Claim Missing Document
Check
Articles

Found 17 Documents
Search

TEKNIK PEMERIKSAAN COMPUTED TOMOGRAPHY SCANNING (CT-SCAN) THORAKS DENGAN KASUS MASSA PULMO DI INSTALASI RADIOLOGI RSPAU. DR. S. HARDJOLUKITO Puspita, Mega Indah; Utama, H. Nur; Felayani, Fadli
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol 4, No 2 (2013)
Publisher : STIKES Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.227 KB) | DOI: 10.33666/jitk.v4i2.86

Abstract

Di Instalasi Radiologi RSPAU Dr. S. Hardjolukito pemeriksaan CT-Scan Thoraks dengan kasus massa pulmo dilakukan tanpa menggunakan media kontras. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pemeriksaan CT-Scan Thoraks dengan kasus massa pulmo, alasan tanpa menggunakan media kontras serta kelebihan dan kekurangan tanpa menggunakan media kontras pada pemeriksaan CT-Scan Thoraks dengan kasus massa pulmo di Instalasi Radiologi RSPAU Dr. S. Hardjolukito.Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan cara pendekatan studi kasus. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dengan 3 radiografer, 1 dokter spesialis radiologi, 1 dokter pengirim dan 1 orang pasien, serta dokumentasi. Data yang diperoleh dari observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi kemudian dikategorikan untuk dibuat koding terbuka sesuai masalah yang diangkat oleh penulis. Koding tersebut akan memudahkan dalam pembuatan kuotasi yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil penelitian sehingga dapat ditarik kesimpulan dan saran.Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Instalasi Radiologi RSPAU Dr. S. Hardjolukito, teknik pemeriksaan CT- Scan Thoraks dengan kasus massa pulmo dilakukan tanpa menggunakan media kontras. Alasannya adalah karena dengan tanpa media kontras saja hasilnya sudah bisa menunjukan adanya kelainan.??Kata kunci : CT-Scan Thoraks, Massa Pulmo, Tanpa Media Kontras
PENENTUAN HASIL OPTIMAL KUALITAS CITRA MSCT THORAKS PADA KASUS TUMOR PARU DENGAN VARIASI NILAI WINDOWING (Di Instalasi Radiologi RS Telogorejo Semarang) PUSPITA, MEGA INDAH
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol 5, No 2 (2014)
Publisher : STIKES Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (665.786 KB) | DOI: 10.33666/jitk.v5i2.100

Abstract

108 halaman+ tabel+gambar+bagan+lampiranMulti Slice Computed Tomography (MSCT) adalah salah satu modalitas utama dalam mendiagnosa kasus tumor paru pada pemeriksaan thoraks. Dalam MSCT thoraks gambar yang dihasilkan biasa dibuat dalam tiga jenis metode window, yaitu window mediastinum, window lung dan bone window. Window mediastinum diutamakan untuk melihat jaringan soft tissue yang berada daerah thoraks, seperti jantung, pembuluh darah, dan jaringan soft tissue lainnya. Window lung digunakan untuk memperlihatkan lebih jelas organ paru?paru. Sementara bone window digunakan untuk memperlihatkan lebih jelas struktur jaringan tulang yang berada pada daerah thoraks. Nilai window width dan nilai window level yang digunakan dalam CT Scan thoraks window lung adalah merupakan suatu rentang nilai, nilai window width antara 1000 sampai dengan 2000 dan nilai window level antara -250 sampai dengan -850.Tujuan Penelitian : Untuk membuktikan bahwa terdapat hasil optimal terhadap kualitas citra MSCT Thoraks pada kasus tumor paru dengan menggunakan variasi nilai Window Width dan window level yang tepat.Metode Penelitian : Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain post test only. Besar sampel adalah satu pasien dengan dilakukan pengukuran langsung terhadap variasi nilai window width 1100-2000 dan nilai window level -500, -600, -700 pada radiograf polos (pre kontras) potongan axial. Kemudian dilakukan penilaian terhadap hasil kualitas citra anatomi oleh observer yaitu 3 orang dokter spesialis radiologi dengan menggunakan instrumentasi lembar kuisioner, kuisioner tersebut berisi 15 pertanyaan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Friedman Test.Hasil Penelitian : Dengan menggunakan uji friedman test pada variasi nilai window width 1100-2000 dengan menggunakan pengaturan window level ? 500, - 600, dan ? 700 didapatkan dari rata-rata nilai dari 3 observer maka terlihat distribusi dari nilai rata-rata (mean) yang paling optimal adalah pada nilai Window Width 1700 dan Window Width 1800 dengan menggunakan window level ? 600 sebesar 69,00, mean rank 8,67 dengan asymp sig .019. Hal ini berarti bahwa pada taraf signifikansi 95% didapatkan p value sebesar <0,001 atau probabilitas (a) di bawah 0,05 sehingga Ho ditolak Ha diterima.Kesimpulan : Ada perbedaan yang signifikan dari kualitas citra anatomis MSCT Thoraks dengan variasi nilai window width dan window level.Kata Kunci??? : MSCT Thoraks, Tumor Paru, Variasi Nilai WindowingKepustakaan : 21 (1998-2013)
PENGUJIAN KOLIMATOR DENGAN METODE COLLIMATOR TEST TOOL PADA PESAWAT SINAR-X MEREK SHIMADZU DI INSTALASI RADIOLOGI RS BHAYANGKARA SEMARANG Suraningsih, Nanik; Puspita, Mega Indah; Budiwati, Trisna
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol 6, No 2 (2015)
Publisher : STIKES Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (846.095 KB) | DOI: 10.33666/jitk.v6i2.110

Abstract

Pengujian kolimator dengan metode collimator test tool di Instalasi Radiologi RS Bhayangkara Semarang, berdasarkan observasi yang dilakukan, penulis menemukan adanya ketidaksesuaian luas lapangan cahaya kolimator pada pesawat sinar-X merek Shimadzu, sehingga penulis ingin melakukan pengujian kembali setelah sebelumnya pengujian dilakukan pada tahun 2012 namun belum diketahui hasilnya serta untuk mengetahui kembali kesesuaian antara luas lapangan kolimator dengan berkas sinar-X terhadap film dengan menggunakan alat Collimator Alignment Test Tool di sertai pengukurannya yang bertujuan untuk mengetahui hasil pengujian kolimator pada pesawat tersebut.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan menggunakan pendekatan eksperimental. Pengujian kolimator dilakukan pada pesawat sinar-X merek Shimadzu di Instalasi Radiologi RS Bhayangkara Semarang menggunakan variasi FFD 100 cm dan 90 cm serta variasi luas lapangan dengan ukuran 26x26 cm untuk daerah Adan 18x24 untuk daerah B dengan kV yang sama yaitu 42 kV pada eksposi yang pertama dan kedua, namun nilai mAs yang berbeda yaitu 3.2 mAs pada eksposi yang pertama dan 1.2 mAs pada eksposi yang kedua. Setelah data terkumpul, dilakukan penghitungan agar didapatkan hasil pengujian yang nilai pergeserannya tidak boleh>2% dari FFD yang digunakan.Hasil pengujian kolimator dengan metode collimator test tool pada pesawat sinar-X merek Shimadzu di Instalasi Radiologi RS Bhayangkara Semarang menunjukkan pada luas lapangan daerah Adengan variasi FFD 90 cm yaitu pada sumbu horizontal atau sisi X terjadi pergeseran luas lapangan kolimator terbesar yaitu sebesar 2.52% melebihi batas toleransi yang diperbolehkan, sedangkan untuk pergeseran terkecil terjadi pada luas lapangan daerah Adengan FFD 90 cm yaitu pada sumbu vertikal atau sisi Y yaitu sebesar 0.74%, namun pergeseran tersebut masih dalam batas toleransi yang diperbolehkan. Sebaiknya dilakukan perbaikan dan pengujian kolimator pada pesawat sinar-X merek Shimadzu, apabila perbaikan belum bisa dilakukan, sebaiknya setiap petugas ketika melakukan pemeriksaan diinstruksikan untuk mengatur luas lapangan cahaya kolimator lebih besar daripada biasanya. Hal ini bertujuan untuk menghindari terpotongnya gambaran radiograf akibat dari berkas sinar-X yang bergeser ke sisi dalam. Sedangkan untuk pengujian kolimator sebaiknya dilakukan secara berkala setiap satu bulan sekali, agar jika terjadi pergeseran luas lapangan kolimator dapat segera ditangani.?Kata Kunci : Kolimator, Pengujian, Collimator Test Tool
TEKNIK PEMERIKSAAN GIGI GELIGI INTRA ORAL PADA KASUS IMPAKSI DENGAN MENGGUNAKAN PESAWAT GENERAL PURPOSE DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD KOTA MUNTILAN Felayani, Fadli; Budiwati, Trisna; Puspita, Mega Indah
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol 4, No 2 (2013)
Publisher : STIKES Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (198.474 KB) | DOI: 10.33666/jitk.v4i2.85

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang teknik pemeriksaan gigi geligi intra oral pada kasus impaksi dengan menggunakan pesawat general purpose di Instalasi Radiologi RSUD Kota Muntilan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui teknik pemeriksaan gigi geligi intra oral pada kasus impaksi menggunakan pesawat general purpose dengan teknik kesejajaran dan untuk mengetahui proteksi radiasi yang dilakukan pada pemeriksaan gigi geligi intra oral.Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian dilakukan dengan cara observasi, dokumentasi dan wawancara dengan dokter gigi, radiografer, dan pasien. Data analisis yang diperoleh dari observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi kemudian direduksi untuk dibuat koding terbuka selanjutnya dilakukan interpretasi data dengan cara membandingkan antara teori dan lapangan untuk mendapatkan kesimpulan dan saran.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa teknik pemeriksaan gigi geligi intra oral pada kasus impaksi menggunakan pesawat general purpose di Instalasi Radiologi RSUD Kota Muntilan dilakukan menggunakan proyeksi kesejajaran dengan posisi pasien duduk di kursi pemeriksaan tanpa sandaran kepala dengan arah sinar horisontal. Fiksasi film di dalam mulut pasien menggunakan jari telunjuk atau ibu jari pasien. Proteksi radiasi yang dilakukan yaitu membatasi luas lapangan penyinaran seluas obyek yang dituju. Namun pasien tidak dipakaikan baju timah hitam (apron).?Kata Kunci : Gigi Geligi, General Purpose, Proteksi Radiasi
PENGARUH KECEMASAN AKADEMIS TERHADAP PRESTASI MAHASISWA STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG Puspita, Mega Indah
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan Vol 6, No 1 (2015)
Publisher : STIKES Widya Husada Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (953.863 KB) | DOI: 10.33666/jitk.v6i1.106

Abstract

Regulasi diri dalam belajar adalah cara belajar siswa aktif secara individu untuk mencapai tujuan akdemis dengan cara pengontrolan perilaku, memotivasi diri sendiri, dan menggunakan kognitifnya dalam belajar. Regulasi diri dalam belajar mempunyai peranan penting dalam suatu proses pembelajaran karena di perguruan tinggi mahasiswa dituntut untuk lebih mandiri dalam belajar. Mahasiswa harus mampu mengarahkan diri sendiri agar dapat memiliki kemampuan yang mengoptimalkan pembelajarannya. Regulasi diri juga dapat mengurangi kecemasan. Mahasiswa dengan meta kognitif yang baguslebih mudah dalam mengatasi kecemasan. Perilaku dalam belajar terutama dalam penerapan regulasi diri ini tidak lepas dari pengaruh eksternal (lingkungan belajar) serta kondisi internal (factor person atau individu). Kondisi internal yang berpengaruhantar alin perilaku. Perilaku yang kurang tepat dapat mengganggu proses belajar.Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang diarahkan mencari hubungan dan pengaruh antara variable independent yaitu kecemasan akademis dan variable dependent yaitu Prestasi Belajar Mahasiswa. Pendekatan yang digunakan adalah ex-post facto, karena tidak melakukan perubahan terhadap responden, tetapi berdasarkan gejala dan keadaan yang telah ada pada diri responden sebelum penelitian ini dilakukan. Sampel dalam penelitian sebesar 186 orang mahasiswa.Terdapat pengaruh negative dan signifikan kecemasan akademis terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa prodi D III Teknik Rontgen STIKES Widya Husada Semarang. Dengan demikian untuk mendapatkan Prestasi Belajar Mahasiswa yang tinggi, mahasiswa harus menekan atau mengendalikan kecemasan Kata Kunci: Kecemasan Akademis, Prestasi Mahasiswa, Pembelajaran
Collimator Testing On Siemens X-Ray Mobile Unit At Radiology Installations K.R.M.T Wongsonegoro Semarang General Hospital Kesawa Sudarsih; Nanik Suraningsih; Mega Indah Puspita
Journal of Health (JoH) Vol 5 No 2 (2018): Journal of Health - July 2018
Publisher : LPPM STIKES Guna Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1196.052 KB) | DOI: 10.30590/vol5-no2-p67-71

Abstract

The quality control program includes several tests, including collimator testing. According to Kepmenkes No.1250 Year 2009, collimator testing is done once a month or after repair. Radiology Installation RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang, when examined baby gram and thoraks using aircraft X-ray mobile unit with wide field settings according to object size, the result of the resulting radiograph cut off. This X-ray plane was used in 2006. During the use, no collimator testing has been performed. This study aims to determine the results of the suitability of light beam collimator. His type of research is quantitative research with observational approach. This research uses Collimator Test Tool tool with variation of FFD 100 cm and 150 cm, the field of irradiation is set 14x18 cm. The test results were tabulated, then analyzed based on Kepmenkes No.1250 in 2009. Limit tolerance value of shift ≤ 2% of FFD used. The result of collimator test shows that in FFD 100 cm we get the average X axis = 1.38%, Y axis = 1.5%. FFD 150 cm obtained average X axis = 1.73%, Y axis = 1.42%. The value of the shift that occurs is still within the limits of tolerance. We recommend that you do a periodical test once a month to ensure the quality of radiography.
Kepatuhan Tenaga Nonmedis Terhadap Pemakaian Alat Perlindungan Diri (APD) di Klinik PHC Kota Semarang: Compliance of Non-Medical Personnel to The Use of Personal Protection Equipment (PPE) in PHC Clinic, Semarang City Aryadiva Nugrahaning Prayoga; Nanik Suraningsih; Mega Indah Puspita
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat : Kesehatan Vol. 2 No. 1 (2022): Maret
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) STIKES Notokusumo Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (136.78 KB)

Abstract

Abstrak: Sebagai sarana pelayanan kesehatan, rumah sakit dapat menjadi salah satu sumber infeksi penyakit. Peningkatan derajat kesehatan tidak hanya ditujukan pada masyarakat, tetapi juga tenaga kesehatan. Pada awal tahun 2020, muncul adanya wabah pneumonia dari Wuhan, Provinsi Hubei, China. Wabah COVID-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan Desember 2019, dan ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret 2020. Virus SARS-CoV-2 atau dikenal dengan COVID-19 diduga menyebar di antara orang-orang terutama melalui percikan pernapasan (droplet) yang dihasilkan selama batuk. Upaya yang dapat digunakan untuk memutus penularan COVID-19 salah satunya adalah dengan menggunakan APD (Alat Pelindung Diri). Tujuan dari program kemitraan masyarakat ini adalah untuk meningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat khususnya pada tenaga non kesehatan dengan cara mengoptimalkan penggunaan APD (Alat Perlindungan Diri) untuk mencegah penyebaran virus COVID-19. Hasil dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat khususnya pada tenaga non kesehatan atau tenaga nonmedis adalah meningkatnya pengetahuan tentang pentingnya  penggunaan APD dan jenis-jenis APD yang harus digunakan terkait dengan wabah Covid-19.   Abstract: As a health service facility, the hospital can be a source of disease infection. Improving health status is not only aimed at the community, but also health workers. In early 2020, an outbreak of pneumonia emerged from Wuhan, Hubei Province, China. The COVID-19 outbreak was first detected in Wuhan City, Hubei Province, China in December 2019, and was designated a pandemic by the World Health Organization (WHO) on March 11, 2020. The SARS-CoV-2 virus, also known as COVID-19, is suspected to have spread between people mainly through respiratory droplets produced during coughing. One of the efforts that can be used to stop the transmission of COVID-19 is to use PPE (Personal Protective Equipment). The purpose of this community partnership program is to increase public knowledge and awareness, especially for non-health workers by optimizing the use of PPE (Personal Protective Equipment) to prevent the spread of the COVID-19 virus. The results of community service activities, especially for non-health workers or non-medical personnel, are increased knowledge about the importance of using PPE and the types of PPE that must be used in connection with the Covid-19 outbreak.
THE ROLE OF DCM4CHEE AS AN OPEN SOURCE PACS IN THE RADIOLOGY DEPARTMENT OF PRIMAYA HOSPITAL SEMARANG Nuha, M. Dzawin; Wibowo, Gatot Murti; Setjadiningra, Rr. Lydia Purna Widyastuti; Saputra, Kurniawan; Puspita, Mega Indah; Pranandya, Brian Ilham
Journal of Applied Health Management and Technology Vol 6, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jahmt.v6i1.10886

Abstract

This research explores the potential use of DCM4CHEE as an open-source Picture Archiving and Communication System (PACS) that is highly flexible for development in the current era. Despite being open source, DCM4CHEE has proven to be effective and reliable in healthcare settings, particularly in radiology department. Primaya Hospital Semarang has successfully implemented DCM4CHEE as an integrated archive system directly connected to CT Scan and Conventional X-Ray modalities. Direct observations were conducted over a significant period at the radiology installation of Primaya Hospital Semarang, which utilizes DCM4CHEE. This provided direct insights into how the system is implemented and used in practical situations. Furthermore, in-depth interviews were conducted with radiographers to gain their perspective on the experience of using DCM4CHEE. The research results indicate that the use of DCM4CHEE contributes positively in various aspects, including user-friendly operation, adequate utility, workflow improvement, and cost savings in healthcare services. The implementation of this software not only aids in the efficient management of radiological data but also reduces dependence on traditional filming systems, supporting the transition towards a paperless workflow. In conclusion, DCM4CHEE is reliable and highly beneficial in the context of healthcare services. Its adaptability allows seamless integration with Hospital Information Systems (HIS) and Radiology Information Systems (RIS), enhancing overall interoperability and efficiency. This research provides a foundation for recommending the use of DCM4CHEE as a customizable PACS solution that can positively contribute to improving the quality of radiology services in various healthcare department.
DESIGN AND CONSTRUCTION OF ORBITA PROTECTION EQUIPMENT FOR PANORAMIC EXAMINATION Indah Puspita, Mega; S.Si, M.Pd, Bagus Abimanyu; Handoko, Bagus Dwi; Wibowo, Ardi Soesilo; Darmawan, Erwin; isnoviasih, Susi tri; Fitriana, Ella
Journal of Applied Health Management and Technology Vol 6, No 2 (2024): October 2024
Publisher : Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jahmt.v6i2.11607

