cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Medicina
Published by Universitas Udayana
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 234 Documents
EFICACY OF ZINC SUPLEMENTATION AS ADJUVANT THERAPY IN CHILDREN 6- 60 MONTHS OLD WITH PNEUMONIA Sidiartha, I Gusti Lanang; Gede Suandi, I Kompiang; Subanada, Ida Bagus; Siadi Purniti, Ni Putu; Karsana, AA Raka
Medicina Vol 43 No 1 (2012): Januari 2012
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (684.492 KB)

Abstract

Morbidity and mortality rates of childhood pneumonia is still high, especially in developing countries. Many efforts are done to decrease the morbidity and mortality rate and one of them is zinc supplementation as adjuvant therapy. The aim of the study is to find the effectiveness of zinc supplementation as adjuvant therapy in childhood pneumonia. The randomized controlled trial study was done on 33 patients with pneumonia at Sanglah Hospital Denpasar. Intervention group received 20 mg zinc elemental each day. Time for recovery and length of hospital stay were compared between zinc and placebo groups. The different was significant if the P value < 0.05. Time for recovery in zinc group and placebo group was 4 days and 3.4 days, respectivelly. Length of hospital stay was 5.9 days in zinc group and 5.6 days in placebo group. The different was not significant. Conclusion is zinc supplementation as adjuvant therapy in childhood pneumonia is not effective to decreased the time for recovery and length of hospital stay. (MEDICINA 2012;43:9-14).
Manajemen anestesi pada clipping aneurisma serebral Purba, Rinal Pardomuan; Sutawan, IB Krisna
Medicina Vol 47 No 2 (2016): Mei 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (339.427 KB)

Abstract

Aneurisma serebral adalah adanya kantong atau balon pada arteri di ruang subarakhnoid. Sebagian besar aneurisma serebral tidak menunjukan gejala klinis dan ditemukan secara tidak sengaja. Penatalaksanaan aneurisma serebral memerlukan pendekatan komprehensif dan multidisiplin. Evaluasi secara menyeluruh harus dilakukan dengan teliti karena penatalaksanaannya memerlukan pemahaman tentang patofisiologi aneurisma serebral agar memberikan hasil yang optimal. Pasien perempuan 45 tahun dilakukan clipping aneurisma dengan anestesi umum. Dilakukan monitoring dan intervensi agar tidak terjadi gejolak hemodinamik dari mulai induksi sampai sesaat sebelum dilakukan clipping temporer. Tekanan darah dikendalikan lebih tinggi sekitar 20% dari tekanan darah basal pada saat clipping temporer. Pasca-pembedahan pasien dirawat di ruang terapi intensif dengan bantuan napas kendali dan diekstubasi empat jam kemudian. Cerebral aneurysm is the pockets or balloon in an artery in the subarachnoid space. Most cerebral aneurysms do not show clinical symptoms and discovered accidentally. Management of cerebral aneurysm requires a comprehensive and multidisciplinary approach. A thorough evaluation must be done carefully because its management requires an understanding of the pathophysiology of cerebral aneurysm in order to provide optimal results. Female patients 45 years old planned for clipping the aneurysm under general anesthesia. Monitoring and intervention to prevent hemodynamic fluctuation of starting induction until prior to the temporary clipping. Blood pressure was controlled so that an increase of approximately 20% of basal blood pressure during temporary clipping. Patients post-operatively treated in the intensive therapy with the help of breath control and extubated four hours later.
POLA KUMAN DAN SENSITIFITAS ANTIBIOTIK KASUS DEMAM BERKEPANJANGAN PADA PASIEN ANAK YANG DIRAWAT DI BAGIAN ANAK RSUP SANGLAH DENPASAR Gustawan, I Wayan; Tarini, Ade
Medicina Vol 45 No 1 (2014): Januari 2014
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.1 KB)

