cover
Contact Name
Aqil Luthfan
Contact Email
walisongo@walisongo.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
aqilluthfan@walisongo.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan
ISSN : 08527172     EISSN : 2461064X     DOI : -
Core Subject : Humanities, Social,
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan is an international social religious research journal, focuses on social sciences, religious studies, and local wisdom. It is intended to communicate original research and current issues on the subject. The subject covers literary and field studies with various perspectives i.e. philosophy, culture, history, education, law, art, theology, sufism, ecology and much more.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue " Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama" : 10 Documents clear
PERTEMANAN SEBAYA SEBAGAI ARENA PENDIDIKAN DERADIKALISASI AGAMA Yusar, Yusar
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.1.229

Abstract

This article was an endeavor to describe the arena of the education which aim to de-radicalization, specially among the youth with their peer group. In many cases, the youth is the main target of the radicalism and they were often exploited for the radical movement. In previous researches, the concept of the peer group are rarely considered. Data collected based on several observations in the exper­iments with the artificial scene of daily life. The youth found their way to show their awareness on the religious radical movement. In some empirical inves­ti­gations, this article might offers the theoretical framework of peers that may be constructed to study the de-radicalization of religious movement. In the peer life, it was built the force to control the members not to join the radical movement. This article may provide a new approach in terms of  education for de-radicalization of religious movement.***Artikel ini merupakan upaya untuk menggambarkan arena pendidikan yang ber­tujuan untuk deradikalisasi, khususnya di antara kaum muda dengan kelompok sebaya mereka. Dalam banyak kasus, pemuda adalah sasaran utama radikalisme dan mereka sering dilakukan untuk gerakan radikal. Dalam penelitian se­belum­nya, konsep dari kelompok sebaya jarang dipertimbangkan. Data dikumpulkan ber­dasarkan beberapa pengamatan dalam eksperimen dalam adegan buatan kehidupan sehari-hari. Pemuda menemukan jalan mereka untuk memberikan tanda kesadaran gerakan radikal agama. Pada beberapa penyelidikan empiris, artikel ini dapat menawarkan kerangka teoritis teman sebaya yang mungkin dibangun untuk mempelajari deradikalisasi gerakan keagamaan. Dalam ke­hidup­an teman sebaya, dibangun kekuatan untuk mengendalikan anggota untuk tidak bergabung dengan gerakan radikal. Artikel ini dapat memberikan pen­dekatan baru dalam pendidikan istilah untuk deradikalisasi gerakan keagamaan.
PESANTREN DAN UPAYA DERADIKALISASI AGAMA Mukodi, Mukodi
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.1.224

Abstract

The de-radicalization of Islam in Tremas Islamic boarding school was found to have its continuing momentums from generation to generation. Through cultural practices as: scientific culture, religious culture, social culture, and political culture the seeds of such de-radicalization were disseminated. However, the dynamic fluctuation of extremism both transnationally and internationally became a specific challenge. Furthermore, the massive development of Information and Com­muni­cation Technology (ICT) significantly impacted on the mindset of Tremas boarding school community. Applying qualitative approach and pheno­meno­logical method, this article revealed how the religious de-radicalization in Tremas boarding school was knitted and framed in the practices of daily culture. Such practices were carried out in order to make Islamic generations may wisely behave and act. Moreover, Islam might ocupy as it should be, namely Islam as raḥmatan li ’l-‘ālamīn, love peace, promoting love and affection, as well as non-violence.***Deradikalisasi agama Islam di Pondok Tremas dari generasi ke generasi se­nantiasa menemukan momentum. Melalui praktik budaya Pondok Tremas yang meliputi: budaya keilmuan, budaya keagamaan, budaya sosial dan budaya politik benih-benih deradikalisasi agama Islam disemaikan. Namun demikian, pasang surut paham ekstremisme yang berkembang di transnasional, dan inter­nasional menjadi tantangan tersendiri. Apalagi masifnya perkembangan media teknologi dan informatika berekses secara signifikan pada pola pikir warga Pondok Tremas. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dan metode fenomenologi, artikel ini menjelaskan bagaimana deradikalisasi agama di Pondok Tremas dirajut, dan dibingkai dalam praktik-praktik budaya keseharian. Hal itu, dilakukan agar generasi Islam dapat bijak dalam bersikap dan bertindak. Lebih dari itu, agar agama Islam dapat menempati area yang semestinya, yakni agama raḥmatan li ’l-‘ālamīn, tanpa kekerasan, cinta perdamaian, dan mengedepankan cinta kasih.
DISKURSUS DERADIKALISASI AGAMA: POLA RESISTENSI PESANTREN TERHADAP GERAKAN RADIKAL Muhammad, Hasyim; Anwar, Khoirul; Elizabeth, Misbah Zulfa
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.1.230

