Claim Missing Document
Check
Articles

Found 25 Documents
Search

Kepadatan Perifiton Epifitik dan Kaitannya dengan Kualitas Perairan di Perairan Senggarang Besar Kota Tanjungpinang Kepulauan Riau Ginting, Rio Junaydi; Apriadi, Tri; Zulfikar, Andi
Journal of Marine Research Vol 13, No 2 (2024): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v13i2.37104

Abstract

Perifiton merupakan salah satu biota yang dapat dijadikan sebagai indikator ekologis karena sifatnya yang sensitif terhadap perubahan kualitas perairan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis, kepadatan, indeks ekologi perifiton, status kualitas perairan Senggarang Besar, dan kaitan kepadatan perifiton epifitik dengan kualitas perairan di perairan Senggarang Besar. Titik sampling ditentukan menggunakan metode simple random sampling dan menghasilkan 10 titik sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September tahun 2022. Pengukuran parameter perairan meliputi salinitas, pH, DO, suhu, intensitas cahaya, dan kecepatan arus dilakukan secara in situ sedangkan uji analisis yang meliputi kekeruhan, nitrat, fosfat, dan kepadatan perifiton dilakukan di laboratorium. Pengambilan sampel perifiton dilakukan dengan cara mengerik seluruh permukaan daun, menggunakan 3 kali pengulangan dengan interval 10 hari dan pencacahan menggunakan metode sensus. Didapat 12 genera dengan 3 divisi yaitu dari divisi Bacillariophyta (Navicula sp., Coscinodiscus sp., Nitzschia sp., Synedra sp., Tabellaria sp., Pleurosigma sp., Cyclotella sp., Skeletonema sp., Cylindrotheca sp., dan Bacteriastrum sp.), divisi Dinophyta (Prorocentrum sp.), dan divisi Cyanophyta (Oscillatoria sp.). Jumlah kepadatan totalnya mencapai 1.675 sel/cm2 dengan rata-rata kepadatan tertinggi 125 Ind/cm2 dimiliki oleh genus Navicula sp. Indeks keanekaragaman menunjukkan kondisi tidak stabil, indeks keseragaman dan nilai dominansi menunjukkan kondisi tertekan atau terdegradasi. Status kualitas perairan Senggarang Besar berada dikategorikan tingkat pencemaran sangat ringan/fase saprobik Oligosaprobik. Parameter perairan yang memiliki kaitan erat dengan kepadatan perifiton pada minggu 1 adalah parameter kekeruhan, pada minggu 2 dan 3 parameter kecepatan arus.
Relationship Between Environmental Parameters and Manta Ray Occurrence in Raja Ampat Archipelago, Indonesia Runtuboi, Ferawati; Bengen, Dietriech Geoffrey; Nurjaya, I Wayan; Natih, Nyoman Metta N; Zulfikar, Andi; Beale, Calvin S.
ILMU KELAUTAN: Indonesian Journal of Marine Sciences Vol 29, No 1 (2024): Ilmu Kelautan
Publisher : Marine Science Department Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/ik.ijms.29.1.37-47

Abstract

Understanding the influence and impact of environmental factors on manta ray sightings is critical to understanding the spatial and temporal ecology of a highly mobile species. Therefore, this study aims to determine the influence and impact of environmental factors as indicated by the parameters of wind speed, chlorophyll-a, SST, salinity, pH, dissolved oxygen, and the number of phytoplankton and zooplankton species. The mapped chlorophyll-a was re-analyzed based on the seasonal period throughout 2021 downloaded from marine copernicus and analyzed by kriging method. The influence and effects of environmental parameters on the short-term appearance of eye rays were studied using an adaptive model (GAM). The analysis showed a significant influence of environmental factors on manta ray sightings in Raja Ampat, namely Calanoid spp, Oithona nana, Acartia clausi, Calanus helgoladicus, and Oithona brevicornis. Based on this model, zooplankton is an important parameter that can describe the influence of environmental parameters on manta ray sightings at observation points in Raja Ampat MPA. The results of the reanalysis of chlorophyll-a concentrations were highest in the eastern to transitional seasons, which were scattered on the west side of Raja Ampat waters. Meanwhile, chlorophyll-a concentrations were low in the west to transitional season on the east side. This mechanism may drive the foraging strategy of manta rays, which visit shallow waters where zooplankton density and biomass are abundant. Adopting the BHS MPA network concept, as it has been implemented, would be in line with broader conservation expectations for the sustainability of manta rays in Raja Ampat.
Landscape Design of Adaptive Mangrove Ecotourism Based on Ecology And Socio-Economy of The Community of Batu Ampar Anambas Village Agrianti, Renny; Lestari, Febrianti; Viruly, Lily; Ismail, Khodijah; Zulfikar, Andi
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 17 No. 1 (2024): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/agrikan.v17i1.2124

