Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

MANFAAT PROGRAM LIFE SKILL DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK DI PANTI ASUHAN HARAPAN TJITRA KOTA BENGKULU Fadlurrohim, Ishak; Permata, Sri Putri; Pasaribu, Damiana Widya
Focus : Jurnal Pekerjaan Sosial Vol 6, No 2 (2023): Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial Desember 2023
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/focus.v6i2.50902

Abstract

Program life skill mampu meningkatkan kemandirian anak dalam kemandirian. penelitian mendeskripsikan dan menganalisis manfaat program life skill dalam meningkatkan kemandirian anak. Pendekatan menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik purposive sampling, meliputi 11 informan terdiri dari 3 orang pengasuh dan merangkap sebagai pengurus, 8 anak bersekolah di tingkat SD. Teknik pengumpulan data yaitu dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program life skill yaitu daily living skill, vocational skill, dan personal social skill bermanfaat dalam  meningkatkan kemandirian anak di Panti Asuhan Harapan Tjitra Kota Bengkulu. Pada aspek daily living skill meliputi aspek  kemandirian emosional anak-anak mampu mengekspresikan emosi dan terbuka kepada  pengasuh, aspek kemandirian tingkah laku mampu melaksanakan kegiatan sehari harinya dan aspek kemandirian nilai mampu menerapkan nilai pribadi dan  juga nilai keagamaan. Selanjutnya personal social skill bermanfaat pada dua aspek kemandirian anak yaitu aspek emosional seperti kemampuan berinteraksi dengan teman dan aspek nilai yaitu menerapkan nilai keagamaan. Selain itu, vocational skill bermanfaat pada tiga aspek kemandirian anak baik emosional ditunjukkan melalui keterampilan enterpreneurship dengan tujuan meningkatkan skill dan pengetahuan. Maka anak-anak mampu menerapkan nilai pribadi tentang  skala prioritas dalam dirinya sendiri. Program life skill membantu kemandirian anak dengan kegiatan yang tersusun dan konsisten dilakukan serta didorong motivasi dari pengasuh. The life skill can increase the independence of the autonomy. Research described and analyzes the benefits of the program life skill in increasing the independence. Using qualitative research descriptive approach and Purposive-sampling technique, That includes 11 informants, consisting of 3 nannies and the caretakers, 8 children go to school on a high level. Data collection techniques are from observation., interviews and documentation. Research results show that life skills program is daily living skills. vocational skills, and personal social skills are useful in improving the independence of children in Children’s Orphanage Tjitra of Bengkulu city. The aspects of daily living skills include the aspects of emotional independence of children who are able to express emotions and are open to the nurse. The aspects of behavioral independence are able to perform daily activities and the aspects of value independence are able to apply personal values as well as religious values. Personal social skills are beneficial to two aspects of child’s independence: emotional aspects such as the ability to interact with friends and the aspects of value that are to apply religious values. In addition, vocational useful skill on three aspects independence children emotional shown through enterpreneurship skill with the aim of enhancing skill and knowledge. And be able to apply the child personal worth about the priority in itself. The program will help children with life independence activities composed and consistent and driven by the motivations of caretakers.
PERAN PENGASUH PANTI ASUHAN DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK (Studi Kasus Panti Asuhan Khoirul Walad Desa Duku Ilir, Kecamatan Curup Timur, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu) Fadlurrohim, Ishak; Permata, Sri Putri; Ferdiansyah, Andreas
Share : Social Work Journal Vol 14, No 2 (2024): Share : Social Work Journal
Publisher : University of Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/share.v14i2.58493