Abstract

Pesantren had a specific perspective related to religious radicalism and violence. The purpose of this study is to uncover the discourse of radicalism and de-radicalization in Pesantren Soko Tunggal Semarang. Applying the qualitative research, it was revealed that Pesantren Soko Tunggal against all forms of violence in the name of religion. According to Pesantren Soko Tunggal radical movements in the name of religion is a form of misunderstanding of the religion. Islamic radicalism is generally based on the Wahhabi’s understanding, so that attitudes and behavior are influenced by the teachings of Wahhabi. In the view of Wahabism heresy in religion is a form of desecration and denial that must be fought. Pesantren assumed that Pancasila and UUD 1945 is a form of actual enforcement of Islamic law due to Pesantren Soko Tunggal kept to preserve the values of moderatism and develop a peaceful multicultural life.***Pesantren memiliki perspektif tersendiri terhadap radikalisme agama dan ke­kerasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap wacana radikalisme dan deradikalisasi di Pesantren Soko Tunggal Semarang. Dengan menggunakan pen­dekatan kualitatif penelitian menunjukkan bahwa Pesantren Soko Tunggal me­nentang segala bentuk kekerasan atas nama agama. Dalam pandangan Pe­santren Soko Tunggal bahwa gerakan radikal atas nama agama merupakan bentuk ke­salah­­pahaman agama. Islam radikal umumnya didasarkan pada pe­mahaman Wahabi, sehingga sikap dan perilaku dipengaruhi oleh Wahabi. Menurut Wahabi, bid'ah dalam agama adalah bentuk penodaan dan penolakan yang harus diperangi. Pesantren menganggap bahwa Pancasila dan UUD 1945 merupakan bentuk penegakan hukum Islam yang aktual. Karena di Pesantren Soko Tunggal ini ingin mempertahankan nilai-nilai moderatisme dan me­ngembang­kan kehidupan multi­kultural yang damai.
MEMBACA GERAKAN ISLAM RADIKAL DAN DERADIKALISASI GERAKAN ISLAM Ahyar, Muzayyin
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.1.220

