cover
Contact Name
Yayan Hendrayana
Contact Email
yayan.hendrayana@uniku.ac.id
Phone
+6281324088139
Journal Mail Official
admin_wanaraksa@uniku.ac.id
Editorial Address
Jl.Cut Nyak Dhien No.36 A, Cijoho, Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan.
Location
Kab. kuningan,
Jawa barat
INDONESIA
Wana Raksa
Published by Universitas Kuningan
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Wanaraksa (Jurnal Kehutanan dan Lingkungan) merupakan publikasi ilmiah hasil penelitian yang diterbitkan oleh Program Studi Kehutanan di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan. Lingkup cakupan jurnal Wanaraksa yaitu berbagai topik dalam bidang diantaranya: 1. Kehutanan Manajemen Hutan Budidaya Hutan Eknologi Hasil Hutan, Konservasi Sumberdaya Hutan, Silvikultur, Aspek Sosial Ekonomi Kehutanan. 2. Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan.
Articles 74 Documents
KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN SANGIANG DESA SAGARAHIANG KECAMATAN DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT Nina Herlina; Oding Syafrudin; Aang Setiana
Wanaraksa Vol 10, No 02 (2016)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v10i02.1060

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana bentuk nilai-nilai kearifan lokal yang ada dan masih berjalan di mayarakat Desa Sagarahiang terkait dengan pengelolaan Hutan Sangiang?; Mengetahui bagaimana bentuk pengelolaan Hutan Sangiang berdasarkan adat atau kearifan lokal masyarakat DesaSagarahiang Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan?; dan mengetahui persepsi masyarakat terhadap nilai dan norma kearifan lokal dalam pengelolaan Hutan Sangiang Desa Sagarahiang Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan.Penelitian dilakukan di Desa Sagarahiang Kecamatan Darma Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat pada  bulan Maret – April 2015. Penelitian ini dilakukan di masyarakat dan objek yang akan diteliti yaitu, dimensi/bentuk sosial budaya dan persepsi masyarakat terhadap nilai-nilai kearifan lokal dalam pengelolaan dan pelestarian Hutan Sangiang. Metode pengumpulan data dilakukan melalui survai lapangan dengan menyebarkan kuisioner melalui sampel yaitu metode purposive sampling, dilanjut ke snowball sampling, dengan menggunakan teknik wawancara dan penyebaran kuisioner. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode deskriptif  kualitatif.Hasil Penelitian menunjukkan Rata-rata setiap responden mengetaui tentang kearifan lokal yang ada di Desa Sagarahiang, nilai penting kearifan lokal di Desa Sagarahiang, pengaruh kearifan lokal terkait dengan pengelolaan Hutan Sangiang, adanya acara adat dan pelaksanaanya. Namun rata-rata stiap responden kurang mengetahui tentang adanya hukum adat yang berlaku di Desa Sagarahiang.Kata Kunci : Kerifan lokal, sanksi adat, Hutan Sangiang
KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KEPADATAN MAMALIA BESAR DI AREAL KERJA IUPHHK-HA PT. AMPRAH MITRA JAYA KALIMANTAN TENGAH Agus Yadi Ismail; Dede Kosasih; Sulhanudin Sulhanudin
Wanaraksa Vol 9, No 02 (2015)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v9i02.1051

Abstract

Mamalia memiliki peran penting dalam jaring makanan hampir di setiap ekosistem. Mamalia dapat memberi makan pada berbagai tingkatan rantai makanan, seperti herbivora, insektivora, karnivora dan omnivora. Penelitian ini difokuskan pada mamalia besar yang memiliki berat badan lebih dari 5 kilogram. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi struktur vegetasi, keanekaragaman jenis dan kepadatan serta status konservasi mamalia besar yang ada di kawasan lindung IUPHHK-HA PT. AMJ Kalimantan Tengah. Penelitian dilakukan di empat kawasan lindung, yaitu Arboretum, Kantong Satwa (KS), Sempadan Sungai (SS) dan Kawasan Konservasi Insitu (KKI) dengan menggunakan metode transek garis (line transect method).Jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan sebagian besar merupakan jenis tumbuhan yang temasuk dalam famili Dipterocarpaceae, Rosaceae, Ebenaceae, dan Leguminosae. Keanekaragaman jenis mamalia besar yang ditemukan adalah sebanyak 10 jenis mamalia. Kepadatan mamalia besar yang paling tinggi terdapat pada lokasi KS dan KKI. Dan berdasarkan jenis satwanya, yang paling tinggi adalah jenis Babi Hutan (Sus scrofa) sebanyak 2,82 individu/ha, serta Lutung Merah (Presbytis rubicunda) dan Owa-owa (Hylobates muelleri) masing-masing sebanyak 2,59 individu/ha. Hampir semua jenis mamalia besar yang ditemukan merupakan jenis satwa yang dilindungi. Dan 2 jenis diantaranya merupakan satwa yang termasuk dalam status Endangered (genting atau terancam) yaitu jenis Orang Utan (Pongo pygmaeus) dan Owa-owa (Hylobates muelleri).Agar keseimbangan ekosistem dan kelestarian alam serta lingkungannya tetap terjaga, perlu dilakukannya pengelolaan dan perlindungan yang lebih intensif baik bagi satwa tersebut maupun habitatnya sebagai penunjang keberlangsungan hidupnya.Kata Kunci : Mamalia Besar, Kawasan Lindung, Keanekaragaman Jenis Kepadatan
KONTRIBUSI PENGELOLAAN AGROFORESTRY TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Desa Longkewang Kecamatan Ciniru Kabupaten Kuningan) Ilham Adhya; Deni Deni; Deni Rusdeni
Wanaraksa Vol 11, No 01 (2017)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v11i01.1065