Abstract

Demam berkepanjangan (prolong fever) merupakan salah satu kasus yang sering dijumpai dalam perawatan pasien anak sehari-hari. Penyebabnya telah banyak dilaporkan, namun penelitian di RSUPSanglah belum pernah dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kuman penyebab dan sensitifitasnya terhadap antibiotik pada kasus demam berkepanjangan yang dirawat di bagiananak RSUP Sanglah selama tahun 2011-2012 dengan desain penelitian deskriptif retrospektif. Hasil penelitian didapatkan 146 pasien demam berkepanjangan selama kurun waktu 2 tahun (2011-2012),namun hanya 75 pasien yang mempunyai data lengkap. Distribusi terbanyak pada umur 12-60 bulan (30,7%) dan 62,7% merupakan pasien laki-laki. Penyebab terbanyak adalah infeksi (84,2%). Limapenyebab infeksi terbanyak adalah pneumonia berat, sepsis, demam tifoid, HIV/AIDS, dan meningitis bakteri. Tiga bakteri penyebab terbanyak adalah Pseudomonas aeruginosa, disusul Staphylococcusepidermidis dan Klebsiella pneumoniae. Pseudomonas aeruginosa sebagian besar masih sensitif terhadap gentamisin  dan hanya sebagian sensitif terhadap meropenem, amikasin, dan sefepim, namun sudahresisten terhadap ampisilin dan fosfomisin. Staphylococcus epidermidis resisten terhadap ampisilin, seftazidim, sefepim, ertapenem, ampisilin sulbaktam, dan fosfomisin, namun masih sensitif terhadapamikasin. Klebsiella pneumoniae resisten terhadap ampisilin, ampisilin sulbaktam, dan seftazidim,namun masih sensitif terhadap meropenem.[MEDICINA 2014;45:25-30]
PENGARUH PEMBERIAN EXOGENOUS ESTROGEN TERHADAP SPERMATOGENESIS Mangku Karmaya, I Nyoman
Medicina Vol 38 No 1 (2007): Januari 2007
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

-
PENURUNAN JUMLAH LEUKOSIT SEBAGAI PREDIKTOR PERBAIKAN KLINIS PENDERITA STROKE HEMORAGIK SELAMA PERAWATAN Harkitasari, Saktivi; Nuartha, Anak Agung Bagus Ngurah; Purwata, Thomas Eko
Medicina Vol 46 No 2 (2015): Mei 2015
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.154 KB)

Abstract

Prognosis penderita stroke hemoragik dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah jumlahleukosit. Berbagai penelitian menyatakan bahwa peningkatan jumlah leukosit sebagai prediktorperburukan klinis dan kematian pada penderita stroke hemoragik, tetapi sampai saat ini masihbelum jelas apakah penurunan jumlah leukosit setelah terjadi leukositosis dapat sebagai prediktorperbaikan klinis penderita stroke hemoragik. Penelitian ini menggunakan rancangan kohort prospektif.Subjek penelitian adalah penderita stroke hemoragik dengan awitan datang d”24 jam denganleukositosis saat masuk rumah sakit yang dirawat di Sanglah Denpasar. Kelompok yang mengalamipenurunan jumlah leukosit dibandingkan dengan kelompok yang tidak mengalami peningkatan atautanpa perubahan jumlah leukosit. Penilaian luaran klinis menggunakan perubahan skor NIHSS yangdinilai pada hari ketujuh. Total sebanyak 44 subjek dimasukkan dalam penelitian, 19 subjekmeunjukkan perbaikan skor NIHSS. Penurunan jumlah leukosit memiliki hubungan yang signifikandengan perbaikan klinis (RR=5,33; IK95%: 1,81 sampai 15,74; P<0,0001). Hasil penelitianmenunjukkan hanya penurunan jumlah leukosit memiliki hubungan yang independent dengan perbaikanskor NIHSS. Disimpulkan bahwa pada penderita stroke hemorgaik dengan leukositosis, penurunanjumlah leukosit dapat menjadi prediktor perbaikan klinis selama perawatan yang diukur denganskala NIHSS. [MEDICINA 2015;46:92-8].The prognosis of hemorrhagic stroke patients is associated with many factors, leucocyte count is one ofthem. Many studies indicated that elevated leucocyte count is a predictor for bad clinical outcome anddeath in patients with hemorrhagic stroke, however, there is remain unclear whether leucocyte reductionafter leucocytosis could be a predictor for better clinical outcome of patients with hemorrhagic stroke.Thisis a prospective cohort study. Subject were hemorrhagic stroke patients who were arrival time d”24hours onset with leucocytosis admitted in Sanglah hospital Denpasar. Group with leucocyte countreduction were compared with group leucocyte count elevation or without changing. Clinical outcomewere measured with NIHSS score changing at day 7.A total of 44 subjects were recruited, 19 of themhad better NIHSS score. Leucocyte count reduction was significantly associated with better clinicaloutcome (RR=5,33; 95%CI: 1,81 to 15,74; P<0,0001). Leucocyte count reduction was the onlyindependently associated with better NIHSS score. It was concluded that in hemorrhagic stroke patientswith leucocytosis, leucocyte count reduction could be a predictor for better clinical outcome duringhospitalization measured with NIHSS.[MEDICINA 2015;46:92-8].
PENGARUH PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam) TERHADAP KADAR VITAMIN E PLASMA HEWAN MODEL PREEKLAMPSIA N, Arcana; W, Sugiritama
Medicina Vol 40 No 1 (2009): Januari 2009
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (195.255 KB)

