cover
Contact Name
Dedi Mulyadi
Contact Email
d3dimulya@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
riset.geotek@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan
ISSN : 01259849     EISSN : 23546638     DOI : -
Core Subject : Science,
RISET (Indonesian Journal of Geology and Mining) welcomes article submissions dealing with Geology; Applied Geophysics; Mining.
Arjuna Subject : -
Articles 238 Documents
KARAKTERISASI PANAS BUMI DIWAK DAN DEREKAN DAN IDENTIFIKASI SESAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE AUDIOMAGNETOTELLURIK Elvera Yuanita; Udi Harmoko; Nugroho Dwi Hananto; Lina Handayani
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 25, No 1 (2015)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (798.339 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2015.v25.131

Abstract

ABSTRAK Survei audio-magnetotelurik dilakukan pada bulan September 2013 di area panas bumi Diwak dan Derekan dengan tujuan untuk mengidentifikasi sumber panas, reservoir dan cap rock. Pengukuran dilakukan dengan alat Stratagem pada frekuensi 1Hz-100 kHz, di 17 titik dalam 3 lintasan. Data yang diperoleh antara lain adalah resistivitas semu, fase, dan koherensi sebagai fungsi dari frekuensi yang diolah dengan menggunakan perangkat lunak WinGLink.  Karakterisasi panas bumi meliputi sistem cap rock dengan nilai resistivitas 0-10 Ωm dimana daerah ini merupakan zona konduktivitas. Selanjutnya daerah reservoar diduga dengan memiliki nilai resistivitas dengan rentang 50-500 Ωm dengan kedalaman sekitar 500 m. Sumber panas yang berada  dalam sistem panas bumi nilai ini memiliki resistivitas > 500 Ωm, dengan kedalaman sekitar 1,5 km. Selain itu, dari model ketiga lintasan tersebut dapat ditarik garis struktur sesar yang berarah barat daya-timur laut. Sesar ini dapat merupakan penyebab munculnya manifestasi Diwak dan Derekan.ABSTRACT An Audio-Magnetotellurics (AMT) survey was carried out in September 2013, in the Diwak and Derekan geothermal fields. The purpose  of the survey was to locate the heat source, reservoir, and cap rock of the geothermal system. Measurements were carried out by Stratagem with frequency range from 1 HZ to 100 kHz, at 17 stations in 3 lines. The data obtained from the field were apparent resistivities, phase differences, and coherences as a function of frequency. The data then were processed using WinGLink software package. Characterizations of geothermal systems include the cap rock with a resistivity of 0-10Ωm where the area is a zone of conductivity. Then, the suspected reservoir area has a resistivity value with a range of 50-500 Ωm with a depth of about 500 m. The heat source might be in the area of resistivity values of more than 500Ωm at a depth of about 1.5 km. Based on the sub surface modeling from 3 lines of measurements, there is a possible southwest-northwest  fault lineament that might cause the Diwak and Derekan manifestation.
SEDIMENTASI DAN MODEL TERUMBU FORMASI RAJAMANDALA DI DAERAH PADALARANG - JAWA BARAT M. Safei Siregar
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 15, No 1 (2005)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4377.837 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2005.v15.189

