KECVARA PRITASARI, OCTAVERINA
Unknown Affiliation

Published : 50 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

PERBANDINGAN HASIL JADI EFEK LUKA MATA DENGAN MENGGUNAKAN LATEKS CAIR DAN LEM BULU MATA PADA TATA RIAS KARAKTER HANTU ARIVA PUTRI, DILA; KECVARA PRITASARI, OCTAVERINA
Jurnal Tata Rias Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Tata Rias

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tata rias karakter adalah tata rias yang merubah karakter wajah seseorang menjadi karakter wajah tertentu yang dibutuhkan untuk keperluan sebuah pementasan atau film, mendukung karakter tokoh yang akan diperankan dalam sandiwara, seni peran, halloween make up, dan sejenisnya. Perias pada umumnya menggunakan lateks cair untuk membuat efek khusus (karakter) karena sifatnya yang lentur, mudah dibentuk, elastis, melekat dan praktis. Lem bulu mata juga memiliki sifat lentur, elastis, dan melekat, maka kosmetik ini dapat digunakan dalam pembuatan efek khusus tata rias karakter. Penelitian ini bertujuan: 1) Mengetahui hasil jadi rias karakter hantu efek luka mata menggunakan bahan lateks cair. 2) Mengetahui hasil jadi rias karakter hantu efek luka mata menggunakan bahan lem bulu mata. 3) Mengetahui perbandingan hasil jadi efek luka mata rias karakter hantu antara menggunakan bahan lateks cair dan lem bulu mata. 4) Mengetahui respon panelis terhadap hasil tata rias karakter hantu efek luka mata antara penggunaan bahan lateks cair dan lem bulu mata. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Pengumpulan data menggunakan metode observasi dan angket dengan jumlah observer sebanyak 30 orang. Penelitian ini menggunakan analisis data uji statistik independent sample t test dengan bantuan SPSS 21.0. Penelitian ini mendapatkan hasil sebagai berikut : 1) Hasil efek luka mata melalui penggunaan lateks cair dengan rincian aspek proses pengaplikasian 3,2, kesesuaian hasil dengan objek asli 3,23, daya tahan 3,3, efisiensi waktu 3,33, tingkat kesukaan observer 3,2. 2) Hasil jadi efek luka mata menggunakan lem bulu mata dengan rincian aspek proses pengaplikasian 3,43, kesesuaian dengan objek asli 3,57, daya tahan 3,6, efisiensi waktu 3,37, tingkat kesukaan observer 3,7. 3) Perbandingan hasil dari efek luka melalui penggunaan lateks cair dan lem bulu mata sebanyak 5 aspek pada lateks cair tergolong dalam kategori baik dengan keseluruhan nilai rata-rata 3,25 dan pada lem bulu mata tergolong dalam kategori sangat baik dengan keseluruhan nilai rata-rata 3,53. 4) Respon panelis terhadap penggunaan kosmetik lateks cair dan lem bulu mata pada 7 aspek (bentuk, warna, elastisitas, tekstur, daya tahan, kelenturan dan daya rekat). Presentase hasil setuju dengan penggunaan lateks cair secara keseluruhan mendapat nilai 75% sehingga termasuk dalam kategori baik. Sedangkan hasil setuju dengan penggunaan lem bulu mata secara keseluruhan mendapat nilai 85% sehingga termasuk dalam kategori sangat baik. Kata kunci: Tata rias karakter, lateks cair, lem bulu mata, efek luka
PERBANDINGAN HASIL JADI EFEK LUKA MATA DENGAN MENGGUNAKAN LATEKS CAIR DAN LEM BULU MATA PADA TATA RIAS KARAKTER HANTU ARIVA PUTRI, DILA; KECVARA PRITASARI, OCTAVERINA
Jurnal Tata Rias Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Tata Rias

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tata rias karakter adalah tata rias yang merubah karakter wajah seseorang menjadi karakter wajah tertentu yang dibutuhkan untuk keperluan sebuah pementasan atau film, mendukung karakter tokoh yang akan diperankan dalam sandiwara, seni peran, halloween make up, dan sejenisnya. Perias pada umumnya menggunakan lateks cair untuk membuat efek khusus (karakter) karena sifatnya yang lentur, mudah dibentuk, elastis, melekat dan praktis. Lem bulu mata juga memiliki sifat lentur, elastis, dan melekat, maka kosmetik ini dapat digunakan dalam pembuatan efek khusus tata rias karakter. Penelitian ini bertujuan: 1) Mengetahui hasil jadi rias karakter hantu efek luka mata menggunakan bahan lateks cair. 2) Mengetahui hasil jadi rias karakter hantu efek luka mata menggunakan bahan lem bulu mata. 3) Mengetahui perbandingan hasil jadi efek luka mata rias karakter hantu antara menggunakan bahan lateks cair dan lem bulu mata. 4) Mengetahui respon panelis terhadap hasil tata rias karakter hantu efek luka mata antara penggunaan bahan lateks cair dan lem bulu mata. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Pengumpulan data menggunakan metode observasi dan angket dengan jumlah observer sebanyak 30 orang. Penelitian ini menggunakan analisis data uji statistik independent sample t test dengan bantuan SPSS 21.0. Penelitian ini mendapatkan hasil sebagai berikut : 1) Hasil efek luka mata melalui penggunaan lateks cair dengan rincian aspek proses pengaplikasian 3,2, kesesuaian hasil dengan objek asli 3,23, daya tahan 3,3, efisiensi waktu 3,33, tingkat kesukaan observer 3,2. 2) Hasil jadi efek luka mata menggunakan lem bulu mata dengan rincian aspek proses pengaplikasian 3,43, kesesuaian dengan objek asli 3,57, daya tahan 3,6, efisiensi waktu 3,37, tingkat kesukaan observer 3,7. 3) Perbandingan hasil dari efek luka melalui penggunaan lateks cair dan lem bulu mata sebanyak 5 aspek pada lateks cair tergolong dalam kategori baik dengan keseluruhan nilai rata-rata 3,25 dan pada lem bulu mata tergolong dalam kategori sangat baik dengan keseluruhan nilai rata-rata 3,53. 4) Respon panelis terhadap penggunaan kosmetik lateks cair dan lem bulu mata pada 7 aspek (bentuk, warna, elastisitas, tekstur, daya tahan, kelenturan dan daya rekat). Presentase hasil setuju dengan penggunaan lateks cair secara keseluruhan mendapat nilai 75% sehingga termasuk dalam kategori baik. Sedangkan hasil setuju dengan penggunaan lem bulu mata secara keseluruhan mendapat nilai 85% sehingga termasuk dalam kategori sangat baik. Kata kunci: Tata rias karakter, lateks cair, lem bulu mata, efek luka
PERBANDINGAN HASIL JADI EFEK LUKA MATA DENGAN MENGGUNAKAN LATEKS CAIR DAN LEM BULU MATA PADA TATA RIAS KARAKTER HANTU ARIVA PUTRI, DILA; KECVARA PRITASARI, OCTAVERINA
Jurnal Tata Rias Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Tata Rias

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tata rias karakter adalah tata rias yang merubah karakter wajah seseorang menjadi karakter wajah tertentu yang dibutuhkan untuk keperluan sebuah pementasan atau film, mendukung karakter tokoh yang akan diperankan dalam sandiwara, seni peran, halloween make up, dan sejenisnya. Perias pada umumnya menggunakan lateks cair untuk membuat efek khusus (karakter) karena sifatnya yang lentur, mudah dibentuk, elastis, melekat dan praktis. Lem bulu mata juga memiliki sifat lentur, elastis, dan melekat, maka kosmetik ini dapat digunakan dalam pembuatan efek khusus tata rias karakter. Penelitian ini bertujuan: 1) Mengetahui hasil jadi rias karakter hantu efek luka mata menggunakan bahan lateks cair. 2) Mengetahui hasil jadi rias karakter hantu efek luka mata menggunakan bahan lem bulu mata. 3) Mengetahui perbandingan hasil jadi efek luka mata rias karakter hantu antara menggunakan bahan lateks cair dan lem bulu mata. 4) Mengetahui respon panelis terhadap hasil tata rias karakter hantu efek luka mata antara penggunaan bahan lateks cair dan lem bulu mata. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Pengumpulan data menggunakan metode observasi dan angket dengan jumlah observer sebanyak 30 orang. Penelitian ini menggunakan analisis data uji statistik independent sample t test dengan bantuan SPSS 21.0. Penelitian ini mendapatkan hasil sebagai berikut : 1) Hasil efek luka mata melalui penggunaan lateks cair dengan rincian aspek proses pengaplikasian 3,2, kesesuaian hasil dengan objek asli 3,23, daya tahan 3,3, efisiensi waktu 3,33, tingkat kesukaan observer 3,2. 2) Hasil jadi efek luka mata menggunakan lem bulu mata dengan rincian aspek proses pengaplikasian 3,43, kesesuaian dengan objek asli 3,57, daya tahan 3,6, efisiensi waktu 3,37, tingkat kesukaan observer 3,7. 3) Perbandingan hasil dari efek luka melalui penggunaan lateks cair dan lem bulu mata sebanyak 5 aspek pada lateks cair tergolong dalam kategori baik dengan keseluruhan nilai rata-rata 3,25 dan pada lem bulu mata tergolong dalam kategori sangat baik dengan keseluruhan nilai rata-rata 3,53. 4) Respon panelis terhadap penggunaan kosmetik lateks cair dan lem bulu mata pada 7 aspek (bentuk, warna, elastisitas, tekstur, daya tahan, kelenturan dan daya rekat). Presentase hasil setuju dengan penggunaan lateks cair secara keseluruhan mendapat nilai 75% sehingga termasuk dalam kategori baik. Sedangkan hasil setuju dengan penggunaan lem bulu mata secara keseluruhan mendapat nilai 85% sehingga termasuk dalam kategori sangat baik. Kata kunci: Tata rias karakter, lateks cair, lem bulu mata, efek luka
