cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. kampar,
Riau
INDONESIA
Sosial Budaya
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education, Social,
Sosial Budaya (Online ISSN 2407-1684 | Print ISSN 1979-2603), merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UIN Sultan Syarif Kasim Riau sejak tahun 2007. Jurnal Sosial Budaya ini merupakan media yang memuat kajian-kajian ilmiah dalam bentuk hasil riset dalam bidang ilmu sosial/humaniora, seperti pernaskahan, pranata-sosial dan sejarah untuk membangun dan membangkitkan kembali kejayaan Tamaddun Melayu dalam kawasan regional Asia Tenggara. Jurnal Sosial Budaya diterbitkan dua kali dalam setahun pada bulan Juli dan Desember yang berusaha menempatkan hasil penelitian para peneliti, akademisi, pemerhati dalam keilmuan terkait. Jurnal Sosial Budaya juga memberi perhatian bagi publikasi hasil penelitian interdisipliner berbagai pihak yang memiliki perhatian serius untuk merancang, dan merajut tatanan dunia baru Tamadun Melayu.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 19, No 1 (2022): Juni 2022" : 8 Documents clear
Mangrove and Akit Tribe: Description of Value Orientation and Natural Conservation Effort Seger Sugiyanto; Ashaluddin Jalil; Hesti Asriwandari; Rd. Siti Sofro Sidiq
Sosial Budaya Vol 19, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v19i1.16628

Abstract

Mangrove dan kehidupan Suku Akit memiliki relasi yang erat sebagai sumber penghidupan. Namun, sejak dua dekade terakhir ketersediaan mangrove berkurang akibat aktivitas manusia dan faktor alam sehingga menyebabkan terjadinya abrasi. Tulisan ini menjelaskan praktik pelestarian dan orientasi nilai Suku Akit pada hutan mangrove. Kami menggunakan kualitatif melakukan wawancara dan observasi serta menganalisis secara deskriptif. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa sampai saat ini Suku Akit masih memanfaatkan mangrove untuk kehidupan mereka, misalnya dalam bentuk kayu bakar, cerocok atau kayu fondasi rumah, pancang, maupun arang. Tetapi, pemanfaatan mangrove ini tidak dilakukan dalam jumlah yang besar, hal ini disebabkan karena adanya himbauan untuk mengurangi penebangan mangrove sebagai upaya mencegah abrasi. Beberapa orang mengikuti anjuran tersebut bahkan mereka sudah mulai bergerak mencari sumber penghidupan lain selain dari mangrove. Sebagian yang lain masih bekerja pada industri mangrove baik sebagai pelaku utama maupun pekerja. Temuan ini memberikan penekanan bahwa alternatif sumber penghidupan berkelanjutan selain bergantung pada mangrove sangat diperukan untuk kehidupan Suku Akit. Orientasi nilai mereka terhadap mangrove memiliki keterkaitan yang erat pada kondisi kehidupan mereka, sehingga diperlukan pemahaman serta alternatif pekerjaan lain agar tidak lagi memanfaatkan mangrove meskipun dalam jumlah yang kecil.
Kecantikan Perempuan Etnis Cina di Kota Tanjung Pinang Marisa Elsera; Ester Febiola Intan Saputri; Sri Wahyuni; Siti Nurhaliza
Sosial Budaya Vol 19, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v19i1.16194

