Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

SELEKSI INDIVIDU HASIL PERSILANGAN TERKONTROL TANAMAN UBIJALAR (Ipomoea batatas L. (Lam) Titof, Titof; Lestari, Sri Umi; Dwi Julianto, Reza Prakoso
Fakultas Pertanian Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study was to evaluate and select genotypes of offspring from controlled crosses that have high yield potential with criteria of ? 0.5 kg / plant. The research was conducted in a research station of Brawijaya University, located in Jatikerto, Kromengan, Malang Regency. One hundred seventy-five genotypes of crosses grouped in 4 halfsib families were evaluated using augmented Randomized Block Design. The four families consisted of 77 genotypes of BIS OP-61 as female parent, 35 genotypes of BIS OP-61 as male parent, 35 genotypes of Papua Solossa as female parent and 28 genotype of Papuan Solossa as male parent. Each family is planted in one block as a test cultivar. In each block is also planted the parent clone as a control cultivar. Thus, this experiment is carried out using 4 blocks, each block as a replication. Storage root number, fresh storage root weight and fresh weight of vines per plant are determined. Based on a selection of storage root weight were found 69 genotypes with storage root yield ? 0.5 kg / plant (equivalent ? 20 t/ha), 36 genotypes ? 0.75 kg/plant (equivalent ? 30 t/ha ) and 14 genotypes ? 1 kg / plant (equivalent ? 40 t/ha) from all genotipes that evaluated. Based on the percentage of selected genotypes, there were differences in the ability of female parent (?) and male parent (?) to produce offspring. The offspring of BIS OP-61 as female parent (?) and male parent (?) produced storage root yield of 0.516 kg / plant and 0.512 kg / plant respectivelly, exceeded the halfsib family from Papua Solossa as a female parent (? ) or a male parent (?), which each produces of 0.446 kg / plant and 0.363 kg / plant. The halfsib family of BIS OP-61 and Papua Solossa are able to produce storage root weight and weight of vines higher than control cultivar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dan menyeleksi genotipe keturunan hasil persilangan terkontrol yang mempunyai potensi hasil tinggi dengan kriteria ? 0.5 kg/tanaman. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Universitas Brawijaya, yang berlokasi di Desa Jatikerto, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang. Seratus tujuh puluh lima genotipe keturunan hasil persilangan yang dikelompokkan dalam 4 famili halfsib dievaluasi menggunakan Rancangan Acak Kelompok augmented. Keempat famili tersebut terdiri dari 77 genotipe keturunan BIS OP-61 sebagai induk betina, 35 genotipe keturunan dari BIS OP-61 sebagai induk jantan, 35 genotipe keturunan Papua Solossa sebagai induk betina dan 28 genotipe keturunan Papua Solossa sebagai induk jantan. Masing-masing famili ditanam dalam satu blok sebagai tanaman uji. Dalam setiap blok juga ditanami klon induk sebagai tanaman kontrol. Dengan demikian percobaan ini dilaksanakan menggunakan 4 blok yang berlaku sekaligus sebagai ulangan. Parameter pengamatan meliputi jumlah umbi, bobot umbi segar dan bobot brangkasan per tanaman. Berdasarkan seleksi hasil umbi per tanaman, ditemukan 69 genotipe yang memiliki hasil umbi ? 0,5 kg/tanaman (setara ? 20 ton/ha), 36 genotipe dengan hasil umbi ? 0,75 kg/tanaman (setara ? 30 ton/ha) dan 14 genotipe dengan hasil umbi ? 1 kg/tanaman (setara ? 40 ton/ha) pada seluruh famili halfsib yang di evaluasi. Berdasarkan presentase jumlah genotipe yang terseleksi tersebut ditemukan adanya perbedaan kemampuan sebagai induk betina (?) dan induk jantan (?) dalam menghasilkan keturunan. Keturunan BIS OP-61 sebagai induk betina (?) dan induk jantan (?) masing-masing menghasilkan rerata bobot umbi sebesar 0,516 kg/tanaman dan 0,512 kg/tanaman, hasil tersebut melebihi rerata famili halfsib dari keturunan Papua Solossa sebagai induk betina (?) dan induk jantan (?) yang masing-masing sebesar 0,446 kg/tanaman dan 0,363 kg/tanaman. Famili halfsib BIS OP-61 dan Papua Solossa mampu menghasilkan bobot umbi dan bobot brangkasan yang melebihi kultivar kontrol.
PENGGUNAAN PUPUK NITROGEN DAN BIOCHAR TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SAWI PAKCOY (Brassica rapa L.) DI TANAH ENTISOL Xaperius, Fransiskus; Adisarwanto, Titis; Dwi Julianto, Reza Prakoso
Fakultas Pertanian Vol 5, No 2 (2017)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aims to determine the dosage of nitrogen fertilizer and the optimum biochar treatment on the growth of mustard plant pakcoy (Brassica rapa L.) on Entisol soil. The research was conducted at Dukuh Kraguman, Tegalwaru Village, Dau District, Malang Regency, for three months from September to November 2016. The study used Randomized Block Design (RAK) with 13 treatments and repeated 3 times. Observation was done 3 times that is age 25 HST, 35 HST, 45 HST observed variables plant height, leaf area, number of leaves, wet weight, and dry weight of mustard plant pakcoy. The results showed that the use of nitrogen and biochar fertilizers significantly affected the number of leaves, wet weight, and dry weight of mustard plant pakcoy at 45 HST. Provision of nitrogen 100 kg/ha-1 and biochar (30 t/ha-1) spread evenly fertilizers increases the percentage of high growth, leaf area, number of leaves, wet weight, and dry weight of mustard plant pakcoy. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis pupuk nitrogen dan perlakuan biochar yang optimum terhadap pertumbuhan tanaman sawi pakcoy (Brassica rapa L.) pada tanah Entisol. Penelitian dilaksanakan di Dukuh Kraguman, Desa Tegalwaru, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, selama tiga bulan mulai September ? November 2016. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 13 perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 kali yaitu umur 25 HST, 35 HST, 45 HST variabel yang diamati tinggi tanaman, luas daun, jumlah daun, bobot basah, dan bobot kering tanaman sawi pakcoy. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pupuk nitrogen dan biochar berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, bobot basah, dan bobot kering tanaman sawi pakcoy pada 45 HST. Pemberian pupuk nitrogen 100 kg/ha-1 dan biochar (30 t/ha-1) disebar merata meningkatkan persentase pertumbuhan tinggi, luas daun, jumlah daun, bobot basah, dan bobot kering tanaman sawi pakcoy.
Pemupukan Nitrogen Dan Kalium Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Terong Ungu (Solanum Melongena L.). Gamat, Berchmans M; Adisarwanto, Titis; Dwi Julianto, Reza Prakoso
Fakultas Pertanian Vol 6, No 2 (2018)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