Abstract

Formasi Rajamandala yang tersebar di daerah Cikamuning – Sangiangtikoro sebelah barat Bandung dibagi menjadi dua satuan batuan yaitu Anggota Batugamping dan Anggota Lempung-Napal. Formasi ini terbentuk pada Oligosen Akhir sampai Miosen Awal. Anggota Batugamping memperlihatkan singkapan yang sangat bagus dan beberapa fasies yang berkaitan dengan terumbu koral dapat dikenali dalam batuan karbonat ini. Tiga fasies yaitu fasies planktonic packstone – wackestone, fasies Lepidocyclina packstone dan fasies rudstone berkembang di lingkungan muka terumbu (toe of slope dan reef slope). Fasies boundstone membentuk inti terumbu dalam mana tiga subfasies seperti subfasies framestone, subfasies bafflestone dan subfasies bindstone ditemukan. Fasies boundstone diendapkan pada reef crest sampai reef flat. Fasies Milliolid packstone diendapkan pada beberapa lingkungan termasuk surge channel, lagoon dan back reef. Batuan karbonat Formasi Rajamandala ditafsirkan sebagai barrier reef  berarah ENE – WSE dengan bagian muka terumbu dan cekungan berada di bagian utara.
SIKLUS MEGA-TSUNAMI DI WILAYAH ACEH-ANDAMAN DALAM KONTEKS SEJARAH Danny Hilman Natawidjaja
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 25, No 1 (2015)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2284.464 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2015.v25.107

Abstract

Abstract Mega‐tsunami Aceh‐Andaman 2004 revolutionary changed people awareness of earthquakes and tsunami threats. The event also caused major changes in politics and social infrastructures, from a period of terror to a new government of NAD.  Paleoseismological studies indicate two penultimate tsunami events prior to 2004 around 1390 AD and 1440 AD. These are confirmed by the GPS study suggesting the 2004-like event (Mw9.15) can be repeated every six hundred years. In 1236 AD, the well known Islamic state, Samudra Pasai, was arise, marking a new era in Aceh. After 1450 AD, Samudra Pasai seems to be slowly dissapeared.  Later in 1496 AD, a new Islamic Kingdom, Aceh Darussalam, appeared and dominated the Aceh region. It is strongly suspected that the changes of power from Samudra Pasai to Aceh Darussalam was linked to the mega‐tsunami events in 1390 and 1440 AD. Understanding ancient natural catastrophic and the affected society is crucial in developing awareness and in natural‐dissaster mitigations, including to rejuvinate a true local wisdomAbstrak Mega tsunami di wilayah Aceh-Andaman pada tahun 2004 merubah masyarakat menjadi melek terhadap ancaman bencana gempa dan tsunami .  Bencana 2004 merubah pemerintahan dan tatanan masyarakat di Aceh, dari masa teror ke pemerintahan NAD yang baru.  Penelitian paleoseismologi menguak peristiwa bencana gempa-tsunami tahun  sebelumnya, sekitar tahun 1390 M dan 1450 Masehi.  Fakta ini ditunjang oleh data tektonik geodesi (GPS) bahwa siklus perulangan gempa 2004 (Mw9.15) dapat terjadi sekitar 600 tahunan sekali.   Pada tahun 1236, berdirinya Kerajaan islam Samudra Pasai yang cukup dikenal menandai era baru di Aceh.   Setelah tahun 1450 Masehi, Kerajaan Samudra Pasai ini seperti meredup dan menghilang.   Kemudian  pada tahun 1496 Masehi berdiri Kerajaan Baru Islam, Aceh Darussalam yang tidak ada hubungannya dengan Samudra Pasai. Diduga peralihan masa Samudra Pasai  ke masa Aceh Darussalam berkaitan erat dengan kejadian tsunami tahun 1390 dan 1440 Masehi tersebut.   Memahami kejadian bencana katastropik purba dan masyarakat yang terkena dampaknya adalah aspek yang sangat penting dalam pendidikan kebencanaan, khususnya dalam mengembangkan kesiapsiagaan dan kearifan lokal.  
ALTERASI DAN MINERALISASI DI SAYAP BARAT PEGUNUNGAN BUKIT BARISAN: KASUS DAERAH KOTA AGUNG DAN SEKITARNYA KABUPATEN TANGGAMUS - PROPINSI LAMPUNG Iwan Setiawan
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 15, No 1 (2005)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2903.818 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2005.v15.185

