cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Jurnal METTEK (Jurnal Ilmiah Nasional Dalam Bidang Ilmu Teknik Mesin)
Published by Universitas Udayana
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 130 Documents
PENGUJIAN ALAT KONVERSI SAMPAH MENJADI ETANOL I Kade Agus Sugiarta; I Gusti Bagus Wijaya Kusuma; I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa
Jurnal Mettek: Jurnal Ilmiah Nasional dalam Bidang Ilmu Teknik Mesin Vol 3 No 1 (2017)
Publisher : Program Studi Magister Teknik Mesin Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sampah Organik merupakan sampah yang dapat di kelola sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Untuk menghasilkan bioetanol diperlukan sebuah alat yang bisa mengkonversi sampah organik menjadi etanol. Batasan yang ditentukan dalam pembuatan alat konversi sampah menjadi etanol diantaranya fungsi alat untuk mengkonversi sampah menjadi etanol minimal dengan volume 250 ml per 10 kg sampah organik, divariasikan dengan temperatur 20-400 C, divariasikan dengan tiga macam campuran ragi dan difermentasikan selama 3 hari. Setelah alat dinyatakan dapat bekerja sesuai indikator pengujian, maka dilanjutkan dengan proses pengamatan produksi etanol. Prosedur pengujian yang diamati adalah dari segi jumlah volume etanol dan jumlah nilai kadar alkohol yang dihasilkan. Dari hasil perhitungan perencanaan alat didapatkan dimensi poros dengan diameter 12 mm, tangki sampah berdiameter 600 mm dengan panjang 800 mm serta terdapat heater, menggunakan gearbox 1:50 dan menggunakan motor listrik 0,5 Hp. Dari hasil pengujian pengamatan jumlah produksi etanol dan kadar alkoholnya dapat simpulkan bahwa jumlah volume produksi etanol dan nilai kadar alkoholnya sangat berpengaruh pada variasi campuran ragi, putaran tangki, dan temperatur yang digunakan. Hal itu dikarenakan adanya faktor-faktor yang mendukung kondisi kamir untuk memfermentasikan produk menjadi etanol. Pada temperatur 200 C, campuran ragi 1 serta putaran 5 rpm menunjukkan jumlah produksi etanol dan nilai kadar alkohol paling tinggi yaitu 656 ml etanol dengan kadar alkohol 16 % Organic waste is a waste that can be managed as a raw material for making bioethanol. To produce bioethanol required a tool that can convert organic waste into ethanol. The limits specified in the manufacture of waste conversion tools into ethanol include a tool function for converting waste into minimal ethanol with a volume of 250 ml per 10 kg of organic waste, varied with temperatures of 20-400 C, varied with three different yeast mixtures and fermented for 3 days. Once the tool is declared to work according to the test indicator, then proceed with the observation process of ethanol production. The test procedure observed was in terms of the amount of ethanol volume and the amount of alcohol content produced. From the calculation of tool planning got the dimension of the shaft with a diameter of 12 mm, garbage tank diameter 600 mm with a length of 800 mm and there is a heater, using 1:50 gearbox and using 0.5 hp electric motor. From the results of the observation test the amount of ethanol production and the alcohol content can be concluded that the amount of ethanol production volume and its alcohol content value greatly influence the variation of yeast mix, tank rotation, and temperature used. This is due to the factors that support the condition of kamir to ferment the product into ethanol. At a temperature of 200 C, the yeast 1 and 5-rpm mixture showed the highest amount of ethanol production and alcohol content of 656 ml of ethanol with 16% alcohol content.
