cover
Contact Name
Yayan Hendrayana
Contact Email
yayan.hendrayana@uniku.ac.id
Phone
+6281324088139
Journal Mail Official
admin_wanaraksa@uniku.ac.id
Editorial Address
Jl.Cut Nyak Dhien No.36 A, Cijoho, Kecamatan Kuningan Kabupaten Kuningan.
Location
Kab. kuningan,
Jawa barat
INDONESIA
Wana Raksa
Published by Universitas Kuningan
Core Subject : Agriculture, Social,
Jurnal Wanaraksa (Jurnal Kehutanan dan Lingkungan) merupakan publikasi ilmiah hasil penelitian yang diterbitkan oleh Program Studi Kehutanan di Fakultas Kehutanan dan Lingkungan Universitas Kuningan. Lingkup cakupan jurnal Wanaraksa yaitu berbagai topik dalam bidang diantaranya: 1. Kehutanan Manajemen Hutan Budidaya Hutan Eknologi Hasil Hutan, Konservasi Sumberdaya Hutan, Silvikultur, Aspek Sosial Ekonomi Kehutanan. 2. Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan.
Articles 74 Documents
KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DAN PEMANFAATANNYA DI KAWASAN HUTAN GUNUNG TILU DESA JABRANTI KECAMATAN KARANGKENCANA KABUPATEN KUNINGAN Sulistyono Sulistyono; Ika Karyaningsih; Atik Nugraha
Wanaraksa Vol 10, No 02 (2016)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v10i02.1062

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui keanekaragaman jenis, arsitektur dan pemanfaatan bambu di kawasan Hutan Gunung Tilu. Penelitian ini telah dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Tilu Kecamatan Karangkencana Kabupaten Kuningan pada bulan April-Mei 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analisis, yaitu metode penelitian dengan menggambarkan hasil pengamatan dan menganalisisnya dengan menggunakan teori yang sudah ada.Dari hasil penelitian diketahui jenis bambu yang ditemukan di Gunung Tilu Desa Jabranti Kecamatan Karangkencana terdapat 9 jenis yaitu: jenis bambu Kirisik (Bambusa multiplex), jenis bambu Tali (Asparagus cochinchinensis), Jenis bambu Hijau (Gigantochloa apus), Jenis bambu tamiang (Schizostachyum blumei Nees), jenis bambu Temen (Gigantochloa  pseudoarundinacea), jenis bambu kuda, jenis bambu Surat ( Gigantochloa pseudoarundinacea), Jenis bambu Surat (Bambusa lako), Jenis bambu Hitam (Bambusa lako) danjenis bambu Kuning (Bambusa vulgaris).Kata Kunci: Keanekaragaman, Bambu, Hutan Lindung
KEANEKARAGAMAN SATWA PADA AREAL PASCA KEBAKARAN DI HUTAN BINTANGOT TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI Ika Karyaningsih; Sulistyono Sulistyono; Irvan Hidayat
Wanaraksa Vol 10, No 01 (2016)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v10i01.1053

Abstract

Kebakaran hutan mempunyai dampak secara langsung dan tidak langsung terhadap populasi satwa liar. Dampak secara langsung adalah hilang dan berkurangnya jenis-jenis satwa. Sementara itu dampak secara tidak langsung adalah rusaknya habitat satwa serta vegetasi. Menurut BTNGC (2013) setiap tahun telah terjadi kebakaran hutan di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai dari tahun 2006 sampai 2013. Resort Mandirancan Taman Nasional Gunung Ciremai merupakan salah satu kawasan  yang mengalami kebakaran hutan pada tahun 2012. Oleh karena itu perlu diadakannya penelitian tentang keanekaragaman satwa liar pada lahan pasca kebakaran.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragamaan jenis satwa liar pada lahan pasca kebakaran  di Hutan Bintangot Resort Mandirancan Taman Nasional Gunung Ciremai serta mengetahui jenis vegetasi pada lahan pasca kebakaran di Hutan Bintangot Resort Mandirancan Taman Nasional Gunung Ciremai.Penelitian ini di laksanakan di hutan Bintangot RESORT Mandirancan Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC), pengambilan data di lakukan pada areal pasca kebakaran yang memiliki luasan ±1,70Ha dan pengambilan data dilapangan diambil pada bulan Desember 2014.Hasil Penelitian menunjukkan keanekaragaman jenis satwa yang didapatkan pada lokasi penelitian di Hutan Bintangot Resort Mandirancan Taman Nasional Gunung Ciremai diperoleh 16 jenis satwa dari dua kelas yaitu kelas Aves 15 jenis dan kelas Mamalia 11 jenis dengan jumlah individu sebanyak 69 individu. Hasil penelitian dilapangan menunjukan bahwa nilai keragaman satwa liar pada lokasi penelitian tidak terlalu tinggi, dan kemerataanya pada kategori kurang merata. Untuk nilai dominansi satwa, dari hasil penelitian diperoleh nilai jenis satwa yang dominan  berjumlah 8 jenis(78,26%), sedangkan jenis satwa yang sub-dominan berjumlah 5 jenis (17,39%), dan jenis satwa yang tidak dominan 3 jenis (4,34%).Kata Kunci: keanekaragaman jenis, dominansi , kemerataan, Kebakaran hutan
POTENSI SISTEM PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN KAYU PADA HUTAN RAKYAT DI DESA KADATUAN KECAMATAN GARAWANGI KABUPATEN KUNINGAN Sulistyono Sulistyono; Chandra Wirawan; Ika Karyaningsih
Wanaraksa Vol 11, No 01 (2017)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v11i01.1067