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BUAH JERUK NIPIS (CITRUS AURANTIFOLIA) DAN DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA LAMK) UNTUK PEMBUATAN LULUR TRADISIONAL SEBAGAI ALTERNATIF “GREEN COSMETICS” ERNA ISFIANTI, DWI; KECVARA PRITASARI, OCTAVERINA
Jurnal Tata Rias Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Program Studi Pendidikan Tata Rias

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak: Lulur adalah kosmetik perawatan yang digunakan untuk merawat dan membersihkan kulit dari kotoran serta sel kulit mati yang terbuat dari bahan rempah-rempah dan tepung yang teksturnya kasar yang digunakan dengan cara dioleskan atau digosokkan secara perlahan keseluruh tubuh. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan lulur tradisional berbahan limbah kulit jeruk nipis dan daun kelor terhadap sifat fisik serta kesukaan panelis. Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Hasil lulur tradisional meliputi aroma, warna, tekstur, bentuk, daya lekat, dan kesukaan panelis. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi oleh 30 orang panelis. Analisis data dengan Anova tunggal dan apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan Uji Duncan menggunakan program SPSS 16. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh nyata proporsi Kulit Jeruk Nipis dan Daun Kelor terhadap sifat fisik lulur tradisional yang meliputi Aroma, Warna, Tekstur, Bentuk, Daya Lekat serta kesukaan panelis. Hasil lulur tradisional yang paling baik dan paling disukai panelis terdapat pada sediaan lulur X2 ( 4g Kulit Jeruk Nipis dan 6g Daun Kelor) dengan kriteria memiliki cukup aroma khas jeruk nipis dan tidak menyengat, warna sesuai kriteria yaitu hijau kekuningan, tekstur cukup kasar karena apabila terlalu kasar akan menyebabkan iritasi pada kulit dan apabila terlalu encer lulur akan susah digunakan untuk menscrub kulit, bentuk kental ketika sudah dicampurkan dengan pelarut, dan daya lekat lulur mudah melekat dan mudah lepas ketika digosok. Kata Kunci : Lulur tradisional, limbah kulit jeruk nipis, daun kelor. Abstract: Body Scrub is a cosmetic treatment used to treat and cleanse the skin of impurities and dead skin cells. Traditional scrubs are made from spices and flour with a rough texture that is used by means of smeared or gently rubbed over the body. The purpose of this research is to know the process of making traditional scrub made from lime skin waste and leaves kelor on physical properties and likes panelists. This type of research is experimental. Traditional scrubs including aroma, color, texture, shape, adhesiveness, panelists. The data collection finished with observation by 30 panelists. Analysis of data with single Anova. When there is a real effect then followed Duncan test using SPSS 16. The results showed that there is a real effect of Propsion of Lemon and Leaf Kelor on the physical properties of traditional body scrub which include Aroma, Color, Texture, Shape, Stickiness and panelists fondness. Results traditional herbal nicest and most preferably panelists contained in the preparation of scrubs X2 (4g Skin Lime and 6g Leaves Kelor) criteria has enough distinctive aroma of lemon and do not sting, color according to criteria which are green in color, texture is quite rough, a condensed form when it is mixed with the solvent, and the stickiness of the scrub is easily attached and easily loose when rubbed. Keywords: Traditional body scrub, leather lime waste, kelor leaves.
