cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Articles 427 Documents
KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAN PEMBENTUKAN BINTILAKAR PADA CEMARA UDANG Winastuti Dwi Atmanto; Sumardi Sumardi; Dja'far Shiddieq; Siti Kabirun
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2012.9.3.155-163

Abstract

Mekanisme penambatan nitrogen tidak hanya terjadi pada simbiosis antara jenis Legum dengan Rhizobium, tetapi juga antara jenis non legum dengan jenis mikroorganisma yang lain. Contohnya adalah antara jenis cemara udang dengan Frankia. Karakter morfologi jenis ini belum banyak diketahui terutama pada kemampuan pembentukan bintil akar dan kapasitasnya dalam menambat nitrogen. Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui tentang karakteristik bintil akar jenis cemara udang pada percobaan pot dan lapangan, 2) mendapatkan isolat Frankia dari bintil akar yang paling cepat membentuk bintil akar pada tanaman cemara udang. Pengamatan terhadap kecepatan pembentukan bintil akar dilakukan di dalam pot dengan media tanam zeolit. Isolat yang digunakan sebagai perlakuan diperoleh dari seleksi terhadap karakteristik morfologi isolat yang berbeda dari tanaman asal Madura (M1, M3, M4, M5, M6, M7, M8, M10, M11), Tepus (T1, T2, T3, T4), Samas (S1) dan tanpa inokulasi (Kt). Masing- masing isolat diinokulasikan pada 4 (empat) semai cemara udang. Pengamatan dilakukan setiap 2 (dua) minggu sekali, diamati perkembangan, pembentukan dan jumlah bintil akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kesamaan ragam bentuk bintil akar cemara udang dalam percobaan pot dan lapangan. Bagian permukaan bintil akar dalam pertumbuhannya selalu berwarna lebih muda, makin ke arah dalam semakin gelap dan keras. Semua isolat yang diuji pada semai cemara udang mampu membentuk bintil akar setelah 4 (empat) minggu diinokulasi dengan rata-rata jumlah bintil akar yang terbentuk 2,55 buah (34,86%). Isolat M5 dan M6 paling baik digunakan sebagai sumber inokulum untuk pembuatan semai cemara udang, karena dalam waktu 2 (dua) minggu semua bibit serempak membentuk bintil akar.
AKTIVITAS AKARISIDA BEBERAPA MINYAK ATSIRI, INSEKTISIDA NABATI, DAN CUKA KAYU TERHADAP Varroa destructor Anderson & Trueman (Acari: Varroidae) Kuntadi Kuntadi; Lincah Andadari
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.384 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2013.10.1.33-42

