Claim Missing Document
Check
Articles

Found 15 Documents
Search

Peningkatan Keahlian Sumber Daya Manusia Bagi Pelaku UMKM Fashion Kota Denpasar Melalui Pelatihan Merajut Diantari, Ni Kadek Yuni; Sukmadewi, Ida Ayu Kade Sri; Sudharsana, Tjokorda Istri Ratna Cora; Rahayu, Made Tiartini Muda; Pebryani, Nyoman Dewi; Utami, Ni Luh Ayu Pradnyani; Udiyani, Ni Made Santi; Sukawati, Tjokoda Gde Abinanda; Paramita, Ni Putu Darmara Pradnya; Tenaya, Anak Agung Ngurah Anom Mayun Konte; Priatmaka, I Gusti Bagus; Prayatna, I Wayan Dedy; Mahadewi, Ida Ayu Ari
Abdi Widya: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol 3 No 2 (2024): Abdi Widya: Jurnal Pengabdian Masyarakat
Publisher : Pusat Penerbitan LP2MPP ISI Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/awjpm.v3i2.4500

Abstract

Pelatihan merajut ini dilakukan sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat khususnya bagi UMKM bidang fashion dikota Denpasar. Pelatihan merajut digagas untuk meningkatkan keahlian bagi UMKM dalam produksi produk fashion yang kreatif dan inovatif sekaligus menambah nilai dari produk fashion sehingga mampu memperluas jangkauan produk yang ditawarkan. Metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dilakukan untu menganalisa data terkait permasalahan yang dihadapi oleh UMKM fashion di kota Denpasar dan ketepatan metode pembelajaran teknik merajut sebagai langkah pelaksanaan pelatihan merajut untuk mewujudkan produk fashion yang kreatif, inovatif serta bernilai ekonomis bagi UMKM. Pelaksanaan pelatihan merajut ini diselenggarakan selama lima hari untuk memahami teknik merajut hingga tercipta produk tas rajutan dengan tiga tahapan yang terdiri dari 1) tahap persiapan yang meliputi identifikasi peserta, penyusunan materi, dan persiapan alat dan bahan; 2) tahap pelaksanaan yang meliputi kegiatan penyampaian materi, pendampingan; 3) tahapan akhir dengan mengadakan evaluasi. Kegiatan pelatihan merajut ini mampu meningkatkan kemampuan SDM pelaku UMKM kota Denpasar khususnya dalam keahlian merajut dasar yang bermanfaat bagi UMKM fashion kota Denpasar dalam mengembangkan produk fashion dengan sentuhan tangan yang unik dan menarik untuk dipasarkan.
Sarad Pulagembal The Symbol Of Universe Utami, Ni Luh Ayu Pradnyani; Ratna Cora S., Tjok Istri; Sukarya, I Wayan
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 1 No. 1 (2021): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1945.437 KB) | DOI: 10.59997/bhumidevi.v1i1.302

Abstract

Sarad Pulagembal adalah salah satu bentuk upakara persembahan dalam wujud besar (mewah/utama) yang dipersembahkan oleh umat Hindu di Bali pada upacara keagamaan tingkat utama. Upakara ini terlihat sangat menonjol pada saat ritual keagamaan karena keunikan bentuk dan warnanya yang mencolok. Upakara yang terbuat dari susunan jajan berbahan tepung beras ini merupakan manifestasi bhakti umat dalam mempersembahkan segenap isi alam semesta kehadapan Tuhan (Sang Hyang Widhi). Melihat keunikan bentuk dan proses pembuatan serta filosofi yang terkandung dalam Sarad Pulagembal ini muncul ide untuk menjadikan Sarad Pulagembal sebagai konsep dalam penciptaan busana wanita ready to wear, ready to wear deluxe, dan haute couture. Busana wanita dengan Sarad Pulagembal sebagai konsep penciptaan, mengangkat filosofi, warna, dan pengulangan bentuk organik dari Sarad Pulagembal. Busana ready to wear, ready to wear deluxe dan haute couture ini merepresentasikan bentuk-bentuk organik pada Sarad Pulagembal yang menyimbolkan isi alam semesta seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Dalam proses penciptaan busana wanita ini melalui 8 tahapan penciptaan Desain Fashion yaitu : ide pemantik (design brief), riset dan sumber (research and sourching), pengembangan desain (design development), prototypes, sample, and construction, koleksi akhir (final collection), promosi, pemasaran, brand, dan penjualan (promotion, marketing, branding and sale), produksi (production), serta bisnis (bussines). Hasil penciptaan ini diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan khususnya dibidang Desain Fashion mengenai konsep Sarad Pulagembal yang diwujudkan dalam produk busana wanita serta membantu masyarakat agar dapat mengenal Sarad Pulagembal sebagai salah satu tradisi dan budaya Bali dalam bentuk produk busana wanita
Anunga Dharma Ing Loka: Metafora Wayang Lemah Dalam Busana Sexy Alluring Udayani, Ni Luh Putu Dian Paramita; Sukmadewi, Ida Ayu Kade Sri; Utami, Ni Luh Ayu Pradnyani
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 5 No. 2 (2025): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v5i2.6039

