Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

IDENTIFIKASI SOIL TRANSMITTED HELMINTHS (STH) DI SAYURAN SELADA YANG TERDAPAT PADA MAKANAN BURGER DI KOTA MEDAN girsang, ermi; Silalahi, Marlinang I.; Khoironissa, Analita
Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat Vol 3 No 1 (2018): Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat
Publisher : Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Sari Mutiara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (93.894 KB)

Abstract

Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) masih merupakan endemik di banyak daerah di dunia, terutama di negara yang sedang berkembang dengan sanitasi lingkungan dan kebersihan diri yang sangat kurang. Berdasarkan data dari World Health Organization, lebih dari 1,5 miliar orang atau 24% dari populasi dunia terinfeksi STH. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan pendekatan eksperimental untuk mengetahui identifikasi hasil analisa jenis dan prevalensi telur Soil Transmitted Helminths (STH) di selada yang terdapat pada makanan burger. Dilakukan di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Prima Indonesia Medan. Waktu penelitian pada bulan November tahun 2017. Objek penelitian adalah selada yang terdapat pada makanan burger yang diperoleh dari 11 pedagang burger di Kecamatan Medan Petisah Kota Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 11 sampel sayur selada yang diperiksa, ditemukan 4 sampel (36,36%) positif mengandung telur Soil Transmitted Helminths (STH). Kontaminasi telur STH pada sayur selada dipengaruhi oleh proses pencucian dan penyimpanan selada. Selada tidak dicuci satu per satu terutama di air mengalir, tetapi hanya direndam saja. Penyimpanan juga ada yang disimpan di dalam lemari pendingin dan ada yang hanya diletakkan di luar lemari pendingin. Jika disimpan di lemari pendingin selada tidak tersimpan dalam wadah yang baik, memungkinkan terjadinya kontaminasi silang dengan bahan pangan lain yang disimpan di lemari pendingin. Untuk itu kepada penjual burger dan masyarakat agar dalam melakukan pencucian sebaiknya dilakukan dengan cara melepaskan satu per satu daun selada dari batangnya dan mencucinya dibawah air yang mengalir agar telur cacing dan kotoran lainnya yang melekat pada sayur selada dapat terbuang bersama aliran air tersebut. Bagi konsumen burger, agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi burger yang menggunakan selada karena selada yang tidak dicuci dengan bersih memungkinkan masih terdapatnya telur cacing di sayur selada sehingga dapat menyebabkan kecacingan.
ANALISA KANDUNGAN TIMBAL PADA TERASI SERTA GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PEDAGANG TENTANG BAHAYA TIMBAL DI PASAR TRADISIONALKOTA MEDAN TAHUN 2018 Silalahi, Marlinang Isabella
Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat Vol 3 No 2 (2018): Jurnal Mutiara Kesehatan Masyarakat
Publisher : Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Sari Mutiara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (489.392 KB)

Abstract

Terasi merupakan produk awetan ikan-ikan kecil atau rebon yang diolah melalui proses fermentasi, penggilingan, dan penjemuran berlangsung ±20 hari. Pada produk terasi ditambahkan garam yang berfungsi sebagai bahan pengawet, berbentuk pasta, berwarna hitam coklat, dan ditambah bahan pewarna menjadi warna kemerahan. Di Kota Medan pada tahun 2013 ditemukan terasi yang mengandung timbal, penelitian Ihsan Fahri Angkat di pasar Seikambing ditemukan terasi tidak bermerek mengandung timbal sebesar 1,88mg/kg (ppm) dan di Pasar Aksara ditemukan terasi bermerek mengandung timbal sebesar 1,80mg/kg (ppm) yangmelewati nilai ambang batas BPOM (Badan Pemeriksaan Obat dan Makanan) sebesar 1,0mg/kg (ppm). Tujuan penelitian untuk mengetahui analisa kandungan timbal pada terasi serta gambaran tingkat pengetahuan dan sikap pedagang tentang bahaya timbal di pasar tradisional. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Subjek penelitian adalah semua pedagang yang menjual terasi di Pusat Pasar Medan, Pasar Petisah dan Pasar Seikambing dan objek penelitian ini adalah terasi bermerek dan tidak bermerek yang dijual di Pusat Pasar Medan, Pasar Petisah dan Pasar Seikambing. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner pada kelompok subjek dan pada objek diperoleh dari hasil laboratorium. Data objek yang telah diperoleh dianalisis menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (AAS). Hasil penelitian menunjukkan terdapat kandungan timbal pada terasi berkisar 0,130-0,484 mg/kg. Untuk gambaran tingkat pengetahuan pedagang terhadap terasi memiliki pengetahuan baik sebanyak 18 orang (60%) dan pengetahuan kurang sebanyak 2 orang (6,7%) dan gambaran sikap pedagang terhadap terasi memiliki sikap baik sebanyak 24 orang (80,0%) dan sikap sedang sebanyak 6 orang (20,8). Diharapkan bagi pedagang dan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan tentang kandungan timbal pada terasi yang beredar di masyarakat agar lebih memilih-memilih terasi yang baik untuk di konsumsi dan mengetahui efek bahaya jika timbal berada di dalam tubuh manusia.
Pengaruh unsafe action terhadap kecelakaan kerja pada pekerja konstruksi di PT. DAP Perumahan Citra Land Bagya City Kota Medan Panjaitan, Sonatha Sapta Utami; Silalahi, Marlinang Isabella
Jurnal Prima Medika Sains Vol. 1 No. 1 (2019): Desember
Publisher : Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.979 KB)

