cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN STMIK AMIKOM YOGYAKARTA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject :
Arjuna Subject : -
Articles 12 Documents
Search results for , issue "2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2008" : 12 Documents clear
PENETUAN POSISI BERDASARKAN KATEGORI (2) Suyanto, Mohammad
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2008
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Pengalaman saya mengajarkan bahwa jika tidak bisa menjadi yang pertama, maka dapat menjadi yang pertama dalam suatu kategori. STMIK AMIKOM Yogyakarta dengan mulai dari Akademi Komputer sejak 1994, yang menyewa sebuah rumah kecil di jalan Monginsisi No. 8 Yogyakarta dan belum dibayar sewanya, atas kebaikan pemiliknya Bapak Budi Sutrisno, SE, bukan merupakan sekolah tinggi komputer yang pertama di Yogyakarta. Disamping itu calon yang masuk adalah calon mahasiswa yang tidak diterima dimana-mana atau calon mahasiswa yang mengalami kegagalan. Hanya ada satu cara untuk membangkitkan semangat calon mahasiswa yang baru jatuh, yaitu membangkitkan kembali semangatnya atau memberikan pendidikan dengan kategori berbeda, yaitu memberikan tekanan pada sikap mental (softskill) daripada hardskill. Setiap calon mahasiswa diberikan pendidikan yang disebut Achievement Motivation Training (AMT) yang kemudian disempurnakan menjadi Pelatihan Super Unggul (PSU). Pendidikan ini diharapkan mahasiswa tersebut menjadi lebih percaya diri, mengetahui jati dirinya, termotivasi untuk meraih cita-citanya, mempunyai rasa empati yang tinggi dan mempunyai ketrampilan sosial yang baik. Salah satu komentar calon mahasiswa yang telah diberikan pelatihan ini ”Saya hampir saja bunuh diri, karena saya ditakdirkan oleh Tuhan menjadi anak yang buta warna, tetapi setelah saya mengikuti PSU, saya bersemangat kembali untuk hidup dan meraih cita-cita saya sebagai desainer grafis. Saya akan membuktikannya”. Agar sikap mental yang tertanam tersebut tejaga dengan baik, maka bagi mahasiswa yang laki-laki diwajibkan untuk memakai dasi dan akhirnya muncullah slogan ”Tempat Kuliah Orang Berdasi” sebagai sebagai Strategi Positioningnya. Dengan demikian Sekolah Tinggi Komputer dengan kategori yang pertama mahasiswanya memakai dasi. Pada 2007, STMIK AMIKOM berusia 13 tahun, meskipun hanya Sekolah Tinggi, bukan Universitas ataupun Institut, tetapi menjadi Perguruan Tinggi di Kopertis Wilayah V dengan jumlah mahasiswa baru untuk Program Studi Sistem Informasi mempunyai Peringkat Pertama dengan jumlah mahasiswa baru mendekati angka 700 mahasiswa dan mahasiswa baru untuk keseluruhan menempati peringkat 4 dengan jumlah mendekati angka 2300 mahasiswa. Sedangkan student bodynya peringkat 7 dengan  jumlah lebih dari 8500 mahasiswa. Keberhasilan ini dapat terjadi semata-mata karena rahmat Allah Yang Maha Tingggi.
GAJI LUAR BIASA (1) Suyanto, Mohammad
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2008
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pertanyaan seorang Ibu ketika mengikuti seminar saya di Balai Kota ”bagaimana saya dapat mempertahankan karyawan saya meskipun gajinya kecil?” Jawaban saya adalah tidaklah mudah untuk mempertahankan karyawan yang berkualitas. Meskipun demikian bukanlah tidak ada jalan untuk dapat mempertahankan karyawan tersebut. Saya memulai bisnis dari kecil, karena saya mulai bisnis tanpa menggunakan modal uang tunai, sehingga karyawan saya gaji dengan gaji yang kecil seperti yang dilakukan oleh ibu. Karena kemampuan bayar belum memungkinkan untuk membayar dengan gaji yang memadai. Sesungguhnya gaji bukanlah sebagai faktor untuk memotivasi, tetapi hanya sekedar menjaga motivasi.  Salah satu faktor yang dapat meningkatkan motivasi, sehingga dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik adalah bagaimana karyawan tersebut dapat berprestasi. Jika dapat membuat karyawan kita berprestasi dengan memberikan kesempatan untuk menjalankan idenya. Apakah idenya itu berhasil atau tidak, tetapi kita telah memberikan kesempatan. Biasanya karyawan itu akan bekerja keras untuk membuktikan bahwa idenya tersebut merupakan ide yang cemerlang.    Saya teringat ketika saya masih menjadi guru di salah satu SMA pinggiran kota yang dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah yang menggores dalam di hati saya dalam cara memimpin. Kepala Sekolah tersebut bernama Bapak Drs. Anggoro. Saya di SMA sebagai Guru Tetap Yayasan di gaji kecil, tetapi saya tetap bersemangat mengajar dan memberikan keahlian apa saja yang saya punya Hal ini juga yang dilakukan oleh Guru yang yang lain, bahkan ada juga Dosen yang mau mengajar di sekolah tersebut. Gaji yang diberikan Pak Anggora kepada guru-guru adalah memberikan kesempatan seluruh guru untuk melaksanakan idenya. Pada saat akan adanya penerimaan siswa baru, guru-guru dikumpulkan oleh Kepala Sekolah tersebut untuk membicarakan strategi agar SMA tersebut mendapat siswa yang banyak. Salah seorang yang beliau juga Dosen di ISI bernama Pak Supriaswoto, mengatakan ”Saya Pak yang membuat sepanduknya. Saya cukup dibelikan bahannya”. ”Saya Pak mengumumkan ke SMP tempat saya mengajar” kata Pak Subarjo. ”Saya yang membuat brosurnya Pak” kata saya. Semua guru yang kumpul di SMA itu mengeluarkan idenya masing-masing dan Pak Anggoro hanya menyerahkan kepada guru-guru tersebut untuk menjalankan idenya. Hasilnya luar biasa, siswa baru di SMA tersebut cukup mengagumkan. Saya telah belajar dari Pak Anggoro tentang gaji. Ternyata memberikan gaji tidak dengan uang tetapi dengan ide terbukti ampuh melebihi gaji yang berupa uang. Sayang, turun peraturan bahwa lulusan dari Sekolah Agama tidak boleh menjadi Kepala Sekolah, akhirnya Pak Anggoro harus rela melepaskan jabatan. Tdak begitu lama Pak Anggoro yang menjadi guru kehidupan saya dipanggil oleh Sang Pemiliknya. Tuhan memang mempunyai skenario terbaik. Saya merasa kehilangan karena baru belajar sedikit dari beliau. Semoga Pak Anggoro, damai di sisi-Nya.