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KULIT BUAH NAGA MERAH (HYLOCEREUS POLYRHIZUZ) TERHADAP SIFAT FISIK MASKER WAJAH BERBAHAN DASAR TEPUNG KEFIR SUSU SAPI UNTUK ANTI AGING RESPURWANING TYAS, DIDIN; KECVARA PRITASARI, OCTAVERINA
Jurnal Tata Rias Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Program Studi Pendidikan Tata Rias

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kefir mempunyai kandungan asam organik (asam laktat dan asam asetat), selain kefir yang baik untuk perawatan kulit wajah dengan kandungan asam laktat, terdapat pula kandungan dari kulit buah naga merah yang kaya akan antioksidan. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pengaruh penambahan tepung kulit buah naga merah terhadap masker berbahan dasar kefir dinilai dari sifat fisik yang meliputi warna, aroma, tekstur, daya lekat, kekentalan, dan kemudahan pengangkatan masker, 2) untuk mengetahui masa simpan hasil jadi masker yang terbaik, dan 3) untuk mengetahui kandungan asam salisilat dan kadar air pada hasil jadi masker terbaik. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penambahan tepung kulit buah naga merah dan tepung kefir yaitu (0gram:5gram), (1,5gram:5gram), (3gram:5gram), (4,5gram:5gram). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil jadi masker yang dilihat dari uji sifat fisik. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi melalui 30 orang panelis. Analisis data menggunakan anova tunggal dan apabila terdapat pengaruh nyata makan dilanjutkan uji Duncan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan 1) warna masker P= 0.000, P< (0.000<0.05), 2) aroma masker P= 0.000, P< (0.000<0.05), 3) tekstur masker P= 0.000, P< (0.000<0.05), 4) daya lekat masker P= 0.000, P< (0.000<0.05), 5) kekentalan masker P= 0.000, P< (0.000<0.05), 6) kemudahan pengangkatan masker P= 0.000, P< (0.000<0.05), 7) kesukaan panelis terhadap masker P= 0.000, P< (0.000<0.05), Berdasarkan uji Duncan diketahui hasil yang signifikan, yaitu hasil masker terbaik pada produk masker dengan proporsi 3 gram tepung kulit buah naga merah dan 5 gram tepung kefir. Selanjutnya diketahui hasil uji microbiologi terhadap produk tersebut, dinyatakan bahwa produk masker terbaik dapat disimpan hingga hari ke-7. Hasil analisis kandungan asam salisilat sebesar 0,38% dan kadar air sebesar 2,06%.Kata Kunci: Masker Wajah, Anti Aging, Tepung Kulit Buah Naga Merah, Tepung Kefir.
PENGARUH PROPORSI TEPUNG RIMPANG KENCUR (KAEMPFERIA GALANGA L ) DAN TEPUNG BERAS TERHADAP SIFAT FISIK KOSMETIK BEDAK DINGIN PRATIWI, LILIANA; KECVARA PRITASARI, OCTAVERINA
Jurnal Tata Rias Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Program Studi Pendidikan Tata Rias

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK PENGARUH PROPORSI TEPUNG RIMPANG KENCUR (Kaempferia Galanga l ) DAN TEPUNG BERAS TERHADAP SIFAT FISIK KOSMETIK BEDAK DINGIN Nama : Liliana Pratiwi NIM : 14050634014 Program Studi : S-1 Pendidikan Tata Rias Fakultas : Teknik Nama Lembaga : Universitas Negeri Surabaya Pembimbing : Octaverina Kecvara Pritasari., M.Farm Tepung rimpang kencur dan tepung beras merupakan bahan yang digunakan untuk membuat kosmetik bedak dingin. Kosmetik bedak dingin berfungsi untuk mendinginkan kulit wajah akibat paparan sinar matahari. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengetahui pengaruh proporsi tepung rimpang kencur (kaempferia galangal l) dan tepung beras terhadap sifat fisik kosmetik bedak dingin, dilihat dari : rasa dingin, aroma, warna, tekstur dan daya lekat. 2) Mengetahui kosmetik bedak dingin yang paling disukai oleh panelis. 3) Mengetahui masa simpan kosmetik bedak dingin yang terbaik. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan proporsi tepung rimpang kencur dan tepung beras, dengan proporsi (2,5g : 10,5g), (4g : 9g) dan (5,5g : 7,5g). Variabel bebas penelitian ini yaitu jumlah proporsi tepung rimpang kencur dan tepung beras. Variabel terikat yaitu sifat fisik kosmetik bedak dingin yang dilihat dari rasa dingin, aroma, warna, tekstur, daya lekat dan tingkat kesukaan panelis. Variabel kontrol yaitu proses pembuatan bedak dingin, jenis air aquades yang digunakan sebanyak 10ml, peralatan yang digunakan dalam pembuatan bedak dingin harus dalam keadaan bersih, baik dan tidak rusak. Tempat penelitian di universitas negeri Surabaya, Januari-November 2018, instrument penelitian dengan berupa memberi tanda checklist (?), penilaian dengan menggunakan lembar observasi, teknik pengumpulan data pada penelitian ini ialah observasi terstruktur, analisis data menggunakan Anova Tunggal dan dilanjutkan dengan uji Duncan menggunakan program SPSS versi 16.0. berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1) Proporsi tepung rimpang kencur (kaempferia galangal l) dan tepung beras berpengaruh terhadap sifat fisik kosmetik bedak dingin dilihat dari : rasa dingin, aroma, warna, tekstur dan daya lekat. 