Abstract

A work accident is any unsafe act or condition that can result in a loss. Work accident is an event or unwanted event that is detrimental to humans, damage property or loss of process. The Social Security Organizing Agency (BPJS) in North Sumatra, stated in the Medan Belawan area there were 1,094 cases, Tanjung Morawa had 1,218 cases and Medan Kota had 484 cases, with an average of around 15 work accident cases each day. This type of research used in this study was an observational study with a cross-sectional method. The population of this research is construction workers in the construction of Citra Land Bagya City Medan, as many as 30 respondents. The sample in this study were all construction workers housing Citra Land Bagya City Medan. The sampling technique in this study was a total sampling of 30 respondents. The results of this study were statistically tested using the chi square test with a 95% confidence level. The results showed that there was a relationship between the use of PPE to work accidents with a p value of 0.031 <0.05. Then there is no relationship of knowledge with the occurrence of workplace accidents with a p value of 0.282> 0.05 and there is no relationship between attitude and the occurrence of workplace accidents with a p value of 0.543> 0.05). It is recommended that workers be disciplined in using PPE when working, and supervision of the use of PPE is increased so that optimal safety and health are guaranteed.
Prevalensi dan faktor resiko sangkaan rinitis alergi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Prima Indonesia Sihotang, Widya Yanti; Silalahi, Marlinang Isabella; Sinurat, Buenita; Dina, Sarah; Ongko, Nicolas Xavier; Diana, Leni; Widyaningsih, Widyaningsih
Jurnal Prima Medika Sains Vol. 3 No. 2 (2021): Desember
Publisher : Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/jpms.v3i2.1992

Abstract

Rinitis alergi merupakan gangguan fungsi hidung yang terjadi setelah paparan alergen melalui peradangan mukosa hidung diperantarai IgE dengan gejala khas bersin, hidung tersumbat, dan ingus yang encer. Penelitian ini bertujuan untuk mencari prevalensi dan faktor risiko terjadinya rinitis alergi. Prevalensi pada usia produktif termasuk pada mahasiswa meningkat yang mengakibatkan penurunan kualitas hidup baik fisik, emosional, gangguan bekerja dan sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis prevalensi rinitis alergi dan berbagai faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian rinitis alergi. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional. Subyek penelitian terdiri dari 450 mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Universitas Prima Indonesia dan data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner ISAAC yang dianalisis dengan analisis bivariat menggunakan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi rinitis alergi sebesar 34.7% serta merokok (p = 0.021; RP = 2.536; 95% CI 1.123-5.730), riwayat alergi di keluarga (p=0.000; RP=7.000; 95% CI 4.447-11.018), sebagai faktor risiko terjadinya rinitis alergi. Kontak dengan tanaman (p=0.096 dan RP=0.633; CI 95 % 0.368 – 1.088), memelihara binatang piaraan (p=0.741), tempat tinggal yang berdebu dan kotor (p=0.733), jenis kelamin (p=0.428) tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kejadian rinitis alergi. Hasil penelitian ini menjadi indikasi bahwa paparan merokok dan riwayat alergi berpengaruh terhadap sangkaan rinitis alergi sehingga perlu pencegahan terhadap faktor pencetus guna peningkatan derajat kesehatan.
Infeksi penyakit kulit pada anak dan determinannya Silalahi, Marlinang Isabella; Sibagariang, Eva Ellya; Henrista, Nanda; Sormin, Delores Elisabeth; Kurniawan, Evan; Wilsen, Wilsen
Jurnal Prima Medika Sains Vol. 4 No. 1 (2022): Juni
Publisher : Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/jpms.v4i1.2373

