Claim Missing Document
Check
Articles

Found 22 Documents
Search

EFEKTIVITAS ART THERAPY METODE GANIM DALAM MENURUNKAN TINGKAT DISREGULASI EMOSI PADA SISWA SMA YANG MENJADI KORBAN BULLYING Giovani, Sella; Satiadarma, Monty P.; Subroto, Untung
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i1.9854.2021

Abstract

Adolescent emotions that are mainly still unstable cause bullying experiences can further impact their ability to be able to regulate their emotions in an effective way (emotional dysregulation). This can have an impact on various aspects of adolescent life, one of which is in building social relationships that can help them to establish their identity as one of the developmental tasks of high school students in adolescence. This study aims to examine the effectiveness of ganim art therapy method in helping to lower the level of emotional dysregulation in high school students who are victims of bullying. Art therapy with Ganim method can be one of the methods used as a cathartic medium to help express their deepest emotions and help overcome them. The use of art method aims to help high school students who are victims of bullying to regulate their emotions in a more positive way. This study used quasi-experimental research design by testing pretest and posttest measuring instrument difficulties emotion regulation scale (DERS) to measure the level of emotional dysregulation of both participants who were high school students aged 16-17 years. The results of this study showed a decrease in the level of emotional dysregulation in participants AY by 41 score and DM 28 score. Therefore, it can be concluded that Ganim art therapy intervention method can effectively help to decrease the level of emotional dysregulation of high school students who are victims of bullying. Emosi remaja yang utamanya masih kurang stabil menyebabkan pengalaman bullying dapat semakin berdampak pada kemampuan mereka untuk dapat meregulasi emosinya dengan cara yang efektif (disregulasi emosi). Hal ini dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan remaja, salah satunya adalah dalam membangun relasi sosial yang dapat membantu mereka untuk menetapkan identitas diri sebagai salah satu tugas perkembangan siswa SMA di masa remaja. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti efektivitas art therapy metode Ganim dalam membantu menurunkan tingkat disregulasi emosi pada siswa SMA yang menjadi korban bullying. Art therapy dengan metode Ganim dapat menjadi salah satu metode yang digunakan sebagai media katarsis untuk membantu mengekspresikan emosi terdalam yang mereka miliki dan membantu mengatasi hal tersebut. Penggunaan metode art bertujuan untuk membantu siswa SMA yang menjadi korban bullying untuk meregulasi emosi yang dimiliki dengan cara yang lebih positif. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuasi-eksperimental dengan menguji pretest dan posttest alat ukur difficulties emotion regulation scale (DERS) guna mengukur tingkat disregulasi emosi kedua partisipan yang merupakan siswa SMA berusia 16-17 tahun. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya penurunan tingkat disregulasi emosi pada AY sebesar 41 angka dan DM 28 angka. Maka itu, dapat disimpulkan bahwa intervensi art therapy metode Ganim secara efektif dapat membantu menurunkan tingkat disregulasi emosi siswa SMA yang menjadi korban bullying.
EFEKTIVITAS ART THERAPY DALAM MENURUNKAN KECEMASAN PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENDERITA KANKER Ruslan, Christella; Satiadarma, Monty P.; Subroto, Untung
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i1.9853.2021

