cover
Contact Name
Saiful Mustofa
Contact Email
sayfulmuztofa@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
sayfulmuztofa@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. tulungagung,
Jawa timur
INDONESIA
Episteme: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman
ISSN : 19077491     EISSN : 25023705     DOI : -
Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman merupakan jurnal akademik multidisipliner yang diterbitkan oleh Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung. Epistemé terbit dua nomor setiap tahunnya, pada bulan Juni dan Desember. Artikel yang diterbitkan meliputi kajian Islam yang ditinjau dari berbagai perspektif, mulai dari komunikasi, antropologi, pendidikan, ekonomi, sosiologi, filologi, pendidikan, filsafat dan lain sebagainya. Jurnal ini didedikasikan kepada akademisi, dan pemerhati bidang kajian studi Islam. Artikel yang diterbitkan harus berupa karya orisinal dan tidak harus sejalan dengan pandangan redaksi.
Arjuna Subject : -
Articles 342 Documents
CORAK DAN METODE TAFSIR BINT AL-SHATI’: Studi atas al-Tafsir al-Bayaniy li al-Qur’an al-Karim W Wahyuddin
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 9 No 1 (2014)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2014.9.1.117-138

Abstract

Artikel ini menyoal corak dan metode interpretasi Bint al-Shati’ dengan menelaah kitab tafsirnya al-Tafsir al-Baya>niy li al-Qur’an al-Kari>m. Penulis menemukan bahwa metode yang diterapkan oleh Bint al-Shati’ bercorak sastra (literary exegesis) yang didesain menjadi interpretasi inter-teks al-Qur’an dan secara metodologis dapat dikategorikan modern. Metode tersebut menggunakan pendekatan tematik (mawu‘i) dalam menafsirkan al-Qur’an dan menekankan perlunya interpretasi filologi berdasar pada kronologis teks dan penggunaan semantik bahasa Arab. Pendekatan tematik ini lahir sebagai respon terhadap metode penafsiran klasik yang oleh pakar al-Qur’an kontemporer dinilai parsial dan atomistik. This article discusses methods Qur’anic exegete developed by Bint al-Shati’ as mentioned in her al-Tafsir al-Baya>niy li al-Qur’an al-Kari>m. It argues that the method adopted by Bint al-Shati’ is literature patterned (literary exegesis) which design to be inter-text interpretation of the Qur’an and metodologically can be modern considered. The method use a thematic approach (mawu’i) in interpreting the Qur’an and stressed the need for interpretation of chronological philology based on text and using of Arabic language semantics. This thematic approach was born as a respone to the classical method of interpreation which by the Qur’anic contemporary expert assessed partial and atomistic.
ANTISINONIMITAS TAFSIR SUFI KONTEMPORER Waryani Fajar Riyanto
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 9 No 1 (2014)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2014.9.1.139-154

Abstract

Artikel ini menjelaskan tentang perbedaan-perbedaan istilah (furuq lugawiyyah) sufistik dalam al-Qur’an dengan pendekatan antisinonimitas (diddu taraduf). Misalnya, antara istilah taubah dan inabah, antara jasad dan badan dan seterusnya. Belum ada yang melakukan kajian seperti ini, sehingga kajian ini sangatlah penting untuk menghindari kerancuan pemahaman terhadap konsep-konsep dasar sufistik dalam al-Qur’an. Sebab, antara satu kata dengan kata yang lain dalam al-Qur’an tidak memiliki sinonimitas makna (taraduf), tetapi yang ada adalah kedekatan makna. Kajian ini kemudian hanya difokuskan pada istilah-istilah sufistiknya saja. Hasil akhir yang diharapkan adalah munculnya sebuah Ensiklopedi Sufi semacam al-Furuq al-Lugawiyyah as-Sufiyyah al-Qur’aniyyah. This article describe differences of mystical term (furuq lugawiyyah) in the Qur’an with unsynonymity approach (diddu taraduf). For example, between taubah and ina>bah, the body and organ, and so on. No one has done studies like it, so this is importent study for avoid confusion of the basic concepts of mystical in the Qur’an. Because, between one word with else hasn’t synonymity meaning (taraduf), but there is a closeness meaning. Then, this study just focused on mystical terms. The final results expected is appeared the Encyclopaedia of Sufism like al-Furuq al-Lugawiyyah as-Sufiyyah al-Qur’aniyyah.
KONFLIK TEOLOGIS DAN KEKERASAN AGAMA DALAM KACAMATA TAFSIR AL-QUR’AN Abdul Mustaqim
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 9 No 1 (2014)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2014.9.1.155-176

Abstract

Fenomena konflik dalam sejarah manusia telah terjadi seperti yang dijelaskan dalam al-Qur’an. Selama masih ada masyarakat, konflk, bahkan yang menjurus pada kekekerasan tak akan sirna sehingga ada perang atau pertempuran (al-qital atau al-harb). Umumnya, konflik yang terjadi di masyarakat disebabkan oleh setidaknya tiga faktor: etnis (qabilah), teologi (akidah) dan ekonomi (ghanimah). Artikel ini bertujuan untuk membahas tentang konflik teologis dan kekekrasan dalam perspektif al-Qur’an. Dengan menggunakan metode tematik, penulis menyimpulkan bahwa al-Qur’an mengakui adanya beberapa konflik. Al-Qur’an juga mengakui konflik sebagai condicio sine quo non–untuk terus survival for the fittest–yang diwakili oleh istilah al-khasm atau al-mukhashamah, (QS al-Zumar: 31) ikhtilaf (QS Ali Imran [3]: 103, 105) dan tanazu ‘(QS al-Nisa’ [4]: 59). Namun pada saat yang sama, al-Qur’an juga menyarankan untuk membuat resolusi konflik. Sehingga harmoni sosial dalam masyarakat multikultural akan tercapai dengan baik. The conflict phenomena in the history of human being have been happened as described in the Qur’an. As long as there is a society, there is a conflict and sometime it leads to violence, so that there are wars or battle (al-qital or al-harb). Generally, the conflict happened in the society caused by at least three factors: ethnicity (qabilah), theology (aqidah) and economy (ghanimah). The purpose of this article is discuss about the theological conflict and violence in Qur’anic perspective. By using it, the writer conclude that the Qur’an recognizes there are some conflicts. The Qur’an also acknowledges the conflict as condicio sine quo non–to keep on the survival for the fittest–as represented by the terms al-khasm or al-mukhashamah, (Q.S. al-Zumar: 31) ikhtilaf (Q.S. Ali Imran [3]: 103, 105), and tanazu’ (Q.S. al-Nisa’[4]: 59). But at the same time, the Qur’an suggests to make conflict resolution too. Thus, the social harmony will be achieved well in the multicultural societies.
ETIKA BERKOMUNIKASI: Kajian Tematik Term Qaul dalam al-Qur’an Abad Badruzaman
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 9 No 1 (2014)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2014.9.1.177-204

Abstract

Sebagai pedoman hidup umat Muslim, al-Qur`an dipercaya mengandung ajaran dasar bagi segenap aktivitas para pemeluknya. Al-Qur`an diyakini bukan hanya berisi ajaran tentang hubungan manusia dengan Tuhannya, tapi juga mengandung aturan tentang hubungan manusia dengan semesta serta dengan sesamanya. Tulisan ini akan mengintrodusir beberapa etika yang harus diindahkan setiap orang dalam berhubungan lewat komunikasi dengan sesamanya. Tulisan difokuskan pada penelusuran term qaul beserta yang mendahului dan atau mengiringinya dalam al-Qur`an. Dengan demikian, secara metode tulisan ini bersifat tematik. Yakni menjadikan term qaul dalam al-Qur`an—dengan berbagai konteks awalnya—sebagai tema kajian, kemudian disarikan nilai-nilai universalnya untuk dijadikan landasan normatif dalam berkomunikasi antar sesama. As a way of Moslems life, Qur’an is believed to contain the basic teaching for all activities of the adherents. Qur`an is believed to not only contain the doctrine of man relationship with God, but also contains rules about the human relationship with the universe and with each other. This study will introduce some of the ethics that should be ignored everyone in touch with each other through communication. This study focused on searching of qaul term and that precede or accompany in the Qur`an. Thus, in metodologically, this study is thematically. Which make qaul term in Qur`an initially-with a variety of contexts-as a theme study, then abstracted universal values to be used as a normative foundation in communication between each other.
KONSEP M. FETHULLAH GULEN TENTANG HERMENEUTIKA PERADABAN ISLAM KOSMOPOLITAN Imam Maksum
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 9 No 1 (2014)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2014.9.1.205-222

