cover
Contact Name
Aqil Luthfan
Contact Email
walisongo@walisongo.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
aqilluthfan@walisongo.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan
ISSN : 08527172     EISSN : 2461064X     DOI : -
Core Subject : Humanities, Social,
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan is an international social religious research journal, focuses on social sciences, religious studies, and local wisdom. It is intended to communicate original research and current issues on the subject. The subject covers literary and field studies with various perspectives i.e. philosophy, culture, history, education, law, art, theology, sufism, ecology and much more.
Arjuna Subject : -
Articles 452 Documents
AGAMA DAN POLITIK: TEOLOGI PEMBEBASAN SEBAGAI ARENA PROFETISASI AGAMA Jati, Wasisto Raharjo
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 22, No 1 (2014): Relasi Agama dan Negara
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.22.1.262

Abstract

This article aims to analyze the comparative study of the liberation theology perspective. The notion of liberation theology is a form of transformative theology that concerned within issues of equality and social justice. The relationship amidst religion and politics is reciprocal due to there are conflicts of interest between both entities. Emergence of liberation theology itself arises because of the politicization of religion has become more acute and chronic so it needs to be transformed. The thought of liberation theology is basically grown in the famous case of Latin America with the spirit church of the poor. However, within Islam, it also found a similar essence that Islam also teaches that there egalitarianism, equality, and social justice. Article will elaborate about this comparison of liberation theology.***Artikel ini bertujuan untuk menganalisis studi perbandingan perspektif teologi pembebasan. Gagasan teologi pembebasan adalah suatu bentuk teologi trans­formatif yang bersangkutan dalam isu-isu kesetaraan dan keadilan sosial. Hubungan di tengah-tengah agama dan politik adalah timbal balik karena ada konflik kepentingan antara kedua entitas. Munculnya teologi pembebasan itu sendiri timbul karena adanya politisasi agama telah menjadi lebih akut dan kronis sehingga perlu diubah. Pikiran teologi pembebasan pada dasarnya tumbuh dalam kasus terkenal Amerika Latin dengan semangat gereja kaum miskin. Namun, dalam Islam, itu juga menemukan esensi yang sama bahwa Islam juga mengajarkan bahwa ada egalitarianisme, kesetaraan, dan keadilan sosial. Pasal akan menguraikan tentang perbandingan ini teologi pembebasan.
SPIRITUALITAS KAUM FUNDAMENTALIS Musyafiq, Ahmad
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 20, No 1 (2012): Fundamentalisme Agama
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.20.1.186

Abstract

One of the most important phenomenon that characterized the begining of XXI century is the blossom of spiritual activities. Broadly speaking, there are two model of spiritualities: institutional spirituality like tarekat and non-institutional spirituality. This article focus on how religious study that so far executed by Hizbut Tahrir Indonesia Central Java, which much pertained to the main themes of tasawuf study, like purification of heart, tawakkal, ikhlas, sabar, etc. But because they rejected tasawwuf, so they applied the term of spirituality.***Salah satu fenomena terpenting yang yang mencirikan awal abad XXI adalah berkembangnya aktifitas spiritual. Secara luas, ada dua model spiritualitas: spiritualitas institusional seperti tarikat dan spiritualitas non-institusional. Artikel ini memfokuskan pada bagaimana kajian agama yang selama ini dilakukan oleh Hizbut  Tahrir Indonesia in central Java yang terkait erat dengan tema-tema utama dalam kajian tasawuf seperti pemurnian hati, tawakkal, ikhlas, sabar, dan lain-lain. Namun karena mereka menolak tasawuf maka mereka mereka menggunakan spiritualitas.
ANALISIS PRAKTEK PERWAKAFAN UANG PADA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH Furqon, Ahmad
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 19, No 1 (2011): Ekonomi Islam
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.19.1.216

Abstract

Waqf of money curently become focus of interest among Muslim community. One of the banks executed the waqf of money is BSM. Some conclusions drawn from this research: (1) Information dissemination on waqf of money is still relatively limited compared to the wealth of medium and experiences that the bank had, (2) BSM has no specific counter for giving services, so any customer visiting the bank for applying waqf of money, customer service and the officials of the bank will serve them, without the nāẓir, and witness present; and (3) Two models of investation of the waqf of money in bank: riil sector for building mother and child hospital, and financial sector, in which the money was deposited in Deposito Syariah Mandiri.***Waqf uang saat ini menjadi fokus kajian yang menarik di kalangan masyarakat Islam. Salah satu bank yang menjalankan waqf uang adalah BSM. Ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari kajian ini: (1) Penyebaran informasi waqf uang masih relatif terbatas dibandingkan dengan kekayaan media dan peng­alaman yang dimiliki oleh bank, (2) BSM tidak memiliki meja khusus yang dapat melayani pelanggan yang datang ke bank untuk mendaftarkan waqf uang sehingga ketika pelanggan datang untuk mendaftarkan waqf uang petugas layanan pelanggan dan petugas bank akan melayani mereka tanpa nadzir dan saksi; dan (3) Dua model investasi wakaf uang di bank: sektor riil untuk pem­bangunan rumah bersalin, dan sektor finansial, di mana uang didepositkan dalam Deposito Syariah Mandiri.
MAKNA KULTURAL DAN SOSIAL-EKONOMI TRADISI SYAWALAN Anwar, Khoirul
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 21, No 2 (2013): Agama Lokal
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.21.2.253

