cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Articles 427 Documents
DAMPAK PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP RESPON HIDROLOGIS DI DAS ASAHAN Ahmad Dany Sunandar
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 13, No 1 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1535.688 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2016.13.1.49-60

Abstract

ABSTRACTLand use change is a dynamic process of human activity and these changes will affect hydrological response of awatershed. The research aimed to identify hydrological responses of Asahan watershed due to land use change. Postclassification image analysis method was applied to analyze landsat image to detect land use change. SWAT modelwas built using land use data, soil type and daily climate data from 1985-2010. The results showed that landusechange were more prevalent in non forest land while the forest was relatively fixed. Optimum land use was shown in2010, indicated with the lowest surface run off and the highest water yield. Improved hydrological response ofAsahan Watershed throughout 1985-2010 occured due to relatively fixed area of forest cover, reduction of barrendland and shrubs and addition of plantation area.Keywords: Surface run off, landuse, watershed, water yieldABSTRAKPerubahan penggunaan lahan merupakan proses yang dinamis dari aktivitas manusia dan perubahan ini akanberpengaruh terhadap respon hidrologi dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Penelitian ini bertujuan untukmengidentifikasi respon hidrologi DAS Asahan akibat perubahan penggunaan lahan yang terjadi di DAS Asahan.Analisis perubahan penggunaan lahan dilakukan melalui analisis citra dengan metode Landsat post classificationimage analysis. Model SWAT dibangun dengan data penggunaan lahan, data jenis tanah dan iklim harian antaratahun 1985-2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan lahan lebih banyak terjadi di lahan non hutansedangkan lahan hutan relatif tetap. Penggunaan lahan optimal terlihat pada tahun 2010 yang ditunjukkan denganaliran permukaan yang paling kecil dan hasil air yang tinggi. Perbaikan respon hidrologis DAS Asahan dari tahun1985-2010 terjadi karena luas hutannya relatif tetap, berkurangnya luas lahan terbuka dan semak belukar sertabertambahnya luas lahan perkebunan.Kata kunci: Aliran permukaan, daerah Aliran Sungai, hasil air, penggunaan lahan
PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH UNTUK MENGHAMBAT PERTUMBUHAN SEMAI MIMBA (Azadirachta indica) SELAMA PENYIMPANAN The Use of Growth Regulators for Inhibiting the Growth of Mimba (Azadirachta indica) Seedlings during Storage Dida Syamsuwida; Aam Aminah; Ateng Rahmat Hidayat
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 7, No 1 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.236 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2010.7.1.23-31

Abstract

Mimba (Azadirachta indica) adalah salah satu jenis pohon hutan yang memiliki benih rekalsitran yang sulit disimpan dalam jangka waktu lama, sehingga perlu dilakukan penyimpanan dengan menggunakan bahan semai. Penyimpanan semai sangat bermanfaat ketika menunggu waktu penanaman di lapang yang belum saatnya dilakukan. Oleh karena itu, untuk menghindari pertumbuhan semai yang cepat selama di persemaian dan tetap sesuai dengan kriteria bibit yang dikehendaki untuk ditanam, maka perlu upaya untuk menekan pertumbuhannya. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh beberapa bahan penghambat pertumbuhan, kondisi tempat simpan dan media simpan terhadap pertumbuhan semai mimba selama penyimpanan. Bahan penghambat pertumbuhan yang digunakan adalah paklobutrazol, NaCl dan akuades sebagai kontrol. Kondisi tempat simpan terdiri dari naungan berat, naungan sedang dan naungan ringan. Sedangkan media simpan semai terdiri dari pasir dan sabut kelapa. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap pola faktorial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi optimum penyimpanan semai mimba yang efektif menahan pertumbuhan selama 6 bulan dengan persentase hidup diatas 95% adalah di bawah kondisi naungan ringan (I= ± 17.593 lux , T= ± 35 O C) dengan pemberian bahan penghambat tumbuh paklobutrazol 250 ppm dan penggunaan media pasir.
RESPON PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT WERU (Albizia procera Benth ) BERDASARKAN HASIL SELEKSI BENIH Eliya Suita; Nurhasybi Nurhasybi; Darwo Darwo
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2013.10.4.213-227

