cover
Contact Name
Dedi Mulyadi
Contact Email
d3dimulya@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
riset.geotek@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal RISET Geologi dan Pertambangan
ISSN : 01259849     EISSN : 23546638     DOI : -
Core Subject : Science,
RISET (Indonesian Journal of Geology and Mining) welcomes article submissions dealing with Geology; Applied Geophysics; Mining.
Arjuna Subject : -
Articles 238 Documents
VARIASI KANDUNGAN Pb DALAM KARANG PORITES KEPULAUAN SERIBU SELAMA PERIODE 1994-2005: PERUBAHAN TEMPORAL KANDUNGAN Pb DALAM AIR LAUT PERMUKAAN Sri Yudawati Cahyarini
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 26, No 2 (2016)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.573 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2016.v26.259

Abstract

Lead is one of the most contaminant for the environment, which is resulted from aerosol, industry, automobile exhaust etc. Predominant source of emission is identified to be leaded gasoline. Detail historical and trend of lead content in the environment is necessary to describe, in order to monitor the quality of environment. This requires long time series lead data. Coral can provide this data through analyzing the lead content in its skeleton. This study aims to analyze the lead content in coral skeleton from different sites i.e. Bidadari and Jukung island, the Seribu islands reef complex. Lead content in the inshore (Bidadari island) and offshore (Jukung island) corals are compared. The result shows that variation of Pb content in the inshore coral from Bidadari island is stronger correlated with the river discharge variation than lead variation from the offshore P. Jukung coral. This represent that the anthropogenic lead from the main land of Jakarta and surrounding area influences the inshore coral than the offshore coral. Timbal merupakan salah satu jenis polutan yang dapat dihasilkan karena emisi kendaraan bermotor, pabrik dan lain sebagainya. Bahan bakar kendaraan bermotor bensin (gasoline) teridentifikasi sebagai sumber dominan dari kandungan Pb di lingkungan. Untuk mengetahui kualitas lingkungan terhadap polutan timbal ini diperlukan data historis dari waktu ke waktu kandungan timbal baik di udara maupun di perairan. Karang mampu memberikan informasi historis kandungan Pb di perairan laut. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kandungan Pb dalam karang yang diambil dari beberapa lokadi di Kepulauan Seribu. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa besaran debit sungai permukaan yang masuk ke wilayah perairan teluk Jakarta berpengaruh kuat terhadap kandungan Pb karang di perairan dalam (inshore) yaitu karang di Pulau Bidadari dibandingkan dengan karang yang dari wilayah laut terbuka (offshore) yaitu Pulau Jukung. Hal ini menggambarkan bahwa polutan Pb dari darat lebih kuat  mempengaruhi kondisi perairan inshore dibandingkan offshore.
DINAMIKA LINGKUNGAN PENGENDAPAN DELTA KALIGARANG, SEMARANG Karina Melias Astriandhita; Winantris Winantris; Budi Muljana; Purna Sulastya Putra; Praptisih Praptisih
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 27, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (846.438 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.485

Abstract

Delta Kaligarang terletak di Utara Pesisir Semarang. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui dinamika lingkungan pengendapan yang terjadi di Delta Kaligarang, Semarang melalui analisis ukuran butir, material organik dan inorganik dari sembilan puluh contoh sampel. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya dua lingkungan pengendapan berdasarkan karakteristik sedimentologi (besar butir dan organik) yakni lingkungan energi relatif rendah (suspension load) dan lingkungan berarus turbulen (tidal). Selain itu, juga terdapat kenaikan nilai material organik dan inorganik, yang disertai adanya perubahan besar butir. Terlihat bahwa lapisan pada kedalaman 0-31 meter mengalami kenaikan nilai organik, seiring dengan besar butir yang berukuran silt. Hal tersebut berbeda dengan lapisan pada kedalaman 32-45 meter, di mana terdapat perselingan satuan batuan silt dan sand, serta nilai material organik turun.Kaligarang Delta is located in the North Semarang Coast. The objective of this research is to describe dynamic environmental changes in Kaligarang Delta based on grain size, organic and inorganic matters analyzes from ninety samples. The results indicated that two conditions occurred: low-energy-suspension-load environment and tidal (turbulent) environment. Furthermore, the increase of organic and inorganic matters coincides with the grain size distribution. At depth 0-31-meter, organic matter increased that coincident with silt grain size. At depth 32-45 meter the lithology shows interspersed of silt and sand.
GEOLOGI TEKNIK SEDIMEN KUARTER DAN BAHAYA AMBLESAN, LIKUIFAKSI DI SERANGAN – TUBAN – TANJUNG BENOA, BALI Eko Soebowo
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 26, No 1 (2016)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2294.788 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2016.v26.279

