cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 22, No 6 (2021)" : 10 Documents clear
Perbedaan Skor Developmental Quotient Menggunakan Cognitive Adaptive Test/Clinical Linguistic Auditory Milestone Scale pada Anak Stunting di Surakarta Prima Evita Juwitasari; Harsono Salimo; Hari Wahyu Nugroho
Sari Pediatri Vol 22, No 6 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.6.2021.371-7

Abstract

Latar belakang. Anak stunting berisiko mengalami gangguan perkembangan. CAT/CLAMS merupakan alat skrining gangguan perkembangan yang efektif dan akurat mendeteksi keterlambatan kognitif global dan bahasa. Tujuan. Menganalisis perbedaan skor DQ anak stunting dan tidak stunting menggunakan CAT/CLAMS.Metode. Penelitian deskriptif observasional dengan desain studi potong lintang yang dilakukan di beberapa puskesmas dan posyandu di Surakarta Agustus 2018-Mei 2019 terhadap anak usia 3-36 bulan dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian dikatakan bermakna jika nilai p<0,05.Hasil. Penelitian melibatkan 120 anak dengan rerata umur 19,7 + 9,49 bulan, terdiri dari 20% anak stunting dan 80% tidak stunting. Skor CAT pada anak dengan stunting rata-rata 93,15+5,24 dan tidak stunting 94,37+5,89, p=0,203 (p>0,05). Skor CLAMS pada anak stunting rata-rata 92,98+6,32 dan tidak stunting 92,76+6,61, p=0,933 (p>0,05) Skor DQ pada anak stunting rata-rata 93,06+5,44 dan tidak stunting 93,57+5,84, dengan nilai p=0,539 (p>0,05). Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada skor DQ anak stunting dna tidak stunting menggunakan CAT/CLAMS.
Validitas dan Reliabilitas Ages & Stages Questionnaire: Social-Emotional 2 versi Indonesia Validitas dan Reliabilitas Ages & Stages Questionnaire: Social-Emotional 2 versi Indonesia Citra Cesilia; Diah Asri Wulandari; Meita Dhamayanti
Sari Pediatri Vol 22, No 6 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.6.2021.343-50

Abstract

Latar belakang. Identifikasi dini gangguan sosial, emosi, dan perilaku merupakan hal penting untuk anak usia 3 tahun kebawah. Saat ini belum ada instrumen skrining untuk kelompok usia tersebut.Tujuan. Untuk menilai validitas dan reliabilitas Kuesioner Ages & Stages Questionnaire: Social-Emotional 2 versi Indonesia Metode. Studi ini merupakan studi potong-lintang yang dilakukan pada periode Agustus 2018 hingga November 2018 di Puskesmas Garuda, Bandung, Indonesia. Hasil. Sebanyak 659 dari 689 anak-anak terlibat pada studi ini. Hasil Cronbach’s alpha berkisar 0,486-0,779 sedangkan metode Split-half berkisar 0,08-0,91. Koefisien korelasi studi ini sebesar 0,68-0,95.Kesimpulan. Uji validitas ASQ:SE-2 pada usia 12-36 bulan memenuhi kriteria validitas. Uji reliabilitas menggunakan Cronbach alpha pada kelompok usia 18, 24, dan 30 bulan memiliki reliabilitas yang cukup baik, adapun pada kelompok usia 12 bulan hasil uji reliabilitas dibawah cut-off point yang menunjukkan hasil tidak reliabel.
Faktor yang Memengaruhi Penurunan Cakupan Imunisasi pada Masa Pandemi Covid-19 di Jakarta Sreshta Mukhi; Bernie Endyarni Medise
Sari Pediatri Vol 22, No 6 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.6.2021.336-42

Abstract

Latar belakang. Pandemi Covid-19 sangat memengaruhi pelayanan imunisasi di seluruh dunia. Tenaga kesehatan dialihkan untuk pelayanan Covid-19 dan orangtua merasa takut membawa anaknya untuk imunisasi ke fasilitas kesehatan sehingga menurunkan cakupan imunisasi. Penurunan cakupan imunisasi akan meningkatkan kejadian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Jakarta sebagai ibukota negara adalah kota dengan populasi terbesar dan juga kasus Covid-19 terbanyak di Indonesia.Tujuan. Mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi penurunan cakupan imunisasi di Jakarta dari sudut pandang orangtua dan tenaga kesehatan.Metode. Penelitian potong lintang menggunakan kuesioner disebarkan kepada tenaga kesehatan (dokter spesialis anak, dokter umum, perawat, bidan, kader) dan orangtua di Jakarta pada bulan Agustus hingga September 2020. Hasil di evaluasi menggunakan SPSS.Hasil. Sebanyak 125 tenaga kesehatan dan 145 orangtua mengikuti penelitian ini. Tenaga kesehatan menghadapi masalah seperti adanya peraturan pemerintah untuk menghentikan sementara pelayanan imunisasi, kurangnya alat pelindung diri (APD), tenaga kesehatan terinfeksi Covid-19 dan tenaga imunisasi dialihkan untuk pelayanan Covid-19. Masalah pada orangtua antara lain keraguan untuk membawa anaknya imunisasi karena takut tertular Covid-19 dari tenaga kesehatan ataupun pasien lain, Posyandu ditutup, adanya peraturan PSBB dan masalah transportasi.Kesimpulan. Penurunan cakupan imunisasi pada masa pandemi Covid-19 disebabkan oleh multi faktor yang harus diminimalisasi untuk mengurangi kejadian PD3I.
Peran Bifidobakteria dalam Pencegahan dan Pengobatan Alergi serta Gangguan Sistem Imun pada Anak Ketut Dewi Kumara Wati; Budi Setiabudiawan
Sari Pediatri Vol 22, No 6 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.6.2021.394-400

