Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENINGKATAN KETRAMPILAN KOMUNIKASI KADER INTERAKTIF CEPAT ATASI STUNTING (KOKI CANTING) Maliya, Arina; Alfajri, Asri; Erwhani, Indri; Rosita, Riska; Pangarsi, Siti; Wuriani, Wuriani; Mulyani, Sri; Poncorini, Eti; Sumiyarsi, Ika
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 8, No 2 (2025): MARTABE : JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v8i2.790-795

Abstract

Pemerintah Kabupaten Boyolali meluncurkan Gerakan Cegah Stunting, Sayang Ibu, Sayang Anak Dengan Kader Remaja (GERCEP SIAR)  sebagai salah satu upaya  inovasi dalam aksi konvergensi penangan intervensi spesifik untuk mempercepat penurunan angka stunting melalui pendekatan yang terstruktur dan terintegrasi. Dalam pelaksanaannya masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, terutama pengetahuan kader dalam berkomunikasi interaktif. Melihat hal tersebut maka tujuan PKM ini untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan kader kesehatan dalam komunikasi interaktif yang efektif untuk mempercepat upaya pencegahan dan penanganan stunting di Kabupaten Boyolali. Metode wawancara digunakan dalam survey yang melibatkan  44 Kader dari berbagai Puskesmas di kabupaten Boyolali. Hasil PKM didapatkan  enam domain yang salah satunya adalah Sumber daya dan edukasi untuk kader, terutama masalah komunikasi. Maka dibuatlah implementasi berbentuk seminra dan pelatihan tentang Komunikasi kader interaktif cepat atasi stunting (KOKI CANTING). Tingkat pendidikan kader 2,27% SD, 13,64% SMP,59,09% SMA, 4,55% Diploma dan 20,45% Sarjana. Rata-rata nilai pretest adalah 89,52, sementara rata-rata nilai posttest meningkat menjadi 93,39. Ini menunjukkan adanya kenaikan rata-rata sebesar 5,31% dari nilai awal. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kegiatan Komunikasi kader interaktif cepat atasi stunting (KOKI CANTING) sangat efektif dalam menambah wawasan dan pengetahuan kader dalam melakukan komunikasi kepada masyarakat.
Effects of Moringa oleifera extract on inflammaging markers, muscle mass, and physical endurance in geriatric mice model Budiningsih, Fatichati; Purwanto, Bambang; Wasita, Brian; Poncorini, Eti
Narra J Vol. 5 No. 1 (2025): April 2025
Publisher : Narra Sains Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52225/narra.v5i1.2052

Abstract

A comprehensive approach to managing frailty is required due to the increasing number of elderly. Physical frailty, associated with inflammatory processes and a loss of muscle mass, can significantly impair health status. The aim of this study was to determine the effect of Moringa oleifera Lam. leaf extract on frailty in geriatric mice model. An experimental study was conducted using a post-test-only control group design using  Mus musculus Balb/C mice aged eight weeks. The animals were divided into five groups: negative control group received intraperitoneal injections of normal saline (0.5 cc/day) for eight weeks, positive control group received D-galactose (150 mg/kg body weight (BW)/day) only, and three treatment groups treated with 150 mg/kg of D-galactose intraperitoneally for eight weeks followed by 100 mg/kg BW, 200 mg/kg BW, and 400 mg/kg BW of M. oleifera leaf extract orally for five weeks. At the end of the study, the blood levels of malondialdehyde (MDA), transforming growth factor-beta (TGF-β) and caspase-3, as well as caspase-3 expression in skeletal muscle, skeletal muscle mass fibrosis, and physical endurance were measured. The results showed that a dose of 400 mg/kg/day of M. oleifera leaf extract had the most significant effect on lowering MDA, TGF-β, and caspase-3 expression in skeletal muscle tissue, skeletal muscle fibrosis, and improved physical endurance compared to other groups (p<0.001). This study highlights that M. oleifera leaf extract reduced frailty in geriatric mice model-induced using D-galactose by reducing inflammaging factors, thereby improving physical endurance.
PENINGKATAN KETRAMPILAN KOMUNIKASI KADER INTERAKTIF CEPAT ATASI STUNTING (KOKI CANTING) Maliya, Arina; Alfajri, Asri; Erwhani, Indri; Rosita, Riska; Pangarsi, Siti; Wuriani, Wuriani; Mulyani, Sri; Poncorini, Eti; Sumiyarsi, Ika
Martabe : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 8, No 2 (2025): MARTABE : JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Publisher : Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31604/jpm.v8i2.790-795