Abstract

Keberhasilan pembangunan hutan tanaman berkaitan erat dengan pengadaan benih bermutu. Salah satu parameter yang memiliki korelasi terhadap mutu benih adalah ukuran benih. Ukuran benih jenis-jenis pohon tertentu berkorelasi dengan viabilitas dan vigor benih, dimana benih yang berat cenderung mempunyai vigor yang lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh seleksi benih terhadap perkecambahan benih dan pertumbuhan bibit weru. Benih diseleksi dengan alat seed gravity table dan saringan berukuran mesh. Benih dilakukakan seleksi, kemudian di uji kadar air, berat 1.000 butir, perkecambahan dan pertumbuhan bibitnya. Data dianalisis dengan menggunakan Rancangan Faktorial yaitu faktor pertama asal benih dan faktor kedua ukuran benih. Hasil penelitian menunjukkan seleksi benih weru dapat menggunakan alat seed gravity table dengan memilih ukuran benih K2 (kelompok benih 2) dan alat saring berukuran mesh dengan ukuran diameter lebih dari 4,7 mm. Benih weru asal Sumedang menunjukkan mutu benih dan tingkat pertumbuhan bibit yang lebih baik dibandingkan dengan benih weru asal Carita dan Majalengka.
IDENTIFIKASI PENYAKIT PADA BIBIT JELUTUNG (Dyera costulata Hook. F) DI PERSEMAIAN Sri Utami; Asmaliyah Asmaliyah; Hengki Siahaan
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6, No 1 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1241.272 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2009.6.1.29-36

Abstract

Penyakit merupakan salah satu permasalahan dalam pembibitan jelutung (Dyera costulata Hook.f). Penelitian ini dilakukan di persemaian Balai Penelitian Kehutanan Palembang, Sumatera Selatan yang bertujuan untuk menginventarisasi jenis penyakit, mengidentifikasi jenis patogen penyebab penyakit dan faktor yang mendukung timbul dan berkembangnya penyakit tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bibit jelutung terserang patogen Pyrenochaeta sp. Jenis penyakit yang menyerang bibit jelutung yaitu bercak daun. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbul dan berkembangnya penyakit tersebut yaitu faktor lingkungan fisik. Identifikasi penyakit pada bibit jelutung (Dyera costulata Hook. F) di persemaian.
KAJIAN KEBERHASILAN PERTUMBUHAN TANAMAN NYAWAI (Ficus variegata Blume) DI KHDTK CIKAMPEK, JAWA BARAT Riskan Effendi
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (373.526 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2012.9.2.95-104

Abstract

Hutan tanaman menjadi sumber bahan baku utama untuk industri perkayuan dan untuk memenuhi kebutuhan kayu masyarakat. Salah satu jenis pohon alternatif untuk dikembangkan adalah nyawai (Ficus variegata Blume). Kajian penanaman nyawai telah dilakukan di KHDTK Cikampek akhir tahun 2009. Penanaman nyawai dikombinasikan dengan tumpangsari (agroforestry) mentimun dan kacang panjang. Pupuk yang diberikan pada tanaman mentimun adalah pupuk kandang kotoran domba dan pupuk anorganik. Banyaknya pupuk Urea, Phonska,TSP dan Za sebanyak 700 kg untuk seluas 0,25 ha dan pupuk kotoran domba sebanyak tiga ton untuk luasan 0,25 ha. Pada waktu penanaman kacang panjang diberi pupuk NPK sebanyak 300 kg dan pupuk kandang kotoran domba sebanyak satu ton untuk 0,25 ha. Jarak tanam pohon nyawai adalah 6 mx 3 m dengan jumlah tanaman sebanyak 120 pohon dengan luas 0,25 ha. Berdasarkan pengukuran diperoleh hasil persentase tumbuh nyawai umur dua tahun yang tinggi yaitu rata-rata 95%, rata-rata diameter adalah 7, 22 cm, rata-rata tinggi 6,90 m dan rata-rata luas tajuk 12,90 m2. Rata-rata riap diameter umur dua tahun adalah 3,61 cm per tahun dan rata-rata riap tinggi adalah 3,45 m per tahun. Selain jenis tumbuh cepat (fast growing species), pohon nyawai mempunyai kemampuan trubusan yang baik dimana pohon yang patah dapat tumbuh kembali dan jenis ini juga mulai berbuah pada umur dua tahun.
PENGARUH PENEBANGAN HUTAH TANAMAN EUCALYPTUS PELLITA F.Muell DALAM PENINGKATAN ALIRAN SUNGAI DAN SEDIMEN Agung Budi Supangat; Putu Sudira; Haryono Supriyo; Erny Poedjirahajoe
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 13, No 2 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2131.155 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2016.13.2.113-122