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui komposisi jenis tanaman agroforestry dan berapa besar kontribusi agroforestry di Desa Longkewang Kecamatan Ciniru Kabupaten Kuningan. Metode pengumpulan data terdiri dari 3 (tiga) bagian diantaranya: (1) Teknik Wawancara, dengan mengumpulkan data melalui tanya jawab secara langsung terhadap responden, pejabat setempat dan pemimpin formal maupun informal desa. (2) Teknik Observasi, dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti, (3) survey lapangan dan pengukuran objek yang diteliti. Pengumpulan data-data sekunder dari instansi terkait.Berdasarkan hasil penelitian, komposisi jenis tanaman agroforestry yang di tanam di Desa Longkewang Kecamatan Ciniru Kabupaten Kuningan diantaranya tanaman pertanian : talas (Colocasia esculenta), singkong (Manihot esculenta), ketimun (Cucumis sativus),kacang tanah (Arachis hypogaea), ubi jalar (Ipomoea batatas), jagung (Zea mays),kapulaga (Amomum compactum),jahe (Zingiber officinale), kunyit (Curcuma longa),cabe (Capsicum annum), lengkuas (Alpinia galanga), kacang bogor (Vigna subterranea),dan lada (Piper nigrum); tanaman perkebunan : cengkeh (Syzygium aromaticicum), pisang (Musa paradisiaca),kopi (Coffea), melinjo (Gnetum gnemon), durian (Durio zibethinus), petai (Parkia speciosa)danpala (Myristica fragrans); tanaman kehutanan : sengon (Paraserianthes falcataria), jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia mahagoni), tisuk (Hibiscus macropyllus),suren (Toona sureni) dan jabon (Anthocephalus chinensis).Besarnya kontribusi agroforestry dan non agroforestry terhadap pendapatan masyarakat yaitu : untuk pendapatan agroforestry 39,65% atau rata-rata sebesar (44.358.956) per tahun dan non agroforestry 60,34% atau rata-rata sebesar (67.499.480) per tahun. Hal ini menunjukan bahwa sistem agroforestry memiliki peranan yang sangat penting bagi pendapatan masyarakat.Kata Kunci: kontribusi agroforestry, interaksi eklogis, pendapatan rumah tangga,
ANALISIS USAHA MODEL TUMPANGSARI PADA LAHAN PERHUTANI (Studi Kasus Di RPH Cipondok BKPH Cibingbin KPH Kuningan) Nina Herlina; Syamsul Millah; Oding Syafrudin
Wanaraksa Vol 10, No 01 (2016)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v10i01.1056

Abstract

Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) merupakan program pemerintah guna meningkatkan perekonomian Masyarakat Desa Hutan. Program PHBM di RPH Cipondok mendapat sambutan yang baik dari masyarakatnya tetapi memiliki kendala yaitu kurang baiknya lahan perhutani untuk tanaman pertanian sehingga perlu untuk menganalisis pola tumpang sari yang telah ada agar didapatkan pola mana yang produksinya paling optimal.  Penelitian bertujuan untuk mengetahui pola tumpang sari yang paling baik diterapkan di lahan Perhutani RPH Cipondok. Metode pengambilan data dilakukan dengan teknik observasi dan wawancara kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukan bahwa model tumpang sari di RPH Cipondok ada 4 jenis yaitu pola kehutanan dan sawah, pola kehutanan dan palawija, pola kehutanan dan kacang-kacangan serta pola kehutanan, kacang-kacangan dan palawija. Pola tumpang sari yang paling optimal adalah pola kehutanan, kacang-kacangan dan palawija, produksi nya mencapai Rp. 5.833.000.00 per-hektar. Agar program PHBM berkontribusi lebih besar, sebaiknya petani menanam tanaman dengan pola tumpang sari yang menguntungkan. Selain itu, diharapkan adanya bantuan pemerintah setempat terkait pengembangan produk PHBM sehingga memiliki nilai jual yang lebih tinggi.Kata Kunci : Analisis Usaha, Model, Tumpang sari, Pendapatan
KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI KAWASAN GUNUNG SUBANG KABUPATEN KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT Toto Supartono; Agus Yadi Ismail; Ade Hamdani
Wanaraksa Vol 9, No 02 (2015)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v9i02.1047