Abstract

Varroa destructor Anderson and Trueman merupakan hama parasit yang telah menyebabkan kerusakan koloni lebah madu dan menimbulkan kerugian besar bagi kegiatan perlebahan di seluruh dunia. Pengendalian kimiawi V. destructor menggunakan insektisida sintetis telah menyebabkan berkembangnya resis-tensi hama dan terakumulasinya residu insektisida pada madu dan produk perlebahan lainnya. Minyak atsiri dipandang sebagai bahan alternatif untuk mengendalikan V. destructor, karena aktivitasnya sebagai akarisida serta kandungan zat aktifnya yang relatif aman bagi lebah madu dan hasil madu. Penelitian di-lakukan untuk mengevaluasi aktivitas akarisida beberapa zat nabati terhadap V. destructor di laboratorium dan lebah madu Apis mellifera. Enam jenis minyak atsiri, yaitu minyak cengkeh (eugenol), gandapura (metyl salisilat), kayu putih (sineol), sereh (sitronellal), kayu manis (sinamaldehida), dan pepermint (menthol). Tiga jenis insektisida nabati berbahan minyak atsiri, yaitu IS-1 (eugenol + sitronellal + xanthorizol), IS-2 (eugenol + sinamaldehida), dan IS-3 (eugenol + sitronellal), serta cuka kayu (metanol + asam asetat) digunakan sebagai perlakukan dalam percobaan dengan pola Rancangan Acak Lengkap dengan tiga ulangan. Perlakuan diaplikasikan sebagai fumigan dan masing-masing dipaparkan ke sejum-lah sampel V. destructor dan lebah pekerja A. mellifera yang ditempatkan dalam wadah. Penelitian menun-jukkan bahwa insektisida nabati IS-1 dengan konsentrasi 20% dapat memberikan tingkat mortalitas yang tinggi terhadap V. destructor (91,5 + 7,5%). Hasil ini mengidindikasikan IS-1 sebagai bahan yang paling berpeluang sebagai akarisida pengendali hama V. destructor dibandingkan bahan lainnya. Daya toksik IS-1 terhadap lebah madu relatif aman ditunjukkan dengan tingkat mortalitas larva yang rendah (42,0 + 32,5%).
EVALUASI PERTUMBUHAN AWAL KEBUN BENIH SEMAI UJI KETURUNAN SENGON ( Falcataria moluccana sinonim : Paraserianthes falcataria) UMUR 4 BULAN DI CIKAMPEK JAWA BARAT Yayan Hadiyan
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 7, No 2 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.161 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2010.7.2.85-91

Abstract

Kebutuhan benih sengon (Falcataria moluccana) terus meningkat, seiring dengan bertambah luasnya hutan tanaman sengon di Indonesia. Sementara itu, keberadaan benih sengon berkualitas untuk meningkatkan produktivitasnya masih terbatas. Salah satu kegiatan penelitian dalam rangka menghasilkan benih sengon bergenetik baik, telah dilakukan oleh Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Yogyakarta melalui pembangunan Kebun Benih Semai Uji Keturunan Sengon di Cikampek Jawa Barat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja pertumbuhan dan parameter genetik kebun benih sengon tersebut pada umur 4 bulan. Kebun benih ini didisain menggunakan Rancangan Acak Lengkap Berblok (RALB) yang terdiri dari 80 famili, 4 treeplot dan 6 blok. Variabel penelitian yang diamati adalah persen hidup, pertumbuhan dan beberapa paramater genetik. Hasil analisa menunjukkan bahwa persen hidup rata-rata sengon berkisar antara 82,47 % sampai dengan 93,38%, sedangkan hasil analisis varian terhadap diameter batang dan tinggi tanaman menunjukkan berbeda nyata. Pertumbuhan rerata diameter batang mencapai 0,87 cm dan tinggi 0,76 m. Taksiran nilai heritabilitas diameter (h2i = 0,10) dan tinggi ((h2 i = 0,16)) termasuk klasifikasi sedang/moderat. Korelasi genetik diameter x tinggi cukup kuat (rg = 0,90) dan lebih tinggi dari korelasi fenotip (rp = 0,78).
PENGARUH PERLAKUAN PENGUSANGAN DENGAN UAP ETANOL TERHADAP PENURUNAN KUALITAS FISIOLOGI BENIH AKOR,MERBAU DAN MINDI M. Zanzibar
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 4, No 2 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2007.4.2.99-106

