Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis
Diya al-Afkar adalah jurnal ilmiah yang memfokuskan studi al-Quran dan al-Hadis. Jurnal ini menyajikan karangan ilmiah berupa kajian ilmu-ilmu al-Quran dan al-Hadis, penafsiran/pemahaman al-Quran dan al-Hadis, hasil penelitian baik penelitian pustaka maupun penelitian lapangan yang terkait tentang al-Quran atau al-Hadis, dan/atau tinjauan buku. Jurnal ini diterbitkan secara berkala dua kali dalam setahun.
Articles
10 Documents
Search results for
, issue
" Vol 6, No 02 (2018): Desember"
:
10 Documents
clear
HUKUM PEMIMPIN IDEAL DALAM PERSPEKTIF HADIS
Samudra, Samudra
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24235/sqh.v6i02.3472
Perkembangan zaman akan membawa pengaruh yang luar biasa terhadap keadaan negara dan msyarakat, seperti waktu dekat akan adanya pemilihan peminpin akan segera dimulai baik pemimpin tingkat pusat maupun tingkat daerah. Ternyata pemilihan pemimpin sekarang ini sepertinya dijadikan ajang perjudian yang luar biasa dikarenakan setiap parpol menunjuk salah satu kadernya untuk jadi orang nomor satu di negara kita. Pemimpin ideal dalam anjuran islam seharusnya dapat termasuk di dalam arti penolong, karena pemimpin bertugas melindungi orang-orang yang dipimpinnya dan berusaha menolong serta menyelamatkan mereka saat kesulitan dan bencana menimpa, karena pemimpinlah yang bertanggung jawab atas segala hal yang ada dan yang terjadi dalam wilayahnya serta ihwal orang-orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin dipilih adalah untuk memimpin anggota kelompoknya untuk dapat mewujudkan tujuan bersama.
WACANA STUDI HADIS DI INDONESIA: STUDI ATAS HERMENEUTIKA HADIS MUHAMMAD SYUHUDI ISMAIL
Anggoro, Taufan
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24235/sqh.v6i02.3468
Muhammad Syuhudi Ismail merupakan salah seorang tokoh hadis berpengaruh di Indonesia. Pemikirannya dalam hal memahami hadis yang populer dengan âKontekstualisasi hadisâ merupakan hermeneutika hadis Muhammad Syuhudi Ismail yang khas, karena turut melibatkan aspek ijtihÄd dalam memahaminya. Gagasan memahami hadisnya tergolong kontekstualis, karena selain melibatkan analisis kebahasaan didalamnya, juga melakukan analisis historis hadis. Oleh karena itu pola analisis teks, konteks, dan kontekstualisasi terlihat dalam pemahaman hadis Muhammad Syuhudi Ismail ini. Ketiga circle hermeneutik tersebut tampak diaplikasikan dengan melihat hadis yang menjadi obyek kajiannya.
INSPIRASI QURâANI; PARADIGMA HUBUNGAN ANTAR AGAMA
Lutfi, Achmad
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24235/sqh.v6i02.3473
Fenomena pluralitas agama telah menjadi fakta sosial yang harus dihadapi masyarakat modern. Fenomena demikian bagi masyarakat yang belum terbiasa dan belum memiliki pengalaman dalam berkoeksistensi damai, tentu akan menimbulkan problematika sendiri, sehingga memaksa para ahli dari berbagai disiplin ilmu untuk memformulasikan suatu solusi atau pendekatan dalam merespon problematika tersebut. Hal ini terutama karena fungsi utama agama sejatinya teletak pada jawabannya atas problem kemanusiaan. Relasi antar umat beragama yang harmonis menjadi tujuan yang mendesak untuk direalisasikan. Sehingga sangat penting untuk mencari titik temunya agar dapat saling hidup berdampingan dengan damai dan harmonis. Al-Qurâan telah mengisyaratkan kepada umat manusia mengenai titik temu antar umat beragama. Dalam al-Qurâan terdapat ayat-ayat yang menekankan tentang prinsip pluralisme agama.