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengelolaan pengusahaan hutan rakyat, menghitung jumlah potensi tegakan di hutan rakyat, dan mengetahui manfaat ekonomi yang diberikan dari pengusahaan hutan rakyat berupa tambahan pendapatan masyarakat terhadap petani hutan di Desa Kadatuan. Penelitian ini dilakukan di Desa Kadatuan Kecamatan Garawangi Kabupaten Kuningan mulai bulan Agustus-Oktober 2015. Adapun teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah dengan wawancara melalui kuisioner, studi data sekunder dan literatur. Untuk pengumpulan data potensi tegakan hutan rakyat menggunakan metode Stratified Random Sampling (penarikan contoh acak berlapis) dengan berdasarkan ketentuan strata kelas umur.Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar petani responden di Desa Kadatuan berusia produktif, berpendidikan rendah dengan kepemilikan lahan 0,25 s/d 0,50.  Berdasarkan silvikulturnya, jenis hutan rakyat di Desa Kadatuan menggunakan sistem agroforestry dan campuran. Pemanenan kayu hutan rakyat di Desa Kadatuan  dengan sistem tebang pilih dengan memilih pohon yang sudah berdiameter  20 cm. Pemasaran kayu hutan rakyat dilakukan secara langsung dengan sistem tebasan oleh pengepul. Selain ituPotensi kayu di Desa Kadatuan mahoni 126.46 m3 dan sengon 104.92 m3 sedangkan jati 55.65 m3 pada luasan pengusahaan 11.14 ha.Kata Kunci: potensi kayu, hutan rakyat, potensi tegakan, agroforestry
IDENTIFIKASI KAPASITAS PRODUKSI DAN PASOKAN BAHAN BAKU INDUSTRI PRIMER KAYU RAKYAT DI KABUPATEN KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT Ilham Adhya; Deni Deni; Ranitasari Pransiska
Wanaraksa Vol 10, No 02 (2016)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v10i02.1058

Abstract

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui sebaran, kapasitas terpasang dan kapasitas produksi serta untuk mengetahui bahan baku, kebutuhan bahan baku, pasokan bahan baku industri primer kayu yang ada di Kabupaten Kuningan. Adapun manfaat yang hendak diambil adalah di harapkan dapat berguna sebagai informasi bagi pemerintah dan intansi terkait mengenai sebaran industri primer kayu di Kabupaten Kuningan.Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa industri primer kayu yang di Kabupaten Kuningan tersebar di 20 Kecamatan yang diantaranya adalah kecamatan Ciawigebang, Cibingbin, Cigugur, Cilimus, Cimahi, Ciniru, Darma, Garawangi, Hantara, Jalaksana, Japara, Kadugede, Karangkencana, Karamatmulya, Kuningan, Lebakwangi, Luragung, Mandirancan, Nusaherang dan Selajambe.Total kapasitas produksi industri primer di Kabupaten Kuningan adalah sebesar 12.120 m3/Bulan menggunakan faktor produksi dengan total jumlah mesin  sebanyak 80 Unit dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 374 orang. Skema pengumpulan bahan baku yang dilakukan industri primer kayu di Kabupaten Kuningan pada umumnya bahan baku berasal dari hutan rakyat yang berasal dari dalam kabupaten dan hanya sebagian kecil yang berasal dari luar kabupaten. Sedangkan skema distribusi pemasaran yang diterapkan oleh industri primer kayu yang ada di Kabupaten Kuningan sebagian besar adalah pendistribusian langsung ke masyarakat.Kata Kunci : Produksi, Industri, Primer, Kayu, Hutan Rakyat
STRUKTUR POPULASI DAN SEBARAN SERTA KARAKTERISTIK HABITAT HURU SINTOK (Cinnamomum sintocBl) DI RESORT CILIMUS TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI Agus Yadi Ismail; Iing Nasihin; Didin Juhendar
Wanaraksa Vol 9, No 02 (2015)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v9i02.1049