Abstract

Penurunan kualitas benih merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari karena  terjadi secara simultan hingga benih menjadi mati. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh uap etanol sebagai perlakuan devigorasi terhadap kemunduran kualitas fisiologi benih akor, merbau dan mindi. Faktor utama adalah pengusangan benih ; menggunakan  mesin pengusang cepat (MPC IPB 77-1), dilakukan dengan cara : selama 5 menit benih diberi uap etanol (90 %), kemudian selama 10 menit dengan hembusan udara panas (50 0C). Taraf pengusangan, terdiri dari : 9, 12, 15, 18, dan 21 kali. Parameter yang diamati adalah : daya berkecambah, keserempakan tumbuh dan kecepatan tumbuh benih. Rancangan percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa uap etanol berpengaruh buruk terhadap penurunan kualitas fisiologi. Penurunan tersebut dimulai pada taraf pengusangan 12 kali untuk benih mindi, 15 kali pada benih merbau, sedangkan pada benih akor meskipun hingga akhir pengusangan (21 kali) tidak berbeda nyata dengan kontrol, namun kualitasnya cenderung terus menurun. Besarnya kehilangan kapasitas perkecambahan antar jenis juga berbeda. Kehilangan kapasitas perkecambahan terbesar terjadi pada parameter kecepatan tumbuh.  Pada benih mindi, merbau dan akor besarnya kehilangan tersebut berturut-turut adalah 44 %, 22 % dan 17 %. Ketahanan benih terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, khususnya selama penyimpanan (daya simpan), tertinggi pada benih akor, kemudian merbau dan mindi.
MODEL PENDUGA VOLUME POHON WERU (Albizia procera (Roxb.) Benth.) DI KABUPATEN MAJALENGKA - JAWA BARAT Sofwan Bustomi; Mira Yulianti
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 1 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.398 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2014.11.1.21-30

Abstract

Pohon weru banyak dibudidayakan sebagai salah satu tanaman penghasil kayu pertukangan dan energi yang dikembangkan  di  masyarakat  khususnya  pada  hutan  rakyat. Tujuan  penelitian  ini  adalah  untuk  melakukan penyusunan model penduga volume pohon yang memiliki ketelitian tinggi untuk jenis Weru di Kabupaten Majalengka. Data dikumpulkan dengan mengukur volume pohon pada berbagai kelas diameter pada tegakan Weru yang sudah ada dengan metode purposive sampling. Selanjutnya data dianalisis menggunakan lima persamaan regresi penyusun model berdasarkan peubah bebas diameter setinggi dada dan tinggi pohon. Pemilihan model terbaik didasarkan pada hasil penghitungan nilai koefisien determinasi maksimum (R2), bias minimum dan Root mean square error (RMSE) terkecil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model persamaan pendugaan volume terbaik yaitu Ln V = - 7,59 + 2,02 ln D dengan SA 0,0165 dan SR 0,1178.
FUNGI PADA BATANG POHON Paraserianthes falcataria DAN ASOSIASINYA DENGAN Xystrocera festiva (Coleoptera : Cerambycidae) Yunasfi Yunasfi; Soetrisno Hadi; Gayuh Rahayu; Teguh Santoso
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6, No 4 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1931.21 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2009.6.4.251-259

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis fungi yang berkembang pada batang pohon Paraserianthes falcataria yang diserang oleh Xystrocera festiva. Fungi diisolasi dari kulit dan kayu gubal pada beberapa tahap gerekan X. festiva. Acremonium sp. 1 berhasil diisolasi dari kulit batang. Pada permukaan kayu gubal ditemukan Trichoderma virens dan Acremonium sp. (aff. Acremonium sp. st. imperfect Nectria arenuloides). Trichoderma harzianum dan Acremonium sp. (aff. Acremonium sp. st. imperfect N. cyathea) ditemukan pada terowongan kayu gubal yang dibuat oleh X. festiva. Acremonium spp. juga terdapat pada larva dan imago X. festiva. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara Acremonium spp. dengan X. festiva. Terdapat indikasi bahwa T. virens dan T. harzianum menekan perkembangan Acremonium spp. pada batang pohon P. Falcataria.
BIOAKTIVITAS EKSTRAK UMBI GADUNG DAN MINYAK NYAMPLUNG SEBAGAI PENGENDALI HAMA ULAT KANTONG (Pteroma plagiophleps Hampson) Sri Utami; Noor Farikhah Haneda
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (190.769 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2012.9.4.209-218