MEMAHAMI HADIS MISOGINIS DALAM PERSPEKTIF HERMENEUTIKA PRODUKTIF HANS GADAMER
Muhtador, Mohammad
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24235/sqh.v6i02.3469
Tulisan ini mengkaji tentang hadis misoginis dengan menggunakan heremenutika Hans Gadamer. Tersebarnya hadis misoginis dalam literatur Islam telah berdampak negatif pada eksistensi perempuan dalam wilayah privat dan publik, dimana hadis-hadis tersebut dipahami secara tekstual-patrial yang menguntungkan kaum laki-laki. Pada wilayah ini dibutukan pembacaan baru untuk menggali makna kemanusiaan sebagaimana Nabi Muhammad diutus untuk perubahan moral. Teori hermeneutika digunakan supaya menemukan nilai yang tersembunyi dibalik teks dan pemahaman. Penelitian ini merupakan kajian pustaka yang menggali data dari literatur untuk menemukan gambaran dalam pembacaan hadis misoginis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hermeneutika digunakan untuk meretas kesenjangan dalam memahami hadis misoginis, hadis misoginis merupakan hasil dari interaksi Nabi dengan konteks pada masanya dan hadis misoginis masih terbuka untuk dimaknai dengan ragam pendekatan dan teori yang memungkinkan untuk menemukan nilai moral yang terkandung di dalamnya.
HADIS-HADIS JIHAD DALAM PEMAHAMAN KELOMPOK JAMAâAH TABLIGH PERUMNAS KOTA CIREBON
Hartati, Hartati
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24235/sqh.v6i02.3474
Realita bilangan hari dalam khuruj Jamaah Tabligh mengandung makna âpuasaâ menahan diri dari segala perhiasan dan kesenangan dunia. Walaupun pada kenyataannya seorang pemimpin khuruj tidak memaksa atau memberi hukuman bagi anggota yang tidak kuat khuruj selama ketetapan itu. Hal ini menunjukan bahwa Jamaâah Tabgligh yang berada di Perumnas tergolong mempunyai aliran pemahaman yang damai, adem, tidak radikal. Ini dibuktikan dengan pernyataan bahwa mereka yang khuruj hanya kuat 10 hari pun tetap mendapatkan keutamaan berdakwah dan mendapatkan pahala khuruj. Â
TAFSIR KEBAHAGIAAN (Studi tentang Makna Kebahagiaan Dalam Al-Qurâan Perspektif Tafsir )
Junaedi, Didi
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24235/sqh.v6i02.3465
Artikel ini memfokuskan kajian tentang tafsir makna kebahagiaan dalam Al-Qurâan. Dari hasil kajian penulis, disimpulkan bahwa al-Qurâan menggunakan term yang berbeda untuk menggambarkan kebahagiaan. Term saâida dengan beragam derivasinya menunjukkan kebahagiaan di akhirat. Sedangkan term aflaha dengan beragam derivasinya menunjukkan proses untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Al-Qurâan juga membedakan antara kesenangan atau kenikmatan (al-farh, mataâ) dengan kebahagiaan (al-Falah, al-Saâadah ). Dari hasil kajian penulis menunjukkan bahwa Al-Qurâan membedakan makna kesenangan dengan kebahagiaan. Kebahagiaan tidak sekadar memenuhi hasrat atau keinginan nafsu semata, tetapi juga memperhatikan dua aspek penting dalam diri kita, yaitu afektif (emosi) dan kognitif (logika). Kebahagiaan yang sesungguhnya dapat tercapai jika kita tetap mematuhi aturan serta norma-norma moral yang berlaku. Kebahagiaan (happiness, al-saâadah) berbeda dengan kesenangan (pleasure, al-farh,al- surur).
