cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Tesa Arsitektur
ISSN : 14106094     EISSN : 24606367     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 178 Documents
Rumah Inkremental Melayu di Tepi Sungai Siak, Pekanbaru: Penerapan Struktur dan Material Berbasis Kemampuan Masyarakat di Area Banjir Imanuddin Imanuddin; Yulianto P. Prihatmaji
Tesa Arsitektur Vol 15, No 2 (2017)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v15i2.787

Abstract

ABSTRACT This paper propose a design approach of residential houses using incremental Malay house method, strat from core house and incrementally thrive some support spaces. Indonesia is an Austronesian culture countries, it can see that the river gives full support on Siak community life in Pekanbaru. Hence, it creates the river banks used for residential areas makes overcrowded, dirty and slums area. Guideline for Untidiness Level Identification shows that to solve this problem is to utilize the community's ability to meet the needs of residential house where the concept of incremental wither suitable for use. The house consists basic needs of the inhabitants: main bedroom, MCK, and living room. Supporting spaces such as additional room, porch, and a economic space can be added later in accordance with economic circumstances of occupant. House design using the stilts system using concrete tube foundation to prevent flooding due to their location on the banks of the Siak River. The house is also equipped with T Pikon-H as a sanitation system that can be applied in high water level areas. Keywords: River settlements, Flood responsive building, Malay house, Incremental method ABSTRAK Tulisan ini memaparkan pendekatan desain yang digunakan untuk merancang hunian rumah Melayu dengan menerapkan metode inkremental yang meliputi ruang rumah inti dan ruang penunjang. Pemanfaatkan sungai Siak sebagai penunjang kehidupan masyarakat Pekanbaru memperlihatkan pengaruh budaya Austronesia pada bangsa Indonesia. Tepian sungai menjadi tempat berkembangnya areal permukiman, sehingga kepadatan penduduk bertambah dan berdampak kekumuhan pada area bantaran sungai. Pedoman Indentifikasi Tingkat Kekumuhan (PU) menawarkan penyelesaian permasalahan ini dengan pendekatan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hunian. Rumah inti sebagai cikal hunian terinspirasi dari rumah Melayu, terdiri atas kebutuhan utama penghuni yaitu kamar tidur, MCK, dan ruang keluarga. Ruang inti direncanakan berkembang dengan mempertimbangkan metode inkremental pada rumah Melayu dengan penambahan ruang- ruang penunjang seperti kamar, serambi atau ruang tamu, dan tempat usaha sesuai dengan keadaan ekonomi penghuni. Rumah ini dirancang menggunakan sistem panggung dengan pertimbangan lokasi yang terletak pada tepi Sungai Siak dengan menggunakan pondasi buis beton untuk mengantisipasi banjir. Rumah juga dilengkapi dengan T Pikon-h sebagai sistem sanitasi yang dapat diterapkan pada wilayah dengan muka air tinggi seperti area tepian Sungai Siak. Kata Kunci: Permukiman sungai, Bangunan tanggap banjir, Rumah melayu, Metode inkremental
PENGURAIAN TANDA (DECODING) PADA RUMOH ACEH DENGAN PENDEKATAN SEMIOTIKA (Elaboration of Sign (Decoding) of Rumoh Aceh Using Semiotics Approach) Riza Aulia Putra; Agus Suharjono Ekomadyo
Tesa Arsitektur Vol 13, No 1 (2015)
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v13i1.354

Abstract

Rumoh Aceh is one of the artefacts from the cultural society. As a cultural artefact, rumoh Aceh can be read as a text that represented of a society tradition. There are messages that are contained in rumoh Aceh. The architecture of rumoh Aceh has been influenced by Islam as a majority religion in the society. To be able to know the message that attach in the architecture of rumoh Aceh, it is needed to elaborate the architectural components. Semiotics is one of method that can be used to read or disclose the message that contain in architectural object based on an existing signature or code (decoding). The process of elaboration of the sign using semiotic approach relies heavily on social agreements in a society where the object of architecture is located. The purpose of this article is to expose the messages attach in the architecture of rumohAceh as an efforts of transposition in order to appreciate and preserve the values of architecture of rumoh Aceh so that it can eventually be translated into new architectural forms in the present context.
STRATEGI REKAYASA BANGUNAN RUMAH TINGGAL DI PEGUNUNGAN BERSUHU DINGIN. KASUS DESA KAPENCAR WONOSOBO V.G. Sri Rejeki
Tesa Arsitektur Vol 15, No 1 (2017)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v15i1.719