To get this high demand eggplant yield potential, it is still not balanced with production so that good fertilization techniques are needed, especially from the aspect of soil fertility. The study aimed to determine the effect of nitrogen and potassium fertilizers and dosages on the growth and production of purple eggplant plants. This research was carried out in Tlogomas Subdistrict, Lowokwaru Subdistrict, Tribhuwana Tunggadewi University, Malang. From November to February, it had an altitude of ± 450 above sea level. The study used a randomized block design (RBD) with a single factor consisting of 6 treatments and repeated 3 times, namely: type of fertilizer (N) consisting of: N1 = Urea and N2 = KCL. N1 Fertilizer = Urea 50 kg / ha (0.4 gram / plant), N2 = Urea 100 kg / ha (0.8 gram / plant), N3 = Urea 150 kg / ha (1.2 grams / plant), K1 = KCL 50 kg / ha (0.4 gram / plant), K2 = KCL 100 kg / ha (0.8 gram / plant), K3 = KCL 150 kg / ha (1.2 grams / plant). Observation variables: plant height, number of leaves, leaf area, number of flowers, number of fruit and weight of fruit. If it shows a significant difference between the treatments tested then proceed with a 5% BNT test. Based on the results of the study, it can be concluded that fertilization of 50 kg KCl / ha and 150 kg of urea was able to produce the same plant height at the age of 50 days after planting. Fertilization of Urea and KCl does not affect the weight of the plant or the number of fruit. Untuk mendapatkan potesi hasil terong dengan permintaan yang tinggi ini, masih tidak diimbangi dengan produksi sehingga diperlukan teknik pemupukan yang baik terutama dari aspek kesuburan tanah. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pupuk nitrogen dan kalium serta dosis terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman terong ungu. Penelitian ini dilaksanakan dikelurahan Tlogomas Kecamatan Lowokwaru Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang Pada bulan November sampai Februari yang memiliki ketinggian tempat ± 450 dari permukaan laut. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan faktor tunggal yang terdiri dari 6 perlakuan dan diulang 3 kali yaitu :jenis pupuk (N) terdiri dari : N1 = Urea dan N2 = KCL. Pupuk N1 = Urea 50 kg/ha (0,4 gram/tanaman), N2 = Urea 100 kg/ha (0,8 gram/tanaman), N3 = Urea 150 kg/ha (1,2 gram/tanaman), K1 = KCL 50 kg/ha (0,4 gram/tanaman), K2 = KCL 100 kg/ha (0,8 gram/tanaman), K3 = KCL 150 kg/ha (1,2 gram/tanaman). Variabel pengamatan : tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, jumlah bunga, jumlah buah dan berat buah. Apabila menunjukan beda nyata diantara perlakuan yang diuji maka dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan Pemupukan 50 kg KCl/ha dan 150 kg urea mampu menghasilkan tinggi tanaman yang sama pada umur 50 hari setelah tanam. Pemupukan Urea maupun KCl tidak mempengaruhi terhadap bobot tanaman maupun jumlah buah.
POTENSI BISNIS DAN PELUANG USAHA VERTIKULTUR-HIDROPONIK: BUSINESS POTENTIAL AND VERTICULTURE-HYDROPONICS OPPORTUNITIES Indawan*, Edyson; Indri Hastuti, Poppy; Indri Hapsari, Ricky; Dwi Julianto, Reza Prakoso
JAMAS : Jurnal Abdi Masyarakat Vol. 2 No. 1 (2024)
Publisher : Forind Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.62085/jms.v2i1.71