METODOLOGI PENELITIAN HADIS DALAM PERSPEKTIF PEMIKIRAN NAWIR YUSLEM
Qomarullah, Muhammad
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24235/sqh.v6i02.3470
Nawir Yuslem merupakan ilmuan yang banyak menggeluti berbagai dimensi keilmuan, baik dalam hukum Islam maupun hadis. Berlatar pendidikan dari barat keilmuannya pun sangat dipengaruhi pemikir-pemikir orientalis. Tapi, penanaman tradisi keilmuan dan keislaman yang kuat masyarakat Minang, maka akulturasi keilmuan tersebut menjadikan pemikirannya terhadap studi keislaman menjadi menarik. Terlihat dari cara ia menggabungkan istilah dalam Ilmu Hadis dan teori semiotik sebagai tawaran baru dalam penelitian hadis dalam bukunya yang berjudul: âMetodologi Penelitian Hadis.â
KONTRIBUSI TERJEMAH AL-QURâAN TERHADAP WACANA ISLAM MODERAT DI INDONESIA: Studi Atas Terjemah Ayat-ayat Tentang Kerukunan Umat Beragama
Adib, Adib
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24235/sqh.v6i02.3466
Memasuki era pasca milenial yang ditandai dengan semakin tidak terkendalinya arus informasi, soal kerukunan antar umat beragama semakin menghadapi tantangan yang kuat. Bagi umat Islam Indonesia, basis-basis kerukunan sesungguhnya telah tertuang dalam Alquran. Akan tetapi pemahaman atas Kitab Suci ini lebih banyak mereka peroleh melalui karya-karya terjemah. Tidak kurang dari 20 karya terjemahan Al-Qurâan dalam bahasa Indonesia maupun bahasa daerah telah beredar sejak awal abad kedua puluh. Kenyataannya, kontroversi terkait makna berbagai ayat dalam terjemahan sulit dihindari dan dapat memicu persoalan kerukunan umat beragama, bahkan cenderung berseberangan dengan wacana Islam moderat yang menjadi ciri Islam di negeri ini. Artikel ini menelaah beberapa kaya terjemah Alquran dalam menerjemahkan ayat-ayat yang terkait dengan kerukunan umat beragama serta kontribusi karya-karya terjemah Alquran tersebut terhadap wacana Islam moderat dan kerukunan umat beragama di Indonesia.
DUALITAS MAKNA SHADHDHAH DALAM NOMENKLATUR QIRAâAT: Sejarah dan Perkembangannya dalam Qiraâat Shadhdhah
Jannah, Miftahul
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24235/sqh.v6i02.3471
Tulisan ini bermaksud mengkaji kesejarahan qiraat, khususnya qiraat syÄzzah. Qiraat syÄzzah disinyalir muncul pada masa Khalifah UsmÄn bersamaan dengan adanya muṣḥaf âusmÄnÄ«. Kendati demikian, ketika itu belum ada istilah syÄzzah itu sendiri. Baru pada masa Ibn Mujahid, istilah syÄzzah mapan digunakan dalam disiplin ilmu qiraat sebagai lawan dari qiraat sabâah. Dari hal ini, muncul pertanyaan, apa istilah yang digunakan sebelum masa Ibn Mujahid? Bagaimana wujud atau cara mengidentifikasi qiraat syÄzzah? Bagaimana para ulama merespon istilah syÄzzah yang dipopulerkan Ibn Mujahid? Oleh karena itu, kajian ini signifikan tidak hanya untuk melihat kekayaan pendapat Ulama, namun menandakan adanya contiu and cange dalam wilayah pemikiran qiraat syÄzzah. Keragaman pendapat mengerucut pada adanya pergeseran dalam penggunaan istilah syÄzzah yang bersifat kuantitas menjadi kualitas, yang berawal dari sedikitnya yang membaca menjadi daâif.
PEMAHAMAN TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL LARANGAN MENAFSIRKAN AL-QURAN DENGAN AL RAâY
Muthiah, Anisatun
Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis Vol 6, No 02 (2018): Desember
Publisher : Diya Al-Afkar: Jurnal Studi al-Quran dan al-Hadis
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.24235/sqh.v6i02.3467
Berbicara tentang hadis, pasti akan sampai pada permasalahan bahwa tidak semua hadis berkedudukan Qatâiy al-Wurud ada sebagian yang bersifat Zanniy al-Wurud sehingga hadis perlu dieliti kembali roisinalitasnya. Karya ini mengkaji matan hadis larangan menafsirkan al-Qurâan dengan raây  dan penelitian matan ini tidak bisa terlepas dari penelitian sanad hadisnya. Pada hadis larangan menafsirkan al-Qurâan dengan raây sanad hadisnya berkeudukan hasan. Sedangkan hadis-hadisnya yang terkait secara langsung hanya terdapat pada Sunan al-Turmuzi, Sunan Abu Dawud dan Musnad Ahmad bin Hanbal. Sedangkan tentang makna al-Raây yang dikehendaki dalam hadis tersebut adalah penafsiran yanga hanya didasarkan pada nalar semata dengan tidak memperhatikan riwayat atau kaedah-kaedah atau pengetahuan yang terkait atau tidak selaras dengan prinsip-prinsip syarâi adalah sesuatu yang sangat berbeda antara menafsirkan al-Qurâan dengan raâyu (bi al-Raây) dengan tafsir bi al-Raâyu yang dalam penefsirannya didominasi oleh akal namun tetap dalam bingkai syar`i.