Abstract

Indonesia memiliki beragam kondisi alam dikarenakan keberadaannya di daerah Tropis. Oleh karena kondisi ini di Indonesia memiliki berbagai strategi penyelesaian rumah tinggal, sesuai dengan kondisi alam tiap daerah, termasuk diantaranya kawasan pegunungan yang memiliki suhu dingin. Artikel ini merupakan hasil penelitian kualitatif yang dilakukan di desa lereng gunung bersuhu dingin, yang dilalukan di desa Kapencar. Melalui penelitian kualitatif diperoleh temuan berupa 1) Strategi penataan sesuai suhu, 2) Strategi penataan bangunan menyikapi angin dan kelembaban udara. Dari temuan ini, diharapkan dapat diambil sikap bahwa dalam perancangan/ penataan rumah tingal di pedesan lereng gunung, harus memperhatikan suhu, angin dan kelembaban.
PENGEMBANGAN MODEL DESAIN RUMAH RAMAH GEMPA 01 DESA JAYAPURA KECAMATAN CIGALONTANG KABUPATEN TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT ATAS DASAR INSPIRASI ARSITEKTUR TRADISIONAL SUNDA (Developing Models of the Earlhquake Resistant Housing Design Based on Tradition) Nuryanto -; Riskha Mardiana; Lilis Widaningsih
Tesa Arsitektur Vol 12, No 1 (2014)
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v12i1.95

Abstract

Desa Jayapura yang berada di Kecamatan Cigalontang Kabupaten Tasikmalaya-Jawa Barat merupakan salah satu desa yang sering diguncang gempa, terutama peristiwa gempa terbesar tahun 2009 dengan kekuatan 6.8 SR berpotensi Tsunami. Akibat peristiwa tersebut, banyak menimbulkan kerusakan bangunan, terutama rumah penduduk yang hancur, seperti pada dinding dan atapnya.Peristiwa gempa tersebut menjadi latar belakang dan masalah dilakukannya penelitian tentang pengembangan model desain rumah ramah gempa yang lokasinya di Desa Jayapura Kec. Cigalontang Kab. Tasikmalaya-Jawa Barat atas dasar Inspirasi Arsitektur Tradisional Sunda.Metode penelitian yang dipakai adalah deskriptif kualitatif.Arsitektur lokal yang menjadi studi banding yaitu Kampung Naga, Dukuh, dan Kuta.Fokus penelitian ini bukan pad a kekuatan struktur, tetapi pada arsitektur yaitu bentuk rumah panggung yang dapat dikembangkan menjadi model rumah ramah gempa.Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk rumah panggung dengan sistem kolong yang terdiri dari umpak, bilik, dan ijuk ternyata secara arsitektural dapat dikembangkan sebagai alternatif model desain rumah ramah gempa, karena tampilannya ringan dan elastis.Oisamping itu, bentuk atap yang unik seperti julang ngapak, badak heuay, jolopong, capit gunting, dan tagog anjing menambah bentuk rumah tersebut semakin indah. Kata kunci: Model desain, rumah ramah gempa, Arsitektur Tradisional Sunda
DAMPAK PEMBANGUNAN PERUMAHAN KAWASAN PINGGIRAN KOTA TERHADAP MASYARAKAT SETEMPAT, STUDI KASUS KECAMATAN GEDEBAGE, BANDUNG (Impact of Housing Development of Zone Suburbs Against the Local Community, Case Study: District Gedebage, Bandung) Arief Rahman
Tesa Arsitektur Vol 13, No 2 (2015)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v13i2.643

