Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Implementasi Kebijakan Kerjasama Luar Negeri Sister Province di Provinsi Jawa Tengah masrohatun, masrohatun
Sawala : Jurnal Administrasi Negara Vol 6, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Serang Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (156.16 KB) | DOI: 10.30656/sawala.v6i1.567

Abstract

Hasil penelitian Implementasi Kebijakan Kerjasama Luar Negeri sister province di Provinsi Jawa Tengah yang menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif analitis, menunjukkan hasil yang kurang efektif dan maksimal karena (1) tidak adanya klausal kerjasama provinsi pada pasal 3 di dalam Pergub Provinsi Jawa Tengah No. 4 Tahun 2010, (2) lemahnya komitmen dari sister province untuk mentaati perjanjian, (3) komite bersama yang diagendakan bertemu tiap setahun sekali sebagai forum evaluasi, belum bisa berjalan (4) peran dari masing-masing dinas, belum dilaksanakan dengan maksimal (5) minimnya program-program kerjasama yang terealisir, (6) data hasil investasi dan perdagangan ekspor maupun impor kurang terperinci.Faktor-faktor pendukung, tersebut antara lain; (1) Adanya transmisi kebijakan yang jelas dan konsisten dari Biro Otda dan Kerjasama ke dinas-dinas terkait kerjasama luar negeri sister province, (2) jumlah pegawai, sumber wewenang dan sumber  anggaran yang cukup (3) adanya action plan (seperti SOP). Faktor-faktor penghambat, antara lain: (1) kemauan dan keinginan implementor dalam menindaklanjuti MoU kerjasama dalam bentuk kerjasama yang lebih teknis masih lemah (2) kemampuan berbahasa asing yang masih lemah dari pelaksana menjadikan komunikasi dalam berkoordinasi antara Jawa Tengah dengan masing-masing sister province menjadi kurang komunikatif dan maksimal, (3) jumlah dinas yang cukup banyak dan tersebar mempengaruhi penyebaran tanggungjawab kepada dinas-dinas yang berbeda sehingga menyulitkan koordinasi maupun komunikasi antara dinas satu dengan lain yang terlibat kerjasama.
Gender Relation in Family in Post-COVID-19 Era: Study Among Working Couple in Semarang, Indonesia Elizabeth, Misbah Zulfa; Safitri, Ririh Megah; Illiyyun, Naili Ni’matul; Masrohatun, Masrohatun; Rahmawati, Titik
Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam Vol 7, No 2 (2023): Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam
Publisher : Islamic Family Law Department, Sharia and Law Faculty, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22373/sjhk.v7i2.17007

Abstract

The COVID-19 pandemic which has been running for two years has resulted in changes in work patterns for employees, both private and public. Due to consideration of preventing the spread of the COVID-19 virus, government agencies and private offices are imposing WFH (work from home). As a result, for working couples, the household arena becomes a joint work arena, in which formal and domestic work is carried out. This study aims to discuss the division of labor between husband and wife in the household before the pandemic; the division of labor during the pandemic, and the impact of the division of labor during WFH on the division of labor after the pandemic. The study used qualitative methods and field studies were analyzed using gender theory. Data collection is done by way of interviews, observation and documentation. This research found that there were three trends in relationship changes that were prior to the COVID pandemic, the division of labor was carried out based on the habits that had been built by the couple since they were married, namely families who had a commitment to work together since the beginning of the marriage, so with the pandemic this commitment made it stronger, but for families who do not have a commitment to gender relations, the work arena formed by the pandemic does not really affect gender relations. This finding reinforces the perspective that gender relations are socio-cultural formations so they are not easy to change
Perwujudan Demokrasi Deliberatif pada Pelaksanaan Rembug Warga dalam Menghadapi Dampak Banjir Rob Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Masrohatun, Masrohatun; Mahsun, Muhammad; Bariklana, Muhammad Nuqlir; Alfyan, Muhammad Ahmad Najich; Mufrikhah, Solkhah
ICODEV: Indonesian Community Development Journal Vol. 6 No. 1 (2025)
Publisher : Da'wa Faculty UIN Saizu Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Banjir rob di Kecamatan Sayung telah merusak rumah warga, fasilitas umum, sawah dan tambakyang menjadi mata pencaharian mereka. Dengan menggunakan metode penelitian kulitatif,pendekatan fenomenologi serta dikerangkai teori demokrasi deliberative Jurgen Hebermas,penelitian ini bertujuan melihat ruang publik, proses rembug warga dalam menetapkankesepakatan dan faktor apa yang mempengaruhi proses rembug warga. Hasilnya menunjukkanbahwa masyarakat yang memanfaatkan ruang komunal sebagai ruang publik sebagai wadahuntuk musyawarah dalam upaya menghadapi dampak Banjir rob. Ruang publik yang dibentuk dariaktivitas cangrukan (ngobrol) di pinggir jalan, mushola, warung, dan forum keagamaan. Selamaproses musyawarah berlangsung, semua warga dengan mudah menyampaikan pendapatnyatanpa terkecuali baik laki-laki maupun perempuan. Meski dilaksanakan dalam forum informaldan semi formal, musyawarah berjalan dengan baik dan menghasilkan kesepakatan mendalam,terstruktur dan bisa dipertangungjawabkan. Hal ini bisa dilihat dari kegiatan-kegiatan yangdisepakati seperti penggalangan dana dan penanaman bakau. Keduanya berjalan dengan baik.Semua warga baik laki-laki dan perempuan ikut serta berkontribusi sesuai kemampuan tanpaada intervensi pemerintah desa. Proses rembug warga bisa berjalan dengan baik karena dipengaruhi oleh beberapa kondisi atau faktor diantaranya rasa senasib, memiliki forum-forum yangbersifat komunal dan semangat gotong royong yang tinggi tinggi. Dan jika disimpulkan bahwamsyarakat pesisir Kecamatan Sayung adalah masyarakat yang demokratis.
Looking at The Violation of The Semarang Mayor Election Process With A Perspective of Conflict in 2020 Masrohatun, Masrohatun; Elizabeth, Misbah Zulfa; Maria Ulfa, Novi; Ali Aziz, Rifki; Darsyah, Moh Yamin
JPW (Jurnal Politik Walisongo) Vol. 6 No. 2 (2024)
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN Walisongo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jpw.v6i2.21969

