Through the stages of Heuristics, Criticism, Interpretation and Historiography

Page 5 of 32 | Total Record : 315