Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Comparison of Antioxidant and Anti-hyaluronidase Potentials of Pineapple Core Extract (Ananas comosus (L.) Merr.) and Luteolin Jusri, Ridza; Widodo, Wahyu Setia; Widowati, Wahyu; Armansyah, Adek; Sormin, Delores Elisabeth; Fachrial, Edy; Lister, I Nyoman Ehrich
Majalah Kedokteran Bandung Vol 51, No 2 (2019)
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15395/mkb.v51n2.1629

Abstract

Skin aging processes are divided into chronological aging and premature aging. Premature aging is generally caused by free radicals, from both air pollution and photoaging. Natural compounds from plant extracts are among sources of antioxidants and anti-hyaluronidase which have the ability to prevent antiaging. One of the potential fruits related to antioxidant and antiaging activities is Anana scomosus. A. comosus has a number of phenolic compounds with biological activities. One of the main phenolic compounds in A. comosus is luteolin. The aim of this study was to evaluate the antioxidant and antiaging potentials of Pineapple Core Extract (PCE). This study was conducted at the Biomolecular and Biomedicine Research Center, Aretha Medika Utama from August to November 2018. Analysis of antioxidants from PCE and luteolin was carried out using H2O2 scavenging activity assay. The antiaging assay was carried out through inhibition of hyaluronidase enzyme, one of the important enzymes in the aging process. Luteolin had lower IC50 value of H2O2 scavenging activity of around 24.12±3.13 μg/ml, which was better than CPE with IC50 of 304.56±3.76μg/mL. The results of hyaluronidase inhibition activity assay showed that luteolin compound had a lower IC50 value of 67.38±3.99 μg/mL when compared to PCE with an IC50 value of 161.15±1.05 μg/mL. Hence, Luteolin has higher antioxidant and anti-hyaluronidase activities than PCEPerbandingan Aktivitas Antioksidan dan Antihialuronidase Ekstrak Bonggol Buah Nanas (EBN) dengan Senyawa LuteolinTerdapat dua jenis proses penuaan kulit, penuaan kronologis dan penuaan dini. Penuaan dini umumnya disebabkan oleh radikal bebas, baik dari polusi udara maupun photoaging. Penggunaan antioksidan dan antihialuronidase untuk mencegah proses penuaan telah banyak diketahui. Ananascomosus merupakan salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai antipenuaan dan antioksidan karena mengandung sejumlah senyawa fenolik yang memiliki berbagai aktivitas biologis. Salah satu senyawa fenolik utama dalam A. comosus adalah luteolin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi potensi antioksidan dan anti-aging dari Ekstrak Bonggol Nanas (EBN) dan senyawa pembandingnya yaitu luteolin . Penelitian ini dilakukan di Biomolecular and Biomedicine Research Center, Aretha Medika Utama dari Agustus hingga November 2018. Pengujian antioksidan dari EBN dan luteolin  dilakukan menggunakan uji pemerangkapan H2O2. Uji antipenuaan dilakukan melalui uji penghambatan aktivitas hialuronidase, salah satu enzim penting dalam proses penuaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Luteolin  memiliki nilai IC50 aktivitas pemerangkapan H2O2lebih rendah sekitar 24.12±3.13 μg/ml lebih baik daripada EBN dengan IC50 sebesar 304.56±3.76μg/mL. Hasil uji aktivitas penghambatan hialuronidase, senyawa luteolin  memiliki nilai IC50 lebih rendah, yaitu sebesar 67,38±3,99 μg/mL dibanding dengan EBN nilai IC50 161,15±1,05μg/mL. Hasil ini menunjukkan bahwa senyawa pembanding luteolin  memiliki aktivitas antioksidan dan antihialuronidase yang lebih tinggi daripada EBN. 
Infeksi penyakit kulit pada anak dan determinannya Silalahi, Marlinang Isabella; Sibagariang, Eva Ellya; Henrista, Nanda; Sormin, Delores Elisabeth; Kurniawan, Evan; Wilsen, Wilsen
Jurnal Prima Medika Sains Vol. 4 No. 1 (2022): Juni
Publisher : Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/jpms.v4i1.2373

Abstract

Penyakit kulit merupakan salah satu jenis penyakit yang sering ditemukan pada anak akibat kurang memperhatikan kebersihan diri dan sanitasi lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan infeksi penyakit kulit pada anak. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan rancangan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 62 orang. Data diuji secara statistik dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara personal hygiene (0,000) dan sanitasi lingkungan (0,000) dengan kejadian infeksi penyakit kulit pada anak, Disarankan agar memperhatikan personal hygiene anak terutama dalam hal mencuci tangan dengan sabun dengan baik dan benar dan mengganti pakaian setelah mandi. Promosi kesehatan terutama yang berkaitan dengan masalah penyakit penyakit kulit infeksi perlu ditingkatkan agar masyarakat lebih peduli dengan risiko infeksi penyakit kulit.
Comparison of Sensitivity and Specificity between Tuberculin Skin Test (TST) and Interferon-Gamma Release Assays (IGRA) for Latent TB Infection (LTBI) in Household Contacts of Drug-Sensitive TB Patients in Medan Sundari, Rina; Sinaga, Bintang Yinke Magdalena; Sormin, Delores Elisabeth; Wahyuni, Arlinda Sari
Jurnal Impresi Indonesia Vol. 4 No. 8 (2025): Indonesian Impression Journal (JII)
Publisher : Riviera Publishing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.58344/jii.v4i8.6926

Abstract

Latent Tuberculosis Infection (LTBI) is a condition characterized by the absence of clinical symptoms of active disease, yet it carries the risk of progressing to active tuberculosis (TB), particularly within the first two years following infection. The diagnosis of LTBI relies on immunological tests, such as the Tuberculin Skin Test (TST) and Interferon-Gamma Release Assays (IGRA), each with its own strengths and limitations. To compare the sensitivity and specificity of TST and IGRA in the diagnosis of LTBI in household contacts of drug-sensitive TB patients in Medan. This study is an analytical observational study with a cross-sectional design involving 105 subjects who were household contacts of drug-sensitive TB patients. All subjects underwent chest X-ray, TST, IGRA, and Xpert MTB/RIF examination when indicated. Data were statistically analyzed using the Chi-Square test. Among 105 participants, 93 did not have pulmonary TB. Of 93 subjects, 24.7% tested positive by TST and 32.3% by IGRA. TST's calculated sensitivity and specificity compared to IGRA were 76.7% and 63.5%, respectively. TST demonstrates lower sensitivity and specificity than IGRA in diagnosing LTBI. However, TST remains a valuable screening tool, particularly in resource-limited settings.