Abstract

Pengasuh memiliki peran yang penting dalam mengembangkan kemandirian anak di Lembaga sosial dalam kemandirian terutama emosional, tingkah laku dan nilai. Penelitian bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis peran pengasuh dalam mengembangkan kemandirian anak. Adapun pendekatan penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik purposive sampling meliputi 10 Informan terdiri dari ketua panti 1 orang, pengasuh 4 orang dan 5 anak panti asuhan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 6 peran dalam menjalankan perannya yaitu sebagai pendidik, pembimbing, pembina, motivator, teladan dan penasehat. Berdasarkan hal tersebut terdapat 3 peran yang dijalankan di Panti Asuhan Khoirul Walad Desa Duku Ilir yaitu sebagai pendidik, pembimbing serta motivator. Peran pendidik meliputi pemberian pengetahuan mengenai budi pekerti, kecintaan terhadap sesama dan ketaqwaan, Peran pembimbing dilakukan dalam menggali minat dan bakat serta menindak lanjuti bakat yang dimiliki anak, dan Peran motivator dilakukan sebagai cara untuk mengembangkan diri anak. Selain itu terdapat 3 aspek kemandirian yang terlihat meliputi aspek kemandirian emosional, aspek kemandirian tingkah laku dan aspek kemandirian nilai. Peran yang dilakukan pengasuh dalam mengembangkan kemandirian anak pada aspek kemandirian emosional yaitu pengasuh memberikan nasehat kepada anak agar anak dapat mengontrol emosi, pengasuh menasehati dalam menyelesaikan permasalahan anak dan berbagi pikiran/ pendapat, selanjutnya pada aspek kemandirian tingkah laku, Pengasuh berperan mengawasi dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan untuk peningkatan disiplin serta pemberian apresiasi. sedangkan pada aspek kemandirian nilai meberikan dampak kepada anak untuk dapat mengambil Keputusan dengan bijaksana dan tanggung jawab. Peran pengasuh dalam kemandirian anak masih belum optimal, Maka peneliti menilai perlu penguatan dalam Lembaga dalam mengembangkan kemandirian anak adalah pengasuh mendapatkan dorongan dan bantuan dari pengasuh (sharing discussion) atau (group discussion) agar tercapainya sebuah kecapaian yang diinginkan, anak. Caregivers have an important role in developing children's independence in social institutions in independence, especially emotional, behavioral, and values. The research aims to describe and analyze the role of caregivers in developing children's independence. The qualitative descriptive research approach with purposive sampling techniques includes 10 informants consisting of 1 orphanage head, 4 caregivers and 5 orphanage children. The data collection technique uses observation, interviews and documentation. The results of the study show that there are 6 roles in carrying out their roles, namely as educators, supervisors, coaches, motivators, role models and advisors. Based on this, there are 3 roles carried out at the Khoirul Walad Orphanage, Duku Ilir Village, namely as educators, supervisors and motivators. The role of educators includes providing knowledge about ethics, love for others and devotion, the role of the supervisor is carried out in exploring interests and talents and following up on the talents possessed by children, and the role of motivators is carried out as a way to develop children. In addition, there are 3 aspects of independence that can be seen including the aspect of emotional independence, the aspect of behavioral independence and the aspect of value independence. The role of caregivers in developing children's independence in the aspect of emotional independence is that caregivers give advice to children so that children can control their emotions, caregivers advise in solving children's problems and share thoughts/opinions, then in the aspect of behavioral independence, caregivers play a role in supervising and participating in every activity to improve discipline and give appreciation. while in the aspect of independence, the value gives an impact to children to be able to make decisions wisely and responsibly. The role of caregivers in children's independence is still not optimal, so the researcher considers that it is necessary to strengthen the institution in developing children's independence is that caregivers get encouragement and assistance from caregivers (sharing discussion) or (group discussion) in order to achieve a desired achievement, children.
Peran Pengasuh dalam Membina Disiplin pada Anak di Panti Asuhan Ar’ Raudah Bengkulu Selatan Septriani, Monica; Siregar, Rosi L Vini; Permata, Sri Putri
Jurnal Intervensi Sosial Vol. 4 No. 1 (2025): Inklusi Sosial dan Permasalahan Kemiskinan
Publisher : Talenta usu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32734/intervensisosial.v4i1.21291

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran pengasuh dalam membina disiplin pada anak di panti asuhan Ar’Raudah Bengkulu Selatan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan 10 informan diantaranya 2 orang pengasuh, 2 orang tua yang tinggal disekitar panti, 6 orang anak panti asuhan. Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan Teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data meliputi tahap reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa panti asuhan Ar’Raudah hanya mampu maksimal 3 terlaksana indikator peran pengasuh sebagai pembimbing, Pembina dan penasehat. Sebagai pembimbing adalah dimana pengasuh memiliki tugas membimbing anak asuh agar anak dapat lebih mandiri dan tidak tidak bergantung dengan orang lain, sebagai pembina berperan memberikan arahan untuk membina sikap dan perilaku anak di panti asuhan agar anak tersebut menjadi pribadi yang baik, sebagai penasehat berperan memberikan masukan dan mendorong anak dalam menghadapi berbagai permasalahan di kehidupan sehari-hari yang mereka hadapi. Peran pengasuh terdiri dari 6 indikator yaitu sebagai pendidik, pembimbing, pembina, penasehat, motivator dan teladan. Akan tetapi dari ke 6 indikator tersebut, peran pengasuh yang terlaksana maksimal dalam membina disiplin anak di Panti Asuhan Ar’Raudah Bengkulu Selatan hanya terdiri dari tiga peran, yaitu peran pengasuh sebagai pembimbing, Pembina, dan penasehat.
MODAL SOSIAL SEBAGAI PENDUKUNG PROSES INTEGRASI SOSIAL MASYARAKAT MULTIKULTURAL DI DESA SURO BALI KECAMATAN UJAN MAS KABUPATEN KEPAHIANG puspitasari, ni made anggraeni; yunilisiah, yunilisiah; permata, sri putri; bangsu, tamrin; adhrianti, lisa
JOURNAL OF SCIENCE AND SOCIAL RESEARCH Vol 8, No 3 (2025): August 2025
Publisher : Smart Education