Abstract

Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam budidaya kayu bawang (Dysoxylum mollissimum Blume) adalah serangan hama ulat kantong (Pteroma plagiophleps). Serangan hama yang berat bisa mengakibatkan kematian tanaman dan kehilangan hasil. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan pencegahan dan pengendalian, diantaranya dengan penggunaan insektisida nabati. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bioaktivitas ekstrak umbi gadung (Dioscorea sp.) dan minyak nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) dalam mengendalikan hama ulat,kantong (P. plagiophleps) pada skala laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak umbi gadung dan minyak nyamplung memberikan pengaruh yang nyata terhadap mortalitas larva, penghambatan perkembangan serangga hama dan penghambatan aktivitas makan. Ekstrak umbi gadung lebih efektif dalam menghambat aktivitas makan ulat kantong dibandingkan minyak nyamplung, sedangkan minyak nyamplung lebih efektif dalam menyebabkan mortalitas dan menghambat perkembangan serangga hama. Besarnya nilai LC ekstrak umbi gadung dan minyak nyamplung masing-masing sebesar 0,86% (w/v) dan 0,13% (w/v). Persentase pembentukan pupa terendah pada perlakuan ekstrak umbi gadung dan minyak nyamplung konsentrasi 1,5% masing-masing sebesar 33,33% dan 0%, penghambatan aktivitas makan tertinggi pada ekstrak umbi gadung konsentrasi 1,5% yaitu sebesar 88,55%. Senyawa kimia yang terkandung di dalam ekstrak umbi gadung dan minyak nyamplung diduga mempunyai efek pestisidal terhadap ulat kantong.
MODEL PENDUGAAN VOLUME POHON KARET SAAT PEREMAJAAN DI SEMBAWA, SUMATERA SELATAN Sahuri Sahuri
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 14, No 2 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1275.556 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2017.14.2.139-153

Abstract

ABSTRACTEstimation model of rubber (Hevea brasiliensis) tree volume compiled pursuant to one independent variable of stem girth. This study aimed to develop a model of mathematical equations to estimate the volume of rubber trees of clones GT 1, PR 255, PR 261, and the combined clones. The experiment was conducted at the Sembawa Research Station, South Sumatra. Sampling was purposive. The results showed that the volume of rubber tree clones of GT1, PR255, PR261 and mixed clones affected by stem girth at breast height and affected by clone.The model of PR255 clone volume, VPR255=0.5827G1.7182 (R2=95.6%), klon GT1 VGT1=0.5818G1.0352, (R2=97.8%), klon PR261 VPR261=0.5651G0.6471(R2=93.5%) and the mixed clones, V=0.5806G0.5696(R2=98.6%). At replanting time, rubber wood has a potential used for sawn timber, plywood, veneer and MDF raw materials. The biggest utilization of rubber wood is for MDF raw materials, because in MDF processing all parts of the trees can be utilized.Keywords: Clone, hevea brasiliensis, stem girth, and volume estimation  ABSTRAKModel penduga volume pohon karet (Hevea brasiliensis) disusun berdasarkan satu peubah bebas lilit batang. Penelitian ini bertujuan menyusun model persamaan matematis untuk menduga volume pohon karet jenis klon GT 1, PR 255, PR 261, dan klon gabungan. Penelitian dilaksanakan pada areal peremajan karet di Kebun Percobaan Balai Penelitian Sembawa, Sumatera Selatan. Pengambilan sampel pohon dilakukan secara purposive. Model penduga volume pohon karet klon GT1, PR255, PR261, dan klon gabungan dipengaruhi oleh lilit batang setinggi dada dan dipengaruhi oleh jenis klon. Model penduga volume klon PR255, VPR255=0,5827G1,7182 (R2=95,6%), klon GT1 VGT1=0,5818G1,0352 (R2=97,8%), klon PR261 VPR261=0,5651G0,6471 (R2=93,5%), dan klon gabungan, V=0,5806G0,5696 (R2=98,6%). Pada saat peremajaan, kayu karet memiliki potensi untuk digunakan dalam industri kayu gergajian, kayu lapis, veneer, dan bahan baku MDF. Pemanfaatan kayu karet terbesar adalah untuk bahan baku MDF, karena pada pengolahan MDF semua bagian pohon dapat dimanfaatkan.Kata kunci: Hevea brasiliensis, klon, lilit batang, dan pendugaan volume
PERKEMBANGAN TAJUK POHON JATI BERASAL DARI BUI, KULTUR JARINGAN DAN STEK PUCUK Priyono Suryanto; W.B. Aryono; Moh. Sambas Sabarnurdin
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 3, No 1 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1036.37 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2006.3.1.35-43