Abstract

Tulisan ini coba melihat Konsep M. Fethullah Gulen tentang hermeneutika peradaban Islam kosmopolitan. Menurutnya bahwa pluralitas merupakan realitas yang niscaya, dalam bentuk apa dan di mana kita berada. Konsekuensinya, muncul berbagai konflik, ketidakadilan, penjajahan termasuk konflik antaragama. Untuk itu, berarti sikap inklusivisme itu pun menjadi suatu keniscayaan yang pada gilirannya membuat dialog menjadi niscaya pula. Dialog antaragama menjadi sarana terpenting untuk tidak hanya menumbuhkan saling menghormati, pengertian dan saling memahami antarumat beragama (toleransi). This article discusses thought of contemporary Turkish scholar, M. Fethullah Gulen. It focuses on his idea on Islamic cosmopolitanism. Throughout his writing, Gulen argues that plurality is an unavoidable fact in every place in this wordly life. Conflict due to diversity comes along. In some cases, conflict leads to the emergence of brutalism and anarchy. To answer these problems, he offers inclusivism by which dialogue could be possibly carried out, particulary among religious observant. Dialogue is a wise method to respect and understand one to another and to maintain tolerance.
HISTORITAS HADIS DALAM KACAMATA M. MUSTAFA AZAMI Ahmad Isnaeni
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 9 No 2 (2014)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2014.9.2.233-248

Abstract

Problematika kesejarahan hadis masih tetap menjadi isu utama dalam pengkajian hadis modern. Urgensitas pengkajian historisitas hadis akan mengungkap sejauhmana keotentikan hadis dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Berbagai pandangan yang ada dan berkembang dewasa ini perlu mendapat tanggapan serius, sebab di dalamnya ada pandangan yang tidak sesuai secara fakta historis-empiris. Problem utama tulisan ini menyangkut sejauhmana argumentasi pemikiran kesejarahan hadis benar-benar dapat diterima secara ilmiah. Sementara pendekatan yang dipakai lebih bersifat historis, dengan mengacu pada model sejarah pemikiran. Azami mencoba memberikan kritik dan pelurusan atas beberapa pandangan yang mencoba mendistorsi kesejarahan hadis. Bukan hanya kalangan orientalis semata yang mendapat kritik dari Azami, termasuk ulama sekaliber al-Asqalani dan al-Baghdadi juga mendapat sorotan. Ungkapan kodifikasi hadis seringkali diasumsikan semua proses penulisan hadis sejak masa awal. Sementara dalam lintasan sejarah kodifikasi hadis baru ada masa az-Zuhri. Azami menjelaskan bahwa penulisan (kitabah) hadis berbeda dengan kodifikasi (tadwin) hadis. The most interesting modern hadith study nowdays is historical problem of hadith. Because it will verify original or genuine hadith truely and scientifically. Many though must be respondsed seriously, nevertheless, it could not have based on the contex historically and empirically. Because some of distortion in historical hadith, Azami gives critical thought not only to orientalist thought but also to the popular scholar Asqalani and Albagdadi. In Azami’s thought differenciated between kitabah of hadith and tadwin of hadith.
RAGAM PENGEMBANGAN PEMIKIRAN TASAWUF DI INDONESIA Mujamil Qomar
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 9 No 2 (2014)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2014.9.2.249-284