Abstract

Bifidobakteria berperan dalam dinamika maturasi sistem imun dan memiliki timeline yang terhubung dengan timelinesistem imun. Bifidobakteria membantu pembentukan sistem imun nonspesifik maupun spesifik sedangkan sistem imun membantu pembentukan komposisi bifidobakteria. Bifidobakteria dapat berperan dalam sistem imun karena memiliki banyak enzim yang menunjang kolonisasi, mampu memelihara homeostasis mukosa intestinal, bekerjasama dengan mukus dan SIgA memerangkap patogen, membantu pembentukan SIgA dan IgM, serta meningkatkan survival koloni Treg. Secara klinis, penggunaan bifidobakterium tunggal maupun kombinasi bermanfaat untuk pencegahan dan pengobatan kasus alergi dan gangguan sistem imun. Pemberian bifidobakteria pada dosis 109 colony forming unit satu hingga dua bulan sebelum kelahiran dilanjutkan pemberian pada bayi selama 6 bulan menurunkan kejadian dermatitis atopik. Pemberian bifidobakteria pada bayi prematur memperbaiki profil kolonisasi bifidobakteria, menurunkan kejadian,dan keparahan nerotizing enterocolitis. Pemberian bifidobakteria memperbaiki kualitas hidup rinitis alergi musiman dan asma intermiten, menurunkan skor dermatitis (SCORAD) dan penggunaan steroid pada dermatitis atopik, serta membantu menurunkan berulangnya infeksi saluran nafas pada anak. 
Hubungan Durasi Paparan Media Elektronik Terhadap Pola Tidur Anak Usia 10-13 Tahun Maudina Hati Fatimah Diantoro; Dimas Tri Anantyo; Farid Agung Rahmadi
Sari Pediatri Vol 22, No 6 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.6.2021.359-63

Abstract

Latar belakang. Diperkirakan setiap tahunnya terjadi peningkatan prevalensi gangguan tidur sesuai dengan peningkatan usia dan berbagai faktor penyebabnya. Paparan media elektronik berlebihan dapat berpengaruh pada masalah kesehatan. Penelitian di 5 negara termasuk Indonesia tahun 2012 menunjukkan bahwa lebih dari 80% anak usia 10-13 tahun telah memiliki akses telepon selular pribadi. American Academy of Pediatrics menyarankan durasi paparan media elektronik pada balita dan anak prasekolah selama 1 jam atau kurang dan remaja selama 2 jam atau kurang per hari.Tujuan. menganalisis hubungan antara durasi paparan media elektronik dengan munculnya gangguan tidur pada anak usia 10-13 tahunMetode. penelitian belah lintang dengan subjek penelitian dari beberapa SD di Semarang pada April – Juli 2019. Subjek penelitian melengkapi kuesioner 3DPAR) untuk menilai durasi paparan media elektronik serta orangtua mengisi kuesioner SDSC untuk menilai gangguan tidur. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square dengan nilai signifikansi p<0,05.Hasil. Dari 90 responden didapatkan 76 responden (84,4%) dengan paparan media elektronik lebih dari 2 jam perhari dan terdapat 65 responden (72,2%) mengalami gangguan tidur. Terdapat hubungan bermakna antara durasi paparan media elektronik dengan gangguan tidur. Kesimpulan. Durasi paparan media elektronik lebih dari 2 jam perhari memiliki hubungan yang bermakna dengan gangguan tidur anak usia 10-13 tahun.
Profil Klinis dan Faktor Risiko Mortalitas pada Anak dengan Hidrosefalus di RSUD dr. Soetomo Surabaya Nabila Fitri Ariyati; Prastiya Indra Gunawan; Florentina Sustini
Sari Pediatri Vol 22, No 6 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.6.2021.364-70