MENUNGGU TIGA HARI Suyanto, Mohammad
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2008
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ketika saya mengisi seminar bertema ”Miliader Modal Dengkul” yang diadakan oleh SKM Minggu Pagi di Balai Kota Yogyakarta, dibuka oleh Walikota, Bapak Herry Zudianto. Sambutan yang paling menarik dari Pak Herry, menurut saya adalah ketika beliau diajarkan oleh Neneknya untuk belajar menepati janji. Pada suatu hari, Pak Herry pinjam uang kepada Neneknya. Pada saat akan pinjam Neneknya bertanya kepada Pak Herry : ”Kamu mau pinjam berapa dan kapan akan kamu kembalikan?” tanya Neneknya. Setelah menyebutkan besarnya dan waktu pengembaliannya, Pak Herry diberikan pinjaman oleh Neneknya. Sebelum pulang Neneknya berpesan ”Kamu harus menepati janji”. Setelah dapat pesan dari Neneknya tersebut, kemudian berpamitan untuk pulang. Setelah tiga hari, sesuai janjinya  Nenek Pak Herry menyuruh untuk menagih kepada Pak Herry. Dalam rangka belajar menepati janji. ”Masalah kamu mau pinjam lagi sorenya. Tidak apa-apa, tetapi janjimu tiga hari itu harus ditepati” kata Neneknya. Itulah pelajaran yang sangat berharga yang diperoleh dari Neneknya. Pelajran dari Neneknya tentang menepati janji tersebut hingga saat ini diterapkan dalam bisnisnya. Bahkan Pak Herry mengatakan terus terang kepada relasinya pada saat membutuhkan pengembangan usaha. ”karena saya baru mengembangkan usaha yang baru. Saya mohon diberi kelonggaran pembayaran 45 hari” kata Pak. Herry. Setelah berjalan belum sampai 45 hari, biasanya Pak Herry telah memenuhi janjinya melakukan pembayaran. Demikian pula ketika saya sebelum mendirikan Perguruan Tinggi  Komputer, saya mencoba berbisnis perangkat keras komputer. Selain saya didukung dari perusahaan Jakarta, juga ada perusahaan komputer dari Yogyakarta yang mendukung saya. Dalam berbisnis dengan orang Jakarta, maupun orang Yogyakarta, saya dituntut untuk menepati janji dalam pembayaran. Pengusaha tersebut sangat menekankan kepada untuk menepati janji.  ”Pak Yanto, tolong saya besok ditransfer sebelum jam 10.00. Karena saya harus transfer ke Jakarta paling lambat jam 10.00 Pak. Kalau saya terlambat sepuluh menit saja, saya tidak dipercaya Pak” kata Pengusaha komputer tersebut. Menepati janji merupakan salah satu syarat agar kita dapat dipercaya orang lain. Saya teringat Rasulullah s.a.w. dalam menepati janji. Dari Abdullah Ibn Abdul Hamzah mengatakan :“Aku telah membeli sesuatu dari Nabi sebelum ia menerima tugas kenabian dan karena masih ada urusan dengannya, maka aku menjanjikan untuk mengantarkan padanya, tetapi aku lupa. Ketika teringat tiga hari kemudian, akupun pergi ke tempat tersebut dan menemukan Nabi masih berada di sana.” Nabi berkata :”Engkau telah membuatku resah, aku berada di sini menunggumu” (Abu Dawud). Pengalaman saya membantu pengusaha kecil, masalah menepati janji ini yang tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Padahal kalau dia menepati janji akan saya bantu lagi. Tidak saja menepati janji, tetapi malah menghilang dari peredaran. Sebagian dari pengusaha kecil kita lebih menyukai menghindar daripada menghadapi masalah, sehingga masalahnya jadi tidak terpecahkan, bahkan menjadi rumit dan membuat kepercayaan luntur. Sayapun juga pernah menjadi pengusaha kecil yang sulit dari sisi keuangan. Pada suatu saat saya harus membayar kontrakan, ternyata uangnya tidak cukup meskipun sudah bekerja keras untuk mendapatkan uang tersebut. Saya seminggu sebelum jatuh tempo datang ke rumah Bapak yang punya rumah. Saya mengambil resiko untuk menyiapkan diri dimarahi, karena belum bisa membayar secara penuh, tetapi masalahnya jadi selesai karena masalah itu saya hadapi dan dipecahkan bersama, bukan saya hindari. Akhirnya, Bapak yang mempunyai rumah tersebut memberikan kelonggaran kepada saya. Satu tahun kemudian, setelah perusahaan saya keungannya baik, saya datang lagi sebulan sebelum jatuh tempo pembayaran tahun berikutnya. Kepada pemilik rumah saya katakan ”Saya hari ini membayar kontrakan yang jatuh tempo bulan depan Pak”. ”Lho kan masih bulan depan. Kok dibayar hari ini” jawab Bapak pemilik rumah setengah tidak percaya. ”Sebagai ganti Bapak telah memberi tenggang waktu kepada saya tahun lalu” kata saya. ”Terima kasih Pak Yanto” jawab Bapak pemilik rumah, sejenak kemudian. ”Untuk harga kotrakan tahun depan terserah Pak Yanto, yang penting saya jangan rugi karena inflasi” kata yang mempunyai rumah. Kepercayaan pemilik rumah kepada saya tumbuh kembali.  