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengidentifikasi jenis-jenis burung serta mengetahui tingkat keanekragaman jenis burung di lereng utara kawasan hutan Gunung Subang Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat.Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode daftar jenis mackinon dengan menggunakan 10 jenis dalam 1 daftar dan mengumpulkan 20 daftar jenis. Selain itu dilakukan analisis vegetasi untuk menemukan hubungan keanekaragaman burung dengan vegetasi dari tiap habitat.Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan, jenis burung yang ditemukan sebanyak 45 jenis burung, dengan total perjumpaan sebanyak 1.012 individui, dengan total perjumpaan pada tipe habitat Hutan Alam sebanyak 34 jenis dengan total perjumpaan sebanyak 381 individu, pada tipe habitat situ ditemukan sebanyak 27 jenis dan 349 individu yang dijumpai, dan pada tipe habitat kebun ditemukan sebanyak 24 jenis burung dengan total perjumpaan sebanyak 282 individu.Indeks keanekaragaman jenis burung pada habitat hutan memiliki nilai H’= 3,11 dan nilai E=0,52. Pada habitat situ memiliki nilai H’= 2,78 dan nilai E=0,47. Untuk tipe habitat kebun memiliki nilai H’= 2,83 dan nilai E= 0,50.Kata Kunci : Hutan, keanekaragaman jenis burung, analisis vegetasi.
INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI SEBARAN HUTAN RAKYAT DI KABUPATEN MAJALENGKA Agus Yadi Ismail; Yayan Hendrayana; Rahman Hidayat Saputra
Wanaraksa Vol 10, No 02 (2016)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v10i02.1061

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan inventarisasi profil hutan rakyat di Kabupaten Majalengka untuk mengetahui sebaran hutan rakyat, potensi dan model/pola hutan rakyat yang ada di Kabupaten Majalengka  Data penelitian yang diambil adalah data sekunder dan data primer yang didapat dari intansi terkait maupun dengan metode wawancara terhadap petani hutan. Analisa profil petani serta volume pohon dan kemudian dijelaskan secara deskriptif berdasarkan tabulasi dan diagram yang diperoleh.Hasil diperoleh di hutan rakyat Kabupaten Majalengka sebaran hutan rakyat yang paling banyak terdapat di Kecamatan Maja dengan jumlah blok 31 blok serta luas hutan rakyat 895,1 Ha, sedangkan unutuk sebaran hutan rakyat yang sedikit terdapat di Kecamatan Rajagaluh dengan jumlah blok 4 blok hutan rakyat, akan tetapi untuk luasan hutan rakyatnya yang terkecil beerada diKecamatan Palasah dengan luas 61,9 Ha. Model/pola pengelolaan hutan rakyat di Kab. Majalengka  adalah sistem campuran dan Agroforesty pada umumnya pola penggunaan lahan tidak intensif, stuktur tegakan yang mendominasi adalah pohon yang memiliki diameter 15-25 cm sedangkan jenis pohon yang mendominasi adalah sengon (Parasarianthes falcataria). Potensi tegakan tanaman hutan rakyat di Kabupaten Majalengka adalah 625,48 m3 dengan luas lahan 2834,5 Ha dan potensinya 1.772.923,06 m3.Selain itu pengelolaan hutan rakyat dapat membantu menambah pendapatan petani sekaligus meningkatkan kesejahtraan serta dapat merehabilitasi lahan tidur atau pun lahan kritis kembali menjadi lahan yang produktif.Kata kunci : Agroforesty serta campuran, sebaran hutan rakyat, potensi tegakan, pengelolaan hutan rakyat dan manfaatnya.
KEANEKARAGAMAN JENISTUMBUHAN DI HUTAN KOTA CARACAS KABUPATEN KUNINGAN Ayu Sri Rahayu; Ilham Adhya; Nina Herlina
Wanaraksa Vol 10, No 01 (2016)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v10i01.1052