Abstract

Ecotourism is tourism that prioritizes environmental ethics by preserving nature, providing economic benefits, and respecting local cultural wisdom. The purpose of the research to be carried out is to analyze the ecological condition of mangroves in the mangrove ecotourism area of Batu Ampar Village, Kute Siantan District, Anambas Islands Regency, Analyze the socio-economic conditions of the Management Community, Tourists and the Government of Batu Ampar Village, Kute Siantan District, Anambas Islands Regency, Formulate Adaptive Mangrove Ecotourism Landscape Design planning based on the ecological and socio-economic characteristics of the Batu Ampar Village Community, Kute Siantan District, Anambas Islands Regency. This research uses quantitative and qualitative approaches that refer to ecological and socio-economic aspects. the results of this study indicate that Batu Ampar village has a tree density that is included in the “very suitable” category for mangrove ecotourism, with tree densities ranging from 1,233 to 2,425 individuals/ha. The average mangrove thickness is 80.80 m in the area that is the tourist site. There are 14 species of biota present in the mangrove ecosystem, covering diverse groups such as crustaceans, fish, molluscs, birds, reptiles and mammals. The improvement strategy prioritizes visitor satisfaction and improving the economy of the management community by improving infrastructure facilities
Analysis of Opportunities and Challenges in Implementing A Gender-Based Circular Economy of Gonggong Shell Waste in Padang Melang Beach Tourism Rosnah, Rosnah; Ismail, Khodijah; Zulfikar, Andi
Agrikan Jurnal Agribisnis Perikanan Vol. 17 No. 1 (2024): Agrikan: Jurnal Agribisnis Perikanan
Publisher : Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52046/agrikan.v17i1.2127

Abstract

The research was conducted in the tourist area of Padang Melang Beach, Batu Berapit Village, Anambas. This research used descriptive qualitative research methods, with data sources from FGDs, interviews and questionnaires. The population of this study is coastal communities, the sample was taken by purposive sampling. The opportunity for a circular economy to occur in the Padang Melang Beach tourism area, Batu Berapit Village, Anambas, is that it already has tourist activities. It can be seen from the components that are the center of increasing tourism activities in the area, namely tourists, settlements and pokdarwis institutions with a tourist linkage value of 26.20, pokdarwis groups of 18.50 and settlements of 27.70. While the challenge is that the participation of village government and BUMDES institutions as a marketing sector has not been running, due to the inactivity of BUMDES as a village-owned business entity that has a major contribution to economic activities in the village.
PARAMETER POPULASI DAN SPAWNING POTENTIAL RATIO (SPR) LOBSTER BATU (Panulirus penicillatus) DI WILAYAH PERAIRAN BENGKULU Manik, Grace Rika; Zairion, Zairion; Adrianto, Luky; Zulfikar, Andi
BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap Vol 15, No 2 (2023): (AGUSTUS) 2023
Publisher : Politeknik Kelautan dan Perikanan Sorong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15578/bawal.15.2.2023.88-97

Abstract

Lobster batu (Panulirus penicillatus) merupakan salah satu komoditas ekonomis penting yang tertangkap di perairan Kabupaten Kaur Provinsi Bengkulu. Permintaan pasar yang tinggi mengakibatkan aktivitas penangkapan yang terus menerus dapat mengancam kelestarian sumberdaya lobster maka dari itu perlu dikelola dengan baik dalam menjaga keberlanjutan stok Tujuan penelitian ini untuk menganalisis status stok sumberdaya lobster batu dengan mengestimasi parameter populasi dan rasio potensi pemijahan berdasarkan pendekatan ukuran panjang karapas lobster yang kemudian digunakan sebagai titik acuan biologis untuk menentukan kondisi stok lobster. Pengumpulan sebanyak 707 sampel yang diambil secara acak dilakukan sejak bulan November 2022-Februari 2023 di Kecamatan Nasal, Kabupaten Kaur, Bengkulu. Data yang dikumpulkan meliputi panjang karapas dan bobot, parameter populasi, berupa pertumbuhan, kematian, dan laju pemanfaatan dianalisis menggunakan metode ELEFAN dalam bahasa program R. Analisis spawning potential ratio (SPR) dihitung berdasarkan parameter populasi dan parameter biologi paket LB-SPR. Hasil analisis pertumbuhan von Bertalanffy lobster batu diperoleh persamaan Lt = 133,28(1-e-0,53(t-0,23)).  Rata-rata lobster batu yang tertangkap belum mengalami fase dewasa kelamin (Lc<Lm), mengartikan bahwa tekanan penangkapan dalam kategori tinggi dan rekrutmen dalam stok terganggu. Hal ini terlihat bahwa rasio mortalitas penangkapan relatif (F/M) adalah 2,79, laju eksploitasi (E) adalah 0,736, dan SPR senilai 9%. Hal ini menunjukkan bahwa status stok lobster sudah berada pada penangkapan berlebih (overexploited). Oleh karena itu perlu adanya pengelolaan yang efektif untuk keberlanjutan stok lobster batu. 
Multi Connectivity Social-Ecological System of Spiny Lobster Fisheries (Case Study: Gunungkidul Regency, Yogyakarta, Indonesia) Lestari, Putri Agil; Adrianto, Luky; Zairion, Zairion; Zulfikar, Andi
ECSOFiM (Economic and Social of Fisheries and Marine Journal) Vol 11, No 1 (2023): ECSOFiM October 2023
Publisher : Faculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.ecsofim.2023.011.01.11