Abstract

Pemerintah Kabupaten Boyolali meluncurkan Gerakan Cegah Stunting, Sayang Ibu, Sayang Anak Dengan Kader Remaja (GERCEP SIAR)  sebagai salah satu upaya  inovasi dalam aksi konvergensi penangan intervensi spesifik untuk mempercepat penurunan angka stunting melalui pendekatan yang terstruktur dan terintegrasi. Dalam pelaksanaannya masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, terutama pengetahuan kader dalam berkomunikasi interaktif. Melihat hal tersebut maka tujuan PKM ini untuk meningkatkan kapasitas dan keterampilan kader kesehatan dalam komunikasi interaktif yang efektif untuk mempercepat upaya pencegahan dan penanganan stunting di Kabupaten Boyolali. Metode wawancara digunakan dalam survey yang melibatkan  44 Kader dari berbagai Puskesmas di kabupaten Boyolali. Hasil PKM didapatkan  enam domain yang salah satunya adalah Sumber daya dan edukasi untuk kader, terutama masalah komunikasi. Maka dibuatlah implementasi berbentuk seminra dan pelatihan tentang Komunikasi kader interaktif cepat atasi stunting (KOKI CANTING). Tingkat pendidikan kader 2,27% SD, 13,64% SMP,59,09% SMA, 4,55% Diploma dan 20,45% Sarjana. Rata-rata nilai pretest adalah 89,52, sementara rata-rata nilai posttest meningkat menjadi 93,39. Ini menunjukkan adanya kenaikan rata-rata sebesar 5,31% dari nilai awal. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kegiatan Komunikasi kader interaktif cepat atasi stunting (KOKI CANTING) sangat efektif dalam menambah wawasan dan pengetahuan kader dalam melakukan komunikasi kepada masyarakat.
Retinoblastoma tumor suppressor protein is not a risk factor for the location of condyloma acuminatum among adults Primisawitri, Pratiwi Prasetya; Mulianto, ⁠Nurrachmat; Ellistasari, Endra Yustin; Poncorini, Eti; Kariosentono, ⁠⁠Harijono; Widhiati, Suci; Wasita, Brian; Setyawan, Novan Adi; Yudhistira, Muhammad Yurizar
Universa Medicina Vol. 44 No. 3 (2025): Ahead Of Print
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Trisakti

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.18051/UnivMed.2025.v44.343-349

Abstract

BackgroundCondylomata acuminata (CA) are sexually transmitted infections primarily caused by low-risk HPV types 6 and 11. Retinoblastoma protein (pRb) interacts with HPV oncoproteins, leading to destabilization, genomic instability, and carcinogenesis. This study aimed to determine whether variations in pRb expression and sexual orientation are risk factors of the anatomical location of CA lesions and to compare differences in pRb expression by sexual orientation. MethodsA cross-sectional study was conducted among 33 patients aged >18 years with clinically and histopathologically confirmed CA. Demographic data, pRb expression assessed via excision biopsy and immunohistochemistry, and relevant risk factors were collected. Statistical analyses including Simple and multiple binary logistic regression were used to analyze the data, with model fit assessed using the Hosmer–Lemeshow test. ResultsWeak pRb expression predominated in anal lesions (92.3%; p=0.018) and among homosexual/bisexual individuals (57.9%; p=0.031), while moderate expression was more common in genital lesions (66.7%; p=0.018) and heterosexual individuals (57.1%; p=0.011). Simple logistic regression  analysis showed that HIV status (OR=11.88; p=0.025), sexual orientation (OR=13.33; p=0.001), and moderate-to-strong pRb expression (OR=24.00; p=0.008; OR=12.00; p=0.048) were associated with lesion location. In the multivariate model, pRb expression was excluded due to multicollinearity. Sexual orientation remained the only independent predictor of lesion location (Adj OR=8.89; p=0.023), with heterosexual individuals more likely to present with genital lesions. ConclusionThe expression of pRb was not a risk factor of the anatomical location of CA, and differed between genital and anal CA. However, sexual orientation emerged as the dominant independent factor associated with lesion location.