Abstract

Hidroponik vertikultur adalah sistem pertanian hidroponik dan dilakukan secara vertikal. Tanaman yang dibudidayakan disusun dalam model bertingkat dari bawah ke atas. Tujuan utamanya adalah memanfaatkan lahan yang sangat terbatas atau sempit dengan lebih optimal. Syarat utama yang harus dipenuhi dalam mempraktikkan sistem hidroponik vertikal adalah tempat meletakkan media tanam harus kuat dan tidak mudah roboh. Jenis dan ukurannya gratis, namun tetap harus disesuaikan dengan jenis tanamannya. Budidaya organik vertikultur dilakukan secara vertikal dengan cara media tanam, pupuk, dan pestisida yang berasal dari bahan organik non kimia. Tanaman yang dibudidayakan biasanya adalah tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek atau tanaman tahunan, terutama sayuran (Tomat, Cabai, Seledri, Caisism, Pack-choy, Baby corn, Selada). Banyak sekali model, bahan, ukuran, dan wadah vertikultur yang hanya perlu disesuaikan dengan kondisi dan keinginan pribadi. Bisnis hidroponik merupakan bisnis yang sangat kompleks, karena mulai dari sub sistem hulu hingga sub sistem pendukung semua komponen dalam hidroponik dapat dimanfaatkan sebagai sumber penghasilan.
Kampung warna-warni jodipan Evaluasi Penataan Lanskap Riparian Sungai Pada Kawasan Kampung Warna-Warni Jodipan Berbasis Persepsi Dan Preferensi Masyarakat: Penambahan vegetasi Nathania, Grafia; Alfian, Rizki; Santoso, Dian Kartika; Dwi Julianto, Reza Prakoso
TRANSFORM: Journal of Tropical Architecture and Sustainable Urban Science Vol. 3 No. 1 (2024): TRANSFORM
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/transform.v3i1.1217