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54314/jssr.v8i3.3459

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Modal Sosial Sebagai Pendukung Proses Integrasi Sosial Masyarakat Multikultural di Desa Suro Bali Kecamatan Ujan Mas Kabupaten Kepahiang. Kuatnya peran modal sosial melalui kepercayaan, nilai dan norma sosial serta jaringan ini tentu sangat penting dalam berkembangnya hubungan sosial untuk proses penyesuaian dan penyatuan unsur kebudayaan berbeda masyarakat multikultural, sehingga terciptanya kehidupan masyarakat harmonis. Metode penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif, informan pada penelitian terdiri dari perangkat desa, masyarakat desa, sesepuh/tokoh masyarakat dan tokoh agama. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa social bounding (perekat sosial), social bridging (jembatan sosial), dan social linking (hubungan/jaringan sosial) merupakan aspek modal sosial untuk mendukung proses integrasi sosial di Desa Suro Bali agar terjalannya nilai dan norma sosial secara konsisten, membangun kekuatan atas kelemahan dengan memperkaya kepercayaan serta terjalinnya jaringan dan relasi sehingga terciptanya kesepakatan disetiap masyarakatnya. Adanya proses integrasi sosial atau penyatuan dan penyesuaian unsur berbeda diantara masyarakat multikultural dan didukung oleh modal sosial membuat desa ini memiliki masyarakat yang saling menjaga, melindungi, menghargai dan menghormati serta memiliki rasa toleransi tinggi antara satu dengan lainnya, membuat proses penyatuan dan penyesuaian unsur ini berjalan dengan baik tanpa adanya paksaan dari pihak manapun
Implementasi Proses Penanganan Korban Kekerasan Terhadap Perempuan di UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak di Kota Bengkulu Cahyani, Arini Larassagita; Permata, Sri Putri; Munandar, Aries
Syntax Literate Jurnal Ilmiah Indonesia
Publisher : Syntax Corporation

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36418/syntax-literate.v9i12.55144

Abstract

Kekerasan pada perempuan yaitu semua bentuk tindak kekerasan yang terjadinya didasari perbedaan jenis kelamin yang berakibat rasa sakit dan penderitaan pada perempuan seperti paksaan, ancaman, pembatasan kebebasan di area publik atau domestik. Kekerasan perempuan di Kota Bengkulu telah mengalami peningkatan setiap tahunya khususnya Bengkulu, oleh kareanya peneliti ingin melihat pelaksanaan penanganan kekerasan perempuan di Kota Bengkulu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tentang implementasi proses penanganan korban kekerasan terhadap perempuan UPTD PPA Kota Bengkulu. Metode penelitian yang digunakan kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara dan studi dokumentasi dengan jumlah informan sebanyak 13 orang. Hasil penelitian menjelaskan bahwa, sosialisasi dilaksanakan secara langsung kepada masyarakat melalui sarasehan, dan brosur sehingga selaras dengan ketentuan teori menurut Nugroho (2008) pada poin 4 dan 5. Implementasi sebagian telah melaksanakan ketentuan seperti tahapan pelaporan, akan tetapi implementasi belum dilakukan secara maksimal pada tahapan pendampingan dan rujukan dalam menyiapkan organisasi dan sumber daya manusia. Monitoring dan evaluasi dilakukan secara on site dan on desk, yang melibatkan petugas internal yaitu antara petugas UPTD PPA dan dinas DP3A yang melakukan bedah kasus pada saat penanganan suatu kasus. Kesimpulan hasil penelitian ini menjelaskan bahwa implementasi proses penanganan korban kekerasan terhadap perempuan belum sepenuhnya dilaksanakan dengan maksimal, masih terdapat kelemahannya seperti belum menyiapkan organisasi pelaksana dan sumber daya manusia yang mumpuni, sehingga memberikan saran dalam penelitian ini agar UPTD PPA Kota Bengkulu dapat menyiapkan organisasi pelaksana yang terstruktur, dan menyiapkan komponen sumber daya pelaksana yang mumpuni sehingga mampu menjalankan penanganan korban kekerasan perempuan dengan maksimal.