Abstract

Ada kontroversi pemikiran di kalangan pengamat tentang tasawuf. Sebagian mereka mengkritik secara tajam terhadap tasawuf sebagai salah satu faktor penyebab kemunduran dunia Islam lantaran menyebabkan sikap pasrah, acuh tak acuh dan pasif terhadap kehidupan duniawi. Namun pada bagian lain, justru muncul penilaian sebaliknya. Tasawuf memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar pada kebangunan umat Islam dan kemajuannya. Maka masalahnya terletak pada potensi tasawuf dalam kehidupan umat Islam. Masalah ini selanjutnya difokuskan pada kreativitas pemikir-pemikir Islam Indonesia dalam mengembangkan tasawuf. Lalu diajukan rumusan masalah (pertanyaan penelitian): bagaimanakah kreativitas pemikir-pemikir Islam Indonesia dalam mengembangkan ilmu tasawuf mulai 1980 hingga sekarang (2014)? Untuk menjawab pertanyaan penelitian ini, peneliti mengumpulkan data melalui metode dokumentasi (studi teks/telaah pustaka). Kemudian setelah data-data terkumpul, dianalisis melalui analisis isi (content analysis) dan analisis kritis (critical analysis). Penelitian ini menghasilkan delapan macam tawaran pengembangan tasawuf, yaitu tasawuf sosial, tasawuf positif, tasawuf perkotaan, tasawuf falsafi, tasawuf irfani, tasawuf kontekstual, tasawuf Jawa dan tasawuf Muhammadiyah. Tasawuf terakhir ini memancing perhatian sebab sebagai kalangan modernis, Muhammadiyah dahulu senantiasa menyerang tasawuf sekaligus menawarkan tajdid dan ijtihad. Melalui tasawuf Muhammadiyah ini, berarti terjadi pergeseran sikap Muhammadiyah dalam menghadapi tasawuf sehingga tampak lebih ramah. There is a controvertial thought in Sufism. Some critical thought said that Sufism can cause Islam will have’nt progress. But in other side, Sufism has great contribution to develop and strengthen Islam. So, this problem is focused a the creativeness of Moslem scholars to support the Sufism grows well. The research problem is how did the Islamic thinkers of Indonesia develop Sufism science from 1980 until now (2014). The researcher used documentation (library study) to collect the data, then analized through content analysis and critical analysis. The researcher finding are: Social Sufism, Positive Sufism, Philosophycal Sufism, Irfani Sufism, Contextual Sufism, Javanese Sufism and Muhammadiyah Sufism.
TOLERANSI BERAGAMA DALAM PRAKTIK SOSIAL: Studi Kasus Hubungan Mayoritas dan Minoritas Agama di Kabupaten Buleleng Cahyo Pamungkas
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 9 No 2 (2014)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2014.9.2.285-316

Abstract

Selama ini Indonesia dilaporkan oleh pusat penelitian keagamaan maupun organisasi perlindungan hak asasi manusia sebagai negara yang masih belum menjamin perlindungan hak-hak asasi manusia terutama dalam kebebasan beragama. Fenomena yang sering disoroti adalah masalah penutupan gereja yang dilakukan oleh komunitas Muslim Sunni. Paper ini mencoba untuk mendeskripsikan hubungan Mayoritas Hindu dan komunitas agama minoritas di Kabupaten Buleleng terkait dengan pendirian tempat ibadah. Temuan lapangan menunjukkan bahwa dalam banyak kasus, kelompok minortas Islam dan Kristen mengalami kesulitan ketika ingin mendirikan tempat ibadah meskipun persyaratan administrasi telah dipenuhi. Hal tersebut disebabkan karena Pemerintah Daerah menetapkan sejumlah kebijakan untuk melindungi identitas dan tradisi Hindu yang merupakan identitas utama orang Bali. Indonesia is frequently reported research centers of religious and international human rights organizations as a country that less in the protection of human rights, especially religious freedom. The phenomenon that is often highlighted is church closings by Sunni Moslem community in several areas such as Bogor, Bekasi and Aceh. This paper is addressed to describe the relationship of Hindu majority and minority religious communities in Buleleng associated with the establishment of places of worship. Field findings indicate that Moslems and Christians in Buleleng find difficulties when they want to establish a place of worship although several administrative requirements have been fullfilled. This is due to local government set a number of policies to protect the identity and traditions of Hinduism which the primary identity of the Balinese.
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM STUDI PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM FAZLUR RAHMAN Z Zaprulkhan
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 9 No 2 (2014)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2014.9.2.317-346

Abstract

Fazlur Rahman merupakan intelektual Islam yang memiliki pengaruh besar terhadap pemikiran Islam kontemporer. Salah satu pemikirannya yang penting adalah tentang pendidikan Islam. Menurutnya, untuk melahirkan ilmuwan yang integratif maka sistem pendidikan yang dibangun juga harus bercorak sistemik-integratif. Corak pendidikan yang semacam ini sesuai dengan tujuan pendidikan Islam, yaitu mengembangkan manusia sedemikian rupa sehingga semua pengetahuan yang diperolehnya akan menjadi organ pada keseluruhan pribadi yang kreatif. Pribadi semacam ini memungkinkan untuk memberdayakan sumber-sumber alam guna kebaikan umat manusia dan untuk menciptakan keadilan, kemajuan dan keteraturan dunia. Pemikiran Fazlur Rahman secara intrinsik yang berkaitan dengan pendidikan Islam adalah; (1) desakralisasi produk-produk pemikiran ulama klasik; (2) pembaruan metode pendidikan Islam dengan metode memahami dan menganalisis; (3) mengikis dualisme sistem pendidikan Islam; (4) menyadari pentingnya bahasa; (5) membangkitkan ideologi umat Islam tentang pentingnya menuntut ilmu dalam makna yang seluas-luasnya; dan (6) menyajikan ilmu sosial dan filsafat di dunia Islam. Fazlur Rahman is an Islamic intellectual who had a major influence on contemporary Islamic thought. One of the important thinking is about Islamic education. According to him, to create integrative scientist who developed education system must also be patterned systemic-integrative. The typological of this education in accordance with Islamic educational purposes, namely to develop human such that all knowledge gained will be part of the creative individual. This personal, allows to empowerment natural resources for the good of mankind and to create justice, progress and order of the world. Intrinsically, the Fazlur Rahman thought related to Islamic education is; (1) the desecration products thought classical scholars; (2) reform of Islamic education method with a method to understand and analyze; (3) eroding the dualism of the Islamic education system; (4) recognize the importance of language; (5) raise the Moslems ideology about importance of seeking knowledge in the broadest sense; and (6) presents the social sciences and philosophy in the Islamic World.
JALAN MENUJU TUHAN DALAM PEMIKIRAN KIAI JAWA: Telaah Ajaran Gus Miek Muhammad Muhibuddin
Epistemé: Jurnal Pengembangan Ilmu Keislaman Vol 9 No 2 (2014)
Publisher : IAIN Tulungagung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21274/epis.2014.9.2.347-376

Abstract

K.H. Hamim Jazuli—akrab dipanggil Gus Miek—adalah ulama Jawa yang cukup terkenal. Pendiri amalan zikir dan dan wirid Dzikrul Ghafilin dan Jantiko Mantab ini memiliki pemikiran yang menarik di bidang tasawuf. Menurut Gus Miek, ada jalan yang bisa mengantarkan seorang hamba menuju Allah. Jalan itu disebutnya sebagai mlaku dalan terabas (berjalan melalui jalan pintas). Jalan ini dapat ditempuh melalui ibadah secara individual atau dengan mendekati para wali (kekasih Allah). Tujuan akhir dari jalan terabas ini adalah masuk surga yang berarti mendapatkan kesuksesan akhirat. Jalan mewujudkannya adalah dengan Dzikrul Ghafilin. Maka artikel ini akan mengulas sisi spiritualiatas Gus Miek sebagai seorang salik yang selama ini dianggap unik, penuh dengan hikmah dan keteladanan. K.H. Hamim Jazuli or Gus Miek is the most popular ulama in Java. The founder of Dzikrul Ghafilin and Jantiko Mantab has interesting thought in Sufism. In Gus Miek’s opinion, there is a road path for human beings to pray to Allah in order to be near with Allah. Namely, is walking to the alternative path. It is aimed to the paradise or getting succesfullness in hereafter. The path is by Dzikrul Ghafilin. Then this article will review Gus Miek spirituality as a salik which have been considered unique, full of wisdom and exemplary.