cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jpptp06@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Tentara Pelajar No. 10 Bogor, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 1410959x     EISSN : 25280791     DOI : -
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (JPPTP) adalah media ilmiah penyebaran hasil penelitian/pengkajian inovasi pertanian untuk menunjang pembangunan pertanian wilayah.Jurnal ini memuat hasil penelitian/pengkajian primer inovasi pertanian, khususnya yang bernuansa spesifik lokasi. Jurnal diterbitkan secara periodik tiga kali dalam satu tahun.
Arjuna Subject : -
Articles 634 Documents
KERAGAAN DAN ANALISIS FINANSIAL USAHATANI PADI (Kasus Desa Primatani, Kabupaten Karawang, Jawa Barat) , Andriati; Sudana, Wayan
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Indonesian average growth rate of low land rice harvested area during 2000-2005 was only 0.20% with the production rate about 0.83% per year. This condition was estimated has a correlation to the low growth rate of productivity and quality of innovation technology on rice farming system. Based on the issue, field assessment of low land rice farming system was conducted to analyze the labor and productivity performance and its financial analysis at Parakan and Karangjaya Villages, Tirtamulya Sub District, Karawang District, West Java Province. The assessment was done in two seasons, in wet season of 2004/2005 and in dry season of 2005 by interviewing some 60 randomized selected farmers, using structured questionnaires. The results of the assessment showed that men both for family labor and hired labors dominated the labor allocation on low land rice farming system. On wet season, the contribution of men to a family labor was 57 - 66% and hired labor was 58 - 72%, while on dry season the contribution were 60 - 75% and 58 - 73%. Type of fertilizer as an important variable in determining the ,low land rice productivity both on wet season (R2 = 0.9581) and dry season (R2 = 0.9542). On wet season, the farming system productivity used lfertilizer type yielded 3.5 ton harvesting dry grain/ha with an income about Rp.1.796.270,- (R/C = 1.54) and 4 fertilizers type produced 5.8 ton harvesting dry grain/ha with an income about Rp.3.485.530,- (R/C = 1.70). On dry season, productivity of each fertilizer applied were 3.2 ton harvesting dry grain/ha. with an income about Rp.1.287.177 (R/C = 1.41) and 5.4 dry grain/ha with an income around Rp.2.729.277,- (R/C = 1.58) respectively. Key words: rice farming system, productivity, income Laju perkembangan luas panen padi sawah kurun waktu 2000-2005 di Indonesia rata-rata per tahunnya hanya 0,20% dengan pertumbuhan produksi 0,83%. Melambatnya laju produksi padi ini diduga berkaitan dengan lambatnya laju pertumbuhan produktivitas per satuan luas lahan dan laju peningkatan mutu inovasi teknologi usahatani padi. Berdasarkan hal tersebut, telah dilakukan kajian yang bertujuan untuk menganalisis keragaan tingkat produktivitas dan tenaga kerja serta analisis finansial usahatani padi sawah di Desa Parakan dan Karangjaya, Kecamatan Tirtamulya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Pengkajian dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap 60 petani yang dipilih secara acak dengan kuesioner terstruktur pada musim hujan 2004/2005 dan musim kemarau 2005. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa alokasi tenaga kerja pada usahatani padi sawah didominasi laki-laki, baik tenaga kerja dalam keluarga maupun upahan. Pada musim hujan, kontribusi tenaga kerja laki-laki dalam keluarga antara 57 - 66% dan upahan 58 - 72% sedangkan pada musim kemarau antara 60 - 75% dan 58 - 73%. Jenis pupuk merupakan variabel yang sangat menentukan produktivitas padi sawah balk pada musim hujan (R2 = 0,9581) maupun musim kemarau (R2 = 0,9542). Pada musim hujan, produktivitas usahatani padi dengan menggunakan 1 jenis pupuk sebesar 3,5 ton gabah kering panen/ha dengan pendapatan Rp.1.796.270 (R/C = 1,54) dan yang menggunakan 4 jenis pupuk sebesar 5,8 ton gabah kering panen/ha dengan pendapatan Rp.3.485.530 (R/C = 1,70). Pada musim kemarau, produktivitas usahatani padi dengan menggunakan 1 jenis pupuk sebesar 3,2 ton gabah kering panen/ha dengan pendapatan Rp.1.287.177 (R/C=1,41) dan yang menggunakan 4 jenis pupuk sebesar 5,4 ton gabah kering panen/ha dengan pendapatan Rp.2.729.277 (R/C=1,583). Kata kunci: usahatani padi, produktivitas, pendapatan
ANALISIS TITIK IMPAS DAN SENSITIVITAS TERHADAP KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI PADI SAWAH Sahara, Dewi; Alam, Nur; , Idris
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The research had been conducted in Langgomea Village, Konawe District, from June to December 2005. This research used a survey method and aimed to know the technology performance, expense structures and farming system income of upland rice farming system. The data, technology application, productivity, and farming system income were collected from filled questionnaires from 35 respondents. The results showed that the variety of technology application had been close to recommended technology as shown by a production of 4.68 ton/ha. On the basis of yield price Rp.1.350,-/kg, the farmers income can reached Rp.3.519.000,- with RCR 2.28 which means that the farming system was financially feasible. However, rice farming system is not sensitive to the change of production input price and decreasing price of paddy up to 15% though the farmers profitability obtained by farmers declines. Key words: upland rice, break event point, sensitivity, irrigation land   Penelitian bertujuan untuk melihat keragaan teknologi, struktur biaya dan penerimaan usahatani padi sawah di lahan irigasi telah dilakukan di Desa Langgomea, Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe, dari bulan Juni sampai Desember 2005 dengan menggunakan metode survei. Pengumpulan data dilakukan dengan panduan kuisioner terhadap 35 responden yang meliputi penerapan teknologi, produktivitas dan pendapatan usahatani. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaan penerapan teknologi di tingkat petani sudah mendekati teknologi yang dianjurkan sehingga produksi diperoleh sebanyak 4,68 ton/ha. Proporsi biaya tertinggi pada tenaga kerja luar keluarga yang mencapai 54,10% dari total biaya. Dengan harga gabah kering panen (GKP) sebesar Rp.1.350/kg maka pendapatan yang diterima petani sebesar Rp.3.519.000 dengan RCR 2,28 sehingga usahatani layak secara finansial. Usahatani padi sawah tidak peka terhadap perubahan kenaikan harga sarana produksi dan penurunan harga gabah hingga 15%, namun tingkat keuntungan yang diperoleh semakin menurun.Kata kunci: padi sawah, titik impas, sensitivitas, lahan irigasi
PENGARUH SL-PHT TERHADAP KINERJA USAHATANI KOPI RAKYAT (Study Kasus di Kabupaten Malang dan Jombang, Jawa Timur) Supriatna, Ade
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In facing the globalization era, Indonesia as a coffee producer country took effort to increase the performance of coffee farm through the program of Integrated Pest Management-Farmer Field School (IPM-FFS). This study was conducted for five months from July throughout November 2004 in Tirtoyudo, Malang District and Wonosalam, Jombang District, East Java. The objectives of research were to evaluate the impact of IPM-Farmer Field School for coffee farms performance in aspects: of (a) the adoption of 1PM technology by farmers, (b) the farms economic visibility and (c) the farms technical efficiency. This research used the survey method and the data were analyzed by using before and after project. Primary data where collected from 80 farmers consisting of 40 IPM-Farmer Field School (alumni) and 40 non-alumni while secondary data were collected from the Office of Estate Crops, the Office of IPM Project, the Central Agency of Statistics and the Research Institutions. The results showed that after IPM-FFS, the percentage of farmers adopting IPM technology has increased as shown by the alumni (78%) and non-alumni (23%). Regular practiced field observations were able to distinguish the predators and did those who did not harm them. Most farmers applied a preventive method in controlling pest while the an-organic pesticide applied when the pests attack reached the economic threshold. The productivity of alumni increased by 46% (1.128 to 1.641) kg/ha/year compared to that of non-alumni increased by 25% (872 to 1.087) kg/ha/year. The net income of alumni increased by 41% i.e. Rp.3.700.000,- to Rp5.200.000,- /hectare/year. Through the application of IPM technology, the farms technical efficiencies of alumni increased by 29% (0.63 to 0.81) and that of non-alumni increased by 5% (0.63 to 0.66). The program of IPM-FFS increased the performance of coffee farm, both in adoption of IPM technology, economical visibility and technical efficiency. The success of IPM-FFS program should be disseminated to other locations with some adjustments according to condition of new area. Key words: IPM-FFS, farmer, performance, coffee. Dalam menyongsong pasar bebas, Indonesia sebagai negara produsen kopi berusaha meningkatkan kinerja usahatani kopi agar mampu bersaing dengan kopi negara lain, yaitu melalui program sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SL-PHT). Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan mulai bulan Juli sampai dengan Nopember 2004 di Kecamatan Tirtoyudo, Kabupaten Malang dan Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Tujuan penelitian adalah mengevaluasi pengaruh program SL-PHT terhadap kinerja usahatani kopi dalam aspek: (a) penerapan teknologi PHT oleh petani, (b) kelayakan ekonomi usahatani dan (c) efisiensi teknis usahatani Penelitian menggunakan metoda survei, data dianalisis secara deskriptif (sebelum dan sesudah projek). Data primer dikumpulkan dari 80 petani terdiri atas 40 petani alumni SL-PHT dan 40 petani non-alumni, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Perkebunan, Kantor Projek PHT, Badan Pusat Statistik, dan Lembaga Penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa setelah SL-PHT, persentase petani yang mengadopsi teknologi PHT meningkat, petani alumni (78%) dan non-alumni (23%) sudah menerapkan pengamatan agro-ekosistem kebun secara berkala, memahami keberadaan musuh alami dan melestarikannya. Dalam mengendalikan hama, sebagian besar petani menerapkan cara pencegahan (preventive controls), Pestisida an-organik akan diaplikasikan apabila gangguan hama sudah mencapai tingkat ambang ekonomi. Produktivitas kopi petani alumni meningkat 46% (1.128 menjadi 1.641) dan non-alumni meningkat 25% (872 menjadi 1.087) kg/ha/tahun. Pendapatan bersih petani alumni meningkat 41% (Rp.3,7 menjadi Rp.5,2) juta/ha/tahun. Efisiensi teknis usahatani petani alumni meningkat 29% (0,63 menjadi 0,81) dan non-alumni meningkat 5% (0,63 menjadi 0,66). Program SL-PHT dapat meningkatkan kinerja usahatani kopi, baik aspek penerapan teknologi PHT, kelayakan usahatani maupun efisiensi teknis. Keberhasilan program SL-PHT dapat didesiminasikan ke lokasi-lokasi lain dengan penyesuaian berdasarkan kondisi lokasi baru.Kata kunci: SL-PHT, petani, kinerja, kopi.