Analisa Pengaruh Temperatur Lingkungan Terhadap Akurasi Pompa Bahan Bakar Minyak Komang Ayu Ratnawati; I Ketut Suarsana; I Wayan Nata Septiadi
Jurnal Mettek: Jurnal Ilmiah Nasional dalam Bidang Ilmu Teknik Mesin Vol 2 No 2 (2016)
Publisher : Program Studi Magister Teknik Mesin Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebutuhan masyarakat akan bahan bakar minyak (BBM) masih relative tinggi terutama untuk transportasi darat. BBM dapat diperoleh di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Pelayanan SPBU menggunakan Pompa BBM yang wajib diuji secara berkala oleh instansi metrology daerah sesuai dengan peraturan yang berlaku.  Mengingat pentingnya akurasi pompa BBM untuk melindungi konsumen, maka penulis melakukan penelitian terhadap pengaruh temperature lingkungan terhadap akurasi pompa BBM, apakah terjadi perbedaan akurasi pompa pada temperatur 28°C, 31°C dan 33°C. Pengujian dilakukan dengan Bejana Ukur Standar 20 liter dengan batas kesalahan sebesar ±0,5% atau ±100 ml. Dari pengujian yang dilakukan pada SPBU di Kabupaten Buleleng, diperoleh bahwa temperature lingkungan memiliki pengaruh sangat kecil terhadap akurasi pompa BBM. Pada temperatur 28°C error sebesar-0,165%, pada temperatur 31°C  error -0,168% dan pada temperatur 33°C error -0,250%.Community needs to fuel oil (BBM) is still relatively high, particularly for ground transportation. Fuel can be obtained at the General Fuel Filling Station (Gas Station). Service gas stations use fuel pumps that must be tested periodically by regional metrology institutions in accordance with applicable regulations. Given the importance of the accuracy of the fuel pump to protect the consumer, the authors conducted a study of the influence of environmental temperature on the accuracy of fuel pumps, pump accuracy whether there is a difference in temperature 28°C, 31°C and 33°C. Testing is done with a standard 20 liter gauging vessels with a margin of error of ± 0.5% or ± 100 ml. From the tests carried out at a gas station in Buleleng, found that the environmental temperature has very little effect on the accuracy of fuel pumps. At temperatures of 28°C error of -0.165%, at a temperature of 31°C error -0.168% and at a temperature of 33°C error -0.250%.
Analisa Pembangkit Listrik Tenaga Diesel Gas Dengan Menggunakan Bahan Bakar LNG Dan Minyak Solar Di PT Indonesia Power Unit Pembangkitan Bali K G Trisna Upadana Putra; I Gusti Bagus Wijaya Kusuma; Made Sucipta
Jurnal Mettek: Jurnal Ilmiah Nasional dalam Bidang Ilmu Teknik Mesin Vol 4 No 1 (2018)
Publisher : Program Studi Magister Teknik Mesin Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/METTEK.2018.v04.i01.p05

Abstract

Permintaan energi listrik mengalami peningkatan, seiring peningkatan pertumbuhan populasi penduduk dan banyaknya industri. Tingginya permintaan energi listrik menjadi sebuah tantangan untuk produsen listrik, dalam memenuhi kebutuhan pelanggan akan energi listrik. Produsen listrik terbesar di Bali adalah PT. Indonesia Power UP Bali. Pembangkit yang dimiliki yaitu PLTDG dengan kapasitas produksi listrik 200 MW dioperasikan menggunakan bahan bakar gas LNG dan minyak solar (HSD/LFO). Dikarenakan penggunaan minyak solar dibatasi, maka PLTDG dioperasikan dengan gas LNG. Perbedaan bahan bakar yang digunakan mempengaruhi unjuk kerja dari pembangkit. Analisa unjuk kerja memberi gambaran dalam sisi keteknikan dan analisa BPP pembangkitan memberi gambaran dalam sisi keekonomian. Penelitaian ini dilakukan dengan cara perhitungan menggunakan persamaan-persamaan unjuk kerja mesin diesel, kemudian dibandingkan unjuk kerja PLTDG menggunakan bahan bakar LNG dan minyak solar dan dianalisa secara keekonomian. Hasil yang didapat yaitu unjuk kerja PLTDG menggunakan minyak solar lebih besar tetapi dari sisi keekonomian hasil BPP PLTDG menggunakan gas LNG lebih ekonomis. Demand for electric energy has increased, as population growth increases and the number of industries. The high demand for electrical energy becomes a challenge for electricity producers, in meeting the needs of customers for electrical energy. The largest power producer in Bali is PT. Indonesia Power UP Bali. The power plant owned by PLTDG with 200 MW electricity production capacity is operated using LNG gas and diesel fuel (HSD/LFO). Due to the use of diesel fuel is limited, the PLTDG is operated with LNG gas. The difference in fuel used affects the performance of the plant. Performance analysis gives an overview in terms of engineering and BPP analysis provides an overview of the economy side. This research is done by calculation using diesel engine performance equation, and then compared the performance of PLTDG using LNG and diesel fuel and analyzed economically. The results obtained are the performance of diesel powered PLTDG larger but in terms of economics of BPP PLTDG results using LNG gas is more economical.