Abstract

Cancer is caused by the uncontrolled development of cells in the body and can cause death in someone who experiences it. This condition can affect the physical and psychological health of parents, especially mothers who look after and care for their children. Seeing this, having a child with cancer can certainly cause anxiety in a mother. At the same time, a mother is certainly required to provide emotional support to her child who is sick. This study aims to examine the effectiveness of art therapy in reducing anxiety in mothers of children with cancer. Art therapy that is applied to mothers who have children with cancer can help reduce the anxiety they feel because through this therapy participants are assisted in exploring, releasing their emotions and feelings of anxiety. Through this intervention, mothers who have children with cancer can experience catharsis and express their feelings. Participants in this study consisted of two mothers who have children with cancer. The design of this study is a quasi-experimental study by testing the pretest and posttest using the State-Trait Anxiety Inventory (STAI) measurement tool in measuring state and trait anxiety from mothers who have children with cancer. The results of the study found that there was a decrease in the number of state anxiety by 14 in the R participant and 8 in the RS participant. Based on this, it can be concluded that art therapy intervention can reduce the state anxiety in mothers who have children with cancer. Kanker disebabkan oleh adanya perkembangan sel yang tidak terkendali dalam tubuh dan dapat menyebabkan kematian pada seseorang yang mengalaminya. Kondisi ini dapat memengaruhi kesehatan secara fisik dan psikologis dari orang tua, terutama ibu yang menjaga serta merawat anaknya. Melihat hal ini, memiliki anak penderita kanker tentu dapat menimbulkan kecemasan dalam diri seorang ibu. Pada saat yang bersamaan, seorang ibu tentu dituntut untuk memberi dukungan secara emosional kepada anaknya yang sedang sakit. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti efektivitas dari art therapy dalam menurunkan kecemasan pada ibu yang memiliki anak penderita kanker. Art therapy yang diterapkan pada ibu yang memiliki anak penderita kanker dapat membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan karena melalui terapi ini partisipan dibantu agar bisa mengeksplorasi dan mengeluarkan emosi serta perasaan cemas yang dimiliki. Melalui intervensi art therapy ini, ibu yang memiliki anak penderita kanker dapat melakukan katarsis dan mengungkapkan perasaannya. Partisipan dalam penelitian ini terdiri atas dua orang ibu yang memiliki anak penderita kanker. Adapun desain penelitian ini adalah kuasi-eksperimental dengan menguji pretest dan posttest yang menggunakan alat ukur State-Trait Anxiety Inventory (STAI) dalam mengukur kecemasan secara state dan trait dari ibu yang memiliki anak penderita kanker. Hasil penelitian menemukan adanya penurunan angka dari skor state anxiety sebesar 14 pada partisipan R dan 8 pada partisipan RS. Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa intervensi art therapy dapat membantu menurunkan kecemasan secara state anxiety pada ibu yang memiliki anak penderita kanker.
PENERAPAN ART THERAPY UNTUK MENGURANGI KECEMASAN MAHASISWA USIA EMERGING ADULTHOOD PADA MASA PANDEMI Tjugito, Bryan; Satiadarma, Monty P.; Subroto, Untung
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.11354.2021

Abstract

Coronavirus disease 2019 (covid-19) has made major changes for the country in various sectors, one of which is education. Changes that occur in the education sector are in the form of a face-to-face learning system into an online learning system. This change creates anxiety among students. Some of the effects of this anxiety include sleeping difficulties, stomach disorders, and irregular menstrual cycles. Art therapy has been found to significantly reduce the severity of anxiety. Thus, this study aims to determine whether the application of art therapy can reduce anxiety symptoms in students aged 18-25 years who are doing online learning during a pandemic. The research design used in this study was a quasi-experimental. The sampling technique is non-probability sampling by providing a state-trait anxiety inventory (STAI) measurement tool to see the level of anxiety and participants are selected if they are included in the moderate or high category. Six of the twelve participants were selected (4 participants with a moderate level and 2 participants with a high level) and the researcher took individual data by interviewing to help researchers in building rapport with participants. After six intervention sessions, it was found that there was a decrease in anxiety levels, four participants were at low anxiety levels. Coronavirus disease 2019 (covid-19) memberikan perubahan yang besar bagi negara diberbagai sektor, salah satunya pendidikan. Perubahan yang terjadi pada sektor pendidikan berupa sistem belajar tatap muka menjadi sistem belajar daring. Perubahan ini menimbulkan rasa cemas pada para pelajar, tidak terkecuali mahasiswa. Beberapa dampak dari rasa cemas ini berupa sulit tidur, gangguan lambung, hingga siklus haid tidak teratur. Art therapy ditemukan dapat mengurangi kecemasan secara signifikan. Sehingga, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah penerapan art therapy dapat mengurangi simtom kecemasan pada mahasiswa berusia 18-25 tahun yang melakukan pembelajaran daring pada masa pandemi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Teknik pengambilan sampel non-probability sampling dengan memberikan alat ukur state-trait anxiety inventory (STAI) untuk melihat tingkat kecemasan dan partisipan diseleksi apabila termasuk dalam golongan moderate atau high. Enam dari dua belas partisipan terpilih (4 partisipan dengan tingkat moderate dan 2 partisipan dengan tingkat high) dan peneliti melakukan pengambilan data individual dengan wawancara untuk membantu peneliti dalam membangun rapport dengan partisipan. Setelah enam sesi intervensi, ditemukan bahwa terdapat penurunan pada tingkat kecemasan, empat partisipan berada pada tingkat kecemasan low.
HUBUNGAN NONSUICIDAL SELF-INJURY (NSSI) DENGAN ACQUIRED CAPABILITY FOR SUICIDE: STUDI META-ANALISIS Pradipta, Puti Andini; Satiadarma, Monty Prawiratirta; Subroto, Untung
Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni Vol 5, No 2 (2021): Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Tarumanagara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24912/jmishumsen.v5i2.11726.2021