2) Kosmetik bedak dingin yang paling disukai oleh panelis terdapat pada proporsi X1 (2,5g:10,5g) dengan kriteria bedak dingin memiliki rasa dingin sangat dingin yang menyejukkan, beraroma khas kencur yang cukup & tidak terlalu menyengat, warna bedak dingin putih kekuningan (cream) dengan tekstur yang halus, bedak dingin dapat melekat dikulit dan mudah lepas ketika digosok. 3) Masa simpan kosmetik bedak dingin terbaik diketahui memiliki masa simpan selama 68 hari. Kata Kunci : Tepung Rimpang Kencur, Tepung Beras, Kosmetik Bedak Dingin. ABSTRACT THE INFLUENCE OF PROPORTION BETWEEN KENCUR RHIZOME FLOUR (Kaempferia Galanga l ) AND RICE FLOUR TOWARDS COSMETIC PHYSICAL NATURE OF BEDAK DINGIN Name : Liliana Pratiwi Registration Number : 14050634014 Study Program : S-1 Pendidikan Tata Rias Faculty : Engineering Institution : Universitas Negeri Surabaya Advisor : Octaverina Kecvara Pritasari., M.Farm Kaempferia galanga l flour and rice flour are the ingredients that can be used to make bedak dingin cosmetics. The function of bedak dingin cosmetics is to cool down the facial skin due to sun exposure. This research aims to: 1) know the influence of kaempferia galanga l flour?s proportion and rice flour through cosmetic physical nature of bedak dingin which are seen from cold sensation, aroma, color, texture, and sticky power. 2) know bedak dingin cosmetic that is most liked by panelists. 3) know the best shelf life of bedak dingin cosmetic. This was an experimental research with the proportion of both kaempferia galanga l flour and rice flour were (2,5g : 10,5g), (4g : 9g) and (5,5g : 7,5g). Independent variable of this research was the proportion number of kaempferia galanga l flour and rice flour. The dependent variable was cosmetic physical nature of bedak dingin which were seen from cold sensation, aroma, color, texture, sticky power, and panelists? level of pleasure. Control variables were the process of making bedak dingin, a type of aquades water which was used as much as 10 ml, tools used in making bedak dingin must be clean, well and not broken. This research was placed at State University of Surabaya, January-November 2018, with the instruments consist of giving checklist (?), assessment was using observation sheet, data collection technique of the research was structured observation, data analysis used Single Anova and continued with Duncan test through SPSS program 16.0. version. Based on results, it could be concluded: 1) The proportion of both kaempferia galanga l flour (kaempferia galangal l) and rice flour had influenced towards cosmetic physical nature which were seen from: cold sensation, aroma, color, texture, and sticky power. 2) Bedak dingin cosmetic that is most liked by panelists was on the proportion of X1 (2,5g:10,5g) with the criteria of bedak dingin was cold sensation which had really soothing cold, the distinctive aroma was sufficient and not too sting, the color of cold powder was yellowish white (cream) with smooth texture, bedak dingin could be attached into skin and easy to remove when it was rubbed. 3) the best shelf life of bedak dingin cosmetic was known having shelf life during 68 days. Keywords : Kaempferia galanga l Flour, Rice Flour, Bedak Dingin Cosmetics.
PENGARUH PROPORSI TEPUNG PISANG DAN MADU TERHADAP SIFAT ORGANOLEPTIK MASKER WAJAH TRADISIONAL KUSUMA AYUNINGTIYAS, ELOK; KECVARA PRITASARI, OCTAVERINA
Jurnal Tata Rias Vol 7, No 3 (2018)
Publisher : Program Studi Pendidikan Tata Rias

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakMasker wajah merupakan kosmetik yang digunakan pada tahapann terakhir dalam tindakan perawatan wajah, yang bekerja secara mendalam karena dapat mengangkat sel-sel kulit mati. Pada penelitian ini, campuran tepung pisang dan madu digunakan sebagai bahan dasar untuk pembuatann masker wajah. Tepung pisang mengandung berbagai vitamin dan antioksidan yang berfungsii memperlambat proses penuaan dini. Hasil menunjukan bahwa madu mengandung Alfa Hydoxyy Acid (AHAS) yang sangat baik sebagai skin cream. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pengaruh proporsi tepung pisang dan madu terhadap sifat organoleptik masker wajah tradisional, 2) mengetahui hasil proporsi masker wajah tepung pisang dan madu yang paling disukai meliputi warna, aroma, tekstur, kekenyalan, dayalekat, kemudahan pengangkatan dan kesukaan panelis, 3) mengetahui masa simpan masker wajah tepung pisang dan madu yang terbaik. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Variabel bbebas dalam penelitian ini adalah proporsi tepung pisang dan madu yaitu X1 (4gram:11gram), X2 (6gram:9gram), X3 (8gram:7gram). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil jadi masker yang dilihat dari uji organoleptik. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi melalui 30 orang panelis. Analisis data menggunakan anava tunggal dan apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan uji Duncan menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukan hasil masker terbaik pada produk masker X2 dengan proporsi 6 gram tepung pisang dan 9 gram madu. Selanjutnya diketahui hasil uji mickrobilogi terhadap produk tersebut, dinyatakan bahwa produk maske rterbaik dapat disimpan hingga hari ke-7. Kata Kunci: Masker wajah, Tepung pisang, MaduAbstractFaceemasks are cosmeticsswhich will be used on the last step of facial careeactions, work inddepth since they cannremove dead skinncells. In this research, mixed banana flouraand honey was applied as base materialsfor making face masks. It was because banana flour contains various vitamins and antioxidants which the functions are to reduce an aging processsand to keep life more ageless. The results of study on honey show that it contains AlfaaHydoxy Acid (AHAS) which is really good as a skin cream. The purpose of this research are 1) to determine the effects of proportion between banana flour face masks and honey toward organolepticiincluding colourr, scentt, texturee, viscosityy, easy toowash 2) to determine results of the most liked on the proportion between bananaaflour faceemasks andhhoney includinggcolour, scent, texture, viscosity, easyyto wash 3) know the best shelfflife of bananaaflour andhhoneymmasks. The independentvvariable of this reseach is theeproportion between bananaaflour face maskssand honeyywhich are X1 (4gram:11gram), X2 (6gram:9gram), X3 (8gram:7gram). The dependenttvariable of this reseach is physical charateristicssmask which are colour, scent, textureeviscosity, easy to wash, and the panelist favourite. The data collection was carried out by observationt throght 30 panelist. The data analysis of this research is using single result is the best mask result is on proportion 6 gram bananaaflour and 9 gramahoney. Furthermore , the result of the microbiologicalatest on the product, it is the best mask product can be storeduuntil the 7th day.
PENGARUH PROPORSI TEPUNG KEDELAI (GLYCINE MAX) , YOGURT DAN STROBERI TERHADAP SIFAT FISIK MASKER RAMBUT LINTANG ANGKASA, HENI; KECVARA PRITASARI, OCTAVERINA
Jurnal Tata Rias Vol 8, No 1 (2019)
Publisher : Program Studi Pendidikan Tata Rias

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Masker rambut merupakan kosmetik perawatan rambut yang berfungsi memperbaiki rambut yang rusak dengan bahan alami seperti tepung kedelai, yogurt dan stroberi. Tepung kedelai mengandung protein yang baik untuk memperbaiki keratin pada batang rambut. yogurt mengandung B12 untuk memberikan nutrisi folikel rambut untuk pertumbuhan rambut, sedangkan stroberi mengandung vitamin C yang baik untuk kelenturan rambut, serta menjaga agar rambut tidak rusak. Tujuan penelitian ini adalah 1) untuk mengetahui pengaruh proporsi tepung kedelai, yogurt dan stroberi terhadap hasil jadi yang dinilai dari sifat fisik meliputi warna, aroma, tekstur, daya lekat, kekentalan dan kemudahan dibilas 2) Untuk mengetahui proporsi masker rambut yang paling disukai panelis; 3) Untuk mengetahui masa simpan hasil jadi masker rambut. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Metode pengumpulan data menggunakan observasi yang dilakukan 30 panelis. Teknik analisis data menggunakan uji Anova tunggal dan uji Duncan dengan hasil terbaik pada aspek, warna, aroma, daya lekat dan kemudahan dibilas, pada produk masker X1 dengan proposi 2 gram tepung kedelai, 13 ml yogurt dan 10 ml stroberi dan hasil masker terbaik pada aspek kekentalan yang terbaik yaitu pada X2 dengan proporsi 4 gram tepung kedelai, 11 ml yogurt dan 10 ml stroberi. hasil uji mikrobiologi produk terbaik dapat disimpan hingga hari ke-7. Kata Kunci : Masker Rambut, Kedelai, Yogurt, Stroberi. Abstract Hair mask is a hair care cosmetics that serves to repair damaged hair with natural ingredients such as soy flour, yogurt and strawberries. Soy flour contains good protein to repair keratin in the hair shaft. yogurt contains B12 to provide hair follicle nutrition for hair growth, while strawberries contain vitamin C which is good for hair flexibility, and keeps hair from being damaged. The purpose of this study was 1) to find the effect of the proportion of soy flour, yogurt and strawberry to the results of hair masks on phisical characteristics which are colour, smell, texture, stiky, viscosity and ease of washing; 2) To know the proportion of hair masks that are most preferred by panelists; 3) To find investigate the savings period of the mask. This research is an experimental research. The method of collecting data uses observations made by 30 panelists. Data analysis techniques used a single ANOVA test and Duncan test with the best results on aspects, color, aroma, adhesion and ease of rinsing, on Xmask products1 with a proportion of 2 grams of soy flour, 13 ml of yogurt and 10 ml of strawberries and the best mask results the best viscosity aspect is at X2 with a proportion of 4 grams of soy flour, 11 ml of yogurt and 10 ml of strawberries. the results of the best product microbiology test can be stored until the 7th day. Keywords: Hair mask, soy flour, yogurt, strawberry.