Abstract

Pengelolaan hutan, pengguna pohon utama jati mengalami problematika penyediaan benih dan intensifikasi lahan. Program pencarian bahan tanaman jati menghasilkan altematif pilihan yang berasal dari biji, kultur jaringan dan stek. Ketiga bahan tanaman ini mempunyai karakteristik yang perlu dikaji terutama perkembangan tajuk yang berhubungan dengan intensifikasi lahan. Intensifikasi lahan menekankan altematif manajemen ruang dalam bentuk agroforestri. Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Berblok (RCBD) dengan tiga bahan tanaman (menggunakan variasi 5 pohon plus) dan tiga blok. Plot perlakuan berbentuk bujur sangkar, setiap plot berisi  sembilan pohon dengan jarak tanam 6 m x 2 m. Estimasi penutupan tajuk dicapai  pada waktu tegakan berumur berurut-turut 12 tahun, 15,2 tahun dan 8,5 tahun bila biji, kultur jaringan dan stek pucuk dipakai sebagai bahan tanaman. Bila persediaan biji bermutu cukup, biji sebagai bahan tanaman adalah pilihan pertama, sedangkan apabila persediaan benih terbatas, dua altematif lainnya dapat digunakan dengan pertimbangan penguasaan teknik dan lebih dari itu, alasan ekonomi.
PENGARUH UMUR BAHAN STEK DAN ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP KEBERHASILAN STEK KEMENYAN (Styrax benzoin Dryand) Kurniawati P. Putri; Danu Danu
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (129.629 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2014.11.3.141-147

Abstract

Kemenyan  (Styrax  benzoin Dryand)  merupakan  tanaman penghasil  getah  yang  bernilai  ekonomis. Teknik perbanyakan vegetatif stek merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman yang dapat dipilih terutama untuk tanaman penghasil getah berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh umur  bahan stek dan zat pengatur tumbuh terhadap keberhasilan stek jenis kemenyan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah ran- cangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 faktor yaitu umur bahan stek dan konsentrasi IBA. Bahan stek terdiri dari anakan umur 1 bulan, 2 bulan, 4 bulan dan tunas pohon dewasa. Konsentrasi ZPT IBA meliputi kontrol (0 ppm, 750 ppm, 1.500 ppm). Setiap perlakuan terdiri dari 45 stek yang diulang 4 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi bahan stek dan pemberian ZPT IBA berpengaruh nyata terhadap persentase stek berakar, jumlah akar dan panjang tunas. Teknik penyetekan kemenyan yang terbaik adalah dengan menggunakan bahan stek dari tunas juvenil tanpa penambahan ZPT IBA. Bahan stek dari bibit umur 4 bulan dan 2 bulan tanpa ZPT IBA masing- masing menghasilkan persentase berakar dan jumlah akar terbesar (83,54 %; 14,7 buah).

Filter by Year

2004 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2023): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 17, No 2 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 17, No 1 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 2 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 1 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 2 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 1 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 2 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 2 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 1 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 2 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 1 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2014): JPHT Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 3 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 5 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 4 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 3 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 2 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 1 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 5 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 4 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 2 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 1 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 3 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 2 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 1 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 2 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 1 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 3 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 2 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 1 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 3 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 2 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 1 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2004): JPHT More Issue