KEPEMIMPINAN GAYA SURGA Suyanto, Mohammad
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2008
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menurut Peter F. Drucker, kepemimpinan tak terlepas dari kaitan budaya (kultur) yang disandang oleh masyarakat yang dilayaninya. Kultur itu bahkan tampil sebagai bagian terpadu dalam keseluruhan kepemimpinan itu, menjadi semacam bingkai yang lazim disebut gaya (style), hingga terdapat terminologi kepemimpinan Gaya Jepang atau kepemimpinan Gaya Cina atau kepemimpinan Gaya Barat dan seterusnya. Kepemimpinan bertugas mengemban misi bagi lembaga yang dilayaninya, beroperasi berlandaskan budaya dan kepemimpinan bertugas mengembangkan tiap kegiatan kerja manjadi produktif dan membuat agar tiap kerja berprestasi, melakukannya berlandaskan nafas, semangat dan jiwa budaya. Dalam mengelola dampak sosial dan tanggung jawab sosial, eksistensi dan kegiatan lembaga yang dilayaninya, pemimpin melakukannya dalam penghayatan terhadap budaya. Di Asia Timur dan Tenggara barangkali kita dapat tanpa ragu-ragu bicara tentang  budaya Jepang, budaya Korea, budaya Cina dan budaya Indonesia di samping budaya-budaya yang lain yang lebih lokal dan regional sifatnya. Tentang budaya Indonesia, yang menurut Ki Hajar Dewantara adalah puncak dari semua kebudayaan daerah, yang kemudian saling berinteraksi dan beradaptasi berangsur larut menjadi satu kepribadian. Gaya kepemimpinan yang diajarkan Ki Hajar Dewantoro, “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani”, yaitu di depan harus menjadi teladan, di tengah harus mendukung dan di belakang harus mengikuti, merupakan salah satu gaya kepemimpinan dengan landasan budaya Indonesia. Kita juga mengenal gaya kepemimpinan Hasta Brata, yaitu kepemimpinan memiliki sifat matahari, bulan, bintang, angin, api, awan, samudra dan bumi.  Pemimpin yang memiliki sifat matahari, harus mampu memberikan semangat yang membara dan kekuatan spirit kepada anak buahnya. Pemimpin dengan sifat bulan, harus menarik, memberikan keindahan suasana kerja, dan pergaulan, serta membuat terang saat muncul kegelapan. Pemimpin yang memiliki sifat bintang, harus dapat memberikan arah yang benar bagi perjalanan suatu organisasi atau lembaga. Pemimpin juga harus mempunyai sifat angin. Dia harus mampu  berkomunikasi dengan baik, mampu memotivasi dan dapat mengisi kekurangan anak buahnya dengan ungkapan kata menyejukkan, bukan sekadar mencela. Pemimpin dengan sifat api, dapat bersikap tegas, tanpa pandang bulu menindak yang bersalah tanpa ragu-ragu. Sifat awan memiliki kewibawaan kuat, dihormati sekaligus dicintai rakyat. Pemimpin juga harus memiliki sifat samudera dan bumi. Yakni pemimpin harus mampu menampung segala permasalahan, tetap sabar dan tenang dalam memberikan solusi. Dia juga harus teguh dan kuat pendirian tetapi siap pula mendengar masukan dari mana pun untuk dijadikan bahan pertimbangan. Sejarah membuktikan bahwa hantaman badai waktu dan zaman, tidak mampu mengubah sendi-sendi dasar budaya. Yaitu kepercayaan pada Dzat Yang Maha Tinggi, Sang Maha Pencipta serta kebersamaan dalam konteks  kegotongroyongan. Maka secara sosiologis, pola dasar budaya kepemimpinan Indonesia adalah kepemimpinan paguyuban. Rasulullah SAW. bersabda “ Sesungguhnya Allah menciptakan anak Adam dengan delapan sifat. Empat sifat untuk ahli Surga, yaitu wajah yang manis, lisan yang fasih, hati yang suci dan tangan yang memberi bantuan, dan empat sifat untuk ahli Neraka, adalah mereka yang berwajah muram, ucapan yang keji, hati yang keras, tangan yang tidak mau membantu”. Pemimpin berlandaskan akhlak dengan wajah yang manis, lisan yang fasih, hati yang suci dan tangan yang memberi bantuan merupakan Kepemimpinan  Gaya Surga.
MERINDUKAN PENDIDIKAN SISTEM AMONG Supriyoko, Ki
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2008
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.86 KB)

Abstract

Mengeratkan hubungan antara Ki Hadjar Dewantara, Tamansiswa, dan pendidikan nasional tentu bukan kegiatan yang mengada-ada, apalagi salah. Ketiga “aspek” tersebut memang mempunyai hubungan banyak arah yang dalam bahasa risetnya diterminologisasi sebagai multi-ways correlation.          Ki Hadjar, pria kelahiran Yogyakarta tanggal 2 Mei 1889 dengan nama Soewardi, adalah pendiri dan pemimpin Tamansiswa; di samping pernah menjadi menteri pendidikan yang pertama kali di Indonesia. Konsep pendi-dikan Ki Hadjar tidak saja dipraktekkan di Tamansiswa akan tetapi juga di Indonesia dalam konteks pendidikan nasional. Konsep kebudayaannya pun juga dijalankan di Tamansiswa, di samping Indonesia. Tentu bukan berarti bahwa Tamansiswa berdiri sendiri di luar Indonesia.          Pemerintah Indonesia pun mengakui besarnya jasa Ki Hadjar utamanya di bidang pendidikan dan kebudayaan. Melalui Surat Keputusan Presiden RI Nomer:316/1959 tertanggal 16 Desember 1959, pemerintah menetapkan tanggal lahir Ki Hadjar sebagai Hari Pendidikan Nasional sebagaimana yang senantiasa kita peringati pada setiap tahunnya.