KAJIAN TATA RIAS TARI GANDRUNG BANYUWANGI AGE SELINTA, FABE; Kecvara Pritasari, Octaverina
Jurnal Tata Rias Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Tata Rias

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakTari gandrung merupakan tarian khas kota Banyuwangi yang dijadikan sebagai ikon kota, tari gandrung digunakan sebagai cikal bakal seni tari yang berkembang di Banyuwangi. Tari gandrung ada sejak zaman penjajahan Belanda sebagai bukti pembelaan masyarakat Banyuwangi terhadap penjajah. Kesenian tari gandrung semakin berkembang dan mengalami pembaharuan khususnya tata rias yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) perkembangan tata rias tari gandrung sejak tahun 1960 hingga 2019 dan 2) mengetahui aksesoris serta busana yang digunakan pada tari gandrung Banyuwangi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara semi struktur, observasi tersamar, dan dokumentasi. Hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: 1) pada tahun 1960 hingga 1970 menggunakan kosmetik sederhana dan berbahan alami, alas bedak atal berwarna kuning langsat, alis dari arang dan lipstik berwarna merah dari kertas kelobot. 2) tahun 1970 hingga 1980 adanya foundation merk Kelly, bedak tabur merk Viva, eyeliner dan eyeshadow terbuat dari endapan lampu minyak tanah. 3) tahun 1980 hingga 1990 eyeliner dan alis berbentuk pensil, adanya blushon warna merah merk Ratu Ayu dan Sariayu. 4) tahun 1990 hingga 2000 penggunaan eyeshadow warna merah, hitam, putih, dan emas sesuai warna khas Banyuwangi. Adanya teknik untuk mempertegas warna eyeshadow. 5) tahun 2005 hingga 2010 penggunaan bedak padat, warna eyeshadow menyesuaikan busana dan adanya bulu mata palsu. 6) tahun 2015 hingga 2019 adanya teknik conturing, teknik cut crease pada aplikasi eyeshadow dan penggunaan shimer, 3) aksesoris yang digunakan bernama omprog terbuat dari kulit berwarna emas dan memiliki ciri khas tokoh wayang Ontoseno, 4) komponen busana tari gandrung Banyuwangi terdiri dari ilat-ilat atas, otok, kelat bahu, ebok, samir, sabuk, selendang atau sampur, kipas, dan kaos kaki. Kata Kunci: Perkembangan Tari Gandrung, Gandrung BanyuwangiAbstractGandrung Dance is a typical dance city Banyuwangi as the icon of the city, Gandrung dance is used as the forerunner of the flourishing dance art in Banyuwangi. Gandrung Dance existed since the Dutch colonial era as evidence of the defence of Banyuwangi community against colonizers. Gandrung Dance Art is growing and undergoing renewal, especially the makeup used. The research aims to find out: 1) The development of the Gandrung dance makeup since the years 1960 to 2019, and 2)know accessories and clothing used in the dance Gandrung Banyuwangi. This type of research is a qualitative descriptive. Data collection techniques include semi-structural interviews, sketchy observations, and documentation. The results of the study can be described as follows: 1) from 1960 to 1970 using simple and natural-made cosmetics, a black-coloured, atal-yellow eyebrow, charcoal and red-colored lipstick from the paper Kelobot. 2) years 1970 to 1980 the existence of the foundation brand Kelly, powder brand Viva, eyeliner and eyeshadow made from the deposition of kerosene lamps. 3) years 1980 to 1990 eyeliner and eyebrow is made of pencil, there is a red color of the brand queen Ayu and Sariayu. 4) Year 1990 to 2000 use of eyeshadow color red, black, white, and gold according to the distinctive color of Banyuwangi. There is a technique to emphasize the color of eyeshadow. 5) years 2005 to 2010 use of solid powder, eyeshadow color adjusting the clothing and the presence of false eyelashes. 6) year 2015 to 2019 of the technique of conturing, cut return technique on eyeshadow application and the use of Shimer, 3) used accessories named Omprog is made of gold-colored leather and has the characteristic of a puppet character Ontoseno, 4) Banyuwangi Gandrung fashion components consist of the above Ilat-ylates, Otok, shoulder kelat, Ebok, Samir, belts, scarves or sampurs, fan and socks.Keywords: Progression of Gandrung Dance, Gandrung Banyuwangi