Abstract

Tradisi wayang lemah (wayang gedog) merupakan pementasan wayang yang dilaksanakan hanya pada siang hari (lemah), awalnya pementasan ini dilaksanakan pada tahun 1980 dan dikembangkan hingga saat ini. Wayang lemah ini adalah salah satu wayang yang di sakralkan, ketiga wayang tersebut ialah wayang sudhamala, wayang lemah, dan wayang sapuh leger. Berbeda dengan pementasan wayang pada umumnya, pementasan wayang lemah ini tanpa layer atau kelir dan lampu belencong melainkan hanya menggunakan gedebong atau pelepah pisang, benang tukelan, kayu pohon dadap, dan keropak. Wayang lemah ini merupakan pementasan ngiring pedanda atau disebut juga dengan pementasan pengiring pedanda. Pementasan wayang lemah sampai sekarang kerap dipertunjukkan untuk memberi pelajaran dharma untuk masyarakat di Bali. Oleh karena itu penulis ingin menunjukan dan memperkenalkan tradisi wayang lemah ini dalam bentuk penciptaan busana dipadukan dengan gaya sexy alluring. Penciptaan karya busana ini menggunakan teori Frangipani: The Secret Steps of Art Fashion oleh Ratna Cora. Penciptaan busana Ready to Wear, Ready to Wear Deluxe, dan Semi Couture menggunakan gaya bahasa metafora. Penciptaan karya ini diharapkan dapat mengedukasi masyarakat mengenai adanya tradisi wayang lemah di Bali yang merupakan salah satu kekayaan budaya yang memiliki nilai kearifan lokal.
Samadhi Ing Nirmala Metafora Tradisi Siat Sampian Dalam Busana Classic Elegant Pramana, Cokorda Bagus Eka Aditya; K. Tenaya, A.A. Ngurah Anom Mayun; Utami, Ni Luh Ayu Pradnyani
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 5 No. 2 (2025): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v5i2.6041

Abstract

Tradisi Siat Sampian yang berasal dari Desa Bedulu, Gianyar, merupakan sebuah ritual upacara sekaligus pertunjukan yang menggambarkan perang dalam suasana sakral, diadakan empat hari setelah pujawali. Dalam ritual ini, senjata yang digunakan adalah rangkaian janur yang dikenal sebagai sampian. Filosofi di balik pertunjukan perang ini adalah melawan "Dharma" yang berarti kebaikan, melawan "Adharma" yang berarti kejahatan. Proyek ini bertujuan untuk menyelesaikan studi independen tentang penciptaan busana sebagai sebuah karya tugas akhir. Proses kreatif ini dilakukan melalui metode frangipani yang terbagi dalam sepuluh tahap, dengan fokus utama pada penciptaan busana Ready to Wear, Ready to Wear Deluxe, dan Semi Couture. Karya busana ini diilhami oleh Tradisi Siat Sampian yang mencerminkan kekayaan budaya Bali dan dikembangkan bekerja sama dengan CV. De Galuh Boutique. Studi independen ini tidak hanya mengeksplorasi proses penciptaan karya busana, tetapi juga memeriksa pengaruh budaya dalam desain fashion, serta meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk berkomunikasi secara efektif dengan industri. Diharapkan, hasil dari penciptaan ini dapat memberikan wawasan mengenai potensi elemen tradisional di dunia fashion. Melalui sepuluh tahapan penciptaan ini, diharapkan akan dihasilkan tiga karya busana tugas akhir yang terinspirasi oleh konsep "samadhi ing nirmala," yang diambil dari implementasi Tradisi Siat Sampian dan dituangkan dalam judul karya busana tugas akhir tersebut.
Pajaga Tari Nusantara : Metafora Menara Pinisi Dalam Gaya Busana Edgy Futuristic di UD Charisma Bali Dwipayana, I Kadek Krisna; Sukmadewi, Ida Ayu Kade Sri; Utami, Ni Luh Ayu Pradnyani
BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design Vol. 5 No. 2 (2025): Bhumidevi
Publisher : Pusa Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59997/bhumidevi.v5i2.6044

Abstract

Menara Phinisi di Makassar adalah landmark ikonik yang terinspirasi dari perahu tradisional Bugis-Makassar, pinisi, yang melambangkan kejayaan pelayaran dan perdagangan maritim Indonesia. Sebagai simbol budaya, Menara Pinisi merepresentasikan semangat eksplorasi dan ketangguhan masyarakat pesisir. Konsep Pajaga Tasi Nusantara, yang berarti "Penjaga Laut," menggambarkan figur pelaut yang bertanggung jawab menjaga keseimbangan alam dan keselamatan komunitas pesisir. Sosok ini memiliki pengetahuan mendalam tentang laut, cuaca, serta cara bertahan hidup di perairan luas, menjadikannya bagian penting dari tradisi maritim Nusantara.Terinspirasi dari filosofi ini, karya busana dikembangkan melalui konsep Frangipani yang terdiri dari sepuluh tahapan. Proses ini mencakup penelitian, analisis estetika, visualisasi, serta penciptaan desain dengan pendekatan kapitalis humanis. Setiap tahapan bertujuan menghadirkan koleksi yang tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga makna mendalam tentang budaya dan sejarah maritim.Koleksi yang dihasilkan terdiri dari tiga kategori utama: ready to wear, ready to wear deluxe, dan haute couture. Setiap rancangan mengadopsi pendekatan metafora dengan gaya edgy, menghadirkan interpretasi modern dari semangat pelayaran dan keberanian para penjaga laut. Melalui eksplorasi desain yang inovatif, karya ini diharapkan menjadi bentuk penghormatan terhadap warisan budaya Bugis-Makassar sekaligus memperkenalkannya dalam dunia fashion kontemporer.