Abstract

Analisis petrografi dan mineragrafi telah dilakukan pada sekitar 30 contoh batuan yang dikumpulkan dari daerah Kota Agung di sayap barat Pegunungan Bukit Barisan, Sumatera. Sebagian besar daerah penelitian ditutupi oleh Formasi Hulusimpang yang dikenal berasosiasi dengan alterasi dan mineralisasi. Analisis petrografi dari batuan-batuan menunjukkan variasi komposisi mineralogi dari asam sampai basa. Proses alterasi yang terjadi di daerah penelitian dicirikan oleh kehadiran dari klorit, karbonat, epidot, silika dan mineral lempung. Mineral-mineral alterasi ini berasosiasi dengan mineral logam seperti pirit, kalkopirit, sfalerit, magnetit, tetrahidrit dan emas. Kelompok asosiasi ini dapat disebandingkan dengan zona propilitik dan argilik dengan kisaran suhu dari sekitar 200°C ke 250°C atau sebanding dengan sistem epithermal tipe sulfidasi rendah. Mineralisasi di sebagian besar daerah penelitian dicirikan oleh tipe alterasi propilitik yang digantikan oleh argilik, dan tipe argilik. Fenomena ini dapat diamati melalui pemunculan kristal-kristal atau urat-urat yang mengalami overprint dan pergeseran atau bukaan dari urat-urat tipis kuarsa. Dan juga pengendapan dari pirit, magnetit dan sfalerit menunjukkan tekstur penggantian; sedangkan pirit dan galena menunjukkan tekstur penguncian sederhana seperti yang teramati pada conto dari Way Kerap. Kedua asosiasi memiliki kisaran temperatur kristalisasi yang berbeda. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa lebih dari dua kali proses hidrotermal telah terjadi di daerah penelitian.
REKONSTRUKSI GEOMETRI AKUIFER KAWASAN PESISIR BUNGUS, SUMATRA BARAT Gunardi Kusuma
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 25, No 1 (2015)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2540.027 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2015.v25.134

Abstract

Abstrak  Karakteristik hidrologi yang khas di wilayah pesisir menuntut proses evaluasi, perencanaan dan pembangunan sumberdaya air harus didasarkan pada pendekatan khusus yang dapat mendukung keterbatasan lingkungan hidrologisnya. Penelitian yang dilakukan telah menginventarisasi beberapa parameter hidrologi yang berhubungan dengan kondisi keberadaan air di wilayah pesisir Teluk Bungus, Sumatera Barat. Pengukuran di wilayah pelabuhan perikanan PPS Bungus menunjukkan bahwa sebagian besar air permukaan adalah air payau dan hanya di beberapa lokasi memiliki indikasi air tawar. Hasil pengukuran nilai resistivitas material bawah permukaan dengan metoda geolistrik menunjukkan sistem airtanah di wilayah didominasi oleh sistem airtanah bebas (unconfined) dan bocor (leaky). Sistem akifer hingga kedalaman 130 meter di bawah permukaan laut berada pada endapan-endapan bekas longsoran yang disebut sebagai endapan talus (scree deposit). Beberapa lokasi hasil pengukuran geolistrik dapat direkomendasikan dilakukan pemboran untuk pengambilan airtanah namun dengan prinsip ketelitian dan kecermatan pada saat pelaksanaan serta prinsip pelestarian saat melakukan eksploitasi airtanah.Abstract The typical hydrological characteristic in coastal areas requires that all evaluation, planning and development processes for water resources should be based on specific approaches that support the limitations of hydrological environment at coastal area. This research aims to inventory some hydrological parameters related to the condition of the presence of fresh water in the coastal area of Bungus Bay, West Sumatra. Groundwater measurements around the fishing port area of PPS Bungus showed that most surface water is brackish water with indication of freshwater, locally. Results of the geoelectric survey indicated that groundwater system in the area is dominated by the unconfined and leaky aquifer system. The aquifer system down to 130 meters depth below sea level is within the paleolandslide deposits, which are referred to as scree deposits. The survey results might recommend some drilling locations for groundwater collecting with some precision and accuracy during the execution and sustainability of ground water resources during the exploitation.   
FENOMENA GEOLOGI DAN SEDIMENTASI GUA DARI SITUS LIANG BUA – FLORES Sapri Hadiwisastra
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 15, No 2 (2005)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2115.154 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2005.v15.190