KAJIAN TATA RIAS TARI GANDRUNG BANYUWANGI AGE SELINTA, FABE; KECVARA PRITASARI, OCTAVERINA
Jurnal Tata Rias Vol 9, No 2 (2020)
Publisher : Program Studi Pendidikan Tata Rias

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

AbstrakTari gandrung merupakan tarian khas kota Banyuwangi yang dijadikan sebagai ikon kota, tari gandrung digunakan sebagai cikal bakal seni tari yang berkembang di Banyuwangi. Tari gandrung ada sejak zaman penjajahan Belanda sebagai bukti pembelaan masyarakat Banyuwangi terhadap penjajah. Kesenian tari gandrung semakin berkembang dan mengalami pembaharuan khususnya tata rias yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) perkembangan tata rias tari gandrung sejak tahun 1960 hingga 2019 dan 2) mengetahui aksesoris serta busana yang digunakan pada tari gandrung Banyuwangi. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yaitu wawancara semi struktur, observasi tersamar, dan dokumentasi. Hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut: 1) pada tahun 1960 hingga 1970 menggunakan kosmetik sederhana dan berbahan alami, alas bedak atal berwarna kuning langsat, alis dari arang dan lipstik berwarna merah dari kertas kelobot. 2) tahun 1970 hingga 1980 adanya foundation merk Kelly, bedak tabur merk Viva, eyeliner dan eyeshadow terbuat dari endapan lampu minyak tanah. 3) tahun 1980 hingga 1990 eyeliner dan alis berbentuk pensil, adanya blushon warna merah merk Ratu Ayu dan Sariayu. 4) tahun 1990 hingga 2000 penggunaan eyeshadow warna merah, hitam, putih, dan emas sesuai warna khas Banyuwangi. Adanya teknik untuk mempertegas warna eyeshadow. 5) tahun 2005 hingga 2010 penggunaan bedak padat, warna eyeshadow menyesuaikan busana dan adanya bulu mata palsu. 6) tahun 2015 hingga 2019 adanya teknik conturing, teknik cut crease pada aplikasi eyeshadow dan penggunaan shimer, 3) aksesoris yang digunakan bernama omprog terbuat dari kulit berwarna emas dan memiliki ciri khas tokoh wayang Ontoseno, 4) komponen busana tari gandrung Banyuwangi terdiri dari ilat-ilat atas, otok, kelat bahu, ebok, samir, sabuk, selendang atau sampur, kipas, dan kaos kaki. Kata Kunci: Perkembangan Tari Gandrung, Gandrung BanyuwangiAbstractGandrung Dance is a typical dance city Banyuwangi as the icon of the city, Gandrung dance is used as the forerunner of the flourishing dance art in Banyuwangi. Gandrung Dance existed since the Dutch colonial era as evidence of the defence of Banyuwangi community against colonizers. Gandrung Dance Art is growing and undergoing renewal, especially the makeup used. The research aims to find out: 1) The development of the Gandrung dance makeup since the years 1960 to 2019, and 2)know accessories and clothing used in the dance Gandrung Banyuwangi. This type of research is a qualitative descriptive. Data collection techniques include semi-structural interviews, sketchy observations, and documentation. The results of the study can be described as follows: 1) from 1960 to 1970 using simple and natural-made cosmetics, a black-coloured, atal-yellow eyebrow, charcoal and red-colored lipstick from the paper Kelobot. 2) years 1970 to 1980 the existence of the foundation brand Kelly, powder brand Viva, eyeliner and eyeshadow made from the deposition of kerosene lamps. 3) years 1980 to 1990 eyeliner and eyebrow is made of pencil, there is a red color of the brand queen Ayu and Sariayu. 4) Year 1990 to 2000 use of eyeshadow color red, black, white, and gold according to the distinctive color of Banyuwangi. There is a technique to emphasize the color of eyeshadow. 5) years 2005 to 2010 use of solid powder, eyeshadow color adjusting the clothing and the presence of false eyelashes. 6) year 2015 to 2019 of the technique of conturing, cut return technique on eyeshadow application and the use of Shimer, 3) used accessories named Omprog is made of gold-colored leather and has the characteristic of a puppet character Ontoseno, 4) Banyuwangi Gandrung fashion components consist of the above Ilat-ylates, Otok, shoulder kelat, Ebok, Samir, belts, scarves or sampurs, fan and socks.Keywords: Progression of Gandrung Dance, Gandrung Banyuwangi