Abstract

Suicide was the third leading cause of death in adolescents in the world in 2016 with a mortality rate of about 136,000 cases. Reasons teenagers commit suicide include family financial problems, psychological distress, low self-esteem, lack of confidence, and depression. In addition, the difficulty of professional help and social support from the surrounding environment also opens up opportunities for adolescents to commit suicide. Suicidal behavior is often associated with nonsuicidal self-injury (NSSI). NSSI is an act of self-injury with no intention to commit suicide, but according to the Interpersonal Theory for Suicide by Joiner (2005), NSSI’s actions are considered to be one of the factors increasing the ability to commit suicide attempts (acquired capability). This study is aimed at exploring the relationship between NSSI and acquired capability for suicide by meta-analysis study. Eight studies from 119 articles involving the term NSSI and acquired capability were studied using the random-effects model. A total of 3398 samples were included in the study. The results showed that the effect size between NSSI and acquired capability was (r = .208), which means that NSSI is positively correlated with acquired capability and has a weak relationship. The results of this study also show that this study has a high heterogeneity value (I2 = 91,48) and there is no publication bias. Bunuh diri adalah penyebab kematian nomor tiga pada remaja di dunia pada tahun 2016 dengan angka kematian sekitar 136.000 kasus. Alasan remaja melakukan bunuh diri antara lain adalah masalah-masalah keuangan keluarga, distres psikologis, rendahnya harga diri, kurang percaya diri, dan depresi. Selain itu, sulitnya pertolongan tenaga profesional dan dukungan sosial dari lingkungan sekitarnya juga membuka peluang para remaja untuk melakukan percobaan bunuh diri. Perilaku bunuh diri sering dihubungkan dengan Nonsuicidal Self-Injury (NSSI). NSSI merupakan tindakan perusakan diri dengan tanpa adanya keinginan untuk bunuh diri, namun menurut teori Interpersonal Theory for Suicide oleh Joiner (2005), tindakan NSSI dianggap menjadi salah satu faktor meningkatnya kemampuan seseorang untuk melakukan percobaan bunuh diri (acquired capability). Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara NSSI dan acquired capability dengan studi meta-analisis. Delapan artikel korelasional dari 119 artikel yang melibatkan istilah NSSI dan acquired capability dipelajari menggunakan random-effect models. Sebanyak 3398 sampel dilibatkan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan nilai effect size antara NSSI dan acquired capability adalah sebesar (r = .208), yang berarti NSSI berkorelasi positif dengan acquired capability dan memiliki hubungan yang lemah. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa studi ini memiliki nilai heterogenitas yang tinggi(I2 = 91,48) dan tidak terdapat bias publikasi.
HUBUNGAN ANTARA KOMITMEN PERNIKAHAN DAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA INDIVIDU DEWASA AWAL YANG TIDAK MEMILIKI KETURUNAN Agustin, Dinda; Subroto, Untung
PSIKOLOGI KONSELING Vol 15, No 2 (2023): Jurnal Psikologi Konseling
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/konseling.v15i2.55130