Abstract

The development of suburban areas occur because people are attracted by the new place of residence or employment, but socio-economically they are still oriented to the core city. Other phenomena of suburban developments, namely the restructuring of the core city functions as a result of the shift from a manufacturing center to a center of financial activities (finance), and services, while manufacturing activity has increasingly shifted to the edge of the area. The purpose of this study was to determine the socio-economic impacts of housing development outskirts of Bandung, District Gedebage on local communities. The research method used was a quantitative approach and equipped with qualitative data. The case study is a reseach that analyze one case conducted intensive, in-depth, detailed, and comprehensively. This study is a beginning, there is expected to further research with more samples so that the data is valid
SENSE OF PLACE KOTA BOGOR BERDASARKAN PERSEPSI PENDUDUK DI TIGA TIPOLOGI PERMUKIMAN (Sense of Place of Bogor city based on Community Perception in three typologies of Settlements) Agus Dharma Tohjiwa
Tesa Arsitektur Vol 13, No 1 (2015)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v13i1.359

Abstract

Bogor city has three typologies of settlements that are historical area, internal development area and commuting area. The purpose of this study is to describe the sense of place in the city of Bogor based on the perception of the resident living in those settlements. This research uses a survey method using questionnaire and field observations. Research variables using three components of sense of place which are physical attributes, activities, and conception. The result shows that the natural conditions and colonial heritage still has a major contribution in creating Bogors sense of place. Activity as a commuter from Bogor to Jakarta is the main activity characteristics in this city. Nevertheless, at the weekend most people spend time in their own city. Most resident has a conception that Bogor is a city of tourism and resort. This study shows that Bogor urban identity as historic city only supported by a physical artifact of the empire and colonial periods alone. Activities and perceptions of people living in Bogor unrelated or unsupport the formation of urban identity. To keep the sense of place of Bogor, at least there are two aspects which should be considered which are revitalizing the old city and the development of Transit Oriented Development.
Modifikasi Rumah Kolonial Untuk Usaha Mandiri Di Semarang Antonius Ardiyanto; Rudyanto Susilo; Valentinus Suroto; Hudi Prawoto
Tesa Arsitektur Vol 15, No 2 (2017)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v15i2.1216

Abstract

ABSTRACT Semarang city there are many residential buildings built in the colonial period. Colonial dwelling house is spread in various areas of Semarang city, such as in the residential area of Candi in the upper city. This area in the colonial period is an elite residential area with a fairly large building area of about 1000 m2 which is planned as a water absorption area for water reserves in the lower cities. Some colonial residential buildings today have been converted to function as a place of business such as café or restaurant. The transfer function of the residential building into a place of business is done by modifying the existing space adjusted for the space character for the type of business. The purpose of this study is to know how the modification of the colonial house, especially in the spatial in maximizing space as a place of independent business. The research was conducted by descriptive method, with the sample taken by purposive. The results showed that the modification of the colonial house to independent business is manifested in the change of function of the living room into a space of business which is adapted to the specificity of its business activity. In addition, the addition and alteration of building materials is used to emphasize the main functions of the business. While in general plan of building of main house stay tends not change. Keywords : colonial house, modification, independent bussiness ABSTRAK Kota Semarang terdapat banyak bangunan rumah tinggal yang dibangun pada masa kolonial. Rumah tinggal kolonial tersebut tersebar diberbagai wilayah kota Semarang, diantaranya di kawasan permukiman Candi di kota atas. Kawasan ini pada masa kolonial merupakan kawasan permukiman elit dengan lahan bangunan yang cukup luas sekitar 1000 m2 yang direncanakan sebagai daerah peresapan air untuk cadangan air di kota bawah. Beberapa bangunan rumah tinggal kolonial saat ini telah dialih fungsikan sebagai tempat usaha seperti café atau restoran. Alih fungsi bangunan rumah tinggal menjadi tempat usaha dilakukan dengan memodifikasi ruang yang ada disesuaikan untuk karakter ruang untuk jenis usahanya. Tujuan dari studi ini adalah mengetahui bagaimana bentuk modifikasi rumah kolonial khususnya dalam tata ruang dalalamnya dalam memaksimalkan ruang sebagai tempat usaha mandiri. Penelitian dilakukan dengan metoda deskriptif, dengan sampel diambil secara purposive. Hasil penelitian menunjukan bahwa modifikasi rumah kolonial untuk usaha mandiri diwujudkan dalam perubahan fungsi ruang – ruang tempat tinggal menjadi ruang tempat usaha yang disesuaikan dengan kekhususan kegitan usahanya. Selain itu, penambahan dan perubahan material bangunan digunakan untuk memberi penekanan pada fungsi utama pada kegiatan usaha tersebut. Sedangkan secara umum denah bangunan rumah tinggal utama cenderung tidak berubah. Kata Kunci : Kolonial, Usaha, Modifikasi
EVALUASI RUMAH INTI TUMBUH PERUMNAS BERDASAR KECENDERUNGAN TRANSFORMASI DESAIN (The Evaluation of Public Housing Growing Unit based on Design Transformation Tendency) Silfia Mona Aryani; Iik Endang Siti Wahyuningsih; Mulyadi Mulyadi
Tesa Arsitektur Vol 14, No 2 (2016)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v14i2.668