Abstract

Latar belakang. Hidrosefalus merupakan kelainan sistem saraf pusat yang paling umum terjadi baik pada bayi, anak, maupun remaja dan dapat menyebabkan konsekuensi serius berupa mortalitas. Informasi yang menyediakan faktor risiko mortalitas pada anak dengan hidrosefalus masih sangat terbatas.Tujuan. Mengevaluasi dan mengidentifikasi faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya mortalitas pada anak dengan hidrosefalus.Metode. Penelitian analitik observasional pada 89 pasien anak yang menderita hidrosefalus dengan menggunakan data rekam medis pasien anak yang dirawat di bagian instalasi rawat inap RSUD dr. Soetomo periode Januari 2014 hingga September 2016. Analisis menggunakan chi-square dan regresi logistik.Hasil. Didapatkan 89 subjek yang memenuhi kriteria inklusi. Mortalitas pasien anak dengan hidrosefalus adalah 17,97%. Analisis bivariat menunjukkan adanya hasil signifikan pada infeksi meningoensefalitis dengan OR 8,12 (95% CI 2,38-27,6) p=0,001. Sepsis memiliki OR 6,18 (95% CI 1,53-24,9) p=0,01. Kelainan struktur SSP berupa brain edema memiliki OR 4,27 (95% CI 1,25-14,6) p=0,02. Gagal nafas memiliki OR 56,0 (95% CI 6,16-508,9) p=0,001. Hasil analisis multivariat menunjukkan gagal nafas dan brain edema memiliki nilai OR (95% CI) berturut-turut 192,8 (9,92-3745,8) dan 10,07(1,23-82,5) dengan nilai p<0,05.Kesimpulan. Gagal nafas dan brain edema merupakan faktor risiko mortalitas pada anak dengan hidrosefalus.
Perbedaan Lama Rawat dan Luaran Pemberian Nutrisi Enteral Dini dan Lambat pada Anak Sakit Kritis di Rumah Sakit dr. Kariadi Semarang Yuni Sartika Dewi; Mohamad Supriatna
Sari Pediatri Vol 22, No 6 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.6.2021.378-85

Abstract

Latar belakang. Mortalitas dan lama rawat anak sakit kritis dipengaruhi oleh beberapa variabel faktor risiko. Dukungan nutrisi enteral sejak dini disebutkan memperbaiki luaran klinis anak sakit kritis. Tujuan. Membuktikan perbedaan lama rawat dan luaran pada anak sakit kritis yang mendapatkan nutrisi enteral dini dan lambat.Metode. Desain kohort prospektif pada anak sakit kritis di ruang rawat intensif anak RS dr.Kariadi periode Januari hingga Maret 2020. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi diambil secara consecutive sampling. Data yang diambil adalah berat badan dan tinggi badan untuk mengetahui status gizi, diagnosis, komorbid, penggunaan ventilator mekanik, lama rawat dan luaran pasien.Hasil. Dari 67 anak, terdiri dari 37 anak mendapatkan nutrisi enteral dini dan 30 anak mendapatkan nutrisi enteral lambat. Median lama rawat anak dengan nutrisi enteral dini adalah 4 hari (2-11 hari) dan anak dengan nutrisi enteral lambat adalah 9 hari (3-20 hari). Hasil analisis menunjukkan bahwa anak yang mendapat nutrisi enteral dini memiliki lama rawat <7 hari lebih tinggi (RR 4,1; IK 95% 1,4-11,5; p=0,007) dan memiliki luaran lebih baik (p<0,001) dibandingkan anak yang mendapat nutrisi enteral lambat. Kesimpulan. Terdapat perbedaan signifikan lama rawat dan luaran pada anak sakit kritis yang mendapat nutrisi enteral dini dan lambat.
Perbandingan Kriteria ACR-1997 dan SLICC-2012 dalam Diagnosis Lupus Eritematosus Sistemik pada Anak Dwi Lestari Pramesti; Dina Muktiarti
Sari Pediatri Vol 22, No 6 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.6.2021.386-93