Abstract

Komitmen pernikahan adalah proses komunikasi interpersonal untuk mencapai tujuan bersama, menyatukan kepentingan semua, akibatnya adalah mengorbankan banyak individu, meski tidak pantas, untuk menerima kesepakatan bersama meski bukan keinginan pribadi (Reber & Reber, 2010). Komitmen pernikahan merupakan hal penting yang dapat memengaruhi kepuasan pernikahan. Kepuasan pernikahan merupakan pengalaman subyektif, perasaan dominan, dan sikap yang didasarkan pada faktor internal individu yang memengaruhi persepsi kualitas interaksi dalam pernikahan termasuk didalamnya adalah kehadiran anak (Pinsof & Lebow, 2005). Ketidakhadiran anak dalam suatu pernikahan dapat memengaruhi kepuasan dan komitmen dalam pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komitmen pernikahan dan kepuasan pernikahan pada dewasa awal yang tidak memiliki keturunan. Komitmen pernikahan diukur menggunakan Marital Commitment Inventory yang membagi komitmen menjadi komitmen personal, komitmen moral, dan komitmen struktural. Sementara kepuasan pernikahan diukur menggunakan Couple Satisfaction Index 16 untuk mengukur kepuasan pernikahan pasangan. Penelitian ini melibatkan 121 partisipan yang dengan karakteristik individu sedang dalam pernikahan dengan minimal usia pernikahan 5 tahun dan tidak memiliki keturunan karena masalah kesehatan dan salah satu pasangan tidak ingin memiliki keturunan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara komitmen pernikahan dan kepuasan pernikahan pada dewasa awal yang tidak memiliki keturunan dengan besaran korelasi sebesar 0.562, yang berarti jika komitmen pernikahan tinggi maka kepuasan pernikahan pada partisipan tinggi.
Korelasi Resiliensi dan Depresi Mahasiswa Tingkat Akhir Universitas X Siskia, Brittania; Subroto, Untung; Kurniawati, Meike
Innovative: Journal Of Social Science Research Vol. 4 No. 6 (2024): Innovative: Journal Of Social Science Research
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/innovative.v4i6.16531

Abstract

Penelitian ini mengkaji korelasi antara resiliensi dan gejala depresi yang muncul pada mahasiswa tingkat akhir di Universitas X. Penelitian ini berdesain kuantitaif korelasional dengan sampel sejumlah 130 mahasiswa Universitas X. Alat ukur dalam penelitian menggunakan Academic Resilience Scale untuk mengukur resiliensi dan Beck Depression Inventory-II untuk mengukur kecenderungan depresi yang diadaptasi ke Bahasa Indonesia. Hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara resiliensi dan depresi (r= -0.523, p<0.05), mengindikasikan semakin tinggi tingkat resiliensi maka semakin rendah tingkat depresi mahasiswa tingkat akhir. Penelitian ini menekankan bahwa pengembangan resiliensi pada mahasiswa tingkat akhir dapat digunakan untuk mencegah kecenderungan depresi pada mahasiswa tingkat akhir. Kata Kunci: Depresi, Mahasiswa tingkat akhir, Resiliensi
Gambaran Self Esteem Mahasiswa Psikologi Universitas X yang Mempunyai Orangtua Bercerai Kinkie, Emmanuella Anastacia; Subroto, Untung
AKADEMIK: Jurnal Mahasiswa Humanis Vol. 5 No. 1 (2025): AKADEMIK: Jurnal Mahasiswa Humanis
Publisher : Perhimpunan Sarjana Ekonomi dan Bisnis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37481/jmh.v5i1.1159

Abstract

Self-esteem is a form of self-recognition in assessing interpersonal relationships. It is also an important aspect for university students in building their confidence. Parental divorce can have an impact on students' self-esteem. This study aims to explore the self-esteem of psychology students at University X whose parents are divorced. The research adopts a qualitative method using interviews and observations, involving six student participants aged 18–24 years who experienced parental divorce within the past 1–5 years. Data were collected through in-depth interviews to uncover participants’ experiences, perspectives, and the effects of divorce on their self-esteem. The findings indicate that some participants exhibit high self-esteem, as reflected in their motivation to achieve academic goals and their ability to cope with the emotional effects of divorce. However, some participants were found to have low self-esteem, characterized by a lack of confidence and difficulties in social relationships.
Hubungan Kohesivitas Kelompok dengan Kecemasan Kompetitif pada Mahasiswa yang Bergabung dalam Organisasi Olahraga di Jakarta Khoirunnisa, Syaffa Aulia; Claudia, Cindi; Wijaya, Lydia Suliyanto; Subroto, Untung
AKADEMIK: Jurnal Mahasiswa Humanis Vol. 5 No. 1 (2025): AKADEMIK: Jurnal Mahasiswa Humanis
Publisher : Perhimpunan Sarjana Ekonomi dan Bisnis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37481/jmh.v5i1.1160