Abstract

Spiny lobster fisheries production, provides a fairly high economic value compared to other fisheries commodities in Gunungkidul Regency. The high selling value of spiny lobsters is one of the main factors that encourage fishermen to carry out their fishing activities massively, so it can have a negative impact on the environment and spiny lobster stocks in the waters. This study aims to map the interaction and connectivity of the social-ecological system (SES) of lobster fisheries on the coast of Gunungkidul Regency. The analysis method utilized is Social-Ecological Network Analysis (SENA) with R stundio tools and Cytoscape version 3.9.1. Data were obtained from in-depth interviews using questionnaires with key informants based on purposive sampling techniques. The results of the analysis showed that there were 94 elements and 216 relationships in the basic network model of multi SES lobster fisheries. The key variables that most affect the lobster fishing network are fishing season, fishing activity, lobster stock, and fishermen's income. There needs to be synergy between the resources system (RS), resources unit (RU), resources actor (RA), and resources governance (RG) such as monitoring and evaluation from RG to other systems in order to create optimal and sustainable lobster fisheries management.
Laju Pertumbuhan dan Biomassa Daun Lamun Thalassia hemprichii di Perairan Tanjung Pisau Desa Penaga Kabupaten Bintan Haryati, R. Nina; Zulfikar, Andi; Melani, Winny Retna
Akuatiklestari Vol 5 No 2 (2022): Jurnal Akuatiklestari
Publisher : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31629/akuatiklestari.v5i2.4060

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan dan biomassa daun lamun Thalassia hemprichii di Perairan Tanjung Pisau Desa Penaga Kecamatan Teluk Bintan Kabupaten Bintan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-September 2021. Penentuan titik sampling menggunakan metode Random Sampling menggunakan Software Visual Sampling Plan. Area penelitian di bagi menjadi 40 titik yang tersebar secara acak di sepanjang perairan. Pengamatan laju pertumbuhan daun lamun dilakukan selama 60 hari dengan interval waktu 15 hari sekali. Kualitas perairan fisika dan kimia yang diukur meliputi suhu, kecerahan, kecepatan arus, substrat dasar, DO, pH, salinitas serta kandungan bahan organik di Perairan Tanjung Pisau diketahui masih memenuhi baku mutu. Laju pertumbuhan daun terendah terdapat pada titik 18 yaitu 1,01 mm/hari dan laju pertumbuhan daun tertinggi terdapat pada titik 2 yaitu 2,93 mm/hari. Rata-rata laju pertumbuhan selama 60 hari yaitu 1,77 mm/hari. Nilai rata-rata biomassa 60 hari daun lamun yaitu 255,9 gbk/m2. Nilai rata-rata selisih per hari biomassa daun lamun yaitu 0,03 gbk/m2. Dari hasil analisis korelasi dan ANOVA dapat diketahui bahwa yang memengaruhi laju pertumbuhan daun lamun Thalassia hemprichii yaitu suhu, kecepatan arus, dan DO dengan tingkat hubungan sedang serta terdapat perbedaan pertumbuhan daun lamun Thalassia hemprichii pada pengamatan hari ke 60.
Laju Pertumbuhan dan Produksi Biomassa Daun Lamun Thalassia hemprichii di Perairan Desa Pengujan Kabupaten Bintan Oktavialy, Feby; Zulfikar, Andi; Melani, Winny Retna
Akuatiklestari Vol 6 No 2 (2023): Jurnal Akuatiklestari
Publisher : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31629/akuatiklestari.v6i2.4062