Abstract

This study focussed on many radical Islamic movements in Solo as the objects of research, especially the Islamic movements oftenly called as Tim Hisbah. Applying the approach of political sociology, this research will capture that phenomenons of religious radicalism are not merely problem of religious ideology, but also socio-political problem. Frammed by the social theories such as the theory of identity and social movements, included political opportunity structure, framing process, and the mobilizing structure this study showed that radicalism is an effort to establish identity by utilizing mass network (Muslim), mobilization, framing process, and advantaging political opportunities (democratic nature). In addition to relate to religious de-radicalization in Indonesia, this research argued that Islamic radicalism is not only a religious phenomenon that must be solved solely by de-radicalization of Islamic thought and ideology, but also a phenomenon that can be discussed by other sciences such as social, political and economic sciences.***Penelitian ini mengangkat gerakan Islam di Solo sebagai objek kajian, khususnya pada gerakan yang sering disebut Tim Hisbah. Dengan menggunakan pendekatan sosiologi politik, penelitian ini berusaha menangkap fenomena radikalisme agama bukan sepenuhnya gejala ideologi keagamaan, namun juga sebagai gejala sosial-politik. Penelitian ini akan dipandu oleh teori-teori sosial seperti teori identitas dan gerakan sosial meliputi kesempatan politik (political opportunity structure), struktur pembingkaian (framing process), dan struktur mobilisasi (mobilizing structure). Temuan dari penelitian ini menggambarkan bahwa radikalisme adalah sebuah upaya membentuk identitas dengan menggunakan jejaring massa (Islam), dan memanfaatkan peluang politik (alam demokratis), mobilisasi dan proses pem­bingkaian. Dalam kaitannya dengan deradikalisasi, penelitian ini juga mem­bahas bahwa radikalisme bukan hanya fenomena keagamaan, yang mana per­masalahannya harus dipecahkan dengan deradikalisasi pemikiran dan ideo­logi Islam. Ia juga fenomena yang dapat dikaji melalui ilmu-ilmu lainnya seperti ilmu sosial, politik dan bahkan ekonomi.
REORIENTASI MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DAN DERADIKALISASI AGAMA Syukur, Fatah
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.1.226

Abstract

Islamic religious education in schools substantively had a very important role. In accordance with the mandate of the Law on National Education System, religious education should be provided to learners at all levels of education. Religious education was expected not only to provide knowledge of religion, but also build the personality character of the students using religious values taught. Through quantitative research, this study examined the implementation of Islamic religious education in schools with the research problems: is there any correlation with religious observance, and any other factors that affect the behavior of religion? How does the orientation of Islamic religious educationin schools? The results showed that Islamic education is not positively correlated to the level of religious observance. Similarly, differences in men and women are not correlated to the level of religious observance. Therefore, there will be necessary reorientation of religious education in schools.***Pendidikan agama Islam di sekolah secara substantif memiliki peran yang sangat penting. Sesuai dengan amanat Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa Pendidikan Agama harus diberikan kepada peserta didik di semua jenjang pendidikan. Diharapkan Pendidikan Agama bukan hanya memberikan penge­tahu­an agama saja, akan tetapi juga membentuk karakter kepribadian anak didik dengan nilai-nilai yang diajarkan oleh agama. Melalui penelitian kuantitatif, tulisan ini mengkaji pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah, apakah ada korelasi­­­nya dengan ketaatan beragama, adakah faktor-faktor lain yang ber­pengaruh terhadap perilaku beragama? Serta bagaimana orientasi Pendidikan Agama Islam di sekolah? Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Islam tidak berkorelasi positif terhadap tingkat ketaatan beragama. Demikian pula perbedaan laki-laki dan perempuan tidak berkorelasi terhadap tingkat ketaatan beragama. Oleh karena itu, maka perlu ada reorientasi Pen­didikan Agama di sekolah.
DIALEKTIKA RADIKALISME DAN ANTI RADIKALISME DI PESANTREN Kusmanto, Thohir Yuli; Fauzi, Moh.; Jamil, M. Mukhsin
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.1.221

Abstract

Any effort opoosing toward any form of radicalism is a part of the reactions to anti-radicalism. The spirit of anti-radicalism emerged as part of the people's resistance. Radicalism and anti-radicalism was dialectically interrelated. Although both are paradoxical, but always be united. Dialectic of radicalism and anti-radicalism interesting is once it was observed in boarding school life. The phenomena of Islamic radicalism is often associated with Islamic boarding schools in Indonesia. Some communities understood that the growing radicalism came from Islamic boarding schools. This view was based on the the many actors of violent Islamic radicalism were the alumni of boarding school. The reality may be true in certain cases, but they may not be generalized. This study explored the data on the perspective of Islamic boarding schools on the discourse and praxis of radicalism and anti radicalism and resistance patterns. The research results showed that the community of Islamic boarding schools rejected, oppossed and actively built the spirit of anti radicalism that was implemented in several patterns. The findings of these research was a synthesis of the thesis which had become the public discourse about radicalism and Islamic boarding school.***Upaya menentang segala bentuk radikalisme merupakan bagian dari reaksi anti radikalisme. Semangat anti radikalisme muncul sebagai bagian dari resistensi masyarakat. Radikalisme dan anti radikalisme saling berkaitan secara dialektis. Meski­pun keduanya merupakan sesuatu yang paradoks, namun selalu menyatu. Dialektika radikalisme dan anti radikalisme menarik ketika dilihat dalam kehidupan pesantren. Fenomena radikalisme Islam seringkali dihubungkan dengan masya­ra­kat pesantren di Indonesia. Beberapa kelompok masyarakat memahami radikal­isme tumbuh dari pesantren. Pandangan tersebut didasari oleh banyaknya pelaku radikalisme Islam dalam bentuk kekerasan alumni pesantren. Realitas tersebut bisa jadi benar dalam kasus tertentu, tetapi tidak bisa digeneralisasi. Penelitian ini ber­upaya menggali data pandangan pesantren tentang wacana dan praksis radikalisme dan anti radikalisme serta pola resistensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat pesantren menolak, menentang dan aktif membangun spirit anti radikalisme yang diwujud­kan dalam beberapa pola. Temuan penelitian tersebut merupakan sintesis dari tesis yang selama ini menjadi wacana masyarakat tentang radikalisme dan pesantren.
BINA-DAMAI DALAM KOMUNITAS PESANTREN: SEBUAH UPAYA COUNTER-RADIKALISME Mantu, Rahman
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.1.227

Abstract

This article discussed about the experience of al-Qodir Boarding School in Sleman Yogyakarta in the effort to counter the radicalism through the approach of peace building. Applying qualitative approach, this research using the methods of observation and deep interview in collecting data. With the theoritical framework of cognitive peace building, three factors of peace building became the focus; the mechanism of internal group, among group and external group. The main research finding here was the essential role of kiai in building participative dialogue with the community out of the boarding school which was imple­mented through social actions. It resulted in the ability of al-Qodir Boarding School in formulating the strategy of radicalism counter which became a typical strategy of pesantren among so many strategies to find out new formulations in avoiding the movement of radicalism in Indonesia.***Tulisan ini akan membahas tentang pengalaman Pondok Pesantren Al-Qodir terhadap upaya counter-radikalisme melalui pendekatan bina-damai di Sleman Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan peng­amat­an serta wawancara mendalam. Kerangka teoritik yang digunakan peneliti adalah teori peace building. Perdamaian menurut teori ini bisa tercipta karena tiga faktor; mekanisme internal, antar kelompok dan eksternal. Temuan dari riset ini adalah adanya peran penting kiai dalam membangun dialog partisipatif dengan masyarakat luar pesantren yang terimplementasi melalui aksi-aksi sosial. Hasilnya Pesantren Al-Qadir mampu merumuskan strategi counter-radikalisme yang khas pesantren ditengah upaya banyak pihak mencari formulasi baru dalam menangkal gerakan radikalisme di Indonesia.
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ASWAJA SEBAGAI STRATEGI DERADIKALISASI Naim, Ngainun
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.1.222

Abstract

This study discussed about the role of Aswaja lesson in the efforts of de-radicalization. Radicalization had been more and more evolved since after the fall of New Order. Reformation Era opened wide varieties of expression, included religious expression. The development of radicalization led to widespread of social unrest. Responses appeared, included using the counter-ideology. Aswaja was believed as being able to prevent the proliferation of radicalization. The data presented in this article was derived from observation, interview and review of the literature related to the topic of writing. The argument developed in this paper is that the reconstruction and actualization of the values contained in Aswaja might be personally internalized firmly. An important strategy that might be applyed to disseminate and internalize Aswaja is through education. In the schools in which applying Aswaja lesson, students had the opportunity to have a moderate religious understanding and avoid radicalization.***Penelitian ini mengulas tentang peranan pelajaran Aswaja dalam usaha de­radikalisasi. Radikalisasi semakin berkembang pasca jatuhnya Orde Baru. Era Reformasi membuka lebar berbagai bentuk ekspresi, termasuk ekspresi keber­agamaan. Semakin berkembangnya radikalisasi memunculkan keresahan masya­rakat secara luas. Berbagai respons pun muncul, di antaranya melalui counter-ideologi. Aswaja diyakini dapat mencegah tumbuh suburnya radikalisasi. Data yang disajikan dalam artikel ini berasal dari observasi, wawancara dan tela­ah literatur yang berkaitan dengan topik tulisan. Argumen yang dibangun dalam tulisan ini adalah rekonstruksi dan aktualisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam Aswaja dapat terinternalisasi secara kokoh dalam diri seseorang. Stra­tegi penting yang dapat ditempuh untuk sosialisasi dan internalisasi Aswaja adalah melalui jalur pendidikan. Di sekolah-sekolah yang mengaplikasi mata pelajaran Aswaja, para siswanya memiliki peluang untuk memiliki pemahaman keagamaan yang moderat dan terhindar dari arus radikalisasi.
PEACEFUL JIHĀD DAN PENDIDIKAN DERADIKALISASI AGAMA Sulasman, Sulasman
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.1.228

Abstract

The Islamic Boarding School (Pondok Pesantren) Miftahul Huda was originatelly identical with the radicalism movement not only because of its exclusivism in religious activities, the criticism  toward the government, but also the identification of its members with DI/TII movement and FPI. In line with internal and external dynamics, this boarding school reoriented its movement from physical jihād  to the path of education and peaceful dakwah or in Lukens-Bull’s perspective it is so-called peaceful jihād. The process of self-domestication and the movement of de-radicalization in this boarding was executed by six ways. They are internalizing the values of boarding school, increasing the Islamic perspective, adopting schools system, providing the education of hubb al-waṭan, using local wisdom, and developing skill education. The strategy of de­-radicalization applied by Miftahul Huda Islamic Boarding School is divided into three efforts; preventive de-radicalization, preservative de-radicalization, and curative de-radicalization. The results was shown that the students, alumni, and the boarding schools incorporated in Miftahul Huda Islamic boarding school networking system that appears in peace, moderate, and tolerance appearance.***Pondok Pesantren Miftahul Huda semula identik dengan gerakan “radikal” baik karena pandangan eksklusivismenya dalam beragama, kritisisme terhadap Pemerintah, maupun karena keidentikkan beberapa personalnya dengan gerakan DI/TII dan FPI. Sejalan dengan dinamika internal dan eksternal, pondok pe­santren ini pun mereorientasi gerakannya dari jihād fisik ke jalur pendidikan dan dakwah damai atau dalam perspektif Lukens-Bull dikenal sebagai jihad damai (peaceful jihād). Proses menjinakkan diri dan gerakannya, yang dikenal dengan deradikalisasi, dilalui oleh pondok pesantren ini dengan enam cara, yakni inter­nali­sasi nilai-nilai pesantren, perluasan perspektif keislaman, adopsi sistem sekolah, pendidikan hubb al-waṭan, penggunaan local wisdom, dan pendidikan keterampilan. Upaya deradikalisasi yang dilakukan Pondok Pesantren Miftahul Huda berkisar pada tiga strategi, yakni pencegahan, pemeliharaan budaya damai, dan pemulihan bagi yang terdampak radikal. Hasilnya, para santri, alumni, dan pesantren yang tergabung dalam sistem jaringan Pondok Pesantren Miftahul Huda muncul dalam wajah damai, moderat, dan toleran. 
PENDIDIKAN AGAMA DALAM KULTUR SEKOLAH DEMOKRATIS: POTENSI MEMBUMIKAN DERADIKALISASI AGAMA DI SEKOLAH Jannet, Herly
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.23.1.223

Abstract

This study aimed in general to determine and describe the religious education in a democratic school culture is one of potential strategies in disseminating religious de-radicalization in schools. Applying qualitative naturalistic approach with case study, this study focused the location in Christian High School Urimessing Ambon. The object of this research was the all democratic phenomena found in the process of teaching and learning of Christian education. The results of this study can be described as follows: religious education in a democratic school culture has the potential to disseminate de-radicalization because the learning process optimized the attitude of critical thinking on freedom, independence, and accountability that were assumed to build the belief, attitude and norm of student to: (1) deepen and believe their own religious teachings; (2) commit to transform their religious teacgings in their daily life, both individually and socially; and (3) be­come the real who got off from violence and anarchy in realizing their objectives.***Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan Pendidikan Agama dalam kultur sekolah demokratis sebagai salah satu strategi membumikan deradikalisasi agama di sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah kuali­tatif naturalistik dengan strategi studi kasus dan mengambil tempat penelitian di SMA Kristen Urimessing Ambon. Objek penelitian ini adalah keseluruhan gejala demokratis dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Kristen. Hasil pe­nelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut, Pendidikan Agama dalam kultur sekolah demokratis berpotensi membumikan deradikalisasi, karena dalam pro­ses belajar mengajar mengoptimalkan sikap kebebasan berpikir kritis, ke­mandiri­an, dan akuntabilitas sehingga dapat membentuk keyakinan, sikap dan nor­ma pe­serta didik untuk: (1) mendalami dan meyakini ajaran agamanya sendiri; (2) ber­komitmen mentransformasikan ajar­an agamanya secara baik dalam ke­hidupan pribadi maupun sosial ber­masyarakat; dan (3) memberi teladan secara konkret tidak terjebak menggunakan kekerasan dan anarkisme dalam mewujudkan keinginan.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2015 2015


Filter By Issues
All Issue Vol. 33 No. 1 (2025) Vol. 32 No. 2 (2024) Vol. 32 No. 1 (2024) Vol. 31 No. 2 (2023) Vol 31, No 1 (2023) Vol 30, No 2 (2022) Vol 30, No 1 (2022) Vol 29, No 2 (2021) Vol 29, No 1 (2021) Vol 28, No 2 (2020) Vol 28, No 1 (2020) Vol 27, No 2 (2019) Vol 27, No 1 (2019) Vol 26, No 2 (2018) Vol 26, No 2 (2018) Vol 26, No 1 (2018) Vol 26, No 1 (2018) Vol 25, No 2 (2017) Vol 25, No 2 (2017) Vol 25, No 1 (2017) Vol 25, No 1 (2017) Vol 24, No 2 (2016): Agama, Politik dan Kebangsaan Vol 24, No 2 (2016): Agama, Politik dan Kebangsaan Vol 24, No 1 (2016): Ekonomi (Bisnis) Islam Vol 24, No 1 (2016): Ekonomi (Bisnis) Islam Vol 23, No 2 (2015): Agama dan Sains untuk Kemanusiaan Vol 23, No 2 (2015): Agama dan Sains untuk Kemanusiaan Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural Vol 22, No 1 (2014): Relasi Agama dan Negara Vol 22, No 1 (2014): Relasi Agama dan Negara Vol 21, No 2 (2013): Agama Lokal Vol 21, No 2 (2013): Agama Lokal Vol 21, No 1 (2013): Resolusi Konflik Vol 21, No 1 (2013): Resolusi Konflik Vol 20, No 2 (2012): Spiritualisme Islam Vol 20, No 2 (2012): Spiritualisme Islam Vol 20, No 1 (2012): Fundamentalisme Agama Vol 20, No 1 (2012): Fundamentalisme Agama Vol 19, No 2 (2011): Pendidikan Islam Vol 19, No 2 (2011): Pendidikan Islam Vol 19, No 1 (2011): Ekonomi Islam Vol 19, No 1 (2011): Ekonomi Islam More Issue