MEMBANGUN KEPERCAYAAN KEMBALI Suyanto, Mohammad
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2008
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Menepati janji merupakan pekerjaan yang sulit dilakukan, terutama ketika kita masih menjadi perusaahaan yang masih kecil, tetapi kalau kita bisan melakukan, maka akan meningkatkan kepercayaan. Pengalaman saya membantu pengusaha kecil, masalah menepati janji ini yang tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Padahal kalau dia menepati janji akan saya bantu lagi. Tidak saja menepati janji, tetapi malah menghilang dari peredaran. Sebagian dari pengusaha kecil kita lebih menyukai menghindar daripada menghadapi masalah, sehingga masalahnya jadi tidak terpecahkan, bahkan menjadi rumit dan membuat kepercayaan luntur. Padahal jika masalah itu kita hadapi, hampir pasti masalahnya dapat dipecahkan bersama. Meskipun kadangkala, kita menerima umpatan kemarahan dan kadangkala cacian atau hinaan. Tetapi ada satu senjata bagi kita, yaitu minta maaf. Insya Allah, jika kita meminta maaf dengan tulus, kita akan dimaafkan. Kita datang bukan untuk memperuncing masalah, tetapi memecahkan masalah. Sayapun juga pernah menjadi pengusaha kecil yang sulit dari sisi keuangan. Pada suatu saat saya harus membayar kontrakan rumah untuk kantor, ternyata uangnya tidak cukup meskipun sudah bekerja keras untuk mendapatkan uang tersebut. Saya seminggu sebelum jatuh tempo datang ke rumah Bapak yang punya rumah. Saya mengambil resiko untuk menyiapkan diri dimarahi, karena belum bisa membayar secara penuh, tetapi saya datang untuk mencari penyelesaian masalah. Masalahnya bagaimana dengan uang yang tidak cukup itu, untuk tetap dapat menempati kantor tersebut. Saya menyatakan bahwa saya salah, maka saya minta maaf, tidak mampu membayar sesuai yang saya janjikan, saya minta untuk diberi tenggang waktu. Meskipun dengan perasaan marah kepada saya, tetapi akhirnya, Bapak yang mempunyai rumah tersebut memaafkan saya dan memberikan kelonggaran kepada saya. Satu tahun kemudian, setelah perusahaan saya mempunyai keuangan baik, saya datang lagi sebulan sebelum jatuh tempo pembayaran tahun berikutnya. Kebaikan Bapak Pemilik rumah tidak pernah saya lupakan. Kepada pemilik rumah saya katakan ”Saya hari ini membayar kontrakan yang jatuh tempo bulan depan Pak”. ”Lho kan masih bulan depan. Kok dibayar hari ini” jawab Bapak pemilik rumah setengah tidak percaya. ”Sebagai ganti Bapak telah memberi tenggang waktu kepada saya tahun lalu” kata saya. ”Terima kasih Pak Yanto” jawab Bapak pemilik rumah. Kemudian saya berpamitan. Tiga bulan sebelum jatuh tempo,  saya kembali ke rumah ke Bapak pemilik rumah untuk menanyakan harga sewa tahun berikutnya. ”Untuk harga kotrakan tahun depan terserah Pak Yanto, yang penting saya jangan rugi karena inflasi” kata yang mempunyai rumah. Kepercayaan pemilik rumah kepada saya tumbuh kembali.
BELAJAR DARI STRATEGI PENJAHIT (1) Suyanto, Mohammad
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2008
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Ketika saya mengisi seminar bersama Pak Jeremy Thomas tentang kewirausahaan di STMIK AMIKOM Yogyakarta. Acara tersebut untuk membekali calon wisudawan agar setelah lulus tidak mencari pekerjaan, tetapi dapat menciptakan pekerjaan, meskipun barangkali hanya untuk dirinya sendiri. Pada sesi pertama yang menyampaikan pembekalan adalah Pak Jeremy Thomas, pemain sinetron yang terkenal, tetapi saat ini menjadi seorang Pengusaha. Ia telah mendirikan perusahaan bernama VMT.  ?Kalau dahulu sebagai pemain sinetron saya menjual fisik saya, tetapi sebagai Pengusaha seperti sekarang ini saya menjual otak saya? kata Pak Jeremy. Materi yang sangat menyentuh hati saya dari Pak Jeremy adalah materi tentang strategi seorang penjahit yang cerdas. Pak Jeremy bercerita tentang seorang penjahit yang hanya lulus SD yang otaknya cerdas dalam menangkap peluang. Penjahit tersebut bernama Pak Jon. Pada suatu waktu penjahit tersebut datang ke tempat Pak Jeremy untuk menawarkan jasa pembuatan jas. Setelah memperkenalkan diri, kemudian Pak Jon berkata ?Pak Jeremy adalah orang yang penting bagi saya. Pak Jeremy kan selebritis, kalau boleh saya buatkan jas dulu, nanti kalau cocok baru dibayar, tetapi kalau tidak cocok jangan dibayar? kata Pak Jon. ?Kalau tidak cocok nanti kasihan sama Bapak, kalau nanti rugi?? tanya Pak Jeremy. ?Tidap apa-apa Pak? jawab Pak Jon. Kemudian, Pak Jon menunjukkan gambar dalam beberapa majalah luar negeri, para selebritis luar negeri yang sedang memakai jas. Meskipun majalah yang dibawa hanyalah majalah bekas yang dapat dibeli di toko majalah bekas dengan harga yang sangat murah. Pak Jon meminta Pak Jeremy untuk memilih salah satu jas yang dipakai selebritis luar negeri. ?Modelnya pilih yang mana Pak?? tanya Pak Jon. Setelah Pak Jeremy memilih salah satu model jas, selanjutnya Pak Jeremy diukur badannya oleh Pak Jon dan semua ukuran telah dicatat. ?Satu bulan lagi mudah-mudahan sudah jadi Pak? kata Pak Jon sambil berpamitan pulang. Pelajaran pertama yang kita peroleh dari Penjahit yang hanya lulusan SD tersebut adalah sesuatu yang luar biasa. Ia tidak hanya sekedar menawarkan produk yang hebat dan nyaman dipakai, tetapi ia mencoba untuk memahami apa yang dinginkan pelanggannya, karena pelanggan menginginkan lebih dari apapun untuk dihargai dan dipedulikan dengan sungguh-sungguh. Pak Jon juga tidak sekedar memperhatikan hal-hal yang kelihatan, tetapi jauh lebih penting memahami hal-hal yang tidak kelihatan yang berupa perlakuan terhadap pelanggan dan menganggap bahwa pelanggannya adalah seorang yang sangat penting baginya, sehingga  menghasilkan pondasi hubungan pelanggan yang sejati. Sebaliknya, seringkali justru kita hanya berkutat pada produk dan harga saja, tetapi melupakan bagaimana kita memperlakukan kepada pelanggan kita dan menganggap pelanggan kita termasuk orang yang biasa saja atau orang yang tidak penting, sehingga mereka kecewa dan meninggalkan kita selamanya.  