Abstract

ABSTRACTThe study aimed to determine the effect of harvesting on the river flow and sedimentation. The research was carried out in Eucaliptus pellita plantations forest in Perawang District, Riau Province. The catchment water balance method was used by using the micro-catchment as observation unit. The research concluded that clear cutting system led triver flow increment by 142.6% in the period 0 to 8 months after harvesting, from 45.5 mm.month-1(before logging) to 110.5 mm.month-1(after logging). Monthly runoff coefficient increased by 95.3% from 34.0% to 66.0%. I Clear-cutting also increased monthly sediment yield by 788.7% from 0.18 ton.ha-1.month-1(before logging) to 1.57 ton.ha-1month-1(after logging).Keywords: Clear cutting, E. pellita, plantation forest, river flow and sedimentABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penebangan hutan tanaman terhadap aliran sungai dan sedimentasi. Penelitian dilaksanakan di kawasan hutan tanaman E. pellita di Perawang, Propinsi Riau.Teknik yang digunakan adalah metode pengukuran neraca air dengan menggunakan satuan pengamatan berupa mikro DAS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akibat penebangan dengan sistem tebang habis telah menyebabkan peningkatan aliran sungai sebesar 142,6% pada periode 0 sampai 8 bulan setelah penebangan dari rata-rata 45,5 mm per bulan (sebelum penebangan) menjadi 110,5 mm per bulan (setelah penebangan) serta meningkatkan koefisien limpasan permukaan bulanan sebesar 95,3%, yakni dari 34,0% menjadi 66,0%. Kegiatan penebangan menyebabkan peningkatan sedimen bulanan sebesar 788,7% dari 0,18 ton per ha per bulan sebelum penebangan menjadi 1,57 ton per ha per bulan setelah penebangan.Kata kunci: E. pellita, debit, hutan tanaman, sedimen dan tebang habis
UJI LABORATORIUM DAN LAPANG INSEKTISIDA NABATI BIOPROTEKTOR BP-1 TERHADAP TUNGAU PARASIT Varroa destructor Anderson & Trueman PADA LEBAH MADU Apis mellifera L. Kuntadi Kuntadi
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 13, No 1 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1122.31 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2016.13.1.61-72

Abstract

ABSTRACTBioprotektor BP-1 is a botanical pesticide formulated from clove, lemongrass, and temulawak oils. Previous studies concluded that thepesticide composed of eugenol,sitronellal,and xanthorr hizol is the mostpromising agent to control parasitic mite Varroa destructor comparted toseveral essential oils and bio-insecticides. An experimental Varroa destructor research was conducted to determine the effective dose andapplication method of BP-1 through laboratory and field trials. The efficacytrials in 2 phases followed by application test in the laboratory showedthat 10% concentrations of the bio-insecticide given in a dose of 0.25mlper liter volume resulted mortality rate above 50% with V. destructorlow rate on honey bee mortality . Field trials indicatedthat 10% concentration and spray methodwere the most prospective procedurein applying BP-1 to control . V.destructor in Apis mellifera honey beecolonies. Keywords: Apis mellifera, botanical insecticide, efficacy test, application                       test ABSTRAK Bioprotektor BP-1 merupakan insektisida nabati berbahan baku minyak cengkeh, serai wangi, dan temulawak. Hasil skrining dan uji toksisitas beberapa jenis minyak atsiri dan insektisida nabati menemukan bahwa insektisida Bioprotektor BP-1 yang berbahan aktif eugenol, sitronellal, dan xanthorizol potensial untuk mengendalikan Varroa destructor pada lebah madu Apis mellifera. Penelitian dilakukan untuk mengetahui dosis efektif dan cara aplikasi insektisida nabati Bioprospektor BP-1 melalui uji aplikasi di laboratorium dan lapang. Hasil uji efikasi dalam dua tahap dan uji aplikasi di laboratorium menunjukkan bahwa konsentrasi 10% dan dosis 0,25 ml per liter volume sarang menghasilkan tingkat kematian V. destructor di atas 50% dengan efek kematian lebah yang rendah. Pengujian lebih lanjut di lapang menunjukkan bahwa konsentrasi 10% dengan metode aplikasi semprot paling prospektif untuk mengendalikan tungau V. destructor pada koloni lebah madu A. mellifera. Kata Kunci : Apis mellifera, insektisida nabati, uji efikasi, uji aplikasi.
UJI PEROLEHAN GENETIK KEBUN BENIH SEMAI GENERASI PERTAMA (F-1) JENIS Acacia mangium DI TIGA LOKASI Budi Leksono; Arif Nirsatmanto; Reni Setyo W.; Agus Sofyan
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 4, No 1 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20886/jpht.2007.4.1.25-36