Abstract

Wilayah pesisir pada cekungan sedimen Kuarter di daerah Serangan – Tuban – Tanjung Benoa, Bali Selatan sebagai kawasan pengembangan tataruang dan infrastruktur perlu mendapat perhatian terkait dengan kondisi geologi teknik bawah permukaan dan ancaman bahaya geologinya. Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik geologi teknik sedimen bawah permukaan berkaitan dengan ancaman bahaya amblesan dan likuifaksi. Metode penelitian meliputi pemboran teknik, pengujian penetrasi konus, pengujian laboratorium geoteknik dan analisis geologi teknik.  Hasil penelitian menunjukkan ketebalan sedimen Kuarter mencapai kurang lebih 20 meter, terdiri dari tanah penutup, lempung, lanau – lempung, perselingan lanau - pasir lempungan, sisipan kerikil, pasir kasar dan batugamping sebagai batuan dasar. Keberadaan lapisan lempung sangat lunak hingga lunak, plastitas tinggi, kuat geser rendah, dicirikan nilai tahanan konus qt  < 2 MPa dan nilai  N-SPT  < 2  pada kedalaman –0,5 hingga –20 meter tersebar di Serangan – Tuban, mengindikasikan ancaman bahaya amblesan. Sedangkan keberadaan lapisan lanau – pasir sangat lepas-lepas, dicirikan nilai tahanan konus qt  < 5 MPa dan nilai  N-SPT  < 10 di permukaan hingga kedalaman -15 m  tersebar di daerah Kedonganan – Tanjung Benoa – Serangan, mengindikasikan kerentanan terhadap likuifaksi akibat gempabumi.  Gambaran sifat keteknikan secara vertikal dan spasial dapat memberikan informasi untuk perencanaan dan pencegahan risiko ancaman amblesan dan likuifaksi pada sedimen cekungan Kuarter Bali Selatan.The rapid development in the coastal area on the Quaternary sedimentary basin of Serangan - Tuban - Tanjung Benoa, South Bali requires attention regarding its subsurface engineering geology and associated geological hazard. This paper presents the characteristics of subsurface sediment from engineering geology related to the potential hazards of subsidence and liquefaction. The utilized methods included geotechnical boring, cone penetration test, geotechnical laboratory tests and engineering geology analysis.  Results showed that the thickness of Quarternary sediment reaches 20 m, consisting of top soil, clay, clayey - silt, intercalation of silt and clayey sand, gravel, coarse sand and limestone as the baserock.  The occurrence of very soft to soft clay, highly plastic with low shear strength at the depth of -0.5 to -10 m, characterized by cone resistance qt< 2 MPa and N-SPT value < 2 is distributed in Serangan – Tuban and indicated to be subsidence prone. Meanwhile the very loose to loose silt-clay of cone resistance qt < 5 MPa and  N-SPT value <10 is distributed in Kedongan – Tanjung Benoa - Serangan, and indicated to be susceptible to earthquake induced liquefaction. The spatial and vertical engineering profiles of the subsurface geology provide valueable information for planning and mitigation of subsidence and liquefaction hazards in the sediment from Quaternary basin of South Bali.  
PERBANDINGAN ANALISIS POROSITAS PORITES MENGGUNAKAN TEKNIK MICRO-CT DAN OPTIK Lina Nur Listiyowati
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 28, No 1 (2018)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.261 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2018.v28.635

Abstract

Makalah ini membahas perbandingan nilai porositas sampel karang Porites berdasarkan citra yang dihasilkan dari teknik optik dan micro-CT. Teknik optik biasa digunakan dalam perhitungan porositas batuan dengan menghitung prosentasi lubang pori dengan matrik batuan pada sayatan tipis. Micro-Computed Thomography (micro-CT) merupakan teknik nondestructive yang sering digunakan dalam analisa 3D untuk menginvestigasi struktur internal sebuah benda, termasuk rongga pori.  Karakteristik dan nilai porositas karang Porites ditentukan dengan mengklasifikasikan citra micro-CT dan optik sebagai pori dan matrik berdasarkan tingkat keabuannya. Karakteristik pori menunjukkan bahwa teknik optik lebih bisa mengidentifikasi struktur pori yang menerus dan memanjang, sedangkan micro-CT lebih mampu mengidentifikasi pori dengan kebundaran tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa metode micro-CT mampu mengidentifikasi ruang pori lebih banyak dibanding pada klasifikasi secara optik pada lapisan yang sama. Nilai porositas karang Porites berdasarkan teknik micro-CT dan teknik optik tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan sehingga teknik micro-CT dapat digunakan dalam perhitungan porositas karang Porites dimana teknik micro-CT mampu mengidentifikasi pori yang sering tidak teridentifikasi oleh teknik optik.This paper discusses the porosity value comparation of Porites coral based on optical and micro Computed Thomography (micro-CT) images to get the opium value of porosity. Optical techniques are commonly used in rock porosity measurement by measure prosentase of holes and matrix based on thin sections, whereas micro-CT as a non-destructive 3D analysis technique is commonly used to investigate internal structures of an object, including rock void porosity void.. Characteristic and porosity value of Porites coral are determined based on the percentage of pores void and matrics. These pores and matrics are identified using grey scale-based micro-CT and optical images classification. Pore-based characteristic shows that optical method is better to identify continuous and elongated pore structuresthan the micro-CT method which  is good to identify high circular pores. Micro-CT method is able to identify pore space better than optical classification method.  There were not significant differences of Porites coral values based on micro-CT and optical techniques. These results show that micro-CT technique can be used for Porites porosity measurement. Furthermore, unidentified pore by optical technique can be detected by micro-CT.
INTRUSI AIR LAUT PADA SISTEM AKUIFER TERTEKAN CEKUNGAN AIR TANAH JAKARTA BERDASARKAN ANALISIS HIDROKIMIA DAN HIDROISOTOP Taat Setiawan; Eli Yermia; Budi Joko Purnomo; Haryadi Tirtomihardjo
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 27, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1366.863 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.430