Abstract

Malang Colorful Village or also known as Jodipan Colorful Village (KWJ) is one of the first tourist villages in Malang City. Every corner of this village is decorated with various bright and bright colors that can attract attention. Not only with wall paint, various handicrafts and decorations also enliven the atmosphere of this Colorful Village. Interestingly, this place is always frequented by tourists who want to take photos or just see first hand the beauty of the former slums. Various potential conditions and problems cause problems for the environment and the stability of soil sedimentation around the Brantas river. To anticipate this, it is necessary to evaluate the river riparian landscape arrangement, so that appropriate landscape planning can be made. Interview techniques were used in this research to measure perceptions and preferences for five variables, namely knowledge, utilization, comfort, visuals and policy. Next, it was analyzed using a Likert Scale. The results of community perceptions and preferences aim to produce an integrated and sustainable form of landscape management. The desired achievements are maintaining ecological balance, increasing community welfare, and maintaining the socio-cultural conditions of the community. A management scheme based on a balance between the ecological environment, community welfare and socio-culture can be realized by knowing the perceptions and preferences of the community. At the level of comfort, it can be concluded that people feel more comfortable living close to the river, especially in Jodipan Colorful Village, the river is used as a tourist attraction with a glass bridge over it. The public's perception of the visuals and arrangement of vegetation can be concluded that the community needs additional vegetation by arranging it neatly. The addition of vegetation makes local people feel more comfortable. In general, people use rivers as their source of life. Rivers are considered important and are used as a source of life for local communities. policy can be concluded that the community understands that not all policies are fully implemented by the community.
Identifikasi Arsitektur Masjid Raya Darussalam di Samarinda Sebagai Usulan Cagar Budaya Kholifah, Nur Asriatul; Azizah, Anisah; Nopianti, Putri; Dwi Julianto, Reza Prakoso; Prasetyaningrum, Arina Aprilia; Najwan, Rizkya Shafa; Muhroziannur, Andika; Putri, Nadia Adelia; Ridho; Rahmanda Putra, Bayu Prasetyo
TRANSFORM: Journal of Tropical Architecture and Sustainable Urban Science Vol. 3 No. 1 (2024): TRANSFORM
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/transform.v3i1.1507

Abstract

Cagar budaya merupakan warisan budaya yang berupa kebendaan berupa benda cagar budaya yang harus dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan kebudayaan. Masjid Raya Darussalam terletak di Samarinda Kalimantan Timur. Masjid ini berusia 99 tahun dan memiliki potensi yang besar untuk diakui sebagai cagar budaya. Karena nilai sejarah, arsitektur, dan sosialnya yang tinggi, masjid ini menjadi landmark penting bagi kota Samarinda dan seluruh Kalimantan Timur. Mengidentifikasi Masjid Raya Darussalam sebagai war isan budaya tidak hanya berarti mengakui nilai sejarah dan keindahannya, namun juga memastikan warisan budaya berharga tersebut tetap dilestarikan. Metode penelitian yang digunakan dalam mengidentifikasi gaya arsitektur Masjid Raya Darussalam sebagai usulan bangunan cagar budaya adalah metode deskriptif kualitatif dengan pengumpulan data primer dan data sekunder. Berdasarkan kriteria cagar budaya menurut UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, Masjid Raya Darussalam masuk kedalam kriteria tersebut. Konservasi merupakan salah satu cara yang tepat untuk melestarikan bangunan bersejarah seperti Masjid Raya Darussalam. Pendekatan konservasi mencakup tindakan seperti mempertahankan struktur asli, melakukan perbaikan yang sesuai dengan metode dan bahan tradisional, dan melakukan penelitian historis yang mendalam untuk memahami dan mempertahankan keaslian bangunan.
Strategi Pengembangan Desa Wisata dengan Konsep Keberlanjutan Pariwisata Putri Nopianti; Azizah, Anisah; Dwi Julianto, Reza Prakoso; Muhammad Reza Saputra
TRANSFORM: Journal of Tropical Architecture and Sustainable Urban Science Vol. 3 No. 2 (2024): TRANSFORM
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/transform.v3i2.2061