Abstract

Penemuan sejumlah rangka manusia purba, fosil vertebrata dan artefak berupa alat batu kreasi manusia di lokasi gua, sangat menarik untuk dikaji, tidak hanya berkaitan dengan keberadaan manusia prasejarah, tetapi juga menyangkut proses geologi yang berkembang dalam gua dan lingkungan di sekitarnya.SitusLiang Bua yang merupakan suatu gua gamping besar dengan ukuran luas lebih dari 1300 m2, memperlihatkan proses perkembangan yang cukup panjang, dimulai dari proses pembentukan gua, sedimentasi sungai yang masuk ke dalam lingkungan gua, dan  gua sebagai hunian. Peristiwa tektonik berupa proses pengangkatan daerah secara menyeluruh mengakibatkan berpindahnya aliran sungai purba.Indikasi endapan sungai terungkap dengan baik pada lubang galian 1 yang memperlihatkan urutan perlapisan pasir, lanau, ataupun lempung dengan sejumlah struktur sedimen yang diakibatkan oleh arus dan proses pengerosiannya.Berdasarkan urut-urutan stratigrafi, terdapat beberapa lapisan yang memperlihatkan terjadinya sebagian runtuhan atap gua yang ditandai dengan bongkah-bongkah batugamping dan pecahan stalaktit yang ditutupi lapisan sinter (“flowstone”). 
SYNTHESIS OF NICKEL CONTAINING PIG IRON (NCPI) BY USING LIMONITE TYPE OF LATERITIC ORE FROM SOUTH EAST SULAWESI Solihin Solihin
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 25, No 1 (2015)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1333.009 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2015.v25.183

Abstract

ABSTRAK Nickel contain pig iron (NCPI) merupakan bahan baku penting dalam pembuatan baja tahan karat dan baja paduan lainnya. Sumber alami NCPI adalah bijih laterite. Cadangan bijih laterit dalam jumlah besar telah ditemukan di Provinsi Sulawesi Tenggara. Bijih laterit kadar tinggi dari wilayah ini telah diproses untuk menghasilkan ferronikel, sedangkan bijih laterit kadar rendah, karena kadar nikelnya yang terlalu rendah, tidak digunakan dalam pembuatan ferronikel. Dalam penelitian ini bijih laterit kadar rendah telah dicoba dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan NCPI. Terhadap bijih laterit dilakukan proses reduksi pada berbagai temperatur. Hasil pengamatan menunjukan bahwa reaksi reduksi meningkat seiring dengan naiknya temperatur proses. Pada temperatur 1200oC telah tebentuk secara signifikan fasa logam. Hasil peleburan terhadap hasil reduksi menghasilkan NCPI dengan kadar nikel dan besi masing-masing 3,7 dan 86,8%. Analisa morfologi terhadap hasil peleburan menunjukan bahwa NCPI yang dihasilkan mengandung lapisan kaya besi-kromiun dan butiran besi kromium yang kaya belerang dalam matrik paduan besi nikel.  Abstract Nickel containing pig iron (NCPI) is one of important materials for stainless steel and other iron-nickel alloys production. The natural source of NCPI in Indonesia is laterite ore. Large deposit of laterite ore has been found in South East Sulawesi.  High grade laterite ore (saprolitic type of laterite ore) in this region has been used for ferronickel making, whereas low grade laterite ore (limonitic type of laterite ore) has not been processed, due to its too low nickel content.  Through this recent research, low grade laterite ore has been utilized as raw material in nickel pig iron making experiment.  Laterite ore was reduced by carbon at various temperatures.  It has been found that reduction reaction increases with an increasing in temperature. At 1200oC, metal phase has been formed significantly. The melting of reduced ore results in NCPI that contains 3.17% nickel and 86.8% iron. The analysis to NCPI morphology shows that microstructure of NCPI consist of iron-chromium layer and rich sulfur iron chromium grain in the matrix of iron nickel.
Geochemical Signatures of Volcanic Rocks Related to Gold Mineralization: a case of volcanic rocks in Pasaman area, West Sumatera, Indonesia Iskandar Zulkarnain
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 15, No 1 (2005)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1422.349 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2005.v15.186