Abstract

This article tries to uncover the cultural reason on Syawalan tradition in the village of Morodemak in Bonang, Demak. It also intends to reveal the meaning of the tradition for today’s society. Observations, interviews and examination of secondary data, can be conluded that the tradition of Syawalan in Morodemak is one of traditions that expresses the religious Javanese culture in coastal area. For Morodemak community, tradition of Syawalan is a form of gratitude to God Almighty for the gift of the abundance of seafood as well as an expression of prayer from dangerous things in life that can arise from the sea. Syawalan tradition also has the meaning of caring for nature, especially the sea as well as the meaning of cohesion and communality among fishing communities. In addition to the cultural meanings, traditions Syawalan also have economic and socio-cultural significance for the local governments and communities.***Tulisan ini berusaha untuk mengungkap nalar kebudayaan pada tradisi Syawalan di Desa Morodemak Bonang Demak. Selain itu juga bermaksud mengungkap makna tradisi tersebut bagi masyarakat saat ini. Hasil pengamatan, wawancara serta telaah terhadap data sekunder, dapat dijelaskan bahwa tradisi Syawalan di Morodemak merupakan salah satu tradisi masyarakat yang mengekspresikan kebudayaan masyarakat Jawa pesisiran yang religius. Bagi masyarakat Morodemak, tradisi Syawalan merupakan wujud rasa syukur pada Tuhan YME atas karunia melimpahnya hasil laut sekaligus ungkapan doa keselamatan dari segala mara-bahaya yang bisa timbul dari laut. Tradisi Syawalan juga memiliki makna kepedulian kepada alam, khususnya laut serta makna membangun kerukunan dan keguyuban di antara masyarakat nelayan. Selain makna-makna kultural tersebut, tradisi Syawalan juga memiliki makna ekonomis dan sosial budaya bagi pemerintah lokal dan masyarakat.
RINTISAN SEKOLAH BERSTANDAR INTERNASIONAL: ANTARA CITA DAN FAKTA Ma’arif, Syamsul
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 19, No 2 (2011): Pendidikan Islam
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.19.2.164

Abstract

This paper is the result of research on junior school of RSBI 2 Semarang. By using qualitative descriptive research methods and approaches case can be concluded that no other RSBI founding purpose is only to get to quality education in Indonesia and are able to compete at international level. Moreover, the fact that Indonesia is part of the life of a globalized world, it is in harmony with the global demands should be considered in order to have an accredited educational international. Where the quality of our educational institution recognized internationally. Indonesia does not need education “embarrassed” let alone to be arrogant in the face of the criteria used at the international level. Although in practice RSBI, faces a number of problems both economic, psychological, cultural and governance management.***Artikel ini merupakan hasil penelitian di SMP RSBI 2 Semarang. Dengan meng­guna­kan pendekatan deskriptif kualitatif dapat disimpulkan bahwa tujuan pendirian RSBI tidak lain adalah hanya untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas di Indonesia dan mampu bersaing di tingkat internasional. Selain itu, fakta bahwa Indonesia adalah bagian dari kehidupan dunia yang mengglobal. Selaras dengan tuntutan global itu adalah harus dipertimbangkan dalam rangka untuk memiliki pendidikan yang terakreditasi secara internasional. Dimana kualitas lembaga pendidikan kita diakui secara internasional. Meskipun dalam prakteknya RSBI, menghadapi sejumlah masalah baik manajemen ekonomi, psikologis, budaya, dan pemerintahan.
SPIRITUALITAS MURIA: AKOMODASI TRADISI DAN WISATA Falah, Ahmad
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 20, No 2 (2012): Spiritualisme Islam
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.20.2.207

Abstract

Tradition of “nyekar” which is very familiar among Javanese society, especially in the grave yard Muria Kudus Central Java. This research revealed that most of the visitor of the grave are for getting tabarrukan , some kind safety and ease in any effort in their life, mastering any knowledge, and linuwih, getting for healing from any desease, and asking for blessing for their descendants. The visit to the grave impacted much to the society living, both economically and socially. In the perspective of economy, more than 1.500 force workers depended much the existence of Muria. The other impact are the local solidarity, social competition, and job opportunity, that resulted in the growth of pragmatism among Muria society members.***Tradisi “nyekar” sangat dikenal oleh orang Jawa, khususnya di makam Muria Kudus Jawa Tengah. Penelitian ini mengungkap bahwa kebanyakan peziarah makam ini bertujuan untuk mendapatkan keberkahan (tabarrukan), keamanan dan kemudahan dalam hidup, menguasai ilmu linuwih, disembuhkan dari penyakit, dan mengharapkan kebaikan dari nenek moyang. Kunjungan mereka ke makam itu memberikan dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat, baik secara ekonomi maupun sosial. Dalam perspektif ekonomi, lebih dari 1.500 tenaga kerja tergantung pada keberadaan makam Muria. Dampak yang lain adalah slidaritas setempat, kompetisi sosial, dan kesempatan kerja yang mengakibatkan munculnya tumbuhnya pragmatisme di kalangan anggota masyarakat Muria.
KONFLIK PEMEKARAN WILAYAH DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (NAD) PASCA PERJANJIAN HELSINKI Hanafi, M. Sahlan
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 21, No 1 (2013): Resolusi Konflik
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.21.1.243

Abstract

The purposes of this research are to describe the processes of the emerge of ideas to establish the province of ABAS and explain the factors supporting the idea and to explain the reasons of NAD government to reject the expand of ABAS province. Applying qualitative methods using field observation and media discourse study. It was found that media discourse and the proposal for province expand of ABAS rose pro and contra in all level of society that impacted in horizontal and vertical conflict***Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan proses munculnya ide pembentukan Provinsi ABAS dan menjelaskan faktor-faktor yang mendorong munculnya ide tersebut serta menjelaskan mengapa Pemerintah pusat NAD tidak menyetujui pemekaran Provinsi ABAS. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi di lapangan dan mengamati perkembangan wacana pemekaran melalui media. Ditemukan bahwa wacana dan usulan pemekaran Provinsi ABAS dari Provinsi NAD telah menimbulkan pro dan kontra di berbagai lapisan masyarakat sehingga memunculkan konflik horizontal dan vertikal.
DEPICTION OF COMMON ENEMIES IN RELIGIOUS SPEECH: THE ROLE OF THE RHETORIC OF IDENTIFICATION AND PURIFICATION IN INDONESIAN RELIGIOUS CONFLICTS Suwarno, Peter
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 21, No 1 (2013): Resolusi Konflik
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.21.1.234

Abstract

The role of common enemies in speech on religious issues have contributed to religious tension, conflict and even violence in Indonesia. It will select the most representative and most frequently used key terms from religiously related speeches and other texts containing the portrayal of common enemies. Using Burke’s theories of identification, this paper will explain the important roles of common enemies in group unity and in achieving certain objectives.***Peran musuh bersama dalam ceramah-ceramah agama telah memberikan kontri­busi untuk timbulnya tekanan, konflik, dan kekerasan di Indonesia. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah istilah-istilah kunci yang sering digunakan dalam ceramah maupun teks yang menggambarkan musuh bersama. Dengan menggunakan teori identifikasi dari Burke, tulisan ini akan menjelaskan peran penting musuh bersama dalam kesatuan kelompok dan dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
MULTICULTURAL DA‘WA IN SCHOOLS FROM A SOCIOLOGICAL PERSPECTIVE Dwiningrum, Siti Irene Astuti
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.22.2.267

Abstract

Multicultural da‘wa for the sake of building the paradigm of multicultural education is not an easy work due to the determinants in social structure like social, cultural, economic and political determinants. The implementation of multicultural education related to various social elements in society which are not in synergy one another. This article will reveal multicultural preaching carried out in schools and look at the strategies of multicultural education is implemented in schools. Applying qualitative study by describing the initial data associated with a multicultural dakwah activity at the three high schools in Yogyakarta Indonesia, this research concluded that multi­cultural da‘wa in schools is a combination of several approaches namely the contri­bution approach, the additive approach, the transformation approach, and the social action approach. Multicultural da‘wa can help students to develop a social identity that to be achieved based on the values of justice, equality and respect the diversity. The strategy developed by the school for implementing multicultural dakwah is by developing language skills, language classes, art performance, the use of cultural symbols, student exchange between tribes or between countries, and uniformity.***Dakwah multikultural untuk membangun paradigma pendidikan multikultural tidak mudah karena struktur masyarakat memiliki diterminan sosial, budaya, ekonomi dan politik. Pelaksanaan pendidikan multikultural terkait dengan berbagai unsur sosial dalam masyarakat yang satu dengan yang lain belum sinergis. Paparan ini akan mengungkap dakwah multikultural yang dilaksanakan di sekolah dan me­lihat strategi pendidikan multikultural dilaksanakan di sekolah. Melalui pe­neliti­an kualitatif dengan menggambarkan data awal terkait dengan aktivitas dakwah multikultural pada tiga SMA di Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Penelitian ini berkesimpulan dakwah multikultural di sekolah merupakan kom­binasi dari beberapa pendekatan yakni pendekatan kontribusi, pendekatan aditif, pendekatan transformasi, dan pendekatan aksi sosial. Dengan dakwah multikultural dapat membantu siswa untuk mengembangkan identitas sosial yang hendak dicapainya berdasarkan nilai-nilai keadilan, kesetaraan dan menghargai perbedaan. Adapun strategi yang dikembangkan oleh sekolah untuk melaksanakan dakwah multikultural adalah dengan cara mengembangkan kemampuan ber­bahasa, kelas bahasa, perfomance seni, penggunaan simbol budaya, pertukaran pelajar antar suku atau antar negara, unifomitas.
INTERAKSI DAN HARMONI UMAT BERAGAMA Haryanto, Joko Tri
Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan Vol 20, No 1 (2012): Fundamentalisme Agama
Publisher : LP2M - Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/ws.20.1.197

Abstract

The community of Singkawang constituted the multi cultural society, in religion, ethnic, and culture. Historically Singkawang society was able to maintain inter religious harmony. The associative social interaction seemed to be potential to support the harmony in the society. Based on the paradigm of functional-structural, society was assumed as an organic system having inter-relatednes between one organ and another in order to maintain the existence of the society. Social interaction within Singkawang society was developed by the the interaction in the cyrcle of family, neighbourhood, economical activities, religious leaders, and the relation within culture and tradition. Inspite of this the relation between the element of society is still cosmo­politant, on which the society members are less active in developing community harmony.***Masyarakat Singkawang adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai kelompok suku bangsa dan agama. Secara historis, masyarakat Singkawang mampu mem­pertahankan harmoni antar agama. Model interaksi sosial yang bersifat asosiatif tampaknya potensial untuk mendukung harmoni di dalam masyarakat. Ber­dasarkan paradigma fungsional-struktural, masyarakat diasumsikan sebagai sistem organik yang memiliki huungan antar bagiannya untuk mempertahankan masyarakat. Interaksi sosial di dalam masyarakat Singkawang dikembangkan melalui interaksi di dalam lingkup keluarga, lingkungan sekitar, aktifitas ekonomi, para pimpinan agama, dan hubungan di dalam lingkup budaya dan tradisi. Meskipun demikian, hubungan antar unsur masyarakat masih kosmopolitan, yang di dalamnya anggota masyarakat kurang aktif dalam mengembangkan harmoni masyarakat.

Page 5 of 46 | Total Record : 452


Filter by Year

2011 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 33 No. 1 (2025) Vol. 32 No. 2 (2024) Vol. 32 No. 1 (2024) Vol. 31 No. 2 (2023) Vol 31, No 1 (2023) Vol 30, No 2 (2022) Vol 30, No 1 (2022) Vol 29, No 2 (2021) Vol 29, No 1 (2021) Vol 28, No 2 (2020) Vol 28, No 1 (2020) Vol 27, No 2 (2019) Vol 27, No 1 (2019) Vol 26, No 2 (2018) Vol 26, No 2 (2018) Vol 26, No 1 (2018) Vol 26, No 1 (2018) Vol 25, No 2 (2017) Vol 25, No 2 (2017) Vol 25, No 1 (2017) Vol 25, No 1 (2017) Vol 24, No 2 (2016): Agama, Politik dan Kebangsaan Vol 24, No 2 (2016): Agama, Politik dan Kebangsaan Vol 24, No 1 (2016): Ekonomi (Bisnis) Islam Vol 24, No 1 (2016): Ekonomi (Bisnis) Islam Vol 23, No 2 (2015): Agama dan Sains untuk Kemanusiaan Vol 23, No 2 (2015): Agama dan Sains untuk Kemanusiaan Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama Vol 23, No 1 (2015): Pendidikan dan Deradikalisasi Agama Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural Vol 22, No 1 (2014): Relasi Agama dan Negara Vol 22, No 1 (2014): Relasi Agama dan Negara Vol 21, No 2 (2013): Agama Lokal Vol 21, No 2 (2013): Agama Lokal Vol 21, No 1 (2013): Resolusi Konflik Vol 21, No 1 (2013): Resolusi Konflik Vol 20, No 2 (2012): Spiritualisme Islam Vol 20, No 2 (2012): Spiritualisme Islam Vol 20, No 1 (2012): Fundamentalisme Agama Vol 20, No 1 (2012): Fundamentalisme Agama Vol 19, No 2 (2011): Pendidikan Islam Vol 19, No 2 (2011): Pendidikan Islam Vol 19, No 1 (2011): Ekonomi Islam Vol 19, No 1 (2011): Ekonomi Islam More Issue