Abstract

Perempuan dan kecantikan merupakan dua hal yang saling berhubungan dan tidak dapat di pisahkan. Sejarah kecantikan terus mengalami perubahan dan perkembangan. Pengaruh konstruksi sosial dan budaya yang di tanamkan oleh masyarakat Etnis Cina itu sendiri mempengaruhi perempuan Etnis Cina untuk berlomba-lomba mempercantik diri supaya dapat di terima di kelompok sosialnya. Seiring berjalannya waktu, pemahaman dan standar kecantikan di kalangan masyarakat Etnis Cina pun ikut berkembang yang dahulu pemahaman mengenai kecantikan secara tradisional yang di dasari tradisi dan budaya sehingga menjadi lebih modern karena perubahan jaman dan pengaruh media iklan kecantikan sebagai referensi mengenai standar kecantikan yang ideal. Kecantikan dan penampilan fisik bukanlah milik pribadi perempuan sendiri, melainkan menjadi sorotan publik karena diatur sesuai dengan pandangan masyarakat dibangun. Metode penelitian yang digunakan yakni penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Hasil penelitian ini untuk menunjukan bahwa perempuan Etnis Cina di Kota Tanjungpinang di bentuk sesuai penilaian orang lain dalam mengukur atau menilai pengalaman mereka tentang nilai-nilai kecantikan sebagai sumber nilai dan makna tubuh.
Peranan Keluarga sebagai Upaya Penekanan Penyebaran Covid-19: Studi atas Penelitian di Kota Serang Novalia Rahmah; Salim Rosyadi
Sosial Budaya Vol 19, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v19i1.14082

Abstract

Wabah Covid-19 yang melanda di berbagai negara memiliki dampak negatif di berbagai bidang kehidupan, salah satunya di bidang kesehatan. Peran keluarga akan sangat penting dalam memberikan edukasi dan menerapkan pencegahan penyebaran Covid-19. Artikel ini akan berfokus pada pembahasan tentang pentingnya peran keluarga siaga bencana dalam membantu pemerintah menekan angka penyebaran Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan sumber data primer berupa observasi dan wawancara serta sumber data sekunder berupa kajian literatur terdahulu. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyatakan bahwa keluarga sangat berperan penting dalam menekan angka penyebaran virus Covid-19.
Penguatan Ukhwah Islamiyah dikalangan Masyarakat Tionghoa di Masjid Cheng Ho Sriwijaya Sumatera Selatan Nurdiana Nurdiana; Emilia Susanti; Roswati Roswati; Rizki Fiprinita; Afrizal Afrizal
Sosial Budaya Vol 19, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v19i1.17513

Abstract

Sumatera selatan merupakan salah satu provinsi yang banyak didiami penduduk Tionghoa baik yang beragama non-muslim maupun mualaf.Menariknya etnik cina yang menganut agama Islam (muallaf) dan etnik Melayu Sriwijayayang memang beragama Islamsejak lahir dapat  hidup berdampingan secara akur dan damai terbukti dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan khususnya di Masjid Cheng Ho. Masjid Cheng Ho Sriwijaya sebenarnya bernama Masjid Al Islam Muhammad Cheng Ho. Masjid ini didirikan atas prakarsa para sesepuh, penasehat, pengurus Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), dan tokoh masyarakat Tionghoa disekitar Sriwijaya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan Penguatan Ukhwah Islamiyah dikalangan Masyarakat Tionghoa di Masjid Al Islam Muhammad Cheng Ho. Penelitian ini menggunakan metodelogi kualitatif dengan teknik pengumpul data dilakukan dengan cara observasi langsung ke lapangan, wawancara mendalam (depth interview) dengan informan serta mendokumentasikan kegiatan. Adapun hasil penelitian ini adalah Masjid Cheng Ho didirikan khusus untuk menghargai perjuangan dari penyebaran agama Islam terkhususnya penyebaran Islam di Kota Palembang yang dilakukan oleh Laksamana Cheng Ho dan para muslim Tiongkok lainnya. Corak bangunan masjid terdiri dari 3 perpaduan corak yakni perpaduan budaya Melayu Palembang, Tiongkok, dan Arab. Adapun fungsi masjid Cheng Ho tidak hanya tempat ibadah, akan tetapi Masjid Cheng Ho juga menghelat berbagai kegiatan-kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan, Masjid Cheng Ho juga dijadikan bukti bahwa di Indonesia yang memiliki masyarakat flural dapat mengekspresikan identitas mereka dengan percampuran tradisi dan budaya dalam konteks lokal Indonesia. Disamping itu, kegiatan yang dilakukan oleh pengurus Masjid Al-Islam Muhammad Cheng Ho Sriwijaya dalam meningkatkan ukhuwa islamiyah dengan melaksanakan ceramah Agama setiap ba’da dzuhur, ceramah Agama malam rabu dan ba’da magrib, kegiatan bulanan dan tahunan seperti ceramah agama yang mendatangkan ustad dari luar Sriwijaya, selain itu mengadakan event-event hari besar Islam, program penghafal Al-Qur’an, pembinaan muallaf bagi masyarakat Tionghoa pada khususnya dan masyarakat luar Tionghoa pada umumnya serta melakukan pendidikan dasar, melakukanpengajian, memperdalamayat-ayatAl-qur’antentangTahuhid, melakukandzikirbersama, majelis ta’lim, berkunjungketikaadasaudarayangtertimpa musibah, memperingatiharibesarIslam. Kegiatan Ukhuwa islamiyah di Masjid Al-Islam Muhammad Cheng Ho Sriwijaya sudah berjalan baik, akan tetapi masih terdapat faktor yang dapat merusak ukhuwah islamiyah itu sendiri yakni masih adanya perasangka buruk.
Mengenal Tradisi Menyambut Bulan Ramadhan (Studi Tentang Tradisi Punggahan dan Pudunan) Devi Sri Yuliyani
Sosial Budaya Vol 19, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v19i1.14733