Abstract

Penyakit kulit merupakan salah satu jenis penyakit yang sering ditemukan pada anak akibat kurang memperhatikan kebersihan diri dan sanitasi lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis determinan infeksi penyakit kulit pada anak. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian menggunakan rancangan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 62 orang. Data diuji secara statistik dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara personal hygiene (0,000) dan sanitasi lingkungan (0,000) dengan kejadian infeksi penyakit kulit pada anak, Disarankan agar memperhatikan personal hygiene anak terutama dalam hal mencuci tangan dengan sabun dengan baik dan benar dan mengganti pakaian setelah mandi. Promosi kesehatan terutama yang berkaitan dengan masalah penyakit penyakit kulit infeksi perlu ditingkatkan agar masyarakat lebih peduli dengan risiko infeksi penyakit kulit.
Pemanfaatan pelayanan kesehatan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 Sinurat, Buenita; Hidayah, Qisty Alifyah; Tarigan, Gita Febiolita Br; Dameria, Dameria; Samosir, Frans Judea; Sibagariang, Eva Ellya; Silalahi, Marlinang Isabella
Jurnal Prima Medika Sains Vol. 5 No. 1 (2023): Juni
Publisher : Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat Universitas Prima Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/jpms.v5i1.3920

Abstract

Kunjungan rutin pada failitas kesehatan dapat meningkatkan pengelolaan penyakit dan pencegahan komplikasi pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Laporan rutin Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara menunjukkan rendahnya pemanfaatan layanan kesehatan di antara pasien DM tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan pada penderita diabetes mellitus tipe 2. Studi cross-sectional diselenggarakan di 3 puskesmas yang ada di Kabupaten Langkat pada bulan Juni - Juli 2022. Sebanyak 125 orang penderita DM tipe 2 disertakan dalam studi ini dengan mengisi kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang relevan dalam menyelidiki prediktor pemanfaatan layanan kesehatan. uji Chi Square digunakan untuk menganalisis korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat (α=0,05). Hasil studi menunjukkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan (p=0,018), aksesibilitas (p=0,011), kepemilikan jaminan kesehatan (p=0,002), dan peran keluarga (p=0,022) dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh penderita diabetes melitus tipe 2. Diharapkan agar puskesmas rutin memberikan edukasi kepada pasien DM tipe 2 dan masyarakat dengan melakukan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan dan pengelolaan DM tipe 2.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Terhadap Pekerja Bagian Operator SPBU Di Kecamatan Percut Sei Tuan Laia, Alpin Prima; Hartono, Hartono; Silalahi, Marlinang Isabella
JOURNAL OF HEALTHCARE TECHNOLOGY AND MEDICINE Vol 9, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas Ubudiyah Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33143/jhtm.v9i2.3317