Abstract

Sports teams in facing a match are often faced with the pressure to win, this can trigger competitive anxiety in its members. Group Cohesion is a state of group members who are compact and uphold the value of solidarity. While competitive anxiety is a negative emotional reaction in athletes that arises when their self-esteem is threatened because of a match that is considered difficult. This study aims to determine the relationship between group cohesion and competitive anxiety in students who join sports organizations in Jakarta. The measuring instruments used in this study are the Competitive State Anxiety Inventory-2R (CSAI-2R) and The Group Environment Questionnaire. The sampling technique in this study used Purposive sampling with a total sample of 353 active students of sports organizations in Jakarta. Data processing was carried out using SPSS 25 for Windows. From the results of data processing, it was found that there is a negative relationship between group cohesion and competitive anxiety, namely p value = .000 and r value = -.471. This means that if individuals with high group cohesion then competitive anxiety will be low.  In other words, the stronger the group bond, the less likely members are to feel anxious when facing a match.
Hubungan antara Self-Compassion dan Resiliensi pada Mahasiswa Perantau Tingkat Akhir Adisya, Syaila Rania; Satiadarma, Monty P; Subroto, Untung
AKADEMIK: Jurnal Mahasiswa Humanis Vol. 5 No. 1 (2025): AKADEMIK: Jurnal Mahasiswa Humanis
Publisher : Perhimpunan Sarjana Ekonomi dan Bisnis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37481/jmh.v5i1.1161

Abstract

Final-year students living away from home often face various challenges. In dealing with these challenges, students need resilience in order to overcome them effectively. Resilience is the ability to face and recover from difficulties with strength (Rutter, 2006). In developing resilience, self-compassion plays an important role. Self-compassion is a kind and understanding attitude toward oneself when facing challenges (Neff, 2003). This study aims to explore the relationship between self-compassion and resilience among final-year students living away from home. This research uses a correlational quantitative method with purposive sampling technique. The research subjects are 360 final-year students in Jakarta who are from outside the Jabodetabek area. The measurement tools used are the Self-Compassion Scale (SCS) and the Connor-Davidson Resilience Scale (CD-RISC), both of which have been translated. Data analysis was performed using Spearman's correlation test, and the results show a significance value of 0.001 and a correlation value of 0.438, indicating a positive relationship between self-compassion and resilience. This means that the greater the self-compassion, the greater the resilience.
Pengaruh Stres Akademik terhadap Kesejahteraan Psikologis Mahasiswa Semester Akhir yang Terlambat Lulus Gisela, Evangelica Shane; Kinkie, Emmanuella Anastacia; Sabbilla, Auliana; Subroto, Untung
AKADEMIK: Jurnal Mahasiswa Humanis Vol. 5 No. 1 (2025): AKADEMIK: Jurnal Mahasiswa Humanis
Publisher : Perhimpunan Sarjana Ekonomi dan Bisnis

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37481/jmh.v5i1.1179

Abstract

Academic stress is a common problem faced by final semester students, especially those who experience delays in graduation. This study aims to analyze the relationship between academic stress and psychological well-being in final semester students who experience delays in graduation. Using a quantitative approach with a correlational design, this study involved 100 students who were purposively selected. Data were collected using a questionnaire that included an academic stress scale and a psychological well-being scale. The results showed a significant negative correlation between academic stress and psychological well-being, with a correlation coefficient of -0.814 at a significance level of 0.01 (p < 0.001). Based on these results, it is recommended that educational institutions provide additional support to assist students in managing academic stress and improving their psychological well-being.