Abstract

Taman Nasional Gunung Ciremai merupakan salah satu kawasan konservasi yang berada di Propinsi Jawa Barat.Kawasan konservasi memiliki fungsi utama sebagai perlindungan keanekaragaman hayati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktut populasi, sebaran spasial dan karakteristik habitat Huru Sintok di kawasan Resort Cilimus, Taman Nasional Gunung Ciremai.        Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai April 2015. Data yang digunakan berupa sekunder meliputi kondisi umum lokasi dan data primer meliputi data titik koordinat, analisis vegetasi, nama spesies, jumlah individu setiap spesies, diameter batang, tinggi pohon, kelerengan, ketinggian tempat, dan suhu lokasi pengamatan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Indeks Nilai Penting (INP), Indeks Dominansi (C), Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), Indeks Kemerataan (E) dan Indeks Kekayaan Jenis (R).Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur populasi Huru Sintok berbentuk piramida dengan dasar yang luas artinya banyaknya pohon paling banyak dijumpai pada kelas umur rendah dan semakin menurun dengan bertambahnya kelas diameter, hasil ini menunjukkan bahwa Huru Sintok dapat beregenerasi dengan baik yang terlihat dengan jumlah semai yang melimpah. Sebaran Huru Sintok cenderung individual dan jarang ditemukan mengelompok. Adanya pohon Huru Sintok yang ditemukan di kawasan penelitian diduga karena Huru Sintok dapat beradaptasi dengan baik di habitat pada kawasan hutan Resort Cilimus yang masih kaya akan unsur organik karena hutan tersebut merupakan kawasan konservasi. Karakteristik habitat Huru Sintok dijumpai dengan ketinggian 500-1100 m dpl, dengan kelerengan mulai dari 10-45 %, suhu mulai dari 19-26°C dan vegetasi penyusun Huru Sintok didominasi oleh famili Lauraceae dan Euphorbiaceae.Kata Kunci :     Huru Sintok, Struktur Populasi, Sebaran Spasial, Karakteristik Habitat.
KEAWETAN ALAMI JENIS KAYU JATI (Tectona grandis, linn. F.), MAHONI (Swietenia macrophylla King) DAN SENGON (Paraserianthes falcataria, L) PADA UMUR 5 TAHUN Chandra Candiana; Sulistyono Sulistyono; Deni Deni
Wanaraksa Vol 13, No 01 (2019)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v13i1.4647