Abstract

Desa wisata merupakan bagian dari upaya pengembangan ekonomi masyarakat lokal dengan memanfaatkan alam, budaya, dan intelektual setempat. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi strategi pengembangan desa wisata berkelanjutan dan memberikan rekomendasi untuk mengoptimalkan peran desa dalam mendukung industri pariwisata. Metode yang dipakai dalam analisis adalah analisis secara deskriptif yaitu menggunakan analisis dokumen terhadap pemangku kepentingan di desa wisata. Hasil penelitian menunjukkan berkembangnya desa wisata memerlukan pendekatan terpadu, meliputi identifikasi potensi lokal, pengembangan infrastruktur dasar, penguatan kapasitas sumber daya manusia, dan pemasaran buah yang efektif. Penguatan kelembagaan lokal dan partisipasi aktif masyarakat menjadi faktor kunci keberhasilan pengembangan desa wisata. Selain itu, memperhatikan aspek lingkungan dan melestarikan budaya lokal harus menjadi prioritas utama untuk menciptakan keberlanjutan jangka panjang. Dengan menerapkan strategi yang tepat, desa wisata dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pembangunan pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan.
Rumah Hunian Industrial dengan Daya Fasad Menggunakan Bata Merah Diva Aurel Itna Monika; Pakpahan, Henri Romay; Yunita Rahmawati; Bryan Shavanabie; Indra Ariani; Dwi Julianto, Reza Prakoso
TRANSFORM: Journal of Tropical Architecture and Sustainable Urban Science Vol. 3 No. 2 (2024): TRANSFORM
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/transform.v3i2.2226

Abstract

Gaya industrial semakin populer dalam arsitektur hunian modern karena mengutamakan keseimbangan antara estetika mentah dan fungsionalitas. Salah satu elemen yang sering digunakan adalah bata merah, terutama pada fasad bangunan. Masalah utama yang dihadapi dalam desain rumah di lingkungan perkotaan adalah menciptakan hunian yang estetis, hemat energi, dan tetap nyaman di lahan terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan gaya industrial dengan fasad bata merah sebagai elemen utama dalam menciptakan rumah hunian yang sesuai untuk iklim tropis. Metode yang digunakan melibatkan analisis karakteristik material bata merah, seperti daya tahan, sifat termal, dan kemampuannya memberikan ventilasi alami. Selain itu, penelitian juga meninjau aspek estetika dari fasad bata merah, seperti kemampuannya menciptakan tekstur visual yang menarik dan fleksibilitasnya dalam berpadu dengan elemen lain, seperti baja dan kayu. Hasil pembahasan menunjukkan bahwa fasad bata merah pada rumah gaya industrial tidak hanya memberikan tampilan estetis yang kuat dan autentik, tetapi juga membantu meningkatkan kenyamanan termal dalam ruangan. Material ini mampu menyerap panas di siang hari dan melepaskannya pada malam hari, menjadikannya ideal untuk iklim tropis. Penggunaan bata merah juga mendukung keberlanjutan karena bahan ini mudah didaur ulang dan memiliki umur pakai yang panjang. Kesimpulannya, rumah hunian industrial dengan fasad bata merah adalah solusi desain yang efektif untuk menciptakan hunian estetis, nyaman, dan berkelanjutan. Desain ini memadukan fungsi dan keindahan, menjadikannya pilihan yang ideal untuk lingkungan perkotaan modern.
Pengembangan Teknik Aquaponik: Budidaya Tanaman Dengan Ikan Nopianti, Putri; Dwi Julianto, Reza Prakoso; Indawan, Edyson
JAPI (Jurnal Akses Pengabdian Indonesia) Vol 10, No 2 (2025)
Publisher : Universitas Tribhuwana Tunggadewi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33366/japi.v10i2.7336

