Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

EVALUATION OF TITER RESULTS ON WIDAL EXAMINATION BASED ON THE DURATION OF FEVER IN HOSPITAL GRANDMED LUBUK PAKAM Rahayu, Asvia; Krisdianilo, Visensius; Hutabarat, Sintya; Siregar, S'aadah; Rizky, Vincentia Ade
Jurnal FARMASIMED (JFM) Vol 4 No 2 (2022): Jurnal Farmasimed (JFM)
Publisher : Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35451/jfm.v4i2.1010

Abstract

Kultur merupakan salah satu metode yang digunakan untuk diagnosis demam tifoid, namun di beberapa daerah seringkali tidak ada fasilitas untuk kultur, maka cara lain untuk membantu menegakkan diagnosis yang praktis dan tersedia di rumah sakit adalah dengan tes Widal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui evaluasi hasil titer pada pemeriksaan Widal berdasarkan lama demam di RS GrandMed Lubuk Pakam. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Patologi Klinik RS GrandMed Lubuk Pakam. Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang dilaksanakan mulai bulan Mei 2021 sampai dengan Juni 2021. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 25 orang. Dari 25 sampel tersebut, hasil uji Widal dengan titer antibodi terhadap antigen O 1:80 adalah 2 orang, 1:160 orang, 1:320 orang, 2 orang. Titer antibodi terhadap antigen H 1:80 sebanyak 2 orang, 1:160 sebanyak 4 orang, 1:320 sebanyak 2 orang, dan titer antibodi terhadap antigen AH 1:80 sebanyak 6 orang, 1:160 sebanyak 5 orang dan 1:320 sebanyak 1 orang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah 1:160 merupakan titer paling banyak ditemukan dengan titer antibodi tertinggi terhadap antigen H yaitu 1:320 lebih sering ditemukan pada durasi demam dengan kisaran 6-9 hari sedangkan titer antibodi tertinggi terhadap antigen AH adalah 1:320 ditemukan selama penelitian. demam dengan kisaran 6-9 hari.
Pewarna alami daun miana (Coleus Scutellarioides (L) Benth) sebagai alternatif pengganti pewarnaan gram pada bakteri escherichia coli KRISDIANILO, VISENSIUS; Anisa Khairiyah
Medistra Medical Journal (MMJ) Vol 1 No 2 (2024): Medistra Medical Journal (MMJ)
Publisher : Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35451/mmj.v1i2.2081

Abstract

Pewarnaan gram adalah metode pewarnaan yang digunakan untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok besar yaitu gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif mempertahankan pewarna kristal violet sedangkan bakeri gram negatif tidak. Dari pewarnaan gram dapat diketahui morfologi sel antara lain sifat gram, bentuk sel. Daun miana (Coleus scutellarioides (L) Benth) memiliki pigmen Antosianin yang menghasilkan warna merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan sari daun miana (Coleus scutellarioides (L) Benth) sebagai pewarna alternatif pengganti reagen safranin pada pewarnaan bakteri Escherichia coli dalam menggantikan pewarnaan safranin. Penelitian ini bersifat True Eksperimental Design. Hasil penelitian pada sari daun miana konsentrasi 100% dan 75% mampu mewarnai dinding sel bakteri dibandingkan dengan sari daun miana konsentrasi 50% dan 25%. Tetapi sari daun miana (Coleus scutellarioides (L) Benth) dengan konsentrasi 100%, 75%, 50%, dan 25% kurang efektif sebagai pewarna alternatif pada pewarnaan morfologi bakteri. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan uji coba pada buah atau daun lain yang memiliki kandungan Antosianin dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pembuatan sediaan preparat pada apusan bakteri Escherichi coli.
Pewarnaan alternatif alami daun miana (Coleus scutellarioides (L) benth) sebagai pengganti gentian violet pada pewarnaan gram bakteri staphylococcus aureus RIZKY, VINCENTIA ADE; SIREGAR, SAADAH; KRISDIANILO, VISENSIUS; RISKA WAHYUNI
Medistra Medical Journal (MMJ) Vol 1 No 2 (2024): Medistra Medical Journal (MMJ)
Publisher : Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35451/mmj.v1i2.2095

Abstract

Daun miana (Coleus scutellarioides (L) benth) yang memiliki corak ungu kemerahan mengindifikasikan terdapat antosianin, salah satu variannya yaitu crispa. Penelitian ini bertujuan untuk menguji zat warna antosianin pada sari daun miana sebagai pengganti gentian violet pada pewarnaan gram, Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental/eksperimen. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sari daun miana (Coleus scutellarioides (L) benth) mampu sebagai bahan alternatif pengganti reagen gentian violet pada bakteri Staphylococcus aureus. Dan pada penelitian ini dilakukan perasan sari daun miana (Coleus scutellarioides (L) benth). sampel bakteri Staphylococcus aureus dibuat sediaan preparat dan pewarnaan menggunakan gentian violet sebagai bahan kontrol dan menggunakan sari daun miana (Coleus scutellarioides (L) benth) sebagai eksperimen menggunakan konsentrasi sari daun miana yaitu 1%, 0,1% dan juga 0,5%. Data yang diperoleh diolah mengggunakan analisa data deskriftif. Hasil penelitian pada sari daun miana sari konsentrasi 1%, dan 0,1% mampu mewarnai bakteri Staphylococcus aureus dibandingan dengan konsentrasi 0,5%. Penelitian ini dapat juga dikembangkan dengan uji coba pada daun lain yang memiliki kandungan antosianin dan perlu juga melalukan konsentrasi yang lebih tinggi atau pun menggunakan metode yang lain.
Utilization Of Butterfly Pea Flowers (Clioria ternate L.) In Gram Staining Of Staphylococcus aureus and Escherichia coli Bacteria HASTARI NINGRUM, DIAN; Herlina, Herlina; Krisdianilo, Visensius; Febriady, Andy
Medistra Medical Journal (MMJ) Vol 2 No 1 (2024): Medistra Medical Journal (MMJ)
Publisher : Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35451/mmj.v2i1.2377

Abstract

Introduction : Butterfly pea flower (Clitoria ternatea L.) is one of the most commonly found plants.  Butterfly pea flowers contain anthocyanins which are abundant in the flowers and play a role in giving red, violet-blue color to the flowers. Anthocyanins are the main molecules of plant colorants. The potential of anthocyanins in butterfly pea flowers can be used as a natural coloring reagent. Objective : The purpose of this study was to determine whether telang flower extract can be used as a substitute for gentian violet in Gram staining. Method : The research method used is experimental. Result : The results of Gram staining research using original pH butterfly pea flower extract at concentrations of 1:10, 2:10, 3:10, 4:10, and pH 5 butterfly pea flower extract at concentrations of 1:10, 2:10, 3:10, 4:10, 5:10 on Staphylococcus aureus bacteria showed poor bacterial staining results because the bacteria were not purple while the original pH butterfly pea flower extract at a concentration of 5:10 showed good staining results because the bacteria were purple. While in Escherichia coli bacteria, butterfly pea flower extract shows good staining results because the bacteria are red. Conclusion : Data analysis using the Kruskal Wallis test obtained Asymp. Sig (0.000) <0.05, it can be concluded that there is a significant difference in Gram staining using gentian violet and telang flower extract with variations in pH and composition as a substitute for gentian violet.
Real time polymerase chain reaction assay (RT-PCR) sebagai tes cepat mycobacterium tuberculosis dari sampel dahak pasien tuberculosis Krisdianilo, Visensius; Rizky, Vincentia Ade; Siregar, Sa’adah; Rahayu, Asvia
JOURNAL OF Medical Surgical Concerns Vol. 4 No. 1 (2024): June Edition 2024
Publisher : Published by: Indonesian Public Health-Observer Information Forum (IPHORR) Kerjasama dengan Himpunan Perawat Medikal Bedah Indonesia (HIPMEBI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56922/msc.v4i1.371

Abstract

Background: Mycobacterium tuberculosis is known as a highly pathogenic bacterium. These bacteria are aerobic in shape like rods and have resistance to acids. This bacteria can cause tuberculosis (TB). TB disease has been widely recognized as a cause of death which is quite high in the world. Tuberculosis causes the death of nearly one million women each year. Currently, no country in the world is free from tuberculosis. Data shows that Indonesia is the third largest contributor of tuberculosis cases in the world. Examination of mycobacterium tuberculosis bacteria which is routinely carried out in hospitals or health centers uses microscopic diagnosis of acid-resistant bacilli (BTA). Recently, a rapid test of Mycobacterium tuberculosis was carried out using the semi-quantitative Real Time Polymerase Chain Reaction Assay (RT-PCR) method which targets the rpoB gene in Mycobacterium tuberculosis, which can automatically process preparations by extracting doxyribo nucleic acid (DNA) in a cartridge. The time needed for this diagnosis is approximately two hours until the results come out. Purpose: To see the results of the rapid test compared to the microscopic diagnosis at the Puskesmas. Method: Using the cross-sectional method, with a sample of 25 patients at the Lubuk Pakam Health Center. To detect Mycobacterium tuberculosis using the GeneXpert MTB/RIF tool. Furthermore, the data obtained was processed and examined using the Wilcoxon statistical test. Results: The value of the statistical test results using the Wilcoxon test showed that the p-value (Sig) was 0.264, the value was > 0.05, which means that in this study there were no significant differences in results between the microscopic method and RT-PCR. Conclusion: Overall there was no significant difference in the results between microscopy and RT-PCR methods. Keywords: Tuberculosis; Mycobacterium Tuberculosis; RT-PCR Pendahuluan: Mycobacterium tuberculosis dikenal sebagai bakteri yang sangat patogen. Bakteri ini berbentuk aerobik seperti batang dan memiliki ketahanan terhadap asam. Bakteri ini dapat menyebabkan tuberkulosis (TB). Penyakit TBC telah dikenal luas sebagai penyebab kematian yang cukup tinggi di dunia. Tuberkulosis menyebabkan kematian hampir satu juta wanita setiap tahun. Saat ini tidak ada satu negara pun di dunia yang bebas dari tuberkulosis. Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan penyumbang kasus tuberkulosis terbesar ketiga di dunia. Pemeriksaan bakteri mycobacterium tuberculosis yang rutin dilakukan di rumah sakit atau puskesmas menggunakan diagnosis mikroskopis acid-resistant basil (BTA). Baru-baru ini telah dilakukan uji cepat Mycobacterium tuberculosis menggunakan metode semi kuantitatif Real Time Polymerase Chain Reaction Assay (RT-PCR) yang menargetkan gen rpoB pada Mycobacterium tuberculosis, yang secara otomatis dapat memproses preparat dengan ekstraksi asam nukleat doxyribo (DNA) pada catridge. Waktu yang dibutuhkan dalam diagnosis ini adalah kurang lebih dua jam sampai hasilnya keluar. Tujuan: Untuk melihat hasil rapid test tersebut dibandingkan dengan diagnosis mikroskopis pada Puskesmas. Metode: Menggunakan metode  cross sectional, dengan sampel yaitu pasien Puskesmas Lubuk Pakam sebanyak 25 orang. Untuk mendeteksi Mycobacterium tuberculosis menggunakan alat GeneXpert MTB/RIF. Selanjutnya data yang didapat di olah dan diperiksa dengan menggunakan uji statistic Wilcoxon. Hasil: Nilai hasil uji statistic menggunakan uji Wilcoxon didapatkan hasil p-value (Sig) adalah 0.264 nilai tersebut > dari 0.05 yang berarti pada penelitian ini hasilnya tidak terdapat perbedaan hasil yang signifikan antara metode mikroskopis dengan RT-PCR. Simpulan: Secara keseluruhan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hasil antara metode mikroskopis dan RT-PCR.  
EDUKASI DAN PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH SERTA HEMOGLOBIN PADA REMAJA SEBAGAI LANGKAH AWAL LITERASI KESEHATANPADA PENCEGAHAN ANEMIA Lubis, Agnes Felicia; Hutabarat, Mustika Sari H; Haiti, Margareta; Ch, Lidwina Septie; Krisdianilo, Visensius
JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri) Vol 9, No 2 (2025): April
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jmm.v9i2.30112

Abstract

Abstrak: Anemia merupakan penyakit yang sering dialami oleh remaja, terutama pada remaja putri, dan dapat berdampak besar terhadap kesehatan, tumbuh kembang, dan aktivitas sehari-hari mereka. Oleh karena itu, edukasi mengenai pentingnya pemeriksaan golongan darah dan kadar hemoglobin sangat penting sebagai langkah awal dalam mencegah anemia dan menciptakan generasi emas di tahun 2045… Kegiatan PkM dilakukan di salah satu SMA Swasta yang berada di kota Palembang dengan yang beralamatkan di Jalan Sukabangun I KM 6,5 Kelurahan Sukabangun, Kecamatan Sukarami, Kota Palembang. Tim PkM terdiri dari 5 orang dosen dan 4 orang mahasiswa, kegiatan ini terdiri dari penyuluhan mengenai anemia pada pada remaja serta pemeriksaan hemoglobin dan pemeriksaan golongan darah. . Pemeriksaan golongan darah merupakan cara dasar untuk mengetahui golongan darah seseorang (A, B, AB, atau O) dan faktor Rh (positif atau negatif).PkM berupaya untuk meningkatkan edukasi bagi para pelajar, terutama remaja putri, mengenai gejala-gejala peringatan anemia pada remaja, serta agar para remaja dapat menentukan golongan darah mereka. Melalui kegiatan ini, keterlibatan mitra diharapkan dapat meningkatkan baik softskill maupun hardskill. Softskill yang ditingkatkan meliputi kemampuan komunikasi, kepedulian sosial, serta keterampilan edukatif dalam menyampaikan informasi kesehatan kepada sesama. Sementara itu, hardskill yang ditingkatkan mencakup keterampilan teknis dalam pemeriksaan sederhana seperti identifikasi gejala anemia dan penentuan golongan darah secara mandiri atau dengan bimbingan. Dengan demikian, mitra diharapkan memiliki kemampuan yang lebih komprehensif untuk mendukung program edukasi kesehatan di lingkungan sekitarnya.Temuan: Hasil post-test menunjukkan bahwa (90,3%) remaja putri memiliki kadar hemoglobin normal, dan terdapat (25,5%) yang bergolongan darah A, (27,7%) bergolongan darah B, (7,4%) bergolongan darah AB, dan (35,1%) bergolongan darah O. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup siswa dengan mengurangi anemia, yang dapat mengganggu aktivitas akademik, serta mendorong pertumbuhan fisik dan mental mereka sepanjang masa remaja.Abstract: Anemia is a disease that is often experienced by adolescents, especially adolescent girls, and can have a major impact on their health, growth and daily activities. Therefore, education on the importance of checking blood type and hemoglobin levels is essential as a first step in preventing anemia and creating a golden generation in 2045. The performance of the PkM activity was conducted at a private high school located at Jalan Sukabangun I KM 6.5 Kelurahan Sukabangun, Sukarami District, Palembang City. This activity encompasses haemoglobin and blood type examinations, as well as counselling on anaemia in adolescents, and is conducted by the PkM team, which comprises five lecturers and four students. Check your blood type. Blood group checking is a basic way to know one's blood type (A, B, AB, or O) and Rh factor (positive or negative). The objective of PkM is to enhance the education of students, particularly young women, regarding the warning signs of anaemia in adolescents and to enable them to ascertain their blood type. In this activity, it is anticipated that the participation of participants will enhance both their emotional and physical skills. Improved soft skills encompass communication, social awareness, and educational abilities in the dissemination of health information to others. Concurrently, the technical skills that are enhanced include the ability to independently or with guidance recognise symptoms of anaemia and determine blood type. Consequently, it is anticipated that collaborators will possess a broader ability to provide support for health education initiatives in their respective communities. . Findings: The post-test results showed that (90.3%) of the adolescent girls had normal hemoglobin levels, and there were (25.5%) who had blood type A, (27.7%) blood type B, (7.4%) blood type AB, and (35.1%) blood type O. The program aimed to improve the quality of life of the students by reducing anemia, which can interfere with academic activities, and promote their physical and mental growth throughout adolescence.