Abstract

ABSTRAK. Penelitian ini dipandang perlu dilakukan mengingat banyak jenis kayu dari hutan rakyat khususnya jenis jati, mahoni dan sengon yang sering digunakan oleh masyarakat Kuningan sebagai bahan bangunan ataupun bahan furniture yang belum diketahui keawetannya di ruangan terbuka dan tertutup. Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan keawetan alami jenis kayu jati, mahoni dan sengon di ruangan terbuka dan tertutup.Metode pengujian kualitas alami jenis kayu jati, mahoni, dan sengon di ruangan ruangan terbuka menggunakan metode Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-7207-2006. Sedangkan pengujian kualitas alami jenis kayu jati, mahoni, dan sengon di ruangan terbuka menggunakan metode uji lapangan (grave yard test) America Society for Testing Materials (ASTM) D 17558-02. Berdasarkan hasil pengujian keawetan alami kayu umur 5 tahun pada ruangan tertutup, Kayu Jati (Kelas Awet II) dan kayu Mahoni (Kelas Awet II) Sedangkan kayu Sengon memiliki nilai keawetan yang lebih rendah (Kelas Awet III). Berdasarkan hasil pengujian keawetan alami kayu umur 5 tahun pada ruangan terbuka, Kayu Jati dan kayu Sengon memiliki  (Nilai Keawetan 7) Sedangkan kayu Mahoni (Nilai Keawetan 6).Kata Kunci: Keawetan Alami; Jati; Mahoni; Sengon; ruangan terbuka; ruangan tertutupABSTRACT. This research is deemed necessary considering that there are many types of wood from community forests, especially teak, mahogany and sengon which are often used by the Kuningan community as building materials or furniture materials whose durability is unknown in open and closed spaces. The purpose of this study was to determine the natural durability of teak, mahogany and sengon species in open and closed spaces. The method of testing the natural quality of teak, mahogany, and sengon wood in open spaces uses the Indonesian National Standard (SNI) 01-7207-2006 method. . Meanwhile, testing the natural quality of teak, mahogany, and sengon wood in open spaces uses the American Society for Testing Materials (ASTM) D 17558-02 field test method. Based on the results of natural durability testing for wood aged 5 years in a closed room, teak wood (Durability Class II) and Mahogany wood (Durability Class II), while Sengon wood has a lower durability value (Durability Class III). Based on the test results of natural durability of wood aged 5 years in open spaces, teak wood and Sengon wood have (Durability Value 7) while Mahogany wood (Durability Value 6).Keywords: Natural Durability; Teak; Mahogany; Sengon; open room; closed room.
PERUBAHAN TUTUPAN DAN PENGGUNAAN LAHAN DI DAS CISANGGARUNG JAWA BARAT Heru Adi Wiguna; Iing Nasihin; Dede Kosasih
Wanaraksa Vol 13, No 02 (2019)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v13i02.4682

Abstract

Perubahan tutupan lahan adalah keadaan lahan yang mengalami perubahan kondisi pada waktu yang berbeda-beda yang disebabkan oleh manusia. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan tutupan lahan termasuk pertumbuhan penduduk dan aksesibilitas. Data yang digunakan dalam penelitian untuk analisis perubahan tutupan lahan dan penggunaan lahan di DAS Cisanggarung Jawa Barat. Menggunakan data citra landsat 7 tahun 2007 dan citra landsat 8 tahun 2017. Penelitian ini menjelaskan klasifikasi tutupan lahan dan penggunaan lahan di DAS Cisanggarung Jawa Barat. Dengan menggunakan metode maximum likelihood pada landsat 7 tahun 2007 dan landsat 8 tahun 2017. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tutupan lahan dan perubahan penggunaan lahan di Cisanggarung. Penyusunan tutupan lahan dan tata guna lahan cisanggarung wetersehed terdiri dari, badan air, perkebunan pinus, hutan primer, hutan sekunder, perkebunan jati, kebun campur, sawah, bakau, pemukiman, persawahan, semak belukar, tambak, pertambangan, perkebunan tebu . Hasil klasifikasi citra Landsat 7 2007 paling banyak didominasi oleh hutan sekunder, persawahan, semak belukar, tambak, perkebunan tebu. Sedangkan hasil klasifikasi tahun 2017 didominasi oleh sawah, permukiman, perkebunan tebu, hutan primer. Selama kurun waktu 2007 - 2017 terjadi peningkatan luas antara lain; Pemukiman, 39.363 ha, perkebunan tebu 37.504 ha, sawah 18.449 ha, sawah 13.225 ha. Kelas tutupan lahan yang mengalami penurunan antara lain; hutan sekunder, semak belukar, pertambangan, dan perkebunan jati.Kata Kunci :Tutupan lahan, Interpretasi Digital, Citra Lansat
PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH SERTA LAMA PERENDAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN STEK KENANGA (Cananga odorata (Lam.) Hook.f & Thomson) Egy Silvani Pratama Putri; Ai Nurlaila; Ika Karyaningsih
Wanaraksa Vol 13, No 01 (2019)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v13i01.4648