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis tumbuhan  dan tipe hutan Kota Caracas di Kabupaten Kuningan.Data pengambilan struktur tumbuhan menggunakan analisis vegetasi dengan metode sampling berpetak. Penentuan banyaknya sampel berdasarkan metode samel terpilih (Purposive sampling) sebanyak 18 plot. Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominansi jenis, dominansi relatif, frekuensi jenis dan frekuensi relatif serta Indeks Nilai Penting.Hasil penelitian menunjukkan bahwa di hutan kota Caracas  memiliki nilai Indeks diversitas Shannon (H’) 1H’3 artinya bahwa nilai keanekaragaman jenis dari seluruh tingkat vegetasi sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada seluruh tingkat vegetasi memiliki karakteristik ekosistem vegetasi yang  tidak begitu kompleks.Kesetabilan kondisi struktur dan komposisi vegetasi dari beberapa Spesies menyediakan pasokan pakan yang cukup serta daya dukung lingkungan abiotik di masa yang akan datang bagi sejumlah satwa tersebut. Sedangkan dilihat dari jenis vegetasi unggulan diantaranya jenis Randu (Ceiba pentandra), Lengkeng (Euphoria longana), Salam (Syzygium polyanthum) dan Tisuk (Hibiscus macrophyllus).Hutan Kota Caracas termasuk dalam hutan kota tipe rekreasi  yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan rekreasi dan keindahan masyarakat.Kata Kunci : Keanekaragaman, Kemerataan, Hutan Kota, Struktur  dan Komposisi.
KEANEKARAGAMAN JENIS DAN KARAKTERISTIK HABITAT MAMALIA BESAR DI KAWASAN HUTAN BUKIT BAHOHOR DESA CITAPEN KECAMATAN HANTARA KABUPATEN KUNINGAN Angrita Anggrita; Iing Nasihin; Yayan Hendrayana
Wanaraksa Vol 11, No 01 (2017)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v11i01.1066

Abstract

Inventarisasi mamalia besar dilakukan dengan menggunakan metode transek jalur. Pembuatan jalur inventarisasi mempetimbangkan beberapa aspek yaitu: kondisi kelerengan, tutupan vegetasi, keterwakilan sampel, keterjangkauan lokasi dan keamanan peneliti.Di kawasan hutan bukit Bahohor terdapat 11 jenis satwa yang tergolong dalam mamalia besar. Jenis-jenis tersebut diantaranya adalah kijang (Muntiacus muntjak), babi hutan (Sus scrofa), macan tutul (Panthera pardus), meong congkok (Felis bengalensis), sero ambrang (Aonyx cinerea), macan dahan (Neofelis nebulosa), macan kumbang (Panthera pardus melas), bajing jaralang (Ratufa bicolor), Surili (Prebytis comata), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), lutung jawa (Trachypithecus auratus).Mamalia besar di kawasan hutan bukit bahohor  menyukai karakteristik habitat berupa hutan alam yang memiliki kerapatan vegetasi yang cenderung tinggi. Terutama bagi satwa karnivora seperti macan tutul, macan kumbang dan macan dahan yang lebih terkonsentrasi di hutan alam dengan tajuk vegetasi yang rapat serta jauh dari gangguan (kehadiran) manusia. Lain halnya dengan mamalia besar jenis babi hutan, kijang dan beberapa jenis primata yang lebih banyak menghabiskan aktifitasnya di perbatasan hutan dengan sawah atau perbatasan hutan pinus dengan hutan alam. Hal ini berkaitan dengan kemampuan jelajah satwa untuk mencari sumber makanan dan air.Kata Kunci: Keanekaragaman,  habitat,  Mamalia besar, vegetasi
PENGELOLAAN DAN NILAI EKONOMI HUTAN RAKYAT DESA PINARA KECAMATAN CINIRU KABUPATEN KUNINGAN Ilham Adhya; Nurdin Nurdin; Mohamda Arisona
Wanaraksa Vol 10, No 02 (2016)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v10i02.1057