Abstract

Untuk memenuhi kebutuhan akan unit rumah, pemerintah menyediakan rumah awal yang terjangkau dan dikenal dengan Rumah Inti Tumbuh (RIT). Rumah awal tersebut direncanakan untuk dikembangkan sesuai dengan perkembangan kebutuhan spasial dan perbaikan tingkat ekonomi pemiliknya. Penelitian telah dilakukan untuk menemukan modifikasi desain sejak awal penghunian hingga kondisi saat ini. Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan transformasi yang diasumsikan sebagai penyesuaian arsitektural dari desain massal unit perumahan. Pemahaman akan tendensi yang terjadi diharapkan dapat menjadi pertimbangan rekomendasi bagaimana desain RIT di masa yang akan datang, Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif. Sampel yang terpilih adalah keluarga yang sudah menghuni rumah tersebut sebagai penghuni pertama. Dari 210 pemilik unit yang diwawancarai, terdapat 50 responden yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan Data digali dengan wawancara, observasi lapangan dan kategorisasi kesamaan. Dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat ruangan-ruangan yang cenderung ditambahkan diperluas, ditata ulang penempatannya dalam desain rumah tinggal dan yang dipertahankan tanpa perubahan sedikit pun. Kata kunci: desain perumahan, penyesuaian, rekomendasi, desain awal
STRUKTUR RUANG PERMUKIMAN SUKU ATONI BERBASI BUDAYA, STUDI KASUS: KAMPUNG ADAT TAMKESI, KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA (Culturally Based Living Space Structure of Antoni People Case Study of Tamkesi Indigenous Village of North Central Timor District) Amandus Jong Tallo
Tesa Arsitektur Vol 11, No 1 (2013)
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v11i1.221

Abstract

ABSTRACT Since the olden days the culture of settling was realized as one of the important heritages handed down from generation to generation. In a society that firmly upheld their culture, such as Balinese, the settlement structure was determined by the cosmic system. It was concretized by the existence of the mountain as the orientation of a sacred space and the ocean as the orientation profane space. In Yogyakarla the settlement structure was determined by a person's life cycle that was described by South Ocean to Mount Merapi. One of the philosophies in determining a spatial structure was based on kinship system and sex. Atoni people arranged their settlement space based on kinship in which the spatial organization of was formed on the basis of gender or sexual difference. Atoni's settling culture could be recognized by spatial symbolism that was strongly associated with sexual dichotomy. Each cardinal direction that was associated with only one sex was not always consistent because the head of the community was called "man-woman". He was indeed a real man but he also did women's jobs. A house was specifically placed with that particular direction that was directly linked to the holding of the ceremony of the building construction. This study explained about settling space construction that was based on the culture of A toni tribe. Keywords: spatial structure, culture, Atoni. ABSTRAK Sejak dahulu dapat disadari bahwa budaya bermukim adalah salah satu warisan penting yang diturunkan secara turun-temurun. Dalam masyarakat yang memegang teguh budaya, misalnya di Bali, struktur permukiman ditentukan oleh sistem kosmis yang diwujudkan melalui gunung sebagai orientasi ruang yang sakral, dan laut sebagai orientasi ruang yang profane Pada masyarakat Jogja, struktur permukiman ditentukan oleh sirklus hidup seseorang yang digambarkan melalui laut selatan hingga gunung Merapi. Salah satu filosofi dalam mementukan struktur ruang adalah sistem kekerabatan dan jenis kelamin. Masyarakat suku Aton; juga menata ruang permukiman berdasarkan hubungan kekerabatan, dimana organisasi ruang terbentuk atas dasar jenis kelamin. Budaya bermukim orang Atoni dapat dikenal dari simbolisme spasialnya, yang sangat terkait dengan diktonomi jenis kelamin. Setiap arah kardinal dikaitkan dengan satu jenis kelamin tidak selalu sejalan, karena kepala suku disebut npria-wanita" yang memang seorang pria, tetapi melakukan pekerjaan wanita. Rumah secara khusus diletakan dengan aturan arah khusus yang langsung dikaitkan dengan penyelenggaraan upacara dalam pend irian bangunan. Melaui kajian ini dapat dilihat adanya pembentukan ruang permukiman berbasis budaya Suku Atoni. Kata Kunci: struktur ruang, budaya, Atoni.
KAMPUNG VERTIKAL DI MANGGARAI, JAKARTA SELATAN BERBASIS KONSEP ARSITEKTUR FLEKSIBEL (Vertical Kampung in Manggarai, South Jakarta Based on Flexible Architectural Concepts) Yulianto P. Prihatmaji; Dini Agumsari
Tesa Arsitektur Vol 14, No 1 (2016)
Publisher : Unika Soegijapranata Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/tesa.v14i1.742