PENETUAN POSISI BERDASARKAN KATEGORI (1) Suyanto, Mohammad
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2008
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Positioning (penentuan posisi) menurut kategori produk adalah memposisikan produk sebagai pemimpin dalam kategori produk. Kategori produk dapat kita kelompokkan dalam kategori minuman dan makanan, kategori, produk rumah tangga, kategori obat-obatan, kategori perawatan pribadi, kategori perlengkapan pribadi, kategori perlengkapan rumah, kategori komunikasi dan teknologi informasi, kategori otomotif, kategori perbankan dan keuangan, kategori transportasi dan sebagainya. Dalam kategori makanan dan minuman masih ada sub kategori, misalnya minyak goreng, biskuit, mie instan, kacang, kecap manis, tepung terigu, saus sambal, margarin, susu cair dalam kemasan, susu bubuk, teh dalam kemasan botol, teh dalam kemasan non botol, teh celup, teh hijau, kopi bubuk, minuman penambah tenaga, minuman sari buah, minuman isotonik, jelly drink dan sebagainya. Bimoli menggunakan positioning berdasarkan kategori produk, yaitu kategori minyak goreng dengan slogan ?Kesempurnaan Minyak Goreng?. Bimoli berusaha menyajikan kualitas minyak terbaik dengan melakukan proses pengolahan enam tahap, mulai dari penghilangan getah, penjernihan warna minyak, penghilangan asam lemak bebas, pemurnian aroma, pembentukan fraksi padat sampai pemisahan fraksi pada dan minyak. Termasuk juga mempunyai kandungan Omega 9 yang berfungsi menjaga kadar normal kolesterol. Strategi positioning ini menjadikan Bimoli sebagai Top Brand kategori minyak goreng di Indonesia. Teh celup Sariwangi juga positioning berdasarkan kategori produk, yaitu kategori teh celup dengan slogan ?Tea to be shared not to be served?.  Sariwangi tidak sekedar membuatkan teh untuk pasangannya sebagai rutinitas dan kewajiban, tetapi Sariwangi menginspirasi kaum perempuan untuk menggunakan ?momen minum teh? sebagai sarana untuk saling berbagi dan berkomunikasi dua arah. Strategi positioning yang dilakukan Sariwangi ini menyebabkan Sariwangi secara emosional dekat dengan pelanggannya, sehingga mampu menjadi Top Brand kategori teh celup di Indonesia. 
BELAJAR DARI STRATEGI PENJAHIT (2) Suyanto, Mohammad
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2008
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Sebulan kemudian jas tersebut telah siap untuk dipakai dan Pak Jon kembali ke rumah Pak Jeremy untuk menyerahkan jas tersebut. ?Berapa Pak Jon harganya?? Tanya Pak Jeremy. ?Rp. 1,5 juta saja Pak, tetapi bayarnya besok saja kalau saya sudah butuh Pak? kata Pak Jon. Inilah pelajaran kedua yang kita peroleh dari seorang penjahit yang hanya lulusan SD. Dibalik itu sebenarnya ada strategi yang ampuh yang diterapkan Pak Jon. Ia tahu benar bahwa Pak Jeremy adalah salah seorang selebritis. Ia sengaja tidak mau dibayar lebih dahulu, karena ia ingin menggunakan nama Pak Jeremy untuk memasarkan jasanya. Ia kemana-mana menawarkan Jas dengan menyatakan bahwa ia telah membuatkan Jas untuk Pak Jeremy Thomas yang bintang sinetron itu. Ia menggunakan Jeremy Thomas sebagai ikon produknya. Selebriti dapat mempengaruhi sikap dan perilaku pelanggan terhadap produk yang didukungnya. Persepsi dan sikap pelanggan terhadap kualitas produk meningkat dengan adanya selebriti yang mendukung. Lebih jauh, harga produk juga akan meningkat dengan adanya selebriti tersebut. Selebriti itu dapat menjadi pendukung produk, biasanya selebriti tersebut mempunyai hubungan yang mempunyai makna atau cocok dengan produk dan pelanggan. Pertimbangan utama selebriti sebagai pendukung antara lain karena kredibilitasnya, kecocokan dengan pelanggan, kecocok dengan merek dan pertimbangan lainnya. Kredibilitas selebriti itu menyangkut kepercayaan dan keahliannya secara bersama-sama yang dilihat oleh pelanggan. Orang yang dapat dipercaya dan dianggap memiliki wawasan tertentu, misalnya tentang kehandalan merek akan menjadi orang yang paling mampu meyakinkan orang untuk mengambil tindakan. Jeremy Thomas merupakan selebriti yang telah dipercaya masyarakat sebagai aktor sinetron yang berhasil yang cocok sekali untuk produk jas.  Pak Jon juga menganggap Jeremy Thomas, nilai dan perilakuknya sesuai dengan kesan dari jas yang dibuatnya. Disamping itu Jeremy Thomas juga mempunyai daya tarik fisik termasuk yang tampan, ramah, menyenangkan sehingga menarik pelanggannya Pak Jon. Pertimbangan lainnya, Pak Jon tidak membayar Jeremy Thomas, tetapi hanya memberikan penangguhan pembayaran. Strategi yang diterapkan Pak Jon tersebut ternyata sangat manjur. Beberapa orang yang ingin dianggap penting dan ingin menjadi selebriti berbondong-bondong menjahitkan jas pada Pak Jon. Pak Jon memberikan harga Rp. 2 juta sampai Rp. 3 juta. Harga yang jauh lebih mahal daripada harga yang diberikan kepada Pak Jeremy Thomas untuk yang pertama kali. Meskipun demikian tidak ada pelanggan merasa harga jas yang hanya dibuat oleh Pak Jon, karena ia menggunakan selebriti sebagai pendukung produknya.  Disamping itu pemasaran dari mulut-kemulut dari orang yang dibuatkan jas oleh Pak Jon menambah pemesanan. Pada saat Pak Jeremy berseminar dengan saya, yang pesan jas kepada Pak Jon sudah lebih dari 20 orang. Memanglah kadangkala kita harus belajar dari orang kecil, seperti halnya Pak Jon yang hanya lulusan SD.
BELAJAR DARI PENJUAL KRUPUK (2) Suyanto, Mohammad
ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2008
Publisher : ARTIKEL KORAN DAN MAJALAH DOSEN UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Setelah selesai memasukkan seluruh krupuk dengan bonusnya, kemudian penjualkrupuk tersebut menyerahkan kaleng krupuk kepada saya sambil melempar senyum dan berkata ?Ini Pak krupuknya?. ?Berapa Pak?? tanya saya. ?Rp. 8.000,- Pak? jawab penjual krupuk. Saya membalas kebaikan penjual krupuk tersebut dengan memberinya Rp. 10.000,- . ?Ini kembalinya Pak? kata penjual krupuk tersebut kepada saya. ?Sudah untuk Bapak saja? kata saya. ?Terimakasih Pak? kata penjual krupuk, kemudian berpamitan meninggalkan rumah saya.  Rahasia sukses yang sejati adalah memberi dan itulah yang dilakukan penjual krupuk serta cara yang dilakukan penjual krupuk dalam memperlakuka kenikmatan yang diterimanya walaupun hanya kecil. Pelajaran kedua yang saya peroleh adalah pelajaran rasa syukur. Hanya menerima kelebihan Rp. 2000,- tetapi penjual krupuk tersebut mengungkapkan dengan rasa senang dan rasya syukur. Tetapi kita kadangkala mendapat anugrah Rp. 20.000,- atau Rp. 200.000,- atau Rp. 2 juta atau bahkan Rp 2 milyar masih merasa kurang dan tidak bersukur. Padahal kenikmatanyang telah kita peroleh berlimpah, mulai kenikmatan harta, kesehatan, anak, kesempatan, ilmu dan beragama dengan nikmat, tetapi kadangkala kita lupa bersyukur kepada Sang Pemberi kenikmatan. Dari Anas r.a., ia berkata, ?Rasulullah SAW bersabda, ?Seandainya anak Adam memiliki dua lembah harta, niscaya ia akan mencari lembah yang ketiga, dan tidaklah ada yang memenuhi perut anak Adam melainkan tanah dan Allah Maha memberi taubat kepada orang yang bertaubat.? (HR Muttafaq ?Allah). Rasya sukur itu merupakan kesadaran bahwa nikmat itu berasal dari Tuhan Yang Maha Pemberi kenikmatan yang dapat menimbulkan kegembiraan dari nikmat tersebut serta mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan. Rasa syukur kepada Tuhan akan menyentuh hati kita yang paling dalam dan memancarkan cahaya kebaikan yang menghiasi makhluk di lingkungan yang dikenainya. Rasa syukur itu kita ucapkan sebagai rasa terimakasih dan pujian kepada Tuhan. Rasa syukur juga membuat seluruh anggota badan kita untuk dapat mempergunakannya dengan baik dalam rangka menambah ketaatan kita kepada Tuhan dan berusaha menjaganya untuk tidak kita pergunakan berbuat kemaksiatan. Seseorang belum dinamakan bersyukur kepada Tuhan apabila kenikmatan yang diperolehnya itu belum digunakan sesuai dengan yang disenangi Tuhan atau belum digunakan untuk kemanfaatan hambaNya yang membutuhkannya.  Dalam surat Ibrahim ayat 7 : Dan tatkala Tuhanmu memaklumkan : ?Sesungguhnya jika kamu bersyukur,pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.