Abstract

Kelelahan kerja merupakan suatu kondisi yang mengakibatkan turunnya produktivitas kerja, ditandai dengan meningkatnya kesalahan di tempat kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pekerja (umur, jenis kelamin, dan masa kerja), serta penerapan sistem shift kerja, beban kerja, dan stres kerja pada pegawai di sektor SPBU Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2022. Penelitian ini menggunakan metodologi analitik cross-sectional dengan prosedur pengambilan sampel menggunakan total sampling yang mencakup total sampel 88 pekerja. Analisis data yang dilakukan adalah univariat dan bivariat dengan uji chi square dengan batas kemaknaan α = 0,05. Hasil penelitian ini adalah: (1) Karakteristik Responden, usia pekerja < 35 tahun (87.5%) dan ≥35 berjumlah (12.5%). Jenis kelamin laki-laki (62.5%) dan Perempuan (37.5%). Masa Kerja 8 jam (75%) dan (25%) lebih dari 8 jam. (2) Responden yang mengalami shift kerja (88.6%) dan tidak mengalami shift kerja (11.4%). (3) Responden dengan beban kerja ringan (67%) dan beban kerja berat (33%). (4) Responden yang mengalami stress kerja (25%), tidak mengalami stress kerja (75%). (5) Responden yang mengalami kelelahan (75%) dan (25%) tidak mengalami kelelahan. (6) Tidak terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin dan shift kerja dengan kelelahan kerja dengan p-value 0,061 ≥ α 0,05 dan 0,129 > α 0,05 serta 0,061 ≥ α 0,05. Dari hasil analisis tersebut dinyatakan bahwa waktu kerja, beban kerja, dan stres kerja semuanya berdampak pada kelelahan pekerja, dengan p-values masing-masing 0,001, 0,05, dan 0,001. Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya pegawai operator SPBU Divisi Percut Sei Tuan untuk dapat memperhatikan diri sendiri saat bekerja dan berhenti ketika mulai merasa lelah secara fisik.Kata kunci: Kelelahan kerja, Usia, Jenis Kelamin, Masa Kerja, Shift Kerja, Beban Kerja, dan Stress KerjaWork fatigue is a condition that results in a decrease in work productivity, marked by an increase in errors in the workplace. The purpose of this study was to determine the characteristics of workers (age, gender, and years of service), as well as the application of the work shift system, workload, and work stress on employees in the gas station sector, Percut Sei Tuan District in 2022. This study used a cross analytic methodology. -sectional sampling procedure using a total sampling which includes a total sample of 88 workers. Data analysis performed was univariate and bivariate with chi square test with a significance limit of = 0.05. The results of this study are: (1) Characteristics of respondents, the age of workers <35 years (87.5%) and 35 (12.5%). Gender is male (62.5%) and female (37.5%). Working period of 8 hours (75%) and (25%) more than 8 hours. (2) Respondents who experienced work shifts (88.6%) and did not experience work shifts (11.4%). (3) Respondents with light workload (67%) and heavy workload (33%). (4) Respondents who experience work stress (25%), do not experience work stress (75%). (5) Respondents who experienced fatigue (75%) and (25%) did not experience fatigue. (6) There is no relationship between age, gender and shift work with work fatigue with pvalue 0.061 0.05 and 0.129 > 0.05 and 0.061 0.05. From the results of the analysis it is stated that working time, workload, and work stress all have an impact on worker fatigue, with p-values of 0.001, 0.05, and 0.001 respectively. Based on this, it is advisable for employees of the gas station operator of the Percut Sei Tuan Division to be able to pay attention to themselves while working and stop when they start to feel physically tired.Keywords: Work Fatigue, Age, Gender, Working Time, Work, Workload, and Work Stress
Paparan Emisi Gas Kendaraan dan Kebisingan Berhubungan Dengan Tekanan Darah Petugas Pengujian Kendaraan Bermotor Hartono, Hartono; Silalahi, Marlinang Isabella; Nadapdap, Thomson Parluhutan; Manalu, Putranto; Putri, Faradiba Fatillah; Nadapdap, Marshall Jeremia
Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol 24, No 1 (2025): Februari 2025
Publisher : Master Program of Environmental Health, Faculty of Public Health, Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jkli.24.1.95-100

Abstract

Latar belakang: Paparan polutan seperti emisi gas kendaraan dan kebisingan yang dihasilkan oleh aktivitas pengujian kendaraan bermotor dapat membahayakan kesehatan petugas. Berbagai literatur telah mengaitkan peningkatan tekanan darah yang dialami pekerja dengan paparan polutan di lingkungan kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara emisi gas kendaraan dan kebisingan terhadap tekanan darah pada petugas pengujian kendaraan bermotor.Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian dilakukan mulai dari Desember 2020 sampai Juni 2021. Populasi pada penelitian ini adalah 54 petugas pengujian kendaraan bermotor Dinas Perhubungan Kabupaten Deli Serdang dan keseluruhan populasi dijadikan sampel (total sampling). Pengukuran paparan karbon monoksida dan hidrokarbon menggunakan emission analyzer AET-2000S. Sedangkan pengukuran kebisingan menggunakan sound level meter. Data dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square (α=0,05).Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 13 petugas terpapar karbon monoksida dengan paparan di atas nilai ambang batas. 25 petugas terpapar hidrokarbon yang melebihi nilai ambang batas. Sebanyak 21 petugas terpapar kebisingan melebihi ambang batas selama bekerja. Dari hasil pengukuran tekanan darah terlihat bahwa 20 orang memiliki tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Uji statistik menunjukkan paparan karbon monoksida (0,006), hidrokarbon (0,014) dan kebisingan (0,001) berhubungan signifikan dengan peningkatan tekanan darah pada petugas pengujian kendaraan bermotor.Simpulan: Tindakan pencegahan yang disarankan berupa penggunaan alat pelindung diri selama melakukan pengujian kendaraan bermotor. Selain itu, perlu dilakukan pembatasan jam kerja untuk meminimalisir durasi paparan polutan pada petugas. ABSTRACT Title: Exposure to Vehicle Emissions and Noise in Relation to Blood Pressure Among Motor Vehicle Testing Officers Background: Exposure to pollutants, such as vehicle gas emissions and noise generated by motor vehicle testing activities, can jeopardize officers' health. Various studies have linked the increase in blood pressure experienced by workers with exposure to pollutants in the work environment. This study aimed to determine whether there is a relationship between vehicle gas emissions and noise on blood pressure among motor vehicle testing officers.Method: This study used a quantitative approach with a cross-sectional design. This study was conducted from December 2020 to June 2021. The population in this study was 54 motor vehicle testing officers of the Deli Serdang Regency Transportation Office, and the entire population was sampled (total sampling). Carbon monoxide and hydrocarbon exposure was measured using an AET-2000S emission analyzer. Noise measurements were performed using a sound-level meter. Data were analyzed using the chi-square test (α=0.05).Result: The results showed that 13 officers were exposed to carbon monoxide with exposure above the threshold value. 25 officers were exposed to hydrocarbons that exceeded the threshold value. A total of 21 officers were exposed to noise exceeding the threshold during work. Blood pressure measurements showed that 20 people had a blood pressure above 140/90 mmHg. Statistical tests showed that exposure to carbon monoxide (0.006), hydrocarbons (0.014), and noise (0.001) were significantly associated with increased blood pressure in motor vehicle testing officers. Conclusion: To mitigate the risks associated with pollutant exposure, it is recommended that workers engaged in motor vehicle testing wear personal protective equipment (PPE) and that working hours are limited.
The environmental determinants of disease transmission in Medan City Hasibuan, Elisa Khairiyah; Silalahi, Marlinang Isabella; Hartono, Hartono
Buletin Kedokteran & Kesehatan Prima Vol. 4 No. 1 (2025): March
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/bkkp.v4i1.6788