Abstract

Population density is a phenomenon that occurs today in Jakarta. Visible from many slums located on marginal land. The problem of limited land in the settlement make residents should save space efficiently. In a case study of Kampung Manggarai South Jakarta, vertical housing planning based on flexible architectural concepts become solution to these problems. In addressing the problem of limited land, the theory by Carmona, et al in temporal dimension and Toekio in the concept of flexibility space, be a reference to solve the problems. Among them, continuity and stability on which the building must be sustainable and able adapt to their environment; expandability and implemented over time, that the building should be able to adapt to the needs of residents in a long time. Convertibility means buildings remain subject to change without massively overhauled. Versatility and time cycle and management which space activities are shown dynamically, as the user routine. Continuity and stability are applied to the orientation of the building mass, according to the site conditions through sustainable. A modular structure which allows the internal expansion and separation of space, adapting from concept expandability and implemented over time. Convertibility applied on the recommendation of the facade design, with non-permanent material. As well as the versatility and the time cycle and management embodied in the design of multi-functional furniture and dynamic space layout corresponding to routines occupants. Keywords: vertical housing, architectural flexibility, kampung culture Kepadatan penduduk merupakan fenomena yang terjadi saat ini di Kota Jakarta. Terlihat dari banyaknya permukiman kumuh yang berdiri di atas lahan marjinal. Permasalahan keterbatasan lahan pada permukiman membuat warga harus menghemat ruang secara efisien. Pada studi kasus di Manggarai Pasar, Jakarta Selatan perencanaan kampung vertikal dengan konsep arsitektur fleksibel dapat menjadi solusi permasalahan tersebut. Teori oleh Carmona, et al dalam temporal dimension dan Toekio dalam konsep fleksibilitas ruang menjadi acuan dalam mendesain. Diantaranya continuity and stability dimana bangunan harus dapat berkelanjutan dan mampu beradaptasi dengan lingkungannya; expandibility dan implemented over time yaitu bangunan harus dapat menyesuaikan kebutuhan penghuni dalam kurun waktu yang lama. Covertibility yaitu bangunan tetap dapat berubah tanpa harus dirombak secara besar-besaran. Serta Versatility dan time cycle and time management dimana aktivitas ruang diperlihatkan secara dinamis, sesuai rutinitas pengguna. Continuity and stability diterapkan pada orientasi massa bangunan, sesuai dengan kondisi site sehingga berkelanjutan. Struktur modular yang memungkinkan ekspansi internal dan pemisahan ruang, mengadaptasi dari konsep expandibility dan implemented over time. Convertibility terdapat pada rekomendasi desain fasad, dengan material non permanen. Serta versatility dan time cycle and management diwujudkan dalam desain furnitur multifungsi dan layout ruang yang terus berganti sesuai rutinitas penghuni. Kata Kunci: hunian vertikal, fleksibilitas arsitektur, budaya kampung

Page 6 of 18 | Total Record : 178