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengelolaan dan nilai ekonomi Hutan Rakyat Desa Pinara Kecamatan Ciniru Kabupaten Kuningan. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data dan informasi  bagi masyarakat sekitar kawasan hutan mengenai pengelolaan dan nilai ekonomi Hutan Rakyat Desa Pinara Kecamatan Ciniru Kabupaten Kuningan.Untuk mengetahui besarnya nilai ekonomi hutan rakyat di Desa Pinara dalam penelitian ini disusun instrumen penelitian dalam bentuk operasional variabel yang menjaadi acuan penyusunan quisioner penelitian. Penyebaran quisioner dilakukan terhadap petani penggarap kawasan Hutan Rakyat, yaitu sebanyak 55 (lima puluh lima) orang (Profil Kelompok Petani Pengelola Hutan Rakyat Desa Pinara, 2015)Berdasarkan hasil penelitian, Hutan Rakyat Desa Pinara menurut komponen penyusun di Hutan Rakyat Desa Pinara Kecamatan Ciniru termasuk dalam Agrisilvikultur (Agrisilvikultural systems). Berdasarkan orientasi ekonomi termasuk dalam Agroforestri semi komersial (Semi Comersial Agroforestry). Berdasarkan sistem produksi termasuk dalam agroforestri berbasis pertanian (Farm based agroforestry). Jenis komoditas kayu yang ditanam diantaranya Akasia (Accacia mangium), Albazia (Albizia sp) dan Jabon (Neolamarckia cadamba). Sedangkan jenis komoditas tumpang sari diantaranya Alpukat (Persea americana), Kelapa (Cocos nucifera) dan Mangga (Mangivera indica). Komoditas kayu rata-rata usia tanam hingga siap panen adalah selama 5 tahun. Sedangkan untuk komoditas tanaman tumpang sari kelompok perkebunan masa panen dalam satu tahun hanya 1 (satu) kali, kelompok sayuran 3 (tiga) kali dan kelompok pangan 2 (dua) kali.Jumlah total pendapatan dari komoditas kayu adalah sebesar Rp 85.150.000 sedangkan pendapatan dari komoditas tumpang sari adalah sebesar Rp 73.791.203. Total keseluruhan pendapatan adalah Rp 158.941.203 dengan jumlah biaya total sebesar Rp 29.335.000 maka pendapatan bersih adalah sebesar Rp 129.606.203,. Nilai tersebut cukup tinggi dengan kisaran rata-rata pada lahan hutan rakyat (15 Ha) adalah sebesar Rp8.640.414 /Ha dalam satu tahun penggarapan lahan.Kata Kunci : Ekonomi, Hutan Rakyat, Kayu, Tumpangsari
INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI INDUSTRI PRIMER KAYU RAKYAT DI KABUPATEN MAJALENGKA PRIVINSI JAWA BARAT Agus Yadi Ismail; Yovi Mustikasari Elis; Ilham Adhya
Wanaraksa Vol 9, No 02 (2015)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v9i02.1048

Abstract

Hutan Rakyat Menjadi alternatif dalam pemasok bahan baku perindustrian. Industri Kayu rakyat memegang peranan yang penting dalam hal menyerap kayu yang dihasilkan oleh petani hutan rakyat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi Industri primer kayu rakyat, mendapatkan data dan informasi, serta mengetahui sebaran industri primer kayu hutan rakyat di Kabupaten Majalengka. Metode yang digunakan yaitu  metode survey dan wawancara di analisis secara analisis deskriptif dan kualitatif. Dari hasil penelitian terdapat 68 industri penggergajian (sawmill) yang tersebar merata hampir diseluruh kecamatan dari 26 kecamatan hanya satu kecamatan yang tidak terdapat industri penggergajian yaitu Kecamatan Panyingkiran. Jenis kayu yang digunakan yaitu jenis kayu Jati, Mahoni, Sengon, Suren, Afrika, Pinus, Akasia, Puspa, Nangka, Mangga, Campuran (Salam,Tisuk, Randu, Lamtoro, Waru dan Gempol).  Jenis kayu dengan jumlah produksi tertinggi setiap bualannya yaitu Jenis kayu sengon (Paraserianthes falcaria) 2.713 M3,  kayu Mahoni (Swietenia macrophylla) 2.652 M3 Jati (Tectona grandis),  1.352 M3 Afrika (Maesopsis eminii),  916 M3 Mangga (Mangifera indica), 338 M3 dan hasil produk olahan kayu log menjadi produk setengah jadi dengan jumlah semuanya sebesar 4.488.6 M3, menghasilkan papan sebanyak 1.730 M3, kusen 1.134 M3, kaso 669.2 M3, reng 165.5 M3, palet 789.8 M3. Sehingga Pemerintah Kabupaten Majalengka harus mempertahankan jumlah hutan rakyat yang ada, agar ketersedian  bahan baku kayu untuk proses produksi  tetap terpenuhi dan Perlu adanya penelitian lebih lanjut terkait dengan potensi ketersediaan bahan baku kebutuhan industri penggergajian (Sawmill).Kata kunci :Industri Primer, Penggergajian, Sawmill, Hutan Rakyat, Log.