KAJIAN STRUKTUR BIAYA DAN ALOKASI CURAHAN TENAGA KERJA PADA SISTEM USAHATANI PADI SAWAH (Studi Kasus di Kabupaten Konawe) Sahara, Dewi; , Idris
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this research was to know the cost structure and labor distribution on rice farming system between farmers technology and repaired technology, and was carried out in Langgomea Village, Uepai Sub District, Konawe District, South east Sulawesi from January to July 2006. The repaired technology included the use of fertilizers, qualified seed, and planting time at once. The results showed that farmers technology produced 4.650 kg/ha yield which equivalent to an income of Rp.3.684.500,- while the repaired technology produced 5.500 kg/ha yield with an income of Rp.4.479.300.- The extra cost needed on repaired technology was Rp.395.200,- which in turn gives the farmer an extra income of Rp.794.800 with MBCR 2.01. The result regression analysis of labor distribution on both technologies was significant on 99%. Labor distribution on repaired technology was greater 15.51 manpower than farmers technology. The farmer will of course need extra labors if they widen the area use more seeds fertilizers and pesticides. Key words: rice farming system, cost structure, labor distribution   Pengkajian struktur biaya dan alokasi curahan tenaga kerja pada sistem usahatani padi sawah dilakukan dengan memperbaiki teknologi petani yang mencakup teknologi pemupukan dan penggunaan benih bermutu telah dilaksanakan di lahan petani di Desa Langgomea, Kecamatan Uepai, Kabupaten Konawe dari bulan Januari — Juli 2006 (MH 2006). Pengkajian bertujuan untuk mengetahui struktur pembiayaan dan alokasi curahan tenaga kerja pada usahatani padi sawah antara pola teknologi petani dengan pola perbaikan. Hasil kajian menunjukkan bahwa teknologi pola petani memberikan produksi gabah kering panen (GKP) sebanyak 4.650 kg/ha dengan pendapatan Rp.3.684.500 dan produksi pada pola perbaikan sebanyak 5.500 kg/ha dengan pendapatan Rp.4.479.300. Perubahan teknologi dari teknologi petani ke teknologi perbaikan memerlukan tambahan biaya sebesar Rp.395.200, namun dengan tambahan biaya tersebut petani memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp.794.800 sehingga nilai MBCR yang diperoleh 2,01 artinya setiap penambahan biaya sebesar Rp.1.000 petani akan memperoleh tambahan pendapatan sebesar Rp.2.010. Hasil analisis regresi curahan tenaga pada kedua teknologi berbeda sangat nyata pada tingkat kepercayaan 99% dimana alokasi curahan tenaga kerja pola perbaikan lebih banyak 15,51 HKP daripada teknologi petani. Petani akan memerlukan tambahan tenaga kerja apabila memperluas lahan garapan, meningkatkan jumlah benih, pupuk dan pestisida. Kata kunci: usahatani padi sawah, struktur biaya, curahan tenaga kerja
PENGARUH POLA KREDIT PENGADAAN BIBIT TERHADAP KINERJA PENGEMBANGAN SAPI POTONG PADA PETERNAK KECIL DI PROVINSI JAMBI Jamul, Husni
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

A research aiming at determining the influence of credit scheme for breeding stock on the performance of beef cattle development for smallholder farmers was conducted in the middle of 2006. The research was held through a survey on 183 respondents divided into two groups of credit recipients, who received credit with Full Inkind and Cash Credit schemes. The location of the survey was three development areas of beef cattle in Jambi Province: Singkut, Regency of Sarolangun; Pamenang, Regency of Merangin; and Kuamang Kuning, Regency of Bungo. The aspects of cattle development observed were performance of breeding activities, feed supply, and cattle management. The results of the research showed that there were more heifers obtained from Cash Credit scheme (50%) to become acceptors of Artificial Insemination program than heifers were obtained from Full Inkind scheme (7%). Birth Rate of the heifers from Full Inkind scheme (0.51 + 0.02 heads/year) was significantly lower than it was from Cash Credit scheme (0.84+0.08 heads/year). Mortality Rate of calves from Cash Credit scheme (1.7%) was lower than it was from Full Inkind scheme (6.5%). There number of respondents from Cash Credit scheme who planted grasses (71%) and