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan, mengetahui makna dan mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam Tradisi Punggahan dan Pudunan. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian lapangan yang menggunakan teknik pengumpulan data seperti kepustakaan, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini menghasilkan bahwa Tradisi Punggahan dan Pudunan merupakan tradisi yang turun temurun yang masih dilakukan hingga saat ini. Tradisi Punggahan dan Pudunan digunakan oleh masyarakat sebagai sarana untuk menyambut bulan suci ramadhan dengan mendoakan leluhur yang telah meninggal dunia untuk diberikan pengampunan dosa dari Tuhan Yang Maha Esa. Biasanya, masyarakat akan melantunkan doa-doa seperti tahlil dan bacaan Surah Yasin. Pemberian bingkisan (berkat) yang digunakan oleh masyarakat Dusun Kenteng dalam Punggahan dan Pudunan itu bervariasi. Masyarakat memaknai pemberian berkat ini dilakukan dengan tujuan sedekah atau bentuk rasa syukur kepada Allah karena telah diberikan nikmat kecukupan dalam keluarganya. Dalam mengisi acara Punggahan dan Pudunan tersebut para warga menyediakan sedekahannya di rumah masing-masing dengan mengundang para tetangga untuk kerumah. Hasil penelitian berjalannya acara punggahan dan pudunan saat ini karena di situ ada iman, kebersamaan dan manfaat hingga membuat kita sebagai masyarakat tetap setia melestarikan tradisi nenek moyang.
Makna Simbolik dan Urgensi “Cepa dan Tuak” dalam Tradisi “Tiba Meka” pada Masyarakat Manggarai Maria Angelina Dalut; Deny Wahyu Apriyadi; Alan Sigit Fibrianto
Sosial Budaya Vol 19, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v19i1.16118

Abstract

Tradisi tiba meka (tiba= terima; meka= tamu) merupakan salah satu tradisi asli masyarakat Manggarai yang digunakan sebagai simbol penghormatan/penghargaan bagi tamu yang berkunjung ke wilayah Manggarai dan tradisi tersebut masih terjaga hingga saat ini. Tradisi masyarakat Manggarai diketahui tidak pernah terlepas dari ketersediaan cepa dan tuak yang terkandung makna simbolik didalamnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) bagaimana prosesi pelaksanaan tradisi tiba meka masyarakat Manggarai (2) bagaimana makna simbolik yang terkandung dalam cepa dan tuak (3) Bagaimana urgensi dari cepa dan tuak dalam tradisi masyarakat Manggarai. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Lokasi penelitian di Desa La’o Kelurahan Wali Kecamatan Langke Rembong Kabupaten Manggarai. Sumber data diperoleh melalui sumber data primer dan sumber data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, studi pustaka, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu, pengkajian, reduksi, triangulasi dan penarikan kesimpulan/Verifikasi. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu (1) Prosesi pelaksanaan tradisi tiba meka yang terdiri dari tahap; curu, teing lalong bakok, raes cama laing dan dialog,  (2) cepa mengandung simbol ungkapan selamat datang bagi tamu, tuak mengandung simbol ketulusan dalam menerima tamu, lalong bakok mengandung simbol pengharapan dari masyarakat kepada tamu agar memiliki hati yang suci dan bersih seperti ayam jantan putih yang diberikan, dan tange sebagai wadah menaruh cepa (3) pentingnya keberadaan cepa dan tuak dalam tradisi tiba meka masyarakat Manggarai sebagai perwujudan sikap menghormati secara penuh dari masyarakat Manggarai kepada tamu yang memiliki kedudukan/jabatan yang tinggi.
Eksistensi Nilai Dalihan Na Tolu Pada Generasi Muda Batak Toba di Perantauan Resdati Resdati
Sosial Budaya Vol 19, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v19i1.16624

Abstract

Dalihan Na Tolu menjadi falsafah penting dalam sistem kebudayaan masyarakat Batak khususnya Batak Toba. Tujuan tulisan ini yaitu mengungkap nilai sosial budaya, degradasi moral serta bagaimana upaya dalam upaya mempertahankan falsafah tersebut. Penelitian ini menggunakan kualitatif dengan wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Temuan dalam penelitian ini pada prinsipnya Dalihan Na Tolu memiliki nilai positif mempertahankan solidaritas serta pengajaran saling menghargai sesama dalam struktur kekerabatan Batak Toba. Namun, pemahaman nilai ini masih kurang khususnya pada kalangan generasi muda yang diakibatkan oleh terpaan teknolodi dan media sosial. Kondisi demikian menyebabkan terdapat kecenderungan kurang aktif dalam pelaksanaan upacara kesukuan maupun kegiatan adat. Perilaku lainnya yaitu melawan orang tua dan berkata kasar dalam pergaulan. Masalah degradasi moral disikapi dengan kemunculan Perkumpulan Batak Bersatu yang menganggap perlu upaya mengatasi degradasi moral. Mereka mengenalkan budaya batak melalui berbagai cara termasuk media sosial. Meskipun belum menunjukkan peran signifikan dalam membumikan nilai budaya Batak, keberadaan PBB sangat penting terutama mengembalikan eksistensi nilai budaya batak pada generasi muda.
Eksistensi Ngidang sebagai Tradisi Makan Khas Palembang di Abad 21 Syarifuddin Syarifuddin; Supriyanto Supriyanto; Siti Rofiah; Malita Yuhito
Sosial Budaya Vol 19, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Lembaga penelitian dan pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24014/sb.v19i1.14418

Abstract

Tujuanditulisnyaartikeliniuntukmengetahui eksistensi ngidang di Kota Palembang. Tradisingidang ini merupakan warisan budaya yang biasa dilakukan pada saat acara sedekah atau kedurian. Data yang disajikandiperolehdengancara observasi lapangan, wawancara, dan kajianliteratur.Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode historis dan data yang terkumpuldianalisisdenganmenggunakan pendekatansosiologi. Ngidangadalahsuatutradisikhas yang berkembang di masyarakat Palembang mengenaipenyajianmakanan yang sudah berkembang sejak masa kesultanan. Namun, keberadaannya kini semakin sulit untuk ditemukan karena kebutuhan masyarakat akan kepraktisan membuat tradisi ini mulai tergeser oleh budaya prancisan atau prasmanan yang telah berkembang sejak tahun 90-an. Sehingga, saat ini hanya sedikit wilayah di Palembang yang masih menerapkan tradisi ini dengan baik seperti wilayah-wilayah yang berada dipedesaan.

Page 1 of 1 | Total Record : 8