Abstract

Gold deposit is always related to volcanic activities. They occur usually in areas characterized by multi magmatic activities, indicated by occurrences various volcanic rocks with wide range composition. The source of the gold metal is believed to be magma, but not all magmatic activity related to gold mineralization. However, among different volcanic rocks in a multi magmatic activities area, only a certain magmatic or volcanic activity that related to the mineralization while the other products should be classified as barren type. It should give an important contribution for mining exploration in effort to discover new deposits in the future, if the volcanic rocks related to mineralization can be recognized easily and separated from the barren ones.Pasaman area located in west flank of Bukit Barisan Mountain within West Sumatera Province is reported since Japanese time to nowadays having indications of gold mineralization. Small scale mining by the local people was running in Tambang Pambaluan and area near Simpang Dingin in Dua Koto Sub-District during Japanese time, but now is not active anymore. At Bonjol, in Bonjol Sub-District, local people are still doing mining activity using amalgamation method and this activity has been running for a few decades since the Dutch time. The locations are situated in a wide area that covered by so called undifferentiated volcanic rocks without any trace of its eruption center. Major elements have been failed to separate volcanic rocks related to mineralization from the barren ones, but trace elements and REE signatures can be used effectively for the purpose. Analytical data of the rocks collected from the undifferentiated volcanic area show clear and different character of the rocks related to mineralization compared to the barren ones. The rocks related to mineralization contain Ytrium less than 10 ppm, while the barren rocks have more than 20 ppm Ytrium content. Furthermore, the rocks related to mineralization are slightly enriched on Rb. More specific character for the rocks related to mineralization is observed on REE diagrams. REE pattern of the rocks related to mineralization shows a clear and significant depletion on medium to HREE (from Gd to Lu), although the depletion can be recognized from Sm and Eu elements. The specific geochemical signatures of the rocks are interpreted to be caused by the presence of gold metal in the magma. The aim of this paper is to demonstrate that the rocks related to mineralization have specific geochemical signatures and different from the barren rocks. The specific signatures have been found out through comparison of trace elements and REE pattern between rocks related to mineralization collected from Tambang Pambaluan, Simpang Dingin dan Bonjol with the barren rocks collected in other locations in the undifferentiated volcanic area in Pasaman
KERENTANAN LIKUIFAKSI WILAYAH KOTA BANDA ACEH BERDASARKAN METODE UJI PENETRASI KONUS Adrin Tohari; Khori Sugianti; Arifan Jaya Syahbana; Eko Soebowo
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 25, No 2 (2015)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1178.868 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2015.v25.204