Analisa Unjuk Kerja Alat Penukar Panas Amine Regenerator Reboiler di PT Pertamina EP Prabumulih Field Kelvin Ryanta Tanato; I Gusti Bagus WIjaya Kusuma; I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa; Ni Made Dwidiani
Jurnal Mettek: Jurnal Ilmiah Nasional dalam Bidang Ilmu Teknik Mesin Vol 3 No 2 (2017)
Publisher : Program Studi Magister Teknik Mesin Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses perpindahan panas merupakan proses yang banyak dipakai dalam industri perminyakan, salah satunya adalah Amine Regenerator Reboiler yang dipakai di PT PERTAMINA EP, yang merupakan heat exchanger jenis shell and tube yang berfungsi untuk mengubah fase dari bottom kolom de-propanizer yang berupa fase cair menjadi fase uap sebagai refluk dengan memanfaatkan steam sebagai fluida panas. Ada 3 hal yang mempengaruhi unjuk kerja penaukar panas yakni operating pressure, debit, dan heat flux. Oleh sebab itu, maka analisis unjuk kerja dari Amine Regenerator Reboiler dilakukan untuk mengetahui factor yang mempengaruhi menurunnya kinerja dari alat, apakah tekanan, debit ataukah heat flux yang mempengaruhi penurunan kinerja alat tersebut. Semua nilai dari persamaan diatas akan diperoleh dengan menggunakan dasar-dasar persamaan dalam perpindahan panas serta bilangan-bilangan tidak berdimensi. Dari penelitian ini, kesimpulan yang dapat kita ambil adalah pada on-design efektifitas atau performansi yang dihasilkan oleh amine regenerator sebesar 43.19 % sedangkan pada kondisi existing unjuk kerja yang dihasilkan adalah sebesar 27.28 %. Penurunan performansi di Amine Regenerator Reboiler disebabkan oleh rendahnya massa yang mengalir di sisi tube sehingga berakibat pada menurunnya temperatur yang disirkulasikan di alat penukar panas tersebut. Karena massa dan temperatur menurun, maka secara langsung menurunkan performansi dari alat penukar panas tersebut. Dari tiga parameter yang dipersyaratkan untuk menghitung performansi alat penukar panas, maka faktor dominan yang mempengaruhi adalah massa fluida yang mengalir di sisi tube. Rendahnya massa fluida tersebut berakibat pada menurunnya temperatur yang dipindahkan dan mengakibatkan turunnya heat fluks yang dipertukarkan. The heat transfer process is a widely used process in the petroleum industry, one of which is the Amine Regenerator Reboiler used in PT PERTAMINA EP, which is a heat exchanger of shell and tube type that serves to change the phase of the bottom of the de-propanizer column in the form of liquid phase into phase steam as a reflux by utilizing steam as a hot fluid. There are three things that affect the performance of heat exchangers namely operating pressure, discharge, and heat flux. Therefore, performance analysis of Amine Regenerator Reboiler is performed to determine the factors that influence the decreasing performance of the appliance, whether pressure, discharge or heat flux that affect the performance degradation of the tool. All values ??of the above equations will be obtained by using the basics of equations in heat transfer as well as dimensionless numbers. From this research, the conclusion that we can take is on the on-design effectiveness or performance generated by amine regenerator of 43.19% while in the existing condition the resulting performance is 27.28%. The decrease in performance in the Reboiler Amine Regenerator is due to the low mass flowing on the side of the tube resulting in decreased temperature being circulated in the heat exchanger. As the mass and temperature decrease, it directly decreases the performance of the heat exchanger. Of the three parameters required to calculate the performance of the heat exchanger, the dominant factor that affects the fluid mass flowing on the side of the tube. The low mass of the fluid results in a decrease in transferred temperature and resulted in a decrease in the heat fluxes being exchanged.
Menentukan Regime Pelumasan Pada Ball Bearing Dengan Menggunakan Kurva Stribeck Dedison Gasni; Syahrul Rahmat
Jurnal Mettek: Jurnal Ilmiah Nasional dalam Bidang Ilmu Teknik Mesin Vol 3 No 1 (2017)
Publisher : Program Studi Magister Teknik Mesin Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Gesekan yang terjadi pada ball bearing akan menimbulkan keausan yang akan mengakibatkan umur pakai dari ball bearing akan berkurang. Gesekan dapat diminimalisir dengan cara memberi pelumas, untuk menentukan regime pelumasan pada ball bearing sebagai acuan dapat digunakan kurva Stribeck. Untuk mendapatkan kurva Stribeck dari sebuah ball bearing, diperlukan nilai koefisien gesek pada setiap putarannya dengan menggunakan pendekatan mixed lubrication model. Pada model ini, akibat beban yang diberikan pada ball bearing akan mengakibatkan terjadi kontak dengan sebagian dari asperity dengan cairan pelumas dan sebagian lagi berkontak dengan sesama asperity. Kontak yang terjadi pada ball bearing terjadi antara bola dengan inner ring dan outter ring. Pada tulisan ini akan dilihat bagaimana perbedaan kurva Stribeck antara inner ring dan outter ring. Disamping itu, akan dilihat bagaimana pengaruh viskositas, kekasaran permukaan, beban dan ukuran dari bantalan terhadap kurva Stribeck. Dari kurva Stribeck yang telah diperoleh, nantinya akan dapat diketahui regime pelumasan dari ball bearing. Berdasarkan hasil kurva Stribeck yang diperoleh untuk bantalan jenis deep groove ball bearing 6410, maka dapat diketahui bahwa koefisien gesek pada inner ring lebih besar dari koefisien gesek pada outter ring untuk daerah mixed lubrication. Pada daerah mixed lubrication, untuk perubahan viskositas, kekasaran permukaan, dan beban dapat dilihat bahwa : dengan meningkatnya viskositas pelumas, akan menurunkan harga koefisien gesek, dengan naiknya harga kekasaran permukaan, akan meningkatkan harga koefisien gesek dan begitu juga dengan peningkatan beban, akan menurunkan harga koefisien gesek. Namun dari semua parameter tersebut, perubahan harga koefisien gesek tidak terlihat pada daerah elasto hydrodynamic lubrication. Dengan demikian, untuk meminimalisir gesekan yang terjadi, maka ball bearing harus dioperasikan pada daerah elasto hydrodynamic lubrication. Friction on ball bearing will generate heat and wear that resulting service life of the ball bearing will be reduced. Friction can be minimized by giving the lubricant. To determine the lubrication regime in the ball bearing, a Stribeck curve can be used by using a mixed lubrication models. In this model, the total pressure is shared between the asperity contact and the elastohydrodynamic pressure. The contact is occurred on ball bearing between balls with the inner ring and outer ring. In this paper, Stribeck curve between the inner ring and the outer ring as well as the effect of viscosity, surface roughness, load and size of the bearings will be investigated. Based on the results obtained from Stribeck curve of deep groove ball bearing 6410, it is known that the coefficient of friction of the inner ring is greater than the coefficient of friction in the outer ring for mixed lubrication regime. In mixed lubrication regime, an increase of viscosity lubricants and loads will reduce the coefficient of friction and an increase of surface roughness will increase the coefficient of friction. In contrast, for all parameters, the change of coefficient of friction is not seen in the elastohydrodynamic lubrication regime, so the ball bearing must be operated in elastohydrodynamic lubrication regime.