gave concentrate to their animals (46%) was higher than they were from Full Inkind, respectively 28% and 16%. Respondents received Cash Credit Scheme had more positive attitude toward Beef Cattle Development than those who received Full Inkind scheme. The conclusion was that Cash Credit scheme in providing breeding stocks for smallholder farmers in Jambi Province had a better influence on the performance of beef cattle development than Full Inkind scheme did. Therefore, the researcher recommended to the government to reevaluate the existence of Full Inkind scheme. Key words: credit scheme, beef cattle development Suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pola kredit pengadaan bibit terhadap kinerja pengembangan ternak sapi potong pada peternak kecil telah dilaksanakan pada pertengahan tahun 2006. Penelitian ini dilaksanakan melalui suatu survey terhadap 183 responden, yang dibagi dalam dua kelompok yaitu peternak yang menerima kredit dengan pola Gaduhan Murni dan Kredit Tunai. Survey dilakukan di tiga kawasan pengembangan ternak sapi potong di Provinsi Jambi yaitu: Kawasan Singkut, Kabupaten Sarolangun; Kawasan Pamenang, Kabupaten Merangin; dan Kawasan Kuamang Kuning, Kabupaten Bungo. Aspek yang diamati meliputi kinerja pengembangan bibit ternak, penyediaan pakan dan manajemen pengelolaan ternak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa induk yang diperoleh dari pola Kredit Tunai lebih banyak (50%) yang menjadi akseptor program Inseminasi Buatan dibandingkan dengan penerima kredit pola Gaduhan Murni (7%). Angka kelahiran induk yang diperoleh dari kredit pola Gaduhan Murni (0,51+0,02 ekor/ tahun) sangat nyata lebih rendah dibandingkan dengan induk yang diperoleh dari kredit pola Kredit Tunai (0,84 + 0,08 ekor/ tahun). Angka kematian anak pada penerima Kredit Tunai (1,7%) lebih rendah daripada kematian anak pada penerima Gaduhan Murni (6,5%). Jumlah peternak yang menerima Kredit Tunai yang menanam rumput unggul (71%) dan memberikan konsentrat kepada ternaknya (46%) lebih banyak dibandingkan pada peternak yang menerima Gaduhan Murni yaitu masing-masing 28% dan 16%. Peternak penerima Kredit Tunai memiliki Sikap terhadap Pengembangan Sapi Potong yang lebih baik daripada penerima Gaduhan Murni. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa pola Kredit Tunai untuk pengadaan bibit ternak pada peternak kecil di Provins Jambi mempunyai pengaruh yang lebih baik terhadap kinerja pengembangan sapi potong dibandingkan dengan poly Gaduhan Murni. Oleh karena itu direkomendasikan kepada pemerintah untuk meninjau kembali penerapan kredi pengadaan ternak dengan pola Gaduhan Murni.Kata kunci: pola kredit, pengembangan sapi potong
PENGARUH PENYULUHAN DAN DUKUNGAN SARANA PRASARANA TERHADAP KINERJA AGRIBISNIS PADI DI JAWA BARAT Subarna, Trisna
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The effect of service extension and supporting facilities on the performance of rice agribusiness in West Java Province. The service extension and farming support facilities in agricultural farming play an important role in agribusiness activities. This activity aimed to increase the productivity of integrated rice farming in West Java, reported by these two variables mentioned above have given good contribution to the performance of farmers group in increasing their productivities. However, both variables have not yet performed optimally in terms of the agribusiness performance. To develop agribusiness in West Java there are three approaches to be chosen includes increasing extension activity, improving supported facilities or both. The aim of this assessment is to investigate the effect of extension service on facilities an infrastructure supported for agricultural farming to the performance of farmers group in conducting their agribusiness. The assessment was conducted using a survey method in districts of Kuningan, Subang, and Karawang West Java Province from August — October 2006. The parameters that being watched are the performance of agribusiness, extension service activity and facilities support performance, the data were analyzed by path analysis. The results of this study showed:. (1) the activity of farmers guiding through