Penelitian ini mengkaji pernyataan kontroversial tokoh agama Gus Miftah kepada seorang penjual es teh sebagai sebuah praktik sosial yang merefleksikan struktur kekuasaan dan ideologi yang lebih luas. Dengan berfokus pada dimensi makrostruktural dari model Analisis Wacana Kritis (AWK) Norman Fairclough, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana konteks situasional, institusional, dan sosial-budaya memungkinkan dan memberi makna pada wacana tersebut. Metode penelitian kualitatif digunakan dengan menganalisis data rekaman video, dokumen kelembagaan, dan literatur sosial. Hasil analisis menunjukkan bahwa wacana tersebut lahir dalam konteks situasional "Tabligh Akbar hibrida" yang cair. Secara institusional, wacana ini mengekspos konflik norma antara etika institusi agama dan negara. Pada level sosial yang paling fundamental, pernyataan ini dianalisis sebagai praktik kekuasaan yang dimungkinkan oleh kesenjangan status sosial dan menjadi arena pertarungan antara ideologi hierarkis-paternalistik dengan ideologi egaliter-demokratis. Disimpulkan bahwa sebuah peristiwa wacana tunggal dapat berfungsi sebagai cerminan kuat dari ketegangan sosial dan ideologis dalam masyarakat.