Abstract

Banyak penelitian membuktikan bahwa wanita dengan preeklampsia memiliki kadar antioksidan yang rendah. Karena itu, dengan memberikan sumber antioksidan eksogen, akan memberikan harapan untuk dapat meningkatkan kadar antioksidan pada wanita hamil dan mencegah timbulnya preeklampsia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian minyak buah merah yang banyak mengandung antioksidan vitamin E dan betakaroten terhadap kadar  antioksidan vitamin E plasma pada hewan tikus putih  strain Wistar betina model preeklampsia. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan the randomized pre and post test control group design. Hasil penelitian menunjukkan pemberian minyak buah merah dapat mencegah terjadinya peningkatan tekanan darah dan proteinuria pada kelompok II, III, IV. Kelompok I mengalami peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Minyak buah merah dapat meningkatkan kadar vitamin E plasma kelompok  II, III, IV. Terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) kadar vitamin E plasma antara kelompok I dengan kelompok II, III, IV, dan antara kelompok IV dengan kelompok I, II, III. Pengujian korelasi bivariat mendapatkan adanya hubungan negatif (p<0,01) antara vitamin E plasma dengan gejala preeklampsia, sehingga disimpulkan bahwa buah merah berperan mencegah terjadinya gejala preeklamsia pada hewan percobaan.[MEDICINA 2009;40:27-31].    
RADIOGRAPHIC IMAGING OF BIPHASIC SYNOVIAL SARCOMA ON LEFT ELBOW Firman P, Sitanggang; I Made, Wijaya
Medicina Vol 43 No 2 (2012): Mei 2012
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (687.25 KB)

Abstract

Synovial sarcoma is the fourth most common type of sarcoma. It represents between 5% -10% of all soft tissue sarcomas and most prevalent in aged between 15 - 40 years. Synovial sarcoma is the most commonly misdiagnosed soft tissue malignancy, initially as an inflammation process,often because it may be slow-growing, have a benign appearance on imaging studies, may vary in size, and may have pain similar to that associated with trauma.    A rare case is presented of 17 years old women with a synovial sarcoma biphasic. The primary tumor originated in the left elbow since 2004. Since then, the patient has had repeated passive or active left elbow pain and tenderness. No history of trauma. She has not developed metastases of the lung. The patient refused to have surgery and others medical procedures that already planned and explained to her. The conclusion of this case report point that radiology is important to diagnosis and planning for further management
Perbandingankomposisitubuhpadakelompok lanjut usiasebelum dan setelah pelaksanaansenam tera diPanti Sosial Tresna WerdhaWana Seraya Denpasar Semadi, I Made Siswadi; Kuswardhani, RA Tuty
Medicina Vol 47 No 3 (2016): September 2016
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (62.154 KB)

Abstract

Perubahan komposisi tubuh merupakan tanda penting proses penuaan. Salah satu upaya mempertahankan danmeningkatkan kesehatan padalanjut usia (lansia) adalah olahraga yang bersifat low impact, misalnyasenamtera.Tujuan penelitian ini adalahmengetahui perbandingankomposisi tubuh (berat badan, komposisi lemakdanototskeletal) kelompok lansia sebelumdan setelah pelaksanaan senamtera. Penelitian ini merupakan penelitianeksperimental dengan desainone grouppretestandpostest. Penelitiandiikutioleh 16 orang, dilakukan di Panti SosialTresna WerdhaWana Seraya Denpasar pada bulan Januari-Maret 2013. Subjekdiberikan latihan senam tera selama 8minggu dengan frekuensi 3 kali perminggu. Pemeriksaankomposisitubuhdilakukansebelumdansetelah perlakuan.Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk, sedangkan uji komparasi menggunakan uji t berpasangan danWilcoxon rank test. Hasil analisis menunjukkanterdapat penurunanberat badan (51,37 vs 50,38 kg; P=0,007),persentase lemak tubuh total (36,37vs29,47%; P=0,005), persentase lemak viseral (10,19%vs7,12%; P=0,008),persentase lemak subkutan (24,57 vs 22,94%; P=0,138) dan otot skeletal (23,73 vs 23,68%; P=0,899), sertapeningkatan kekuatanotot(14,44vs15,53kg; P=0,358)setelah pelaksanaan senam tera. Disimpulkanbahwa terdapatpenurunan berat badan, persentaselemak total danviseral secarabermakna, namuntidakterdapat perubahan yangbermakna pada persentase lemak subkutan, otot skeletal serta kekuatan otot setelah pelaksanaan senam tera.[MEDICINA.2016;47(3):38- 41]Changing in body composition is important sign of aging process. Low impact exercise for example tera exercise isone effort to increase health status in elderly. The aim of this study was to compare the body composition (bodyweight, fat and skeletal muscle) in elderly before and after tera exercise. Thiswasaexperimental study withone grouppretest andpostest design.There was 16 subjects in WanaSraya Nursing Home Denpasar who participated in thisstudy. They did tera exercise for 8 weeks, 3 times a week. Body weight, fat, skeletal muscle composition and musclestrength were measured before and after intervention. Data normality was analysed using Shapiro-Wilk test,comparison of body compositions were analysed using pairedt-test andWilcoxon rank test. There were decrease ofbody weight (51.37 vs50.38 kg; P=0,007), total body fat percentage (36.37vs 29.47%; P=0.005), visceral fatpercentage (10.19%vs 7.12%; P=0.008), subcutaneous fat percentage (24.57 vs 22.94%; P=0.138) and skeletalmuscle(23.73 vs 23.68%; P=0.899) after tera exercise, while muscle strength was increase (14.44vs 15.53kg;P=0.358). It was concluded that tera exercise could significantly decrease body weight, total dan visceral fatpercentage, but no significant change in subcutaneus fat, skeletal muscle percentage, and muscle strength inelderly.[MEDICINA.2016;47(3):38-41]
EFIKASI DIRI BERPERAN MENURUNKAN STRES Rustika, I Made
Medicina Vol 45 No 3 (2014): September 2014
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (162.326 KB)