Abstract

Uji perolehan genetik Acacia mangium dibangun di tiga lokasi,yaitu Wonogiri (Jawa Tengah),Benakat (Sumatera Selatan) dan Riam Kiwa (Kalimantan Selatan).Tujuan dari plot uji ini adalah untuk mengetahui tingkat perolehan genetik riil (realized genetic gain) dari kebun benih semai generasi pertama jenis A.mangium,dan untuk mendapatkan informasi kondisi lingkungan yang kondusif untuk mengoptimalkan potensi genetik dari benih yang telah dimuliakan (improved seed).Penelitian ini dibangun dengan menggunakan rancangan acak lengkap berblok,4 replikasi, 100 tree plot (10 x 10 pohon) dan jarak tanam 4m x 2m.Seluruh plot uji perolehan genetik tersusun atas 8 sumber benih:6 kebun benih semai (KBS) sebagai benih yang termuliakan, dan 2 areal produksi benih (APB) sebagai kontrol.Sifat yang diukur meliputi tinggi pohon, diameter dan bentuk batang pada umur 2 tahun.Pada ketiga lokasi plot uji, pohon yang ditanam menggunakan benih unggul dari KBS menunjukkan pertumbuhan dan bentuk batang yang lebih baik dibandingkan dari APB, dengan tingkat perolehan genetik riil berkisar 14% - 22% untuk tinggi, 10% - 24% untuk diameter dan 18% - 22% untuk bentuk batang.Hasil analisis varian menunjukkan bahwa interaksi antara lokasi dan sumber benih adalah tidak berbeda nyata.Kebun benih terbaik ditunjukkan oleh KBS grup A (Kalimantan Selatan),diikuti oleh KBS grup B (Sumatera Selatan) dan kemudian KBS Wonogiri (Jawa Tengah), ketiganya dibangun dengan menggunakan famili yang sebagian besar berasal dari provenans Papua Nugini.
PENGARUH TEKNIK PEMANGKASAN TANAMAN INDUK DAN KONSENTRASI IBA TERHADAP KEMAMPUAN PERAKARAN STEK PUCUK DAHU Kurniawati P. Putri
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6, No 2 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (154.38 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2009.6.2.73-80

Abstract

Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh tinggi pemangkasan tanaman induk dan penggunaan konsentrasi IBA terhadap kualitas perakaran stek pucuk dahu (Dracontomelon dao). Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan dua faktor, yaitu tinggi pemangkasan tanaman induk dari atas permukaan tanah (20 cm, 30 cm dan 40 cm) dan faktor konsentrasi IBA (kontrol, 50 ppm, 100 ppm). Pengamatan dilakukan terhadap persentase hidup, persentase berakar, jumlah akar dan panjang akar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampai umur 2,5 bulan tinggi pangkasan 40 cm pada tanaman induk dahu menghasilkan persentase hidup (64,44 %) dan berakar (61,11 %) yang terbaik. Penambahan hormon tumbuh IBA menghasilkan persentase hidup, persentase berakar dan jumlah akar yang lebih baik dibandingkan kontrol (tanpa hormon tumbuh). Hormon tumbuh IBA 100 ppm menghasilkan persentase hidup sebesar 57,78 %, persentase berakar 60,00 % dengan 11,42 buah akar. Interaksi antara tinggi pemangkasan 40 cm dengan hormon tumbuh IBA 50 ppm menghasilkan persentase berakar tertinggi yaitu sebesar 90 %.
TEKNIK PENABURAN BENIH MERBAU (Intsia bijuga) SECARA LANGSUNG DI HUTAN PENELITIAN PARUNG PANJANG, BOGOR Nurhasybi Nurhasybi; Dede J. Sudrajat
Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 6, No 4 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (148.493 KB) | DOI: 10.20886/jpht.2009.6.4.209-217