extension service and providing production facilities could improve farmers productivity, farming efficiency, and their income. (2) the extension service and facilities supports have positive effect on the agribusiness performance. (3) the extension service gave a higher contribution compared to facilities support, this means that farmers guiding plays a better role than the provision of facilities. Key words: agribusiness, exstention service, facilities Penyuluhan dan sarana prasarana usahatani memegang peranan penting dalam pelaksanaan agribisnis padi di Jawa Barat. Pada kegiatan Proyek Peningkatan Produktuvitas Padi Terpadu (P3T) di Jawa Barat dilaporkan kegiatan kedua aspek tersebut dapat meningkatkan produktivitas padi, tetapi belum meningkatkan kinerja kelompok tani dalam agribisnis padi. Untuk pelaksanaan agribisnis di Jawa Barat terdapat tiga pilihan yang perlu ditingkatkan apakah pembinaan petani melalui penyuluhan atau dukungan sarana prasarana kepada petani atau keduanya. Pengkajian ditujukan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan dan dukungan sarana dalam pelaksanaan agribisnis. Pengkajian dilaksanakan di kabupaten Kuningan, Subang dan Karawang, pada bulan Agustus sampai Oktober 2006 dengan menggunakan metoda survey. Parameter yang diuji adalah kinerja kelompok tani dalam pelaksanaan agribisnis, aktivitas penyuluhan dan kesesuaian sarana dan prasarana yang diberikan pemerintah bagi petani, analisis data dilakukan dengan analisis jalur (Path Analysis). Hasil pengkajian menunjukkan; (1) Kegiatan penyuluhan dan dukungan sarana prasarana telah meningkatkan produktivitas padi. (2) Penyuluhan dan dukungan sarana prasarana secara bersama-sama berpenganth terhadap kinerja agribisnis. (3) Pengaruh penyuluhan memberikan kontribusi yang lebih besar dibanding dengan dukungan sarana prasarana. Keadaan ini menunjukkan bahwa pembinaan kepada petani lebih berperan dibanding dengan dukungan pemerintah berupa sarana produksi. Kata kunci: agribisnis, penyuluhan, sarana
KAJIAN KELAYAKAN USAHATANI DAN MARJIN TATANIAGA MANGGA (Mangifera indica) (Studi kasus di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat) Supriatna, Ade
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study was conducted in 2005 and took place in Majalengka District, West Java. The objectives of study were (a) to identify the characteristics of farmers and mango cultivation, (b) to analyze the economical visibility of mango farm, (c) to describe the marketing channels and marketing margin. The study used a survey method. Primary data were collected from 25 mango farmers selected by random sampling and some traders selected by snowball method with the farmers as the entry point, consist of 6 collecting traders, 3 whole trader (agents), 2 central markets, 2 supplier and 4 retail traders spread in traditional markets, fruits shops and super markets. Secondary data were collected from the Agriculture Office, the Central Agency of Statistics and the Research Institutions. The results showed that mango farm was economically suitable with benefit of Rp.23.641.230,-/ha/year and R/C of 4.64. In marketing, mango fruits were classified into two groups, namely grade A/B as main grade that was marketed in four marketing channels and grade C (non grade) that was marketed in one marketing channel to local traditional market. In the marketing grade AB, the third channel gave a highest value of marketing margin because some marketing actors implemented post-harvest handling to increase the quality of mango according to supermarkets class. The agents reached a highest margin (Rp.2.500,-/kg) because they spent a highest cost of marketing and took a highest risk caused by price fluctuation. For developing mango production, a pattern of cooperative with agribusiness actors, especially exporter is needed. The farmers are helped in capital formation and guided in good farming practices while the exporter should get a mango fruits with higher quality, looking for a new marketing channel and building the unit of mango processing industry to bridge the problem in case the mango is in peak season. Keywords: mango, farms, marketing Penelitian ini dilaksanakan tahun 2005 di Kabupaten Majalengka, Propinsi Jawa Barat dengan tujuan; (a) mengidentifikasi karakteristik petani dan budidaya mangga, (b) menganalisis kelayakan usahatani, dan (c) mempelajari saluran pemasaran serta marjin pemasaran. Penelitian menggunakan metoda survey. Data primer dikumpulkan dari 25 petani yang diambil secara acak (random sampling) dan beberaa pedagang yang diambil dengan metode snowball, yaitu mengikuti aliran penjualan mangga dengan petani sebagai titik awal, terdiri atas 6 pedagang pengumpul, 3 pedagang pengepul (agen), 2 pedagang pasar induk, 2 suplayer dan 4 pedagang pengecer di pasar tradisional, toko/kios buah dan super market. Data sekunder dikumpulkan dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Badan Pusat Statistik (BPS) dan Lembaga Penelitian. Hasil penelitian menunjukan bahwa usahatani mangga termasuk layak secara ekonomi dengan nilai pendapatan bersih Rp.23.641.230,-/ha/tahun dan nilai R/C 4,64. Dalam pemasaran, buah mangga dikelompokan kedalam dua grade, yaitu grade AB merupakan grade utama, dipasarkan secara luas melalui empat saluran dan grade C (non grade) disalurkan ke pasar-pasar tradisional lokal melalui satu saluran pemasaran. Margin pemasaran paling besar terjadi pada saluran pemasaran yang pelaku-pelaku pasarnya melakukan penanganan hasil lebih intensif seperti suplayer dan supermarket dengan sasaran konsumen kelas ekonomi menengah ke atas. Pada seluruh saluran pemasaran grade AB, pedagang agen selalu mendapatkan marjin keuntungan paling besar, yaitu Rp.2.500,-/kg karena mereka merupakan pihak yang paling besar dalam pengeluaran biaya pemasaran dan juga resiko diakibatkan oleh fluktuasi harga jual mangga. Pengembangan produksi mangga masih perlu kerjasama dengan pelaku agribisnis, petani mendapatkan bantuan permodalan dan bimbingan praktek budidaya yang benai sementara pelaku agribisnis dapat memperoleh hasil mangga yang berkualitas, menciptakan peluang pasar baru dar mendirikan industri pengolah mangga segar untuk menjembatani kelebihan produksi pada waktu panen raya.Kata kunci: inangga, usahatani, pemasaran
ANALISIS EFISIENSI USAHATANI SAYURAN DAN JARINGAN TATANIAGANYA DI KABUPATEN ENREKANG SULAWESI SELATAN , Sunanto; , Yusmasari; , Sahardi
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 3 (2007): November 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Analysis on the Efficiency of Vegetable Farm Enterprise and Business Network in Enrekang Regency South Sulawesi. This research aims to: 1) analyze the combination use of optimal resources to provide maximum income taking into account the land, labor, technology, and capital constrains owned by farmers, 2) analyze the optimal plant combination providing maximum income, and 3) analyze vegetable distribution. This research was conducted in Enrekang Regency South Sulawesi Province from January to December 2006. The analysis method used was Linier Programming approach. Enrekang Regency has the potency for vegetable development and goat husbandry. The development system for these two commodities was an integration one. To obtain optimum farming, farmers were suggested to allocate 0.75 ha land, 888 kg of potato seeds, 330 kg of shallot seeds, 4.4 kg carrot seeds, 14.11 packs cabbage seeds, 213.94 kg Urea, 150.25 kg SP36, 48.60 kg KCI, 105.70 kg ZA, 1.49 liters PPC, 1,027.14 kg organic manure, 4.05 liters pesticide, and 75.15 labor working days, and have 3 goats/HH. The resource allocation is capable of providing a net income of Rp.11, 267,910/year with inter cropping potato - shallot — cabbage for 0.60 ha, and inters cropping cabbage — potato — potato for 0.07 ha and inters cropping carrot — cabbage — cabbage for 0.08 ha. Marketing chain from farmers to consumers should not be a long one. This is caused by the vegetable characteristic that is easily damaged, so marketed vegetables must reach the consumers quickly. Key words: Efficiency, vegetable farm, marketing chain   Penelitian ini bertujuan; 1) menganalisis kombinasi penggunaan sumberdaya yang optimal dapat memberikan pendapatan maksimal dengan kendala lahan, tenaga kerja, teknologi, dan modal yang dimiliki petani, 2) menganalisis kombinasi jenis tanaman yang optimal dapat memberikan pendapatan maksimal, dan 3) menganalisis distribusi sayuran. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Enrekang Propinsi Sulawesi Selatan, pada bulan Januari hingga Desember 2006. Metode analisis yang digunakan dengan pendekatan linier programming. Kabupaten Enrekang mempunyai potensi untuk pengembangan sayuran dan ternak kambing. Sistem pengembangan kedua komoditas tersebut dilakukan secara integrasi. Untuk memperoleh usahatani yang optimal, maka petani disarankan mengalokasikan sumberdaya lahan 0,75 ha; 888 kg bibit kentang, 330 kg bibit bawang merah, 4,4 kg benih wortel, 14,11 bungkus benih kubis, 213,94 kg Urea, 150,25 kg SP36, 48,60 kg KCL, 105,70 kg ZA, 1,49 It PPC, 1.027,14 kg pupuk kandang, 4,05 It pestisida, dan penggunaan tenaga kerja sewa 75,15 HOK, serta memelihara ternak kambing 3 ekor/KK. Alokasi sumberdaya tersebut mampu memberikan pendapatan bersih sebesar Rp.11.267.910/tahun dengan pola tanam kentang — bawang merah ­kubis seluas 0,60 ha, dan pola tanam kubis — kentang — kentang seluas 0,07 ha serta pola tanam wortel — kubis ­kubis seluas 0,08 ha. Urutan jaringan tata niaga dart produsen (petani) ke konsumen melewati jaringan yang tidak panjang. Hal ini dikarenakan sifat komoditas sayuran itu sendiri yang mudah rusak, maka sayuran yang dipasarkan harus cepat sampai kepada konsumen. Kata kunci : Efisiensi, usahatani sayuran, lataniaga
KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG BERSARI BEBAS DI LAHAN MASAM, LAMPUNG Rumbaina Mustikawati, Dewi
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 3 (2007): November 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Growth and Yield Performance of Open-pollinated Maize Varieties in Dry Land Acid Soil, Lampung. To evaluate the supremacies and weaknesses of several maize open-pollinated varieties in acid soil, an experiment was conducted at Budi Lestari Village, Tanjung Bintang Sub- district, South Lampung from October 2005 to February 2006. The experiment was designed using a randomized block design with five treatments and five replications. The treatments were open-pollinated maize varieties namely Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning (QPM), Srikandi Putih (QPM) and a local variety as the standard. The plot size was 3 x 3 m. The plant space was 75 x 25 cm. Plants were fertilized with 300 kg Urea + 100 kg SP36 + 150 kg KC1 + 5 tons manure /ha. The performance observed were germination, plant height, yield and pest/disease incidences. Results showed that the best growth and yield performance produced by Sukmaraga variety, followed by the local and Lamuru varieties. The yield of Sukmaraga variety was 5.6 tons/ha, Local 5.02 tons/ha, Lamuru 4.73 tons/ha, Srikandi Putih 4.41 tons/ha and Srikandi Kuning 3.4 tons/ha. Srikandi Putih and Srikandi Kuning varieties were susceptible to downy mildew. The financial analysis showed that maize growing presented a B/C of 0.74 using Sukmaraga variety Key words: Maize, open-pollinated, performance, acid soil   Untuk mengevaluasi keunggulan dan kelemahan beberapa varietas jagung bersari bebas di lahan masam, dilakukan percobaan di Desa Budi Lestari Kecamatan Tanjung Bintang, Lampung Selatan dari bulan Oktober 2005-Februari 2006. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan lima perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan adalah jagung bersari bebas varietas Lamuru, Sukmaraga, Srikandi kuning (QPM), Srikandi putih (QPM) dan varietas lokal sebagai pembanding. Ukuran petak 3 x 3 m. Jarak tanam 75 x 25 cm. Tanaman dipupuk dengan 300 kg Urea + 100 kg SP36 + 150 kg KCl + 5 t pupuk kandang /ha. Keragaan yang diamati adalah daya tumbuh, tinggi tanaman, hasil dan serangan hama/penyakit. Hasil percobaan menunjukkan bahwa keragaan pertumbuhan dan hash jagung yang terbaik adalah varietas Sukmaraga, diikuti oleh varietas lokal dan Lamuru. Hasil jagung varietas Sukmaraga 5,6 t/ha, Lokal 5,02 t/ha, Lamuru 4,73 t/ha, Srikandi putih 4,41 t/ha dan Srikandi kuning 3,4 t/ha. Varietas Srikandi putih dan Srikandi Kuning rentan terhadap penyakit bulai. Analisis finansial budidaya jagung memberikan nilai R/C 0,74. dengan menggunakan varietas Sukmaraga Kata kunci: Jagung, bersari bebas, keragaan, lahan masam.
KERAGAAN BEBERAPA VARIETAS PADI UNGGUL BARU DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI PADA LAHAN SAWAH IRIGASI DI PROVINSI JAMBI , Endrizal; , Jumakir
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 10, No 3 (2007): November 2007
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Performance of Several Paddy New Superior Varieties and Feasibility of Paddy Farm Enterprise in Irrigated Rice Field in Jambi Province. The Assessment was conducted at Sri Agung Village, Tungkal Ulu Sub-District, Tanjung Jabung Barat Regency on irrigated land during the 2004/2005 wet season. The assessment involved a farmer group called Sri Maju started with Participatory Rural Appraisal (PRA) study to discover the available farm enterprise potentials and problems. Technology components implemented was the use of new superior varieties through integrated crop managenet (1CM). Paddy varieties used were VUTB Fatmawati, VUB Ciherang VUB, Way Apu Buru, Memberamo and Gilirang. The objectives of the experiment were to observe the performances of some new superior varieties by using integrated plant control method and to analyze financial feasibility on irrigated rice fields. The assessment result showed that the performance of each new variety significantly fluctuates in line with the plant genetic characteristics. The highest production was obtained from Way Apo Buru variety, i.e. (6.5 tons dried husked paddy /ha), followed by Fatmawati (6 tons/ha) and Ciherang (5.8 tons/ha). Meanwhile, the lowest productions were those of Gilirang and Memberamo varieties, i.e. 3.3 and 3.6 tons dried husk paddy/ha respectively .Way Apo Buru and Ciherang varieties are new VUB providing higher benefits and feasibilities compared with Fatmawati ,Memberamo and Gilirang varieties ) with R/C values of 1.66, 2.14 and 2.05. The highest income from Way Apo Buru variety was Rp.6,372,000, followed by Ciherang (Rp.5,832,000), and Fatmawati (Rp.5,119,200), while the incomes from Gilirang and Memberamo were Rp.2,478,000 and Rp.1,890,000 respectively. The farmers responses to new varieties particularly Way Apo Buru and Ciherang were sufficiently good compared with those for Fatmawati, Gilirang and Memberamo. The two varieties possess sufficiently high yield potency, good-tasting rice, and resistant and quite resistant to Helminthosporium and Blast. Fatmawaty variety is less favored by farmers though it has significantly high yield because it is rather difficult to shed and less resistant to Helminthosporium and Blast. Key words: New superior variety, 1CM, paddy farm enterprise, irrigated land Pengkajian dilaksanakan di Desa Sri Agung Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat Propinsi Jambi pada lahan sawah irigasi pada musim hujan (MH) 2004/2005. Pengkajian ini melibatkan kelompok tani Sri Maju yang diawali dengan studi PRA (Participatory Rural Appraisal), untuk menggali potensi dan permasalahan kegiatan usahatni yang ada. Komponen teknologi yang diterapkan adalah penggunaan varietas unggul baru dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Varietas padi yang digunakan adalah VUTB Fatmawati, VUB Ciherang, Way Apo Buru, Memberamo dan Gilirang. Tujuan pengkajian untuk melihat keragaan beberapa varietas padi unggul baru melalui pengelolaan tanaman terpadu dan analisis kelayakan usahatani pada lahan sawah irigasi. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa keragaan dari masing­masing varietas cukup beragam sesuai dengan sifat genetis varietas. Produksi padi tertinggi diperoleh pada varietas Way Apo Buru yaitu 6,50 t/ha GKP diikuti varietas Fatmawati dan Ciherang yaitu 6,00 t/ha GKP dan 5,8 t/ha. GKP Sedangkan hasil terendah pada varietas Gilirang 3,00 t/ha dan Memberamo 3,50 t/ha GKP.Varietas Way Apo Buru dan Ciherang merupakan VUB yang memberikan keuntungan dan tingkat kelayakan lebih tinggi dibanding varietas Fatmawati, Memberamo dan Gilirang dengan nilai R/C 1,66 , 2,14 dan 2,05. Penerimaan yang tertinggi dari varietas Way Apo Buru yaitu Rp.6.372.000, diikuti varietas Ciherang yaitu Rp 5.832.000 dan varietas Fatmawati yaitu Rp.5.119.200 sedangkan varietas Memberamo dan Gilirang masing­masing Rp.2.478.600 dan Rp.1.890.000. Respon petani cukup balk terutama pada varietas Ciherang dan Way Apo Buru dibandingkan varietas Fatmawati, Memberamo dan Gilirang. Kedua varietas tersebut memliki potensi hasil cukup baik, rasa nasi pulen, tahan dan agak tahan terhadap penyakit Helmintosporium (Ho) dan Blas. Untuk varietas Fatmawati kurang disukai petani walaupun memiliki potensi hasil cukup tinggi, karena perontokannya agak sulit dan kurang tahan terhadap Ho dan Blas Kata kunci : Varietas unggul baru, PTT, usahatani, lahan irigasi.

Page 11 of 64 | Total Record : 634


Filter by Year

2003 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 24, No 3 (2021): Desember 2021 Vol 24, No 2 (2021): Juli 2021 Vol 24, No 1 (2021): Maret 2021 Vol 23, No 3 (2020): November 2020 Vol 23, No 2 (2020): Juli 2020 Vol 23, No 1 (2020): Maret 2020 Vol 22, No 3 (2019): November 2019 Vol 22, No 2 (2019): Juli 2019 Vol 22, No 1 (2019): Maret 2019 Vol 21, No 3 (2018): November 2018 Vol 21, No 2 (2018): Juli 2018 Vol 21, No 1 (2018): Maret 2018 Vol 20, No 3 (2017): November 2017 Vol 20, No 2 (2017): Juli 2017 Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017 Vol 19, No 3 (2016): November 2016 Vol 19, No 2 (2016): Juli 2016 Vol 19, No 1 (2016): Maret 2016 Vol 18, No 3 (2015): November 2015 Vol 18, No 2 (2015): Juli 2015 Vol 18, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 17, No 3 (2014): November 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 16, No 3 (2013): November 2013 Vol 16, No 2 (2013): Juli 2013 Vol 16, No.1 (2013): Maret 2013 Vol 15, No 2 (2012): Juli 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 More Issue