Abstract

Perasaan  tertekan atau  stres  timbul dalam diri  seseorang pada waktu menghadapi permasalahanyang mengancam. Reaksi orang pada waktu mengalami stres sangat beragam, ada orang yang mampubereaksi dengan efektif sehingga mampu cepat menurunkan stres, tapi tidak sedikit juga  orang yangsulit menurunkan  stres  sehingga mengganggu  kesehatannya. Adanya  perbedaan  kemampuanmenurunkan stres sangat berkaitan dengan taraf efikasi diri. Orang yang mempunyai taraf efikasi diritinggi dapat mengelola kelemahan dan kekuatan diri  sehingga mampu mengatasi masalah  secaraefektif. Efikasi  diri merupakan  aspek mental  yang  terbentuk  dan  berkembang  karena  pengaruhlingkungan. Ada empat sumber informasi yang dapat meningkatkan efikasi diri, yaitu: pengalamanberhasil, kejadian yang dihayati sebagai pengalaman  langsung, persuasi verbal, keadaan  fisiologisdan suasana hati. Efikasi diri merupakan salah satu aspek mental yang penting dalam kehidupanmanusia karena aspek ini berkontribusi untuk menurunkan stres. [MEDICINA 2014;45:161-164].
KADAR KORTISOL DARAH MAHASISWA FK UNUD SELAMA UJIAN PADA PEMAKAIAN LAMPU FLORESEN SPEKTRUM PENUH DAN LAMPU FLORESEN BIASA Adiartha Griadhi, I Putu; Muliarta, I Made
Medicina Vol 39 No 1 (2008): Januari 2008
Publisher : Medicina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penerangan artifisial dapat mengakibatkan keadaan yang dikenal dengan nama maliluminasi, tanpa memiliki spektrum cahaya biru dan merah. Maliluminasi akan menempatkan manusia dalam kondisi stres dan memerlukan suatu adaptasi. Proses adaptasi dapat ditunjukkan dengan pengukuran kadar kortisol dalam darah sebagai suatu hormon stres. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan kadar kortisol darah pada mahasiswa yang sedang ujian pada pemakaian penerangan berspektrum penuh dan penerangan artifisial biasa. Penelitian ini menggunakan post test only group design dengan sampel berpasangan yang melibatkan 30 mahasiswa Fakultas Kedokteran Unud. Sampel dipasangkan satu-satu berdasarkan variabel tipe kepribadian dan tingkat kebugaran jasmani sehingga akan ada 15 pasang sampel. Uji penelitian memakai uji t sampel berpasangan. Hasil penelitian menujukkan bahwa kadar kortisol pada pemakaian lampu berspektrum penuh dan lampu biasa sebesar 10, 69 + 1,20 dan 9,11 + 0,95 ?g/dL. Perbedaan ini tidak bermakna secara statistik (P>0,05). Namun demikian berdasarkan analisis terhadap jenis kelamin diperoleh perbedaan bermakna kadar kortisol dan tekanan darah (P<0,05), lebih rendah pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Intensitas pemaparan dan lama pemaparan pada subyek penelitian dipikirkan sebagai variabel yang mungkin berpengaruh terhadap subyek penelitian. Perlu dilakukan penelitian lain untuk dapat melengkapi data tentang pengaruh spektrum penerangan pada manusia.