Abstract

Health issues, potentially triggered by environmental conditions and human behaviour, represent a complex challenge, particularly in Indonesia where environmentally related diseases remain a primary cause of mortality. This study aimed to ascertain the spatial distribution of Dengue Haemorrhagic Fever (DHF), Tuberculosis (TB), and diarrhoea in the city of Medan. The research employed a descriptive analysis of DHF and TB case data aggregated by sub-district, encompassing population, age group, and sex distribution. Acute diarrhoea case data were collected from various community health centres (puskesmas) in Medan City, categorized by puskesmas location, patient age, and dehydration status. The results revealed significant variations in the number of DHF cases across Medan's sub-districts, with Medan Helvetia recording the highest incidence. The distribution of TB cases also varied, with Medan Deli exhibiting the highest number of reported cases. For diarrhoea, Puskesmas Helvetia reported the highest number of cases. The discussion delves into the factors influencing the spatial distribution of these three diseases, including population density, environmental determinants, community behaviour, access to healthcare services, and sanitation conditions. In conclusion, the study highlights that the spread of infectious diseases in Medan City is influenced by a variety of interacting factors. Effective prevention and control efforts necessitate a comprehensive, multi-sectoral approach focusing on robust surveillance, community empowerment, improved access to healthcare, and the enhancement of environmental and sanitation conditions.
Characteristics of stunted toddlers in Medan Belawan Febrianti, Rifka; Tarigan, Renita Br.; Gulo, Riska; Silalahi, Marlinang Isabella; Simangunsong, Pahala Maringan Jubel; Pane, Putri Yunita
Buletin Kedokteran & Kesehatan Prima Vol. 4 No. 2 (2025): September
Publisher : Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, dan Ilmu Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/bkkp.v4i2.7383

Abstract

This study aimed to characterize stunting among children under five years of age in Medan Belawan, North Sumatra, Indonesia, a sub-district with a high prevalence of this public health challenge. Employing a quantitative descriptive design, data were retrospectively collected from records of 40 stunted toddlers at the Belawan Community Health Center in 2024. The analysis examined maternal and parental characteristics, as well as the demographic and anthropometric profiles of the toddlers, including gender, age, weight, height, and nutritional status. The results indicated that the demographic profile was predominantly composed of mothers with lower educational attainment, most having completed only junior or senior high school. Parental occupations were mainly homemakers and fishermen, reflecting the local socioeconomic context. Stunting was more common among male toddlers (57.5%) and those in the older age group (2.6–5 years), who accounted for 70% of the sample. Anthropometric measurements confirmed the severity of stunting, with 55% of toddlers classified as severely stunted and a significant proportion identified as underweight or severely underweight. Despite the high prevalence of stunting, the majority of toddlers were classified as well-nourished based on weight-for-height indices, suggesting that chronic growth failure rather than acute malnutrition constitutes the primary nutritional concern. These findings underscore the multifactorial and complex nature of stunting in this vulnerable population, emphasizing the roles of socioeconomic and environmental determinants beyond mere caloric deficiency.