Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit kronis menular yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia, Tuberkulosis paru masih menjadi masalah utama kesehatan di masyarakat dengan angka kematian yang tinggi. Cakupan pengobatan penderita TB Paru belum mencapai seratus persen bahkan ditemukan penderita yang drop out dikarenakan tidak patuh berobat sehingga mengalami resistensi dan risiko kekambuhan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien TB paru adalah PMO yang berperan aktif menjalankan tugasnya. Pemerintah Kota Tangerang melalui Dinas Kesehatan mencatat pada 2020, ditemukan sebanyak 3.908 kasus Tuberkulosis (TBC) dan 78 diantaranya atau 2,2% meninggal. Sedangkan pada 2021 ditemukan sebanyak 4.414 kasus TBC dan 35 diantaranya atau 0,8% meninggal. Jika dibandingkan dengan Covid-19, tingkat kematian penyakit TBC dinyatakan hampir sama. Sedangkan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tangerang menyebutkan jumlah kasus tuberkulosis atau TBC di wilayahnya mengalami peningkatan. Angkanya, hingga mencapai 9.000 kasus dengan penderita yang terserang adalah usia produktif, yaitu usia 18 sampai 45 tahun (Dinkes. 2022). Prevalensi Kasus TB PARU diRS, Medika Lestari Ciledug Tangerang pada tahun 2023 meningkat 60% dari tahun 2022 dengan jumlah kasus 275 kasus setiap bulannya. Tuberkulosis (TBC) membutuhkan pengobatan jangka panjang, yang sering kali menyebabkan kebosanan dan ketidakpatuhan di antara pasien. Program DOTS melibatkan Pengawas Minum Obat (PMO), yang dapat dilakukan oleh anggota keluarga untuk memastikan pasien menjalani regimen pengobatan mereka dengan benar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara peran keluarga sebagai PMO dan kepatuhan minum obat pada pasien TB di Poliklinik Rawat Jalan RS ML Ciledug. Penelitian deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional ini melibatkan 50 pasien TB yang dipilih secara acak pada Oktober hingga November 2024. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas anggota keluarga yang bertindak sebagai PMO memiliki peran yang baik (70%), dan tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat berada pada tingkat sedang (72%). Namun, analisis statistik menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara peran keluarga sebagai PMO dengan kepatuhan minum obat (p > 0,05). Penelitian ini menyarankan pentingnya meningkatkan program dukungan keluarga untuk membantu meningkatkan kepatuhan pengobatan TB.