Abstract

Violations during the Mayoral Election process are certainly not new. The dynamics were changing during the election process. These violations are certainly evaluation material for the organizing body in the effort to resolve the problem. However, this problem can spark conflict between partisans, organizers, and candidates. Therefore, this article aims to see what forms of violations were during the Semarang of Mayoral Election process, to see violations through the lens of conflict. With a qualitative research method, a case study approach with conflict theory, this study presents information that violations found include violations at the stages of the election process and violations at non-stages. These violations are more directed at administrative violations in the data collection of permanent election candidates, Ad-hoc committee candidates, violations in the implementation of the campaign, ASN neutrality, vote recounts, and errors in filling out form D. These violations are said to be conflicts because one party has different goals with another. The violations that occur were included in the type of surface conflict but do not rule out the possibility of becoming alternative conflicts and open conflicts in the future because all citizens did not obtain political education so they did not understand how politics works properly.
Public participation and multi-way communication in virtual space: Building deliberative democracy in the era of communicative plenty Mahsun, Muhammad; Parmudi, Mochamad; Masrohatun, Masrohatun; Hashim, Shahrin bin
Jurnal Ilmu Dakwah Vol. 45 No. 1 (2025)
Publisher : Faculty of Dakwah and Communication, Walisongo State Islamic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21580/jid.v45.1.25375

Abstract

Purpose - This study examines the phenomenon of Lapor Hendi in Semarang city as a communication channel to enhance public participation in the era of internet-based communication to address two key questions: how does citizen participation in virtual spaces through Lapor Hendi contribute to public policy-making and improving public service quality in Semarang City? How does this experience of participation impact deliberative communication and democracy in virtual spaces within Semarang City? Method - To explore these questions, this study uses a qualitative method with a phenomenological approach that prioritises data collection through in-depth interviews, documentation, and analysis of netizens’ communication texts on social media connected to the Lapor Hendi website. Result  - The results showed that the experience of citizen participation with multi-way communication in expressing aspirations and shaping public discourse through Lapor Hendi has successfully introduced public deliberation into the policymaking processes concerning urban spatial development, public goods governance, and public services. Implication - Qualitative study of the Lapor Hendi initiative in Semarang City offers significant insights into how deliberative democracy can be cultivated and developed in virtual spaces within the local Indonesian context. Originality/Value - This study provides an alternative theory to procedural democracy, which is increasingly experiencing a legitimacy crisis and decline, by developing a communication channel in virtual space for building citizen engagement and democratic policies. *** Tujuan - Studi ini mengkaji fenomena Lapor Hendi di Kota Semarang sebagai saluran komunikasi untuk meningkatkan partisipasi publik di era komunikasi berbasis internet guna menjawab dua pertanyaan kunci: bagaimana partisipasi warga dalam ruang virtual melalui Lapor Hendi berkontribusi pada pembentukan kebijakan publik dan peningkatan kualitas layanan publik di Kota Semarang? Bagaimana pengalaman partisipasi ini mempengaruhi komunikasi deliberatif dan demokrasi dalam ruang virtual di Kota Semarang? Metode - Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologis yang memprioritaskan pengumpulan data melalui wawancara mendalam, dokumentasi, dan analisis teks komunikasi netizen di media sosial yang terhubung dengan situs web Lapor Hendi. Hasil - Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman partisipasi warga dengan komunikasi dua arah dalam mengemukakan aspirasi dan membentuk diskursus publik melalui Lapor Hendi telah berhasil memperkenalkan deliberasi publik ke dalam proses pembentukan kebijakan terkait pengembangan ruang kota, tata kelola barang publik, dan layanan publik.  Implikasi - Studi kualitatif tentang inisiatif Lapor Hendi di Kota Semarang memberikan wawasan signifikan tentang bagaimana demokrasi deliberatif dapat dikembangkan dan ditumbuhkan di ruang virtual dalam konteks lokal Indonesia. Orisinalitas/Nilai - Studi ini menawarkan teori alternatif terhadap demokrasi prosedural, yang semakin mengalami krisis legitimasi dan penurunan, dengan mengembangkan saluran komunikasi di ruang virtual untuk membangun keterlibatan warga dan kebijakan demokratis. 
The Policy of Coastal Waste Management: Case Study In Demak Regency Masrohatun, Masrohatun
JAKPP (Jurnal Analisis Kebijakan & Pelayanan Publik) Volume 8 No. 2, Desember 2022
Publisher : Departemen Ilmu Administrasi FISIP UNHAS

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31947/jakpp.v8i2.24125

Abstract

The excessive amount of waste piles has been a challenge for Indonesia. Moreover, it has worse impact on coastal communities as rob takes place. Hence, this study aims to unveil the forms of coastal community waste management and local government policy. Using qualitative method and case study approach, it was found that coastal communities shared the same understanding of waste. They perceived it as discarded substance, both organic and inorganic, after its primary use. Further, coastal communities disposed of the waste by getting it burnt, buried, thrown into rivers, sold, and saved in waste banks.  In dealing with waste problems, the government issued policies by signing cooperation agreements and encouraging residents to have waste management literacy. However, many village governments did not have any specific policy on waste management.