Abstract

Latar belakang. Lupus eritematosus sistemik merupakan penyakit autoimun sistemik pada jaringan ikat yang bersifat kronik dan progresif, terutama pada anak. Hingga saat ini belum ada diagnosis baku emas, sehingga untuk menegakkan diagnosis dapat menggunakan kriteria The American College of Rheumatology (ACR) tahun 1997 atau The Systemic Lupus International Collaborating Clinics (SLICC) tahun 2012.Tujuan. Mengumpulkan bukti ilmiah perbandingan penggunaan kriteria ACR-1997 dan SLICC-2012 dalam diagnosis lupus eritematosus sistemik pada anak.Metode. Penelusuran literatur secara sistematis secara daring melalui database Pubmed dan Cochrane. Analisis dilakukan menggunakan Review Manager dan model hierarchical summary receiver operating characteristic (HSROC) pada studi meta-analsiis. Kualitas studi dinilai dengan QUADAS-2.Hasil. Satu artikel telaah sistematis dan meta-analisis dan satu artikel studi longitudinal dilakukan telaah kritis. Kualitas kedua studi dinilai baik. Studi oleh Hartman dkk menunjukkan kriteria ACR-1997 lebih dianjurkan sebagai kriteria klasifikasi LES pada anak karena lebih spesifik (94,1% vs 82%) dan menghindari terjadinya positif palsu. Studi kedua oleh Lythgoe dkk menunjukkan SLICC-2012 lebih sensitif (92,9% vs 84,1%) dan secara lebih dini mengklasifikasi pasien anak dengan LES.Kesimpulan. Kriteria SLICC-2012 memiliki sensitivitas yang lebih tinggi dalam klasifikasi LES pada anak tetapi memiliki spesifisitas yang lebih rendah dibandingkan ACR-1997. Namun, SLICC-2012 dapat mengklasifikasi LES lebih dini secara signifikan dibandingkan ACR-1997.
Peran Skor Kandida Sebagai Metode Diagnostik Kandidiasis Invasif Terhadap Neutropenia Berat pada Anak dengan Keganasan Irene Ratridewi; Nanda Juwita; Marvin Anthony Putera; Susanto Nugroho
Sari Pediatri Vol 22, No 6 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.6.2021.351-8

Abstract

Latar belakang. Infeksi kandidiasis invasif meliputi infeksi aliran darah dan infeksi invasif dalam lainnya yang disebabkan oleh spesies Kandida dan merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan, khususnya pada pasien dengan status immunocompromised, seperti pada kondisi keganasan hematologis, kelainan limfoproliferatif, dan gangguan myeloproliferative.Tujuan. Menginvestigasi peran skor Kandida, dibandingkan dengan kultur darah dan PCR, sebagai alat diagnostik kandidiasis invasif pada pasien dengan neutropenia berat, khususnya pada kasus keganasan.Metode. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional. Data yang diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan metode Receiver operating characteristic (ROC) untuk mendapatkan nilai area under curve (AUC). Berdasarkan kurva AUC kemudian dilakukan pencarian titik potong yang paling optimal untuk mendapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitasHasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kedua kelompok dengan kultur positif dan negatif tidak didapatkan perbedaan bermakna berdasarkan karakteristik jenis kelamin, usia, berat badan, status gizi, dan diagnosis klinis (uji Mann-Whitney, p>0,05).Kesimpulan. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak didapatkan perbedaan pada sensitivitas dan spesifisitas skor Kandida dibandingkan dengan hasil kultur pada pada pasien anak dengan neutropenia berat.
Hubungan Jaringan Parut Bacillus Calmette-Guerin dengan Kejadian Tuberkulosis Ekstraparu pada Anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Kiara tahun 2015-2017 Angela Kimberly Tjahjadi; Nastiti Kaswandani
Sari Pediatri Vol 22, No 6 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp22.6.2021.331-5

Abstract

Latar belakang. Meskipun vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) telah menjadi program vaksinasi wajib di Indonesia, tuberkulosis (TB) pada anak tetap prevalen. Tujuan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi jaringan parut BCG dan hubungannya dengan kejadian TB ekstraparu (TB-EP) pada anak.Metode. Pengambilan data dilakukan di Rumah Sakit Cipto-Mangunkusumo Kiara dengan metode potong-lintang pada populasi anak terdiagnosis TB berdasarkan kriteria WHO dan konsensus IDAI.Hasil. Dari 246 pasien anak jangkauan usia 2 bulan -18 tahun terdiagnosis TB, 127 (51,6%) anak mengalami TB-EP dengan prevalensi TB tulang, KGB dan abdomen secara berurutan 13%, 10,9%, dan 6,6%. Mayoritas pasien TB EP adalah laki-laki (55,2%) dan berada dalam kelompok usia 6-14 tahun (60%). Riwayat kontak dengan kasus TB-EP ditemukan pada 49 kasus (51,5%). Penyakit komorbid penyerta dengan mayoritas keganasan (25,6%) dan infeksi HIV (23,1%) ditemukan pada 21 kasus TB-EP (35%). Status jaringan parut BCG positif ditemukan pada 140 kasus (56,9%). Dari 106 anak tanpa jaringan parut BCG, 38 (35,8%) anak memiliki TB paru dan 68 (64,2%) memiliki TB-EP. Tidak adanya jaringan parut BCG memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian TB-EP pada anak (p<0,01) dengan OR: 2,457 (IK95%: 1,46 - 4,131).Kesimpulan. Kejadian TB- EP anak yang tinggi pada proporsi tanpa jaringan parut BCG berhubungan signifikan secara statistik.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2021 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue