Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

PEMETAAN INDEKS MASSA TUBUH DAN LINGKAR PINGGANG SEBAGAI INDIKATOR OBESITAS DI KALANGAN MAHASISWA Santoso, Alexander Halim; Karjadidjaja, Idawati; Charissa, Olivia
Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Vol 1, No 2 (2017): Jurnal Muara Sains, Teknologi, Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmstkik.v1i2.859

Abstract

Latar belakang: Obesitas adalah salah satu masalah kesehatan dunia  di mana diperkirakan ada lebih dari tiga ratus juta penduduk dunia yang mengalami obesitas. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi gemuk pada remaja (16-18 tahun) adalah 7,3% dimana 1,6% nya merupakan obesitas. Mahasiswa yang tergolong ke dalam kelompok remaja cenderung lebih banyak duduk, jarang berolahraga dan pola makannya kurang baik. Kondisi ini menyebabkan mahasiswa berpotensi menderita obesitas. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan disain potong-lintang. Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai prevalensi obesitas di kalangan mahasiswa FK UNTAR. Penelitian dilakukan pada bulan September 2016 di Kampus I UNTAR, yang melibatkan 231 mahasiwa FK UNTAR angkatan 2016 berusia 15-21 tahun meliputi pengisian kuesioner dan pengukuran Berat Badan (BB), Tinggi Badan (TB), dan Lingkar Pinggang (LP). Mahasiswa yang mengikuti penelitian sebelumnya menanda tangani informed consent. Hasil: Didapatkan sebagian besar subjek berusia 18 tahun (67,4%; 17.87 ± 0,71) dengan sebagian besar (70,4%) adalah perempuan. Berdasarkan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT), didapatkan 26,1% subjek menderita obesitas. Sebanyak 61,5% subjek laki-laki dan 82,9% subjek perempuan beresiko obesitas sentral. Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan lebih dari seperempat mahasiswa Fakultas Kedokteran UNTAR angkatan 2016 menderita menderita obesitas dan lebih dari limapuluh persen beresiko terhadap obesitas sentral. Diperlukan penelitian lanjutan untuk dapat melihat faktor-faktor yang berperan terhadap obesitas di kalangan mahasiswa. Kata kunci: obesitas, remaja, mahasiswa, indeks massa tubuh, lingkar pinggang.
Gambaran asupan vitamin C pada mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara selama Covid-19 Susanto, Christopher Martinus; Charissa, Olivia
Tarumanagara Medical Journal Vol. 5 No. 2 (2023): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v5i2.25401

Abstract

Imunitas tubuh yang baik dibutuhkan untuk mengurangi risiko tertularnya penyakit terutama pada saat terjadinya pandemic Covid-19. Tetapi, masih banyak dari para remaja yang belum mengetahui dan kurang peduli terakit hal tersebut. Berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menjaga imunitas tubuh, salah satunya dengan makan makanan bergizi. Salah satu mikronutrien yang berperan besar dalam menjaga imunitas tubuh adalah vitamin C atau asam askorbat. Asupan vitamin C yang cukup adalah lebih dari 80% dari AKG pada pria maupun wanita. Tujuan dari studi ini adalah untuk mengetahui gambaran asupan vitamin C pada mahasiswa Fakultas Kedokteran di Universitas Tarumanagara selama masa pandemi COVID-19. Studi ini menggunakan metode deskriptif potong lintang. Metode pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan pengisian Food Frequency Questionnaire (FFQ). Total jumlah responden pada studi ini sebanyak 130 orang yang diambil dengan menggunakan non-random total sampling. Berdasarkan data, sebanyak 81 (62,3%) responden tidak rutin mengonsumsi vitamin C. Pada masa sebelum pandemi Covid-19 yang memiliki asupan vitamin C yang cukup sebesar 65,4% (85 responden), dan meningkat menjadi 82,3% (107 responden) pada masa pandemi Covid-19. Mahasiswa kedokteran Universitas Tarumanagara memahami bahwa diperlukannya konsumsi vitamin C dalam jumlah cukup sebagai salah satu cara untuk meningkatkan imunitas tubuh selama pandemic Covid-19.
Pemetaan awal kadar vitamin D dan faktor-faktor yang dapat memengaruhi pada masyarakat di Kelurahan Tomang Jakarta Barat Santoso, Alexander Halim; Charissa, Olivia; Firmansyah, Yohanes; Teguh, Stanislas Kotska Marvel Mayello; Lumintang, Valentino Gilbert
Tarumanagara Medical Journal Vol. 6 No. 1 (2024): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v6i1.29443

Abstract

Vitamin D ialah salah satu vitamin larut lemak dan memiliki peran penting dalam homeostasis kalsium dan metabolisme tulang. Kekurangan vitamin D masih banyak terjadi baik di negara maju maupun berkembang, dengan prevalensi di seluruh dunia mencapai 1 miliar orang. Hubungan antara vitamin D dan berbagai masalah kesehatan pada orang dewasa sangatlah kompleks dan memerlukan penelitian lebih lanjut untuk memahami sepenuhnya implikasi asupan dan status vitamin D terhadap kesehatan orang dewasa. Usia, ras, penggunaan tabir surya, pengobatan, dan penyakit malabsorpsi merupakan faktor-faktor yang memengaruhi kadar vitamin D. Studi ini bertujuan melihat gambaran awal faktor-faktor yang dapat memengaruhi kadar Vitamin D pada masyarakat di Kelurahan Tomang Jakarta Barat. Studi ini merupakan studi deskriptif dengan desain potong-lintang yang melibatkan 57 subyek. Pada studi ini didapatkan 94,7% subyek mengalami kekurangan Vitamin D. Beberapa faktor yang dapat memengaruhi antara lain usia, jenis kelamin, riwayat pendidikan, pendapatan, paparan terhadap sinar matahari, indeks massa tubuh, dan lingkar perut. Penelitian lanjutan diperlukan untuk melihat apakah ada hubungan antara faktor-faktor tersebut dengan kekurangan Vitamin D.
UPAYA MENINGKATKAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PENTINGNYA ALBUMIN DALAM PENYEMBUHAN LUKA PADA LANSIA Charissa, Olivia; Santoso, Alexander Halim; Kurniawan, Joshua; Wijaya, Dean Ascha; Setiawan, Fiona Valencia; Wijaya, Bryan Anna; Soebrata, Linginda; Suros, Angel Sharon
Community Development Journal : Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 6 (2023): Volume 4 Nomor 6 Tahun 2023
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/cdj.v4i6.20843

Abstract

Secara global, populasi individu lanjut usia kian meningkat seiring waktu. Salah satu masalah yang sering dihadapi ketika beranjak lanjut usia adalah hipoalbuminemia. Prevalensi hipoalbuminemia lebih tinggi tidak hanya pada pasien rawat inap dan pasien sakit kritis, namun juga individu lanjut usia. Ulkus dekubitus merupakan tanda hipoalbuminemia dan merupakan masalah kesehatan yang signifikan di seluruh dunia, dan umum terjadi pada lansia. Pengelolaannya memakan biaya miliaran dolar per tahun, sehingga membebani perekonomian kesehatan. Albumin dan asupan nutrisi memainkan peran penting dalam penyembuhan luka dan merupakan faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam penyembuhan luka pada lansia. Upaya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap albumin dalam PKM ini dilakukan melalui penyuluhan dan skrining atau deteksi dini penyakit pada kelompok lanjut usia. Pada kegiatan pengabdian ini digunakan tahapan kegiatan PDCA agar acara dapat berlangsung dengan baik dan efisien. Kegiatan ini mencakup 50 responden lanjut usia dengan rerata usia 75,92 (±11,14) tahun. Didapatkan 14% dari responden memiliki kadar albumin darah yang rendah (<3,5 g/dL). Dengan terlaksananya program ini diharapkan terdapat peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya albumin dalam penyembuhan luka pada lansia, sehingga kedepannya terdapat peningkatan kualitas hidup komunitas lansia dan mengurangi beban ekonomi akibat biaya perawatan akibat masalah perawatan luka.
HUBUNGAN SARAPAN DENGAN OBESITAS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA Hendra Putra, Yoel; Charissa, Olivia
Ebers Papyrus Vol. 30 No. 2 (2024): EBERS PAPYRUS
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/ep.v30i2.32827

Abstract

Latar belakang  : Proporsi berat badan berlebih dan obesitas di Indonesia pada orang dewasa terus meningkat setiap tahun, baik di perkotaan maupun pedesaan. Berbagai faktor seperti asupan energi yang lebih tinggi dibandingkan pengeluaran energi, jenis makanan yang dikonsumsi, serta kebiasaan melewatkan sarapan berperan dalam peningkatan risiko obesitas. Sarapan diketahui sebagai salah satu faktor penting dalam mengurangi risiko obesitas. Tujuan :Tujuan studi ini adalah untuk menyelidiki hubungan antara frekuensi sarapan mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara dan prevalensi obesitas. Metode : Studi ini menggunakan desain observasional potong lintang, dengan data yang dikumpulkan melalui kuesioner kebiasaan sarapan dan pengukuran antropometri untuk menentukan status gizi. Data yang dikumpulkan diolah menggunakan uji statistik chi-square. Hasil : Penelitian ini melibatkan 530 mahasiswa/i. Hasil menunjukkan hubungan signifikan antara frekuensi sarapan dan obesitas (p <0,05). Mahasiswa yang tidak sarapan memiliki kemungkinan lebih besar untuk menjadi obesitas dibandingkan dengan siswa yang sarapan secara rutin.  
Prevalensi risiko gangguan makan pada pelajar sekolah menegah atas di Manado: Perbandingan jenis kelamin dan status gizi Liemintang, Gregorius Edward; Charissa, Olivia
Tarumanagara Medical Journal Vol. 6 No. 2 (2024): TARUMANAGARA MEDICAL JOURNAL
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/tmj.v6i2.33352

Abstract

Gangguan makan di kalangan remaja merupakan masalah kesehatan global dengan prevalensi yang semakin meningkat, dengan risiko mortalitas tinggi, terutama pada anoreksia nervosa. Pada pria, prevalensi gangguan makan juga meningkat dan sering kali tidak terdiagnosis. Studi ini berfokus pada prevalensi gangguan makan berdasarkan jenis kelamin dan status gizi. Metode deskriptif observasional digunakan dengan data yang diperoleh dari kuesioner eating disorder examination questionnaire (EDE-Q) dan pengukuran status gizi melalui indeks massa tubuh (IMT). Studi dilakukan terhadap 230 siswa SMA di Manado. Mayoritas responden ialah perempuan (120 responden; 52,2%) dan 94 (40,9%) siswa dari seluruh responden berisiko gangguan makan. Laki-laki memiliki risiko gangguan makan yang lebih tinggi dibandingkan perempuan meskipun tidak terdapat perbedaan yang jauh (42,7% vs 39,2%). Diantara status gizi, risiko gangguan makan lebih bervariasi antar kelompok. Kelompok gizi lebih didapatkan paling berisiko (64,9%), diikuti oleh gizi normal (37,5%), dan kelompok gizi kurang memiliki risiko terendah (13,5%). Frekuensi perilaku gangguan makan berupa binge eating, muntah (self-induced vomitting), dan puasa juga diperoleh. Hasil ini menyoroti tingginya risiko gangguan makan dan perilaku terkait pada remaja terutama pada remaja laki-laki.
Upaya Preventif Diabetes Tipe 2 Melalui Edukasi Dan Skrining Gula Darah Puasa Pada Populasi Usia Produktif Di Kelurahan Grogol Charissa, Olivia; Santoso, Alexander Halim; Gunaidi, Farell Christian; Putra, Feri Yanto; Felicia, Ivana
Perigel: Jurnal Penyuluhan Masyarakat Indonesia Vol. 4 No. 2 (2025): Juni: Perigel : Jurnal Penyuluhan Masyarakat Indonesia
Publisher : Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56444/yb2xd353

Abstract

Type 2 diabetes mellitus is a chronic metabolic disease that is increasingly found in the productive age population and can have a major impact on quality of life, especially due to risk complications such as heart disease, nerve disorders, retinopathy, and kidney damage. Early symptoms are often not recognized because they are considered minor complaints, such as fatigue or frequent urination, so many cases are not diagnosed in the early stages. The Community Service Program (PKM) implemented in Grogol Village aims to increase public awareness of the importance of early detection of diabetes through fasting blood sugar screening activities. This activity uses the Plan-Do-Check-Act (PDCA) approach, including checking glucose levels with the Point-of-Care Testing (POCT) tool, as well as counseling on risk factors and prevention of diabetes. Of the 71 participants involved, 19 people (26.76%) were identified as having diabetes, 8 people (11.27%) had prediabetes, and the rest had blood sugar levels within normal limits. These results indicate that early screening is very important to prevent diabetes progression and severe complications, and is a foundation for building public awareness to maintain metabolic health sustainably.
Temuan Tekanan Darah Tinggi pada Remaja Sekolah Menengah Atas Tarakanita Citra Raya: Findings of High Blood Pressure in Adolescents of Tarakanita Citra Raya High School Charissa, Olivia; Santoso, Alexander Halim; Gunaidi, Farell Christian
Jurnal Pengabdian Masyarakat Bunda Delima Vol 4 No 2 (2025): EDISI AGUSTUS
Publisher : Akademi Keperawatan Bunda Delima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59030/jpmbd.v4i2.88

Abstract

Remaja merupakan kelompok usia yang mengalami transisi penting dalam aspek fisik dan psikososial. Sayangnya, kesadaran terhadap kesehatan, khususnya pemantauan tekanan darah, masih rendah di kalangan remaja. Padahal, hipertensi pada usia muda dapat berkembang secara asimtomatik dan berpotensi menimbulkan komplikasi di masa depan. Deteksi dini melalui skrining tekanan darah menjadi langkah strategis dalam mencegah penyakit tidak menular sejak usia sekolah. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan pada 5 Juni 2025 di SMA Tarakanita, Citra Raya, Tangerang. Sebanyak 144 siswa mengikuti pemeriksaan tekanan darah menggunakan sfigmomanometer digital OMRON. Kriteria tekanan darah tinggi merujuk pada nilai ?140/90 mmHg. Pengukuran dilakukan oleh tenaga terlatih dan data dicatat secara agregat untuk menjaga kerahasiaan. Mayoritas peserta berusia 15–16 tahun dengan rerata usia 15,60 tahun (SD 0,53). Komposisi jenis kelamin terdiri dari 66 laki-laki (45,8%) dan 78 perempuan (54,2%). Rata-rata tekanan darah sistolik adalah 124,24 mmHg dan diastolik 71,18 mmHg. Sebanyak 31 siswa (21,5%) tercatat memiliki tekanan darah tinggi. Proporsi remaja dengan tekanan darah tinggi cukup signifikan dan menunjukkan pentingnya skrining rutin di lingkungan sekolah. Diperlukan intervensi lanjutan berupa edukasi gizi, peningkatan aktivitas fisik, serta pemantauan kesehatan berkala untuk mencegah hipertensi sejak dini.
Hubungan Kadar Vitamin D Dengan Kadar Albumin Pada Kelompok Lanjut Usia di Panti Santa Anna Ernawati, Ernawati; Charissa, Olivia; Santoso, Alexander Halim; Firmansyah, Yohanes; Wijaya, Dean Ascha; Nathaniel, Fernando; Satyanegara, William Gilbert; Sugiarto, Hans; Warsito, Jonathan Hadi; Lumintang, Valentino Gilbert; Suros, Angel Sharon
Malahayati Nursing Journal Vol 6, No 2 (2024): Volume 6 Nomor 2 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v6i2.13123

Abstract

ABSTRACT Low albumin and vitamin D levels in the elderly are often due to factors such as malnutrition, inflammation, and illness. A deficiency in albumin can affect the availability of vitamin D because it binds to albumin. Maintaining normal levels of albumin and vitamin D in the elderly has positive impacts on nutrition, healing, infection prevention, and metabolic function. This cross-sectional study aimed to investigate the relationship between vitamin D levels and albumin levels in the elderly. It was conducted at Santa Anna Elderly Care Home in November 2023. The variables in this study were vitamin D levels and albumin levels. Statistical analysis was performed using the Mann-Whitney test. Out of 47 respondents, the average age was 77.55 years. Mann-Whitney test results indicated no significant relationship between 25-hydroxyvitamin D levels and albumin levels in blood serum (p-value: 0.770). The correlation between these two variables showed a negative correlation, meaning that lower levels of 25-hydroxyvitamin D were associated with higher albumin levels. This is interesting because it contradicts the research hypothesis, suggesting that albumin levels may be influenced by factors outside the variables being studied. The correlation result of 0.044 falls into the category of very weak and cannot be considered a determining variable between two variables. Further analysis using the Mann-Whitney test revealed that there was no significant relationship or difference in mean values between 25-hydroxyvitamin D levels in the hypoalbuminemia and normal groups (p-value: 0.919), and there was no significant relationship or difference in mean values between albumin levels in the vitamin D deficiency and normal groups. Keywords: Albumin, Elderly, Vitamin D  ABSTRAK Albumin dan vitamin D yang rendah pada lanjut usia dapat terjadi karena faktor malnutrisi, inflamasi, dan penyakit. Kekurangan albumin dapat memengaruhi ketersediaan vitamin D, hal ini disebabkan vitamin D terikat pada albumin. Memiliki kadar albumin dan kadar vitamin D yang normal pada lanjut usia berdampak positif pada status nutrisi, penyembuhan, pencegahan infeksi, dan fungsi metabolik. Penelitian potong lintang ini bertujuan mengetahui hubungan kadar vitamin D dengan kadar albumin pada lanjut usia yang dilakukan di Panti Lansia Santa Anna pada November 2023. Variabel dalam penelitian ini adalah kadar vitamin D dan kadar albumin. Analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney. Dari 47 responden, rata-rata usia adalah 77,55 tahun. Hasil uji Mann Whitney menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar 25-hidroksi vitamin D dengan kadar albumin dalam serum darah (p-value: 0,770). Hasil korelasi antara kedua variabel tersebut menunjukan korelasi negatif yang berarti semakin rendah kadar 25-hidroksi vitamin D maka akan semakin tinggi kadar albumin. Hal ini cukup menarik dikarenakan berlawanan dengan hipotesis penelitian yang berarti pula sebenarnya kadar albumin disebabkan oleh banyak faktor di luar variabel yang diteliti. Hasil korelasi 0,044 masuk dalam kategori sangat lemah dan tidak dapat diperhitungkan sebagai variabel penentu antara kedua variabel. Hasil analisis lanjutan dengan uji Mann Whitney didapatkan hasil bahwa tidak terdapat hubungan atau perbedaan rerata yang bermakna antara kadar 25-hidroksi vitamin D pada kelompok hipoalbumin maupun kelompok yang normal (p-value: 0,919) serta tidak terdapat hubungan atau perbedaan rerata yang bermakna antara kadar albumin pada kelompok defisiensi vitamin D dan kelompok normal. Kata Kunci: Albumin, Lanjut Usia, Vitamin D
Hubungan Kadar Insulin Puasa dengan Indeks Massa Tubuh Pada Kelompok Lanjut Usia di Panti Lanjut Usia Charissa, Olivia; Santoso, Alexander Halim; Kurniawan, Joshua; Wijaya, Dean Ascha; Nathaniel, Fernando; Firmansyah, Yohanes; Wijaya, Bryan Anna; Gracienne, Gracienne; Satyo, Yovian Timothy; Ranonto, Steve Vallery
Malahayati Nursing Journal Vol 6, No 7 (2024): Volume 6 Nomor 7 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/mnj.v6i7.13126

Abstract

ABSTRACT Elderly population is increasing globally. One of the global adversity is obesity. Prevalence of obesity in the elderly population is growing over time and has become a global threat. Obesity also affect insulin level and resistancy, becoming the foundation for diabetes melitus, the unending global health problem. This will bring various health risks for elderly. This study aims to find out the correlation between fasting insulin level with body mass index in the elderly population. This cross-sectional study was done in Santa Anna Nursing Home. The sampling method is total sampling. Body mass index data collection was carried out according to standard physical examination protocols and insulin level analysis was carried out according to standard laboratory protocols. Statistic analysis used in the study is Spearman correlation, with hoped significance level of 5% and power of 80%. We found 31 respondents with mean age of 73.1 (±9.55) years with female as the dominant gender. The median of insulin level were 10 (5,4 – 29,,5) uIU/mL, with mean BMI of 22,24 (3,95) kg/m2. Statistical analysis found no significant correlation between fasting insulin level with BMI (p-value : 0.179), but clinically could be seen that increase of fasting insulin level will affect the increase of BMI though its only a weak correlation (r-spearman : 0.248). Fasting insulin level plays a role and could affect body mass index in the elderly body.  Keywords: Body Mass Index, Elderly, Fasting Insulin, Nursing Home  ABSTRAK Jumlah penduduk lanjut usia secara global akan terus meningkat. Salah satu permasalahan yang mendunia adalah obesitas. Prevalensi obesitas pada populasi lanjut usia kian meningkat dan menjadi ancaman global. Obesitas juga memengaruhi kadar dan resistensi insulin yang menyebabkan diabetes melitus menjadi masalah kesehatan yang tak kunjung berakhir di dunia. Hal ini menjadi dasar berbagai risiko kesehatan pada lansia. Studi ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang bermakna antara kadar insulin puasa dengan indeks massa tubuh pada kelompok lanjut usia. Studi cross-sectional ini dilaksanakan di Panti Lanjut Usia Santa Anna. Metode pengambilan sampel berupa total sampling. Pengambilan data indeks massa tubuh dilakukan sesuai protokol pemeriksaan fisik standar dan analisa kadar insulin dilaksanakan sesuai protokol laboratorium standar. Analisa statistik yang digunakan pada penelitian ini berupa analisa korelasi spearman, dengan nilai signifikansi yang diharapkan pada penelitian ini adalah sebesar 5% dengan kekuatan penelitian sebesar 80%.  Didapatkan 31 responden dengan rerata usia sebesar 73,1 (±9,55) tahun dengan dominan berjenis kelamin perempuan (71,0%). Rerata kadar insulin puasa adalah 10 (5,4 – 29,,5) uIU/mL, dengan rerata IMT 22,24 (3,95) kg/m2. Pada uji statistik tidak didapatkan korelasi yang bermakna antara kadar insulin puasa dengan IMT (p-value : 0.179), tetapi secara klinis dapat terlihat bahwa peningkatan kadar insulin puasa akan berdampak terhadap peningkatan IMT walaupun tergolong dalam korelasi lemah (r-spearman : 0.248). Kadar insulin puasa tampak memegang peranan dan dapat berdampak terhadap indeks massa tubuh pada lansia. Kata Kunci: Indeks Massa Tubuh, Insulin Puasa, Lanjut Usia, Panti Lanjut Usia