Claim Missing Document
Check
Articles

Found 14 Documents
Search

Model Contextual Teaching Learning Terhadap Hasil Belajar Menulis Puisi Siswa Madrasah Ibtidaiyah Dzikrina, Alya Nabilah Putri; Puspitasari, Nur Aini
Jurnal Basicedu Vol. 6 No. 4 (2022)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i4.3441

Abstract

Penelitian ini dilakukan karna didasari oleh kurangnya pemahaman murid terhadap apa yang dipelajari, dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching Learning diharapkan peserta didik bisa memahami materi menulis puisi menjadi lebih bermakna, karna proses pembelajaran ini berlangsung secara natural dalam bentuk aktivitas peserta didik yang mengalami atau biasa disebut student centered dan bukan lagi yang berpusat pada guru atau teacher centered. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terhadap hasil belajar menulis puisi setelah diberlakukannya model pembelajaran Contextual Teaching Learning di kelas IV MI Al-Husna. Hasil penelitian pada pretest dan posttest menggunakan perhitungan pada SPSS, hasil dari pengujian penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran contextual teaching learning terdapat adanya peningkatan yang signifikan. Berdasarkan dari penelitian ini, disarankan kepada pendidik untuk menggunakan model contextual teaching learning sebagai salah satu model pembelajaran khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi puisi.
Kriteria Bahan Bacaan Literasi Berdasarkan Perkembangan Moral Siswa Sekolah Dasar dan Relevansinya dengan Cerita Rakyat Betawi Hidayatullah, Syarif; Puspitasari, Nur Aini; Dewi, Trie Utari
Jurnal Basicedu Vol. 6 No. 6 (2022)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i6.3790

Abstract

Kegiatan literasi di sekolah dasar belum didukung oleh kriteria penentuan bahan bacaan literasi yang sesuai dengan tahap perkembangan moral sehingga dapat menjadi tolok ukur relevansi bahan bacaan literasi seperti cerita rakyat dengan perkembangan moral. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk menentukan kriteria bahan bacaan literasi yang sesuai dengan tahap perkembangan moral siswa sekolah dasar serta relevansi cerita rakyat Betawi sebagai bahan bacaan literasi di sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Untuk menentukan kriteria bahan bacaan literasi, menggunakan studi pustaka mengenai perkembangan moral Kohlberg dan penelitian perkembangan moral di sekolah dasar. Berdasarkan kriteria tersebut cerita rakyat kemudian dikaji dengan teknik analisis isi. Hasilnya, penelitian ini merekomendasikan tiga kiteria dari tiga tahap perkembangan moralitas siswa sekolah dasar. Untuk kriteria bahan bacaan literasi siswa kelas 1-3 adalah kepatuhan tokoh terhadap aturan, untuk kelas 4-6 adalah keputusan positif dari tokoh cerita, dan untuk kelas 5-6 adalah kerealistisan hidup. Penelitian ini juga merekomendasikan cerita rakyat Betawi sebagai bahan bacaan literasi untuk siswa sekolah dasar berdasarkan perkembangan moralnya. Dari 13 cerita, ada 10 cerita rakyat yang cocok, terdiri atas 4 cerita rakyat untuk siswa kelas 1-3, 1 cerita rakyat untuk kelas 4-6, dan 5 cerita rakyat untuk kelas 5-6.
Kesantunan Berbahasa Anak melalui Novel Mata dan Nyala Api Purba Karya Okky Madasari Kurniawan, Ade; Puspitasari, Nur Aini
Silampari Bisa: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia, Daerah, dan Asing Vol 5 No 2 (2022): Silampari Bisa: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia, Daerah, dan Asing
Publisher : LPPM Universitas PGRI Silampari Lubuklinggau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31540/silamparibisa.v5i2.1737

Abstract

The purpose of this study was to describe children's language politeness in the maxims of reading, acceptance, humility, sympathy, agreement, and generosity. This study used descriptive qualitative method. The data collection procedures in this study include: prevention, reading novels of the eye and ancient flame which carry maxims repeatedly, inventorying dialogues of children and main characters containing maxims, data collection, data analysis, and interpreting data. The data analysis technique in this study used content analysis with the steps of reading and classifying the types of maxims. The results of this study show politeness in children's language, the maxim of sympathy with the indicator showing sympathy for the speech partner, the maxim above the indicator does not cause harm to the speech partner, the maxim of humility with the type of praising the speech partner and one's own goals as much as possible and the maxim of error with the type of understanding agreement. others and maximize approval of others. The importance of language politeness in novels and daily life, this research can be used as language learning for children.
Expressive Speech Act in Gara-gara Warisan Film by Muhadkly Acho: a Study on Searle Theory Pratiwi, Hermalinda Rizki; Puspitasari, Nur Aini
KREDO : Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra Vol 6, No 2 (2023): JURNAL KREDO VOLUME 6 NO 2 TAHUN 2023
Publisher : Universitas Muria Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24176/kredo.v6i2.9516

Abstract

Tujuan dari dibuatnya artikel ini adalah untuk mengetahui tindak tutur ekspresif yang terdapat dalam film Gara-Gara Warisan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simat dan catat dengan cara mengklasifikasikan tuturan yang diujarkan oleh pemeran ke dalam bentuk-bentuk tindak tutur ekspresif berdasarkan teori Searle yang menyebutkan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dapat menggambarkan perasaan orang yang mengungkapkannya misalnya, berterima kasih, menyalahkan, memuji, meminta maaf, mengucapkan selamat, menyatakan bela sungkawa, dsb. Pada penelitian ini didapatkan bahwa yang paling banyak ditemukan adalah tindak tutur ekspresif berterima kasih sebanyak 13 data, disusul dengan tindak tutur ekspresif kesedihan yang ditemukan sebanyak 9 data. Kemudian, ditemukan 5 data pada tindak tutur ekspresif menyalahkan. 4 data pada tindak tutur ekspresif memuji dan tindak tutur ekspresif mengucapkan selamat. Data yang paling sedikit ditemukan terletak pada tindak tutur ekspresif kesenangan ditemukan sebanyak 2 data. The purpose of this article is to find out the expressive speech acts contained in the film Gara- Gara Warisan. The research method used in this study is a qualitative descriptive method. The data  collection technique used in this study is the see and note technique by classifying the utterances uttered by the actors into expressive speech acts based on Searle's theory. The data source for this study is the film Gara-Gara Warisan by Muhadkly Acho which was released on April 30, 2022. The data for this study are the utterances and utterances uttered by the cast of the film Gara-Gara Warisan. In this study it was found that the most commonly found were expressive speech acts of gratitude as many as 13 data, followed by expressive speech acts of sadness found as many as 9 data. Then, found 5 data on expressive speech acts of blaming. 4 data on expressive speech acts of praising and expressive speech acts of congratulating. The least amount of data found lies in pleasure expressive speech acts found in 2 data.
KEARIFAN LOKAL SUKU BADUY DALAM FILM "AMBU" KARYA FARID DERMAWAN: PENDEKATAN SEMIOTIKA Redhamutia, Rania; Puspitasari, Nur Aini
Diglosia : Jurnal Pendidikan, Kebahasaan, dan Kesusastraan Indonesia Vol 7, No 2 (2023): Agustus
Publisher : Universitas Majalengka