Abstract

ABSTRAK. Kenanga merupakan jenis pohon penghasil bunga yang memiliki keharuman yang khas. Bunga kenanga banyak digunakan sebagai bahan pembuatan minyak atsiri karena baunya yang harum. Di Kuningan, pohon kenanga sudah dikenal banyak orang. Karena kurangnya minat masyarakat untuk membudidayakannya, lama-kelamaan tanaman kenanga semakin jarang ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh, interaksi, dan perlakuan terbaik pemberian zat pengatur tumbuh dan lama perendaman terhadap pertumbuhan stek kenanga. Penelitian eksperimental ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 2 faktor perlakuan yaitu ZPT dan lama perendaman dengan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 4 kali. Data akan dianalisis menggunakan Analisis Variansi (ANOVA) dan jika terdapat pengaruh yang signifikan dari hasil analisis variasi, maka selanjutnya dilakukan uji beda nyata dengan Uji Jarak Berganda Duncan. Hasil ragam menunjukkan bahwa perlakuan ZPT dan waktu perendaman secara mandiri tidak berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah tunas dan tinggi tunas. Sedangkan interaksi antara ZPT dan waktu perendaman berpengaruh nyata terhadap jumlah parameter tunas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan Z2P3 (Rootone-F 200 ppm dengan lama perendaman 3 jam) menunjukkan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan stek kenanga.Kata Kunci: Kenanga; Zat Pengatur Tumbuh; Rootone-F; Ekstrak Bawang Merah; Lama Perendaman
KONTRIBUSI AGROFORESTRI TERHADAP TINGKAT PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DESA CIBINUANG KUNINGAN JAWA BARAT Ria Nopitasari; Ai Nurlaila; Deni Deni
Wanaraksa Vol 13, No 02 (2019)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v13i02.4684

Abstract

Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan yang menggabungkan tanaman pertanian dan kehutanan atau peternakan dalam satu bidang lahan. Penelitian ini berlokasi di Desa Cibinuang Kabupaten Kuningan dalam kelompok tani hutan Harapan Mulya dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pendapatan petani agroforestri, untuk mengetahui seberapa besar kontribusi pendapatan petani dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pendapatan. Dari hasil penelitian yang dilakukan terdapat 17 jenis tanaman yang ditemukan, tingkat pendapatan tertinggi adalah jenis tanaman cengkeh (Syzygium aromaticum) sebesar Rp. 3.919.000 per / tahun sedangkan produktivitas tertinggi pada tanaman petai (Parkia speciosa) adalah 221,43 papan / tahun. Pendapatan rata-rata petani dari agroforestri Rp. 10.754.852 / tahun dengan pengeluaran dari agroforestri Rp. 917.600/tahun, sedangkan pendapatan non-agroforestri rata-rata Rp 2.800.100/tahun. Kemudian kontribusi sistem agroforestri terhadap pendapatan responden sebesar 79,34% dan kontribusi pengelolaan lahan pada sistem non-agroforestri sebesar 20,76%. Faktor yang mempengaruhi tingkat agroforestri yang dapat mempengaruhi pendapatan adalah variabel luas lahan.Kata Kunci: Agroforestry, Pendapatan, Rumah tangga, pertanian
POTENSI KARBON TERSIMPAN PADA TEGAKAN PINUS (PINUS MERKUSII) DI BLOK PASIR BATANG KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI Erwin Nurfansyah; Yayan Hendrayana; Ilham Adhya
Wanaraksa Vol 13, No 01 (2019)
Publisher : Fakultas Kehutanan Universitas Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25134/wanaraksa.v13i01.4649

Abstract

ABSTRAK. Mengingat peran penting hutan dalam menyerap karbon dari udara, maka perlu dilakukan banyak penelitian untuk mendukung pengembangan lebih lanjut penyerapan karbon dalam biomassa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi cadangan karbon pada tegakan pinus di Blok Pasir Batang Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai. Metode yang digunakan adalah non destructive sampling yaitu cara pengambilan sampel yang ramah lingkungan. Terdapat pohon pinus di areal seluas 30 hektar sebanyak 24.060 batang. Diameter tegakan umur 25 tahun pohon pinus sekitar 28,32 cm dengan kerapatan relatif tinggi 0,027 individu/m2 sama dengan 267,3 individu/hektar. Perkiraan volume tegakan per hektar adalah 708,07 m3/hektar. Volume seluruh tegakan adalah 21.242,1 m3. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa jumlah biomassa tegakan di seluruh petak contoh adalah 36,04 ton/hektar atau total luasan 1.081,2 ton. Jumlah karbon dalam satu satuan luas adalah 16,9 ton/hektar atau seluruhnya 508,1 ton.Kata kunci: Biomassa, Metode non-destruktif , Penyerapan karbon, Pinus,