Abstract

 The seawater intrusion phenomenon in the Jakarta groundwater basin is still on going debate, in terms of the scale, mechanism, and its existence. This paper elaborates the characteristics of hydrochemistry and hydroisotopes (18O dan 2H) as well as the piezometric hydrograph to identify seawater intrusion in the Jakarta groundwater basin. Analyses show that saline groundwater is originated from upper confined aquifer with distance of less than 3 km from coastline, while the slightly saline groundwater is originated from both upper confined aquifer and middle confined aquifer with distances of less than 9 km from coastline. The indicated groundwater intruded by seawater with TDS > 1000 mg/L, Na/Cl < 1, and Cl/HCO3> 0,55 is showed by sample from areas of Kapuk, Tongkol, and Sunter for the upper confined aquifer, and areas from Daan Mogot, Cakung, and Tongkol for the middle confined aquifer. Only in Kapuk the seawater intrusión associated with the piezometric drop that continuely occur up to present. Quantitatively, seawater intrusión in this area have reached mixing scales of up to c.a. 11 – 21 %, based on the composition of 18O dan 2H. Abstrak Fenomena intrusi air laut di Cekungan Air Tanah (CAT) Jakarta sampai saat ini masih menjadi perdebatan baik dari segi skala, mekanisme, maupun ada atau tidaknya fenomena tersebut. Tulisan ini mengelaborasi karakter hidrokimia dan hidroisotop (18O dan 2H), serta hidrograf pisometrik untuk mengidentifikasi fenomena intrusi air laut pada CAT Jakarta. Hasil analisis menunjukkan air tanah yang bersifat asin berasal dari sistem akuifer tertekan atas dengan jarak kurang dari 3 km dari pantai, sedangkan air tanah yang bersifat sedikit asin berasal baik dari akuifer tertekan atas maupun akuifer tertekan tengah dengan jarak kurang dari 9 km dari pantai. Air tanah yang terindikasi intrusi air laut dengan TDS > 1000 mg/L, Na/Cl < 1, dan Cl/HCO3> 0,55 ditunjukkan oleh conto dari daerah Kapuk, Tongkol, dan Sunter untuk akuifer tertekan atas, serta daerah Daan Mogot, Cakung, dan Tongkol untuk akuifer tertekan tengah. Hanya di daerah Kapuk proses intrusi air laut tersebut berhubungan dengan penurunan pisometrik yang masih berlangsung hingga saat ini. Secara kuantitatif, intrusi air laut di daerah ini telah mencapai tingkat pencampuran sekitar 11 – 21 % berdasarkan komposisi isotop 18O dan 2H.
GEOKIMIA BATUGAMPING DAERAH MONTONG, TUBAN, JAWA TIMUR Ahmad Widia Santika; Dedi Mulyadi
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 27, No 2 (2017)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2024.573 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.493

Abstract

Kabupaten Tuban memiliki material bahan baku utama semen yang melimpah, yaitu batugamping. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kualitas dari batugamping di daerah Tuban untuk bahan baku semen. Kandungan kimia batugamping kami analisa dengan menggunakan X-RD, AAS dan X-RF. Metode X-RD digunakan untuk menentukan komposisi mineral dari batuan. AAS dan X-RF digunakan untuk menentukan kandungan mineral utama batuan. Hasil analisis menunjukkan adanya dua jenis batugamping berdasarkan kandung kimiawi mineralnya, yaitu batugamping  terumbu Formasi Paciran dan batugamping klastik Formasi Bulu. Batugamping terumbu Formasi Paciran memiliki kandungan CaO yang tinggi dan MgO yang rendah, sedangkan batugamping klastik Formasi Bulu memiliki kandungan CaO yang sedang – tinggi dan MgO yang tinggi juga. Berdasarkan atas komposisi geokimianya tersebut, batugamping terumbu Formasi Paciran sangat baik sebagai bahan baku semen. Hal tersebut juga dibuktikan dengan hasil X-RD yang menunjukkan kandungan mineral kalsit dominan. Sementara batugamping klastik Formasi Bulu didominasi oleh kandungan mineral dolomit.Tuban Regency has the main materials source for cement in the abundance of limestones. The purpose of this study was to determine the quality of the limestone in the area. We analyzed the chemical contents of limestones using X-RD, AAS, and X-RF. The X-RD method was used to determine the mineral  composition of rocks. In addition, AAS and X-RF were used to determine the major mineral contents of rocks. We have found two types of limestones based on their different  mineral contents: the reef limestone of Paciran Formation and the clastic Bulu Formation. The  CaO content of reef limestone of Paciran Formation is high, and the MgO content is low. Clastic limestone of Bulu Formation has medium to high CaO content, and high MgO content. Therefore, based on its geochemichal composition, the limestones of Paciran Formation is a good raw material for cement. As evidenced by the results of X-RD that the mineral calcite is dominant in the limestones of Paciran Formation. Whereas the mineral dolomite is dominant in clastic limestone of Bulu formation.
ANALISIS PETROGRAFI DAN X-RAY DIFFRACTION UNTUK DETEKSI KALSIT NON DESTRUKTIF DARI FOSIL KARANG PORITES ENDAPAN TERUMBU KUARTER KENDARI, SULAWESI TENGGARA Bagus Dinda Erlangga; Dedi Mulyadi; Sri Yudawati Cahyarini
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 26, No 1 (2016)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (633.082 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2016.v26.263