Abstract

Desa Pengujan menyimpan kekayaan sumberdaya hayati dan keanekaragaman ekosistem laut tropis yang berlimpah, salah satunya adalah padang lamun. Lamun yang banyak ditemui di Desa Pengujan adalah Thalassia hemprichii. Lamun bagi Perairan Desa Pengujan adalah tempat hidup biota seperti makrozobentos, bivalvia, dan jenis ikan-ikan yang hidup di sekitaran lamun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan lamun Thalassia hemprichii, produksi biomassa dan hubungan laju pertumbuhan daun lamun dengan parameter lingkungan. Penelitian ini dilakukan dari bulan April – Desember 2021 berlokasi di Perairan Desa Pengujan. Penentuan titik pengambilan sampel menggunakan metode random sampling. Tahap awal yang dilakukan menentukan lokasi di Perairan Desa Pengujan yang memiliki sebaran lamun. Penentuan titik pengamatan menggunakan software ArcGis 10.8 dengan menentukan sebanyak 30 titik pengamatan yang diacak di daerah yang sebaran lamun banyak agar mewakili setiap perairan di Desa Pengujan dengan mengunakan plot 50x50cm. Laju pertumbuhan di 2 minggu pertama lebih besar, kemudian semakin menurun pertumbuhannya diminggu berikutnya selama 60 hari.  Rata-rata pertumbuhan daun lamun dalam 60 hari sebesar 0,7 cm/hari. Biomassa lamun setelah 60 hari di Perairan Desa Pengujan yaitu 108,5 gbk/m2. Hubungan laju pertumbuhan dengan parameter lingkungan selama 60 hari yang sangat signifikan adalah salinitas, TOM dan kecerahan.
Makrozoobentos sebagai Bioindikator Kualitas Perairan di Pantai Marina Kota Batam Provinsi Kepulauan Riau Arta, Fatimah The Last; Zulfikar, Andi; Melani, Winny Retna
Akuatiklestari Vol 7 No 1 (2023): Jurnal Akuatiklestari
Publisher : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31629/akuatiklestari.v7i1.5248

Abstract

Pantai Marina merupakan salah satu pariwisata bahari yang berada di Kota Batam. Penelitian ini mengenai makrozoobentos sebagai bioindikator kualitas perairan di Pantai Marina, Kota Batam, Kepulauan Riau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas perairan di Pantai Marina melalui keberadaan makrozoobentos menggunakan indeks ekologi dan Family Biotic Index (FBI). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode random sampling sebanyak 30 titik sampel. Berdasarkan hasil identifikasi jenis makrozoobentos ditemukan sebanyak 26 genus, terdiri dari filum Mollusca 21 genus, Annelida 3 genus, dan Arthropoda 1 genus dengan total kelimpahan makrozoobentos di Pantai Marina sebesar 157,41 ind/m2. Nilai indeks ekologi makrozoobentos di Pantai Marina dengan nilai indeks keanekaragaman (2,84) kategori “sedang”, keseragaman (0,87) kategori “tinggi”, dominansi (0,07) kategori “rendah”. Berdasarkan parameter lingkungan di Pantai Marina dapat dilihat bahwa kondisi perairan masih sesuai baku mutu air laut berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 22 Tahun 2021 Lampiran VIII peruntukan biota laut dan bisa mendukung kehidupan makrozoobentos di Pantai Marina dan berdasarkan hasil perhitungan kriteria FBI dapat diketahui kualitas perairan di Pantai Marina berkategori “sangat baik” dengan nilai 0,35 yang berarti kualitas perairan di lokasi tersebut sangat baik.
Indeks Antropogenik Mangrove di Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau Sutran, Sutran; Suryanti, Ani; Zulfikar, Andi
Akuatiklestari Vol 7 No 1 (2023): Jurnal Akuatiklestari
Publisher : Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31629/akuatiklestari.v7i1.6236

Abstract

Faktor antropogenik (aktivitas manusia) langsung ataupun tidak langsung menjadi salah satu penyebab utama terjadinya degradasi ekosistem mangrove. Pertumbuhan jumlah penduduk dan mengingkatnya kegiatan di wilayah pesisir menyebabkan terjadinya tekanan terhadap ekosistem mangrove baik langsung ataupun tidak langsung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui indeks risiko antropogenik kawasan mangrove di Kota Tanjungpinang. Penelitian ini dilakukan di Kota Tanjungpinang pada wilayah Kelurahan Dompak, Kelurahan Kampung Bugis dan Kelurahan Senggarang. Penelitian dilakukan dengan teknik penginderaan jauh dan sistem informasi geografis. Aktivitas antropogenik diidentifikasi menggunakan data citra satelit (google earth) yang diverifikasi dengan survei lapangan melalui observasi langsung. Analisis indeks antropogenik menggunakan model Environmental Risk Surface (ERS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kota Tanjungpinang, sumber tekanan antropogenik terdiri dari area permukiman, industri galangan kapal, jalan dan dermaga. Indeks risiko antropogenik sangat tinggi berada pada wilayah Kampung Bugis (pesisir selatan, sekitar Sungai Terusan dan sekitar Jembatan Gugus Sungai Carang), Kelurahan Dompak (wilayah sekitar Jembatan Dompak dan sekitar Jembatan Dompak Lama), dan Kelurahan Senggarang (wilayah sekitar Kampung Senggarang dan Tanjung Sebauk).