Abstract

Panoramic dental radiography uses X-rays to produce radiographs of the jaw and facial structures, from the teeth to the TMJ and the entire dental arch. Exposure to X-rays during an examination can be problematic because sensitive areas such as the thyroid gland and eyes adjacent to tooth structure also receive radiation exposure. Patients in panoramic examinations do not use eye radiation protection equipment for the orbit, namely Pb glasses, while the eyes are close to the dental arch which can receive radiation exposure, so eye radiation protection equipment is needed in panoramic examinations for patient safety. The aim of the research is to determine the function test and performance test of the Eye Radiation Protection Device.This type of research is quantitative research with an experimental approach. The research sample was 3 patients with variations of 3 kV: 70, 76, and 86 kV with a setting of 10 mA. The radiation dose to the eye was measured using a phantom and pocket dosimeter before and after using the radiation protection design tool, then looking for the average, difference and percentage and carrying out the Kruskal-Wallis spss test.The results of the three radiographs showed no artifacts, the exposure factor before using the device was 70 kV = 0.08 mSv, 76 kV = 0.17, 86 kV = 0.27 mSv while the radiation dose received after using the device with an exposure factor of 70 kV = 0 mSv, 76 kV = 0.86 kV = 0.003 mSv, while from the Kruskall-walls statistical test pre-test and post test kV 70 shows a significant value of 0.034 0.05, kV 76 does not show a significant value of 0.121 0.05, kV 86 shows a significant value of 0.043 0.05. The design of this eye radiation protection device has succeeded in reducing or reducing the radiation dose around the eyes by up to 100%. Meanwhile, the level of feasibility of the tool has a respondent score of 80%. Suggestions for using a thermoluminescence radiation measuring instrument (TLD) with smaller units, namely µSv.
Perbedaan Nilai Dosis Radiasi Permukaan Kulit Gonad pada Radiografi Abdomen Antero Posterior pada Nilai mA dan s Berbeda dengan Nilai mAs yang Sama Isnoviasih, Susi Tri; Bequet, Angga Yosainto; Nurcahyo, Panji Wibowo; Puspita, Mega Indah; Putri, Nabila Pramitya; Mufida, Widya
Jurnal Imejing Diagnostik (JImeD) Vol 11, No 1 (2025): JANUARY 2025
Publisher : Poltekkes Kemenkes Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31983/jimed.v1i1.12308

Abstract

Background: Abdominal radiography examination is one of the examinations that is often carried out and contains radiosensitive organs, namely the gonads. Milli Ampere Second (mAs) is one of the parameters regulated in making radiographs besides kV. mAs is the product of mA and s and there are often variations in the use of mA and s values to produce the same mAs value. This study's objective was to identifythe difference in radiation dose values for the surface of the gonad skin on anteroposterior abdominal radiographs with changes in different combinations of mA and s values.sMethods: This is pre-experimental quantitative research. The research object is body phantom. Data were collected by exposing abdomen radiography the body phantom and measured the amount of radiation dose to the skin surface of the gonad. mA and s setting : 160 mA 125 ms; 200 mA 100 ms; dan 250 mA 80 ms. Data analysis was carried out using statistical tests.Results: The average radiation dose to the skin surface of the gonad organs in the combination is 160 mA 125 ms; 200 mA 100 ms; and 250 mA 80 ms, namely 883.27 µGy; 883.09 µGy; and 883.72 µGy. Statistical test results show there is no significant difference between the combination of 160 mA 125 ms; 200 mA 100 ms; and 250 mA 80 ms, namely 883.27 µGy; 883.09 µGy with a significance of 0.748 (p-value 0.05). mAs determine the intensity of X-rays; the number of X-rays produced is proportional to milliamperes. As long as the mAs value remains constant, the amount of radiation intensity produced is the same, and the radiation dose is sameConclusions: There is no significant difference in the value of radiation dose to the skin surface of the gonad area on abdominal radiography with different combinations of mA and s values at the same mAs value