ANALISIS PERENCANAAN PENEMPATAN PRESSURE REDUCING VALVE PADA JARINGAN PERPIPAAN TRANSMISI AIR BAKU I Gusti Putu Jaya Nuartha; Ainul Ghurri; I Gusti Ngurah Priambadi
Jurnal Mettek: Jurnal Ilmiah Nasional dalam Bidang Ilmu Teknik Mesin Vol 2 No 2 (2016)
Publisher : Program Studi Magister Teknik Mesin Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Untuk menjaga keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air, pemerintah telah melakukan perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan air yang terpadu. Dalam proses pengaliran masih terjadi kendala – kendala yang menghambat aliran air sampai di tujuan, seperti terjadinya tekanan berlebih yang melampaui tekanan maksimal yang mampu diterima pipa itu sendiri. Untuk itu perlu pemasangan peralatan yang mampu menurunkan dan mengontrol tekanan. Penelitian ini dilakukan dalam 5 tahapan; tahap pertama merupakan survey lokasi, Tahap kedua merupakan proses analisa, Tahap ketiga merupakan survey lokasi tahap kedua,Tahap keempat merupakan proses pembangunan dan pemasangan PRV. Tahap kelima merupakan tahapan terakhir uji alir, setting tekanan masuk dan keluar dari masing-masing PRV, sekaligus pengambilan data tekanan untuk diperoleh hasil perbandingan. Dari hasil analisa hidrolika tersebut dapat ditentukan 8 titik lokasi penempatan PRV. Perbandingan tekanan yang terjadi menunjukkanbahwa data ukurawal (tanpa PRV) menunjukkan peningkatan tekanan yang semakin besar yang disebabkan oleh perbedaan elevasi yang semakin tinggi, hasil analisa (estimasi dengan PRV) menunjukkan tekanan yang terjadi sudah stabil dan hasil pengujian langsung (dengan PRV) menunjukkan tekanan yang terjadi di dalam pipa sudah stabil dan dapat dijaga mendekati perencanaan awal. Sehingga dapat disimpulkan PRV mampu menstabilkan tekanan di dalam pipa sehingga jaringan perpipaan transmisi air baku ini dapat berfungsi dengan baik.Keeping balance between supply and demand of water, the government has made planning and implementation of integrated of water management. There were some problems when supplying the water until the destination, such as there was higher pressure that passed the maximum pressure pipe itself. That’s why controlling and reducing tool installation needed. This research was conducted in five stages; The first stage is a survey locations. The second stage is the process of analyzing data. The third stage is a survey of the location of the second stage. The fourth stage is the process of construction and installation PRV. The fifth stage is the last stage of testing of flow, pressure setting in and out of each PRV, while taking pressure data for the obtained results of the comparison. From the analysis of hydraulics can be determined 8 placement location PRV, Comparison of pressure that occurs indicates that the data measuring the initial (without PRV) showed improvement greater pressures caused by the difference in elevation is higher, the analysis results (estimated by PRV) indicates the pressure is stable and the results of direct testing (with PRV) show the pressure inside the pipe is stable and can be kept closer to the initial planning. It can be concluded PRV able to stabilize the pressure in the pipe so that the raw water transmission pipeline network is able to function properly.
Analisa Getaran Mekanik Pada Panser Badak Andoyo Rifky Widighda; I Gusti Bagus Wijaya Kusuma; I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa; Ni Made Dwidiani
Jurnal Mettek: Jurnal Ilmiah Nasional dalam Bidang Ilmu Teknik Mesin Vol 3 No 2 (2017)
Publisher : Program Studi Magister Teknik Mesin Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam pemerintahan Presiden Jokowi sekarang ini beberapa peralatan perang Indonesia diwajibkan dibuat bangsa Indonesia sendiri setidaknya 30% komponen lokal dan 70% nya boleh mengimpor. Pada kesempatan ini penelitian difokuskan pada kendaraan khusus yang diproduksi oleh PT. Pindad (Persero) yaitu Panser BADAK. Karena Panser BADAK ini dilengkapi persenjataan sehingga pada saat melakukan penembakan akan terjadi getaran pada turret maupun bodi nya itu sendiri. Di dalam getaran sendiri ada beberapa parameter yang harus diperhatikan yaitu seperti osilasinya, error, dan stabilitas turret panser. Oleh sebab itu perlu diteliti getaran yang terjadi pada panser BADAK agar menghasilkan simpangan dan kesalahan sekecilnya pada saat dioperasikan. The current administration of President Jokowi some Indonesian war equipment is required to be made by the Indonesian nation alone at least 30% of local components and 70% of them may import. On this occasion research focused on special vehicles manufactured by PT. Pindad (Persero) is Panzer BADAK. Because Panzer BADAK is equipped with weaponry so that at the time of the shooting will occur vibration on the turret or body itself. In the vibration itself there are several parameters that must be considered, such as oscillation, error, and stability of the turret panser. Therefore it is necessary to investigate the vibrations that occur in the BADAK tank to produce the deviation and errors as small as when operated.
Karakteristik kekerasan material dibawah permukaan akibat pemanasan-awal substrate dalam proses thermal coating Mustika Mustika; I Made Widiyarta; I Made Parwata; I Putu Lokantara
Jurnal Mettek: Jurnal Ilmiah Nasional dalam Bidang Ilmu Teknik Mesin Vol 3 No 1 (2017)
Publisher : Program Studi Magister Teknik Mesin Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam proses flame spray coating, pemanasan awal terhadap material inti sangat diperlukan untuk mengurangi tegangan sisa dan menyatunya material pelapis pada permukaan substrate material menjadi lebih baik. Suhu pemanasan awal tersebut tentunya akan mempengaruhi sifat kekerasan substrate material hingga kedalaman tertentu.Pada penelitian ini, pelapisan panas (flame powder spray coating) dilakukan pada baja karbon sedang dengan material pelapis NiW. Pemanasan awal dilakukan pada permukaan substrate material dengansuhu yang bervariasi (300ºC, 400ºC dan 500ºC). Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa tidak ada pengaruh antara variasi preheating dengan kekerasan material pelapis Ni-W hasil dari powder flame spray coating. Semakin ke dalam kekerasannya semakin berkurang hingga mencapai kekerasan material inti yang seragam. Material substrate mengalami sedikit pengerasan hingga jarak 0.5 mm dari boundary. In the process of the flame spray coating, pre-heating of the substrate is required in order to reduce residual stress and to improve the adhesion of the coating material on the substrate. The pre-heatingtemperature also has an effect on the hardness of substrate material into a certain depth. In this study, flame powder spray coating was performed on the medium carbon steel with the coating material NiW. Pre-heating on the substrate material was varied of about 300ºC, 400ºC and 500ºC. From the experiments, the variation of pre-heating was not affect the hardness of coating material NiW. The increase of depth form the surface, the hardness of the material decrease until the hardness of the material is uniform. The hardness of the substrate material was change into depth of about 0.5 mm from boundary layer.
ANALISA CACAT DRILLING DARI MATERIAL HYBRID KOMPOSIT LAMINASI SERAT KARBON-BASALT-EPOXY Henry Widya Prasetya; Wayan Nata Septiadi; I Dewa Gede Ary Subagia
Jurnal Mettek: Jurnal Ilmiah Nasional dalam Bidang Ilmu Teknik Mesin Vol 2 No 2 (2016)
Publisher : Program Studi Magister Teknik Mesin Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses permesinan pada mesin perkakas merupakan salah satu jenis proses pembuatan komponen benda kerja. Salah satu proses pemotongan bahan adalah proses drilling. Penelitian ini dilakukan adalah untuk mengamati cacat pada material komposit akibat drilling proses. Material komposit dengan laminasi serat penguat karbon dan basalt telah digunakan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh drilling terhadap cacat pinggir yang terjadi pada hybrid komposit. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimental. Variasi ukuran pahat potong adalah berdiameter 8 mm dan 10 mm. Proses permesinan dilakukan dengan kondisi pemotongan dry process dan wet process. Hasil proses permesinan drilling akan diinvestigasi dengan scanning electron microscope (SEM) dan analisa data menggunakan software computer ImageJ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) kenaikan mata bor tidak signifikan memberikan pengaruh nilai stress area yang terbentuk; (2) temperatur pemotongan akibat gesekan antara mata bor dengan permukaan material memberikan pengaruh terhadap nilai stress area sebelum material tersebut terdeformasi, hal ini kondisi pemotongan yang sangat berperan.The machining process is one type in work piece processing using a machine tool. The drilling was wide process in cutting work piece. This research was done to investigate the defect of composite materials against drilling process. Hybrid composite material with lamination carbon fiber and basalt fiber reinforced was carried out. The aim is to investigate the edge defect of hybrid composite against the drilling process. The experiment method was conducted in this research. The drill bit variation was used in diameter 8mm and 10mm. The machining process was conducted on dry and wet condition. The results of drilling machining process have been investigated by scanning electron microscope (SEM) and analyzed using Image J software.  The results showed that: (1) a significant increase in the drill bit does not give effect to stress the value of the area; (2) cutting temperature due to friction between the drill bit to the surface of the material to give effect to stress the value of the area before the material is deformed, it is very instrumental cutting conditions.
A Analisis Kinerja Pembangkit Listrik Dual-Fuel Berbasis Gasifikasi Municipal Solid Waste I Gede Suparsa Adnyana; Gusti Bagus Wijaya Kusuma; I Gusti Agung Kade Suriadi
Jurnal Mettek: Jurnal Ilmiah Nasional dalam Bidang Ilmu Teknik Mesin Vol 5 No 1 (2019)
Publisher : Program Studi Magister Teknik Mesin Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/METTEK.2019.v05.i01.p05

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh dual-fuel hasil gasifikasi bahan bakar biomasa terhadap daya keluaran pada mesin diesel kapasitas 40 kW. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aliran gas hasil gasifikasi biomasa sampah campuran perkotaan terhadap daya keluaran pada mesin diesel kapasitas 40 kW. Pengukuran dilakukan dengan mengukur laju udara pembakaran bukaan 0 %, 50 % dan 100%, laju alir syngas, konsumsi bahan bakar spesifik, daya yang dihasilkan dan beban listrik yang diberikan 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, 100%. Data menunjukan bahwa penggunaan, dual-fuel menghasilkan daya keluaran yang lebih besar dibandingkan dan juga mengurangi penggunaan solar sebesar 53.25% dibandingkan single-fuel. Sedangkan dengan membandingkan konsumsi bahan bakar total antara Bukaan Penuh dan Setengah, Bukaan Setengah untuk menghasilkan daya yang sama dengan Bukaan Penuh pada rasio beban 100% yaitu 36.6 kW perlu melakukan pengoperasian lebih banyak 3.05 kali namun mampu mengurangi konsumsi bahan bakar total sejumlah 5.835 kg/Jam. Research on the effect of dual-fuel biomass fuel gasification results on the output power of diesel engines with a capacity of 40 kW. This study aims to determine the effect of gas flow from urban mixed biomass gasification results on the output power of diesel engines with a capacity of 40 kW. Measurements were made by measuring the open air combustion rate of 0%, 50% and 100%, syngas flow rate, specific fuel consumption, power generated and electrical loads given 0%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50 %, 60%, 70%, 80%, 90%, 100%. Data shows that the use of dual-fuel produces greater output power and also reduces diesel fuel use by 53.25% compared to single-fuel. Whereas by comparing the total fuel consumption between Full and Half Openings, Half Openings to produce the same power as Full Openings at a load ratio of 100%, which is 36.6 kW, it needs to do more operation 3.05 times but is able to reduce the total fuel consumption by 5,835 kg / hour .

Page 5 of 13 | Total Record : 130