Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik akuntansi budaya dalam Upacara Gaukang tu Bajeng dengan mengungkap makna simbolik dan nilai-nilai kearifan lokal yang membentuk mekanisme akuntabilitas dan keberlanjutan keuangan masyarakat Bajeng di Gowa. Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif interpretif dengan pendekatan interaksionisme simbolik. Lokasi penelitian berpusat di Bajeng dengan melibatkan pemuka adat, tokoh masyarakat, pewaris pusaka, serta warga yang terlibat aktif dalam prosesi ritual yang dipilih melalui teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi non partisipatif, wawancara semi terstruktur, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan melalui lima tahapan: deskripsi naratif, analisis proses interaksi, pemaknaan simbol, kategorisasi tema, serta analisis mind, self, and society. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gaukang tidak hanya berfungsi sebagai pusaka sakral, tetapi juga sebagai medium simbolik dan sosial tempat praktik akuntabilitas dijalankan dan nilai budaya diwariskan. Penghormatan spiritual terhadap pusaka, ritual kolektif, serta mekanisme pembiayaan partisipatif mencerminkan nilai pengabdian, solidaritas, dan tanggung jawab komunal. Nilai-nilai ini mempengaruhi cara komunitas mengorganisasi, mengalokasikan, dan mempertanggungjawabkan sumber daya keuangan, melampaui praktik akuntansi teknis, serta merepresentasikan makna bersama dan legitimasi budaya