Abstract

Pengetahuan mengenai kerentanan likuifaksi di suatu wilayah kota pesisir yang rawan gempabumi besar sangat diperlukan dalam perencanaan tataruang untuk mengurangi bencana seismik. Makalah ini menyajikan hasil evaluasi potensi likuifaksi di wilayah Kota Banda Aceh berdasarkan metode uji penetrasi konus untuk menghasilkan mikrozonasi kerentanan penurunan lapisan tanah akibat likuifaksi di wilayah ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa potensi likuifaksi terdapat pada lapisan tanah pasir dan campuran pasir dan lanau, yang dicirikan oleh nilai tahanan konus dan hambatan setempat masing-masing lebih kecil dari 15 MPa dan 150 kPa pada kedalaman dan ketebalan yang bervariasi. Berdasarkan hasil perhitungan penurunan tanah, wilayah Banda Aceh dapat dibagi menjadi lima zona kerentanan. Zona kerentanan tinggi terutama terdapat di Kecamatan Kuta Alam dan Syah Kuala, sedangkan zona kerentanan rendah terutama terdapat di wilayah Kecamatan Banda Raya. Dengan demikian, investigasi geoteknik detil sangat diperlukan untuk mencegah kerusakan pada bangunan dan infrastruktur akibat likuifaksi di wilayah Kota Banda Aceh. Knowledge of liquefaction susceptibility is very important for spatial planning of a coastal city prone to big earthquakes. This paper presents the results of liquefaction potential evaluation based on cone penetration test to produce a microzonation map of liquefaction-induced ground settlement for Banda Aceh City. Results of the analysis show that liquefaction would occur in layers of loose to medium sand and silt-sand mixtures with the values of tip resistance and sleeve friction of less than 15 MPa and 150 kPa, respectively, at various depths. On the basis of ground settlement calculation, the city can generally be divided into five zones. High susceptible zone to ground settlement is mainly concentrated within the Kuta Alam and Syah Kuala Sub-District. Meanwhile, the zone of low susceptibility is within the Banda Raya Sub-District. Thus, detailed geotechnical investigation is necessary to mitigate liquefaction damage on buildings and infrastructures in Banda Aceh City.
PEMETAAN SEBARAN pH TAILING DENGAN METODE GEOSTATISTIK GUNA EVALUASI PENGAPURAN PADA DAERAH REKLAMASI TN 1.1 AIR LEKOK MAPUR PT TIMAH (PERSERO) TBK Imam Purwadi; Harminuke Eko Handayani; Hartini Iskandar
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 25, No 2 (2015)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (931.32 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2015.v25.155

Abstract

Sebagai sisa kegiatan penambangan timah, tailing mengandung mineral-mineral seperti pirite (FeS2), marcasite (FeS2), dan galena (PbS) yang menyebabkan tanah menjadi asam. Rendahnya kadar asam (pH) menyebabkan tambang TN 1.1 Air Lekok Mapur tidak memiliki tanah lapisan atas yang subur. Oleh sebab itu, tailing yang digunakan sebagai media tanam perlu dinetralkan sebelum ditanami. Analisis sebaran pH tailing dan pengapuran yang telah dilakukan sebelumnya hanya pada kedalaman ± 20 cm. Analisa itu tidak cukup karena akar tanaman akan tumbuh lebih dalam lagi. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan pH tailing pada kedalaman ± 20 cm dan ± 50 cm dengan dua metode analisis spasial yaitu Geostatistik Ordinary Kriging (OK) dan Deterministik Inverse Distance Weight (IDW). Hasil analisa statistik dan geostatistik diketahui bahwa penyebaran tingkat keasaman pada kedalaman ± 20 cm dan ± 50 cm tidak jauh berbeda. Jadi dapat disimpulkan bahwa pengapuran perlu dilakukan sampai pada kedalaman ± 50 cm. As the residue of tin mining, tailings contained minerals such as pyrite (FeS2), marcasite (FeS2), and galena (PbS) that caused the soil become acidic. Therefore, TN 1.1 Air Lekok Mapur mine does not have good topsoil for growing plants. Consequently, before planting, the tailings must be neutralized. Previous analysis of the tailing pH and liming distribution was done only to the depth of ± 20 cm, which is not enough for plant’s roots to grow deeper over a period of time. The purpose of this research is to map tailing pH distribution at the depth of ± 20 cm and ± 50 cm using two methods of spatial analysis: Geostatistical Ordinary Kriging (OK) and Deterministic Inverse Distance Weight (IDW). The result of statistical and geostatistical analysis indicated that the spread of acidity level at the depth of ± 20 cm and ± 50 cm are not significantly different. Thus, it can be concluded that liming needs to be done to the depth of ± 50 cm.