Abstract

Teknologi aquaponik adalah teknologi yang mengkombinasikan kegiatan budidaya tanaman dan perikanan dalam satu siklus kegiatan yang saling bersinergi. Perkembangan teknologi ini masih jarang digunakan, disebabkan kekurangan inovasi dan informasi terkait teknologi tersebut. Untuk menjawab tantangan tersebut, dilakukan pengabdian masyarakat di Gapoktan Beji Makmur, Batu, sebagai langkah transformasi pengetahuan dan teknologi yang lebih ramah lingkungan. Selain meningkatkan pengertian di dalam teknik aquaponik di kalangan petani, tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah mengenalkan teknologi budidaya tanaman musiman dalam konsep pertanian berkelanjutan. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di Gapoktan Beji Makmur dan diikuti oleh 30 peserta. Anggota kelompok tani ini dibantu oleh mahasiswa KKN. Kegiaan pengabdian ini dilakukan dengan beberapa agenda antara lain sosialisasi dan praktek pembutan instalasi aquaponik, serta praktek budidaya tanaman dengan sistem aquaponik dan pemeliharaan terkait budidaya ikan. Setelah kegiatan sosialisasi, ada peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani. Dalam hal ini sebagai solusi teknis, petani dapat beradaptasi dengan penyesuaian ikan (lele dan nila) untuk mengurangi mortalitas. Untuk pengendalian nutrisi pupuk, petani beralih menggunakan pupuk organik dari kotoran ternak. Pembelajaran dari rekomendasi ini mengajak petani untuk menggunakan teknologi budidaya berwawasan lingkungan.
Perencanaan dan Pengembangan Desa Wisata Tani Aman dengan Pendekatan Sustainablity Enviromental Nopianti, Putri; Azizah, Anisah; Dwi Julianto, Reza Prakoso; Aliyah F., Hanny; Mulyani; Kusuma, Lyanisa; Rahmayanti, Intan; Agusriulina, Amelia
TRANSFORM: Journal of Tropical Architecture and Sustainable Urban Science Vol. 2 No. 2 (2023): TRANSFORM
Publisher : Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/transform.v2i2.1101

Abstract

Pengembangan desa menjadi sebuah Desa Wisata merupakan salah satu bentuk upaya dalam mengembangkan potensi-potensi lokal yang terdapat didalamnya. Desa Wisata dapat menjadi upaya untuk melestarikan dan memberdayakan potensi budaya lokal dan nilai-nilai kearifan lokal (local wisdom) yang berada di masyarakat. Pengembangan Desa Wisata Tani Aman bertujuan mengoptimalkan potensi dan merencanakan tahapan pengembangan desa wisata berbasis sumber daya lokal. Metode penelitian yang digunakan adalah analisa evaluatif komponen 3A, yaitu Amenitas, Atraksi dan Aksesibilitas, kemudian dilanjutkan desain konsep kawasan Desa Wisata Tani Aman. Hasil penelitian komponen atraksi menunjukkan kondisi baik, komponen aksesibilitas menunjukkan kondisi cukup baik, dan komponen amenitas menunjukkan kondisi cukup mendukung. Arahan pengembangan difokuskan pada pengembangan kearifan lokal dari perekrutan tenaga kerja dan pengembangan potensi pertanian, peternakan dan pengelolaan sampah. Adapaun kegiatan dalam kawasan Desa Wisata Tani Aman antara lain wisata sawah, pembatikan, bank sampah dan rumah kompos serta budidaya maggot.