Abstract

Komposisi utama karang adalah berupa mineral aragonit. Adanya mineral kalsit didalam karang merupakan hasil ubahan (diagenesa) dari mineral aragonit. Diagenesa merupakan proses perubahan nilai kandungan unsur kimia yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan iklim. Dengan mengetahui diagenesa skeleton karang diharapkan dapat merekontruksi iklim masa lalu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana diagenesa yang terjadi pada sampel karang yang diindikasikan dengan persentasi kandungan mineral kalsit. Kandungan kalsit sebagai material diagenesis lebih dari 1% mampu mempengaruhi parameter iklim hasil rekonstruksi data kimia karang. Contoh fosil karang Porites dari endapan karbonat di wilayah Kendari Sulawesi Tenggara yaitu BG2, BG3-B1, dan BG3-C digunakan dalam studi ini. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pada ketiga sampel karang Porites terjadi diagenesa dari aragonit menjadi kalsit (calcitization) baik secara petrografi yang terlihat pada adanya struktur semen kalsit dan secara difraksi XRD diketahui dari adanya perubahan yang terjadi sebesar 0,5 - 2,9%. Contoh fosil BG3-C merupakan yang paling tinggi persentase perubahan aragonit menjadi kalsitnya, yaitu 2,9% dibandingkan dengan dua contoh lainnya (0,5%). Hasil penelitian dari contoh karang ini dapat digunakan sebagai data pendukung untuk studi rekonstruksi iklim ataupun lingkungan dengan menggunakan data proxy geokimia dalam karang. Coral skeleton are mainly consist of aragonite mineral. Calcite mineral content in coral skeleton indicates the alteration of aragonite mineral through diagenetic process. The diagenetic materials (e.g. calcite, secondary aragonite) may influence the climate parameter reconstruction based on coral geochemical proxy. This research aimed to determine the diagenetic material (i.e. calcite amount) content in the fossil Porites coral samples. Porites samples BG2, BG3 B1 and BG3-C from Kendari carbonate terrace were used in this study. XRD analysis and petrographic analysis were used to analyze the amount of calcite mineral. The results show that three samples of Porites corals perform the structure of calcite cement (i.e. based on petrographic analysis) and calcite mineral content range from 0.5% to 2.9% (based on XRD analysis). Porites fossil sample BG3-C has the highest content of calcite mineral (2.9%) and the other two samples (BG2, Bg3-B1) have 0.5% calcite mineral content. The results of this study support further study of climate reconstruction using coral geochemical proxy.
SALINITAS AIRTANAH AKIFER TERTEKAN KEDALAMAN 0 – 20 M DAERAH KALIDERES – CENGKARENG, JAKARTA BARAT Abdurrachman Asseggaf; Hendarmawan Hendarmawan; Lambok M. Hutasoit; Johannes Hutabarat
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 27, No 1 (2017)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1496.29 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.458

Abstract

The presence of salt water in the West Jakarta is still disputed by the groundwater experts. This research is aimed to clarify the cause of saline groundwater in the confined aquifer at the depth of 0 – 40 m by litostratigraphic correlation of Kalideres-Cengkareng section. Observation of the groundwater physical properties was carried out for 8 wells, consisting of 3 dug wells and 5 bored wells. The groundwater salinity classification was derived based on the total suspended solids and chloride content. Those data were compared to the groundwater flow pattern, aquifer system, groundwater facies and stable isotope 2H and 18O. Research results showed that the salinity is determined by the aquifer rock type and the change of groundwater facies to the flow pattern. Salinity is higher at the north east due to mixing of fossil water (connate water) or leaching of the rock salt. Stable isotope results also indicate that all samples have groundwater characteristics and none of seawater characters was present. AbstrakHingga saat ini keberadaan air asin di wilayah Jakarta Barat masih diperdebatkan oleh para ahli airtanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan penyebab tingginya nilai salinitas airtanah pada akifer tertekan kedalaman 0 – 40 m dengan cara mengkorelasi aliran airtanah, sistem akifer, fasies ion airtanah, dan isotop stabil di daerah Kalideres – Cengkareng. Pengamatan sifat fisik airtanah dilakukan pada 8 titik sumur yang terdiri dari 3 sumur gali, dan 5 sumur pantek. Data sifat fisik airtanah diintepretasikan dengan mengacu pada klasifikasi salinitas berdasarkan nilai jumlah padatan terlarut dan kadar Khlorida. Data tersebut dibandingkan dengan pola aliran airtanah, sistem akifer, fasies airtanah dan isotop stabil 2H dan 18O. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kadar salinitas ditentukan oleh jenis batuan akifer dan perubahan fasies airtanah terhadap pola aliran. Perubahan nilai salinitas yang semakin tinggi ke arah Timur laut disebabkan oleh adanya pencampuran dengan air fosil atau proses pencucian garam batuan. Hal inipun didukung oleh data isotop stabil yang menunjukkan bahwa seluruh sampel masih mencerminkan karakteristik air meteorik dan tidak mencirikan air laut.
PENERAPAN MODEL NRECA PADA DAERAH RESAPAN LAPANGAN PANASBUMI WAYANG WINDU, JAWA BARAT Fajar Hendrasto; Lambok Hutasoit; Syahril Badri Kusuma; Benyamin Sapiie
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 28, No 1 (2018)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2209.73 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2018.v28.428

Abstract

Panasbumi dikenal sebagai sumber energi yang dapat diperbaharui dan proses pembaruan terjadi di daerah resapan. Makalah ini membahas tentang daerah resapan air meteorik untuk reservoir panasbumi dan rasio debit aliran dasar terhadap debit limpasan permukaan berdasarkan neraca air, yaitu dengan melakukan simulasi hujan-limpasan model NRECA pada Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terletak pada kisaran elevasi daerah resapan. Interpretasi berdasarkan peta densitas sesar dan rekahan (FFD) dan peta daerah resapan hasil analisis isotop stabil menunjukkan terdapat tiga zona dengan nilai FFD tinggi yang diperkirakan sebagai daerah resapan untuk reservoir panasbumi Wayang Windu. Untuk mengetahui besarnya debit aliran dasar dan debit limpasan permukaan pada daerah resapan tersebut, maka dilakukan perhitungan berdasarkan neraca air dan pembuatan data debit sintetis untuk zona FFD tinggi. Hasil simulasi hujan-limpasan dengan model NRECA adalah untuk mendapatkan nilai koefisien resapan untuk setiap DAS. Hasil perhitungan rasio antara debit aliran dasar terhadap debit limpasan permukaan pada zona FFD tinggi yang terletak pada DAS Cisangkuy terlihat lebih tinggi (98%) jika dibandingkan dengan dua DAS lainnya, yaitu DAS Cilaki (66%) dan DAS Citarum (43%). Hal ini menunjukkan bahwa zona FFD tinggi yang terletak pada DAS Cisangkuy memiliki debit aliran dasar yang lebih besar dibandingkan pada DAS Cilaki dan DAS Citarum.Geothermal is known as a renewable energy resource and the renewing process occurs in the recharge area. This paper discusses about the meteoric water recharge area for geothermal reservoir and the ratio of baseflow discharge compared with surface runoff discharge based on water balance, i.e. conducting rainfall-runoff of NRECA model simulation in the Drainage River Area (DRA) which is located in the elevation range of recharge area. The interpretation of FFD map and recharge area map resulting from stable isotope analysis shows that there are three high FFD zones interpreted as recharge areas for Wayang Windu geothermal reservoir. To know the ratio of baseflow discharge and surface runoff discharge in that recharge area, infiltration analysis has been carried out based on water balance and synthetic discharge data for high FFD zone. The result of rainfall-runoff simulation by using NRECA model is used to get infiltration coefficient for each DRA. The ratio between baseflow discharge to surface runoff discharge in high FFD zone located in Cisangkuy DRA is higher (98%) than Cilaki DRA (66%) and Citarum DRA (43%).It shows that high FFD zone located in Cisangkuy DRA has higher baseflow discharge than Cilaki DRA and Citarum DRA.
MODEL KERENTANAN GERAKAN TANAH WILAYAH KABUPATEN SUKABUMI SECARA SPASIAL DAN TEMPORAL Khori Sugianti; Sukristiyanti Sukristiyanti; Adrin Tohari
JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol 26, No 2 (2016)
Publisher : Indonesian Institute of Sciences

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2530.975 KB) | DOI: 10.14203/risetgeotam2016.v26.270

Abstract

Spatial and temporal prediction of landslide hazard is required for hazard mitigation. This paper aims to present the results of areal slope stability modeling in Sukabumi Regency, considering the spatial characteristics of the slope and soil properties and temporal variation of rainfall. The modeling uses TRIGRS software to calculate the grid based slope safety factor with a size of 100 m x 100 m due to the infiltration of rainwater. Results of modeling show that landslide vulnerability of Sukabumi Regency is significantly influenced by topography and soil engineering characteristics. Meanwhile, the variation of rainfall intensity is the causative factor of temporal variation of landslide vulnerability. Based on the safety factor-based zonation, high vulnerability zone is  located in the District of Pelabuhan Ratu, Cikidang, Cisolok, Kabandungan, Parakan Salak, Nagrak, Cibadak, Gegerbitung, Nyalindung, Ciracap and Warung Kiara. Many previous landslides occurred in this susceptibity zone. Thus, this landslide susceptibility modelling may apply to a spatial mapping and temporal prediction of landslide hazard.Prediksi bahaya gerakan tanah secara spasial dan temporal diperlukan untuk mitigasi bencana gerakan tanah. Makalah ini bertujuan untuk menyajikan hasil pemodelan tingkat kerentanan gerakan tanah dengan mempertimbangkan karakteristik lereng dan kekuatan tanah secara spasial dan curah hujan harian secara temporal di wilayah Kabupaten Sukabumi. Pemodelan menggunakan perangkat lunak TRIGRS untuk menghitung faktor keamanan lereng berbasis grid dengan ukuran 100 m x 100 m akibat infiltrasi air hujan. Hasil pemodelan menunjukkan tingkat kerentanan gerakan tanah spasial di Kabupaten Sukabumi dipengaruhi oleh topografi dan karakteristik keteknikan tanah. Sementara itu, curah hujan kumulatif menjadi faktor pengontrol penyebab perubahan tingkat kerentanan gerakan tanah temporal. Berdasarkan nilai faktor keamanan lereng, daerah dengan kerentanan gerakan tanah tinggi tersebar di Kecamatan Pelabuhan Ratu, Cikidang, Cisolok, Kabandungan, Parakan Salak, Nagrak, Cibadak, Gegerbitung, Nyalindung, Ciracap, dan Warung Kiara. Tingkat kerentanan ini bersesuaian dengan lokasi-lokasi gerakan tanah yang terjadi di daerah-daerah tersebut. Dengan demikian, pemodelan kerentanan gerakan tanah ini dapat digunakan untuk membantu dalam memprediksi gerakan tanah secara spasial dan temporal.