Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kenaikan temperatur terhadap tingkat kegagalan produk pada mesin filling kemasan sachet bubuk, dengan fokus khusus pada kerusakan sealing seperti seal break dan seal crack. Mesin filling memiliki peran penting dalam proses produksi, terutama pada tahap sealing yang sangat sensitif terhadap fluktuasi suhu. Ketidakkonsistenan suhu pada sealing jaws menyebabkan penyegelan yang tidak sempurna, yang berdampak langsung pada mutu produk dan efisiensi produksi. Metode penelitian dilakukan secara eksperimental melalui dua tahapan: sebelum dan sesudah perbaikan sistem termal, yakni dengan pemasangan kain teflon tahan panas pada sealing jaws. Data dikumpulkan melalui pengukuran suhu kerja sealing jaws, jumlah produk gagal, dan efisiensi waktu produksi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa sebelum perbaikan, laju perpindahan panas mencapai 323,4 Watt dengan jumlah produk gagal yang tinggi. Setelah pelapisan teflon, energi panas turun menjadi 270 Watt karena adanya tambahan isolasi, yang menghasilkan distribusi suhu lebih stabil dan penurunan signifikan pada kegagalan produk. Selain itu, waktu pemanasan mesin meningkat efisien dari 10 menit menjadi 9,5 menit. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengendalian suhu pada mesin filling sangat penting untuk menurunkan kerusakan kemasan. Pemasangan kain teflon terbukti efektif dalam menstabilkan distribusi panas, meningkatkan kekuatan sealing, dan menekan tingkat kegagalan produk hingga di bawah batas ambang industri (<5%). Penelitian ini mendukung penerapan prinsip perpindahan panas konduksi dan teori material termal sebagai pendekatan sistematis dalam peningkatan kinerja sistem mekanik mesin filling.