Page 1 of 2 | Total Record : 12


Filter by Year

2008 2008


Filter By Issues
All Issue 2010: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2010 2010: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI-MARET 2010 2010: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2010 2010: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI-MARET 2010 2010: HARIAN JAWA POS 2010: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2010: HARIAN MEDIA PIKIRAN RAKYAT 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2009 2009: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2009 2009: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2009 2009: HARIAN JAWA POS 2009: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2009: HARIAN MEDIA INDONESIA 2009: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2009: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2009: HARIAN SINAR HARAPAN 2009: HARIAN SINAR HARAPAN 2009: HARIAN SUARA KARYA 2009: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2009: HARIAN JAWA POS 2009: HARIAN KOMPAS 2009: HARIAN KOMPAS 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2008 2008: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2008 2008: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2008 2008: HARIAN SINAR HARAPAN 2008: HARIAN JAWA POS 2008: HARIAN SINAR HARAPAN 2008: HARIAN JAWA POS 2008: HARIAN SUARA MERDEKA 2008: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2008: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2008: HARIAN KOMPAS 2008: HARIAN KOMPAS 2008: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2008: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2007 2007: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2007 2007: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2007 2007: HARIAN MEDIA INDONESIA 2007: HARIAN KOMPAS 2007: MAJALAH FASILITATOR 2007: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2007: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2007: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2007: MAJALAH FASILITATOR 2007: HARIAN MEDIA INDONESIA 2007: MOZAIK OBITUARI 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2006 2006: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2006 2006: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2006 2006: MAJALAH METODIKA 2006: MAJALAH FASILITATOR 2006: HARIAN MEDIA INDONESIA 2006: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2006: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2006: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2006: HARIAN SUARA MERDEKA 2006: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2006: HARIAN JAWA POS 2006: HARIAN SUARA MERDEKA 2006: HARIAN KOMPAS 2006: HARIAN KOMPAS 2006: MAJALAH FASILITATOR 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI JULI - SEPTEMBER 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI JANUARI - MARET 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2005 2005: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2005 2005: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2005 2005: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2005: MAJALAH FASILITATOR 2005: HARIAN MEDIA INDONESIA 2005: HARIAN JAWA POS 2005: HARIAN MEDIA INDONESIA 2005: HARIAN JAWA POS 2004: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JULI - SEPTEMBER 2004 2004: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2004 2004: HARIAN REPUBLIKA EDISI APRIL - JUNI 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT JANUARI - MARET 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT APRIL - JUNI 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2004 2004: HARIAN REPUBLIKA EDISI OKTOBER - DESEMBER 2004 2004: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT OKTOBER - DESEMBER 2004 2004: HARIAN MEDIA INDONESIA 2004: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2004: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2004: MAJALAH FASILITATOR 2004: HARIAN KOMPAS 2004: HARIAN JAWA POS 2004: HARIAN KOMPAS 2004: MAJALAH FASILITATOR 2004: HARIAN JAWA POS 2004: HARIAN MEDIA INDONESIA 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI APRIL-JUNI 2003 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI APRIL-JUNI 2003 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI OKTOBER-DESEMBER 2003 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI JULI-SEPTEMBER 2003 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI JULI-SEPTEMBER 2003 2003: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT EDISI OKTOBER-DESEMBER 2003 2003: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2003: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2003 2003: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2003: HARIAN KOMPAS 2002: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2002: HARIAN SUARA KARYA 2002: HARIAN KOMPAS 2002: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2002: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2002: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2002: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2002: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2002: Tabloid Pelajar PELAJAR INDONESIA 2002: HARIAN KOMPAS 2001: MAJALAH PUSARA 2001: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2001: HARIAN SUARA KARYA 2001: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2001: HARIAN KOMPAS 2001: HARIAN SUARA MERDEKA 2001: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2001: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2001: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2001: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2000: HARIAN SUARA KARYA 2000: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2000: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2000: HARIAN SUARA MERDEKA 2000: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 2000: HARIAN KOMPAS 2000: MAJALAH PUSARA 2000: HARIAN MEDIA INDONESIA 2000: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 2000: HARIAN SUARA PEMBARUAN 2000: HARIAN KOMPAS 2000: HARIAN SUARA KARYA 2000: MAJALAH TRANSFORMASI 2000: MAJALAH PUSARA 1999: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1999: HARIAN SUARA KARYA 1999: HARIAN SUARA KARYA 1999: HARIAN REPUBLIKA 1999: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1999: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1999: HARIAN KOMPAS 1999: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1999: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1999: MAJALAH PUSARA 1999: HARIAN SUARA MERDEKA 1999: MAJALAH PUSARA 1998: MAJALAH PUSARA 1998: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1998: HARIAN SRIWIJAYA POS 1998: HARIAN SUARA KARYA 1998: HARIAN SUARA MERDEKA 1998: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1998: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1998: HARIAN SUARA KARYA 1998: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1998: HARIAN BALI POS 1998: MAJALAH PUSARA 1998: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1997: HARIAN BALI POS 1997: HARIAN KOMPAS 1997: HARIAN BERITA NASIONAL 1997: HARIAN SRIWIJAYA POS 1997: HARIAN SUARA KARYA 1997: HARIAN SUARA MERDEKA 1997: HARIAN KOMPAS 1997: HARIAN BALI POS 1997: HARIAN YOGYA POS 1997: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1997: HARIAN SUARA KARYA 1997: HARIAN SRIWIJAYA POS 1997: MAJALAH PUSARA 1997: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1997: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1997: MAJALAH PUSARA 1997: HARIAN BERITA NASIONAL 1997: HARIAN SURYA POS 1997: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1997: HARIAN SUARA MERDEKA 1997: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1996: MAJALAH PUSARA 1996: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1996: HARIAN YOGYA POS 1996: HARIAN SURYA POS 1996: HARIAN KOMPAS 1996: HARIAN SUARA KARYA 1996: HARIAN BERITA NASIONAL 1996: HARIAN SURYA POS 1996: HARIAN SUARA MERDEKA 1996: MAJALAH SUARA MUHAMMADIYAH 1996: HARIAN BALI POS 1996: MAJALAH PUSARA 1996: HARIAN YOGYA POS 1996: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1996: HARIAN SUARA KARYA 1996: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1996: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1996: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1996: HARIAN BALI POS 1996: HARIAN BISNIS INDONESIA 1995: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1995: HARIAN BERNAS 1995: HARIAN BALI POS 1995: HARIAN SUARA MERDEKA 1995: HARIAN BALI POS 1995: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1995: HARIAN SURABAYA POS 1995: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1995: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1995: HARIAN SUARA KARYA 1995: HARIAN JAWA POS 1995: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1995: HARIAN SUARA MERDEKA 1995: HARIAN BERNAS 1995: HARIAN SUARA KARYA 1995: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1995: HARIAN SURABAYA POS 1994: HARIAN BERNAS 1994: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1994: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1994: HARIAN SUARA KARYA 1994: HARIAN BALI POS 1994: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1994: HARIAN SURABAYA POS 1994: HARIAN SUARA KARYA 1994: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1994: HARIAN SUARA MERDEKA 1994: HARIAN BALI POS 1994: HARIAN SURABAYA POS 1994: HARIAN PIKIRAN RAKYAT 1994: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1993: HARIAN SURABAYA POS 1993: HARIAN JAWA POS 1993: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1993: HARIAN BERNAS 1993: HARIAN KOMPAS 1993: HARIAN BALI POS 1993: HARIAN SUARA KARYA 1993: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1993: HARIAN SURABAYA POS 1993: HARIAN SUARA KARYA 1993: HARIAN BERNAS 1993: HARIAN BALI POS 1993: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1992: HARIAN SURABAYA POS 1992: HARIAN SUARA KARYA 1992: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1992: HARIAN SURABAYA POS 1992: HARIAN WAWASAN 1992: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1992: HARIAN SUARA MERDEKA 1992: HARIAN BALI POS 1992: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1992: HARIAN BERNAS 1992: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1992: HARIAN SUARA KARYA 1992: HARIAN BALI POS 1992: HARIAN WAWASAN 1992: HARIAN SUARA MERDEKA 1991: HARIAN SUARA MERDEKA 1991: HARIAN YOGYA POS 1991: HARIAN YOGYA POS 1991: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1991: HARIAN WAWASAN 1991: HARIAN SUARA KARYA 1991: HARIAN SURABAYA POS 1991: HARIAN BALI POS 1991: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1991: HARIAN MEDIA INDONESIA 1991: HARIAN BALI POS 1991: HARIAN SUARA KARYA 1991: HARIAN SURABAYA POS 1991: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1991: HARIAN BERNAS 1991: HARIAN SUARA MERDEKA 1990: HARIAN SUARA MERDEKA 1990: HARIAN SUARA PEMBARUAN 1990: HARIAN WAWASAN 1990: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1990: HARIAN KOMPAS 1990: HARIAN BALI POS 1990: HARIAN JAWA POS 1990: HARIAN WAWASAN 1990: HARIAN KOMPAS 1990: HARIAN MEDIA INDONESIA 1990: HARIAN BALI POS 1990: HARIAN YOGYA POS 1990: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1990: HARIAN SURYA POS 1990: HARIAN SUARA KARYA 1990: HARIAN SUARA KARYA 1990: MAJALAH PUSARA 1990: MAJALAH PUSARA 1990: MAJALAH POPULASI 1990: HARIAN MEDIA INDONESIA 1990: HARIAN SUARA MERDEKA 1990: HARIAN YOGYA POS 1989: MAJALAH PUSARA 1989: HARIAN JAWA POS 1989: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1989: HARIAN WAWASAN 1989: HARIAN SUARA KARYA 1989: HARIAN YOGYA POS 1989: HARIAN SUARA KARYA 1989: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1989: HARIAN SUARA MERDEKA 1989: MAJALAH PENDOPO 1989: HARIAN WAWASAN 1989: HARIAN JAWA POS 1988: HARIAN SURYA POS 1988: HARIAN SUARA KARYA 1988: HARIAN KOMPAS 1988: MAJALAH PENDOPO 1988: HARIAN WAWASAN 1988: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1988: HARIAN SURYA POS 1988: HARIAN SUARA MERDEKA 1988: HARIAN WAWASAN 1988: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1988: HARIAN SUARA KARYA 1988: HARIAN SUARA MERDEKA 1987: HARIAN SUARA KARYA 1987: HARIAN JAWA POS 1987: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1987: HARIAN SURYA POS 1987: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1987: HARIAN SUARA MERDEKA 1987: HARIAN SUARA KARYA 1987: HARIAN SUARA MERDEKA 1987: HARIAN KOMPAS 1987: HARIAN PRIORITAS 1987: HARIAN WAWASAN 1987: HARIAN PRIORITAS 1987: HARIAN SURYA POS 1987: HARIAN KOMPAS 1987: HARIAN JAWA POS 1986: HARIAN SUARA MERDEKA 1986: HARIAN PRIORITAS 1986: HARIAN SUARA KARYA 1986: HARIAN SUARA MERDEKA 1986: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1986: MAJALAH ARENA 1986: HARIAN JAWA POS 1986: HARIAN PRIORITAS 1986: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1985: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1985: HARIAN SUARA MERDEKA 1985: HARIAN SUARA MERDEKA 1985: MINGGUAN MINGGU PAGI 1985: HARIAN BERITA NASIONAL 1985: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1985: MAJALAH PUSARA 1985: MAJALAH PUSARA 1984: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1984: HARIAN BERITA NASIONAL 1984: HARIAN MASA KINI 1984: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1984: HARIAN BERITA NASIONAL 1984: MINGGUAN MINGGU PAGI 1983: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1983: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1983: HARIAN MASA KINI 1983: HARIAN BERITA NASIONAL 1983: MAJALAH MAHASISWA 1983: MAJALAH PUSARA 1982: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT 1982: HARIAN KEDAULATAN RAKYAT More Issue