Abstract

Luas kerusakan  hutan di Indonesia mencapai 59,7 juta hektar dengan laju kerusakan kurang lebih 3 juta hektar per tahun. Adanya keterbatasan regenerasi alami dan kendala biaya yang besar untuk penanaman membutuhkan metode lain yang dapat dijadikan alternatif rehabilitasi hutan dan lahan, yaitu dengan penaburan benih secara langsung (direct seeding) untuk menumbuhkan jenis-jenis pionir yang akan menciptakan kondisi untuk tumbuhnya jenis-jenis lokal.  Penelitian ini menggunakan jenis merbau (Intsia bijuga) dengan  rancangan faktorial.  Benih ditabur dibawah tegakan dan ditempat terbuka, dengan cara : (1) Benih tanpa perlakuan ditabur di atas permukaan tapak yang tidak dibersihkan, (2) Benih tanpa perlakuan kemudian ditabur dengan cara ditugal sedalam 2 – 3 cm pada tapak yang sudah dibersihkan dan digemburkan, (3) Benih tanpa perlakuan ditabur di atas permukaan tapak yang sudah dibersihkan dan digemburkan, (4) Benih dikikir dan direndam air selama 30 menit kemudian ditabur diatas permukaan pada tapak yang sudah dibersihkan dan digemburkan dan (5) Benih dikikir dan direndam air selama 30 menit kemudian ditabur dengan cara ditugal sedalam 2 – 3 cm pada tapak yang sudah dibersihkan dan digemburkan.  Parameter yang diukur meliputi daya tumbuh benih dalam bentuk kecambah dan pertumbuhan semai. Hasil penelitian menunjukkan penaburan benih merbau (I. bijuga) lebih baik dilakukan di bawah tegakan dengan intensitas naungan 50 – 65 %. Pertumbuhan diameter semai merbau menunjukkan nilai terbaik pada perlakuan benih dikikir untuk memudahkan benih tumbuh karena kulit benihnya tebal dan direndam air selama 30 menit kemudian ditabur di atas permukaan atau ditabur dengan cara ditugal sedalam 2 – 3 cm pada tapak yang sudah dibersihkan dan digemburkan. Penerapan penaburan benih secara langsung untuk jenis merbau dapat dilakukan pada hutan sekunder atau semak belukar berupa cemplongan atau jalur, karena benih masih mendapat cukup kelembaban untuk tumbuh.

Filter by Year

2004 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 20, No 1 (2023): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 2 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 19, No 1 (2022): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 2 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 18, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 17, No 2 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 17, No 1 (2020): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 2 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 16, No 1 (2019): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 2 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 15, No 1 (2018): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 2 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 14, No 1 (2017): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 2 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 13, No 1 (2016): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 3 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 12, No 3 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 2 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 12, No 1 (2015): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): Jurnal Penelitian Hutan Tanaman Vol 11, No 3 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 2 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 11, No 1 (2014): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2014): JPHT Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 4 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 3 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 2 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 10, No 1 (2013): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 4 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 3 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 2 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 9, No 1 (2012): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 5 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 4 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 3 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 2 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 8, No 1 (2011): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 5 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 4 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 3 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 2 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 7, No 1 (2010): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 5 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 4 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 3 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 2 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 6, No 1 (2009): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 3 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 2 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 5, No 1 (2008): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 2 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 4, No 1 (2007): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 3 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 2 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 3, No 1 (2006): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 3 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 2 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 2, No 1 (2005): JURNAL PENELITIAN HUTAN TANAMAN Vol 1, No 1 (2004): JPHT More Issue