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31949/diglosia.v7i2.4695

Abstract

Pemahaman mengenai kearifan lokal menjadi hal yang penting untuk mengatur tatanan kehidupan. Film merupakan salah satu media untuk menyampaikan sebuah kearifan lokal kepada masyarakat luas melalui tanda yang terdapat dalam alur cerita. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui kearifan lokal suku Baduy di dalam film Ambu karya Farid Dermawan dengan pendekatan semiotika. Hasil penelitian bahwa film Ambu mengandung enam dimensi kearifan lokal suku baduy yakni (1) pengetahuan lokal terdiri atas tokoh Ambu Misnah pembuatan pengobatan herbal dan masyarakat memiliki leuit untuk ketahanan pangan; (2) nilai lokal terdiri atas ketaatan masyarakat terdap pikukuh, penggambaran rumah adat, dan pakaian adat yang dikenakan sehari-hari oleh masyarakat suku Baduy; (3) Keterampilan lokal terdiri atas permainan alat musik tradisional, pembuatan kain tenun, dan penjualan berbagai kerajinan tangan khas suku Baduy; (4) Sumber daya lokal terdiri atas lahan pertanian, perladangan, dan sungai sebagai sumber pokok untuk memenuhi kebutan masyarakat suku Baduy; (5) Manajemen pengambilan keputusan lokal terdisi atas musyawarah yang dilakukan oleh Ambu Misnah dan Fatma bersama Jaro serta pemberian hukuman yang terdapat pada pikukuh karuhun; (6) Solidaritas kelompok lokal terdiri atas gotong royong untuk membangun rumah yang dilakukan oleh laki-laki suku Baduy dan rasa peduli yang tinggi terhadap tetangga. Kearifan lokal tersebut didapatkan melalui pendekatan semiotik berdasarkan tanda yang terdapat pada gambar dan dialog tokoh di film Ambu karya Farid Dermawan. Kata Kunci: kearifan lokal, suku Baduy, film Ambu, semiotik Understanding local wisdom is important to organize the order of life. Film is one of the media to convey a local to the wider community through signs contained in the storyline. This research was conducted with descriptive qualitative method that aims to find out the local wisdom of Baduy tribe in Ambu movie by Farid Dermawan with semiotic approach. The result of the research shows that Ambu movie contains six dimensions of local wisdom of Baduy tribe, namely (1) local knowledge consists of Ambu Misnah's character making herbal medicine and the community having leuit for food security; (2) local value consists of the community's obedience to pikukuh, the depiction of traditional houses, and traditional clothes worn daily by the Baduy tribe; (3) local skills consist of playing traditional musical instruments, making woven fabrics, and selling various handicrafts typical of the Baduy tribe; (4) Local resources consist of agricultural land, cultivation, and river as the main source to fulfill the needs of the Baduy community; (5) Local decision- making management consists of deliberations conducted by Ambu Misnah and Fatma together with Jaro and the punishment contained in pikukuh karuhun; (6) Local group solidarity consists of mutual cooperation to build houses carried out by Baduy men and a high sense of care for neighbors. The local wisdom is obtained through a semiotic approach based on the signs contained in the images and dialogues of the characters in Farid Dermawan's Ambu Keywords: Local Wisdom, Baduy Tribe, Ambu film, semiotic  
Psychosocial Relationship with Sexual Consent Behavior of the Main Female Character in the Novel “Amba” Nafia, Hayya; Puspitasari, Nur Aini
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol. 9 No. 2 (2023): October
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/kembara.v9i2.25544

Abstract

Patriarchal stigma restricts women from sexual desires that are synonymous with naughty and taboo. However, sexuality is a crucial aspect of human identity and involves ethical consent behavior. It is important to consider the responsibility of adult independence and the challenges that teenagers face in their self-discovery process, as influenced by Erikson's psychosocial development theory. The goal of this research is to connect psychosocial behaviour with women's sexual consent in the novel Amba. Amba is a courageous woman who makes intimate decisions despite facing stereotypical obstacles. The researcher applied a literary psychology approach, incorporating Erikson's psychosocial theory and Shumlich and Fisher's qualitative descriptions of sexual consent expressions. The way of collecting data involves reading the novel objects, marking the findings of the relationship between the data variables, and further interpreting the results of the analysis in the process of reduction, presentation, and conclusion as a data analysis technique. The research reveals that Amba's curious spirit came from her upbringing with patriarchal stereotypes, being a firstborn, and the unknown nature of the outside world. Amba recognizes her own desires in a consensual sexual relationship, unaffected by societal restrictions. The decision to engage in sexual activity considers conscious awareness, motivation, and behavioural skills. This behaviour upholds the rights of women and men to vote. Successful accountability for these actions confirms a mature and responsible adult role. Throughout the research findings, the connection between sexual agreement and gender equality, as well as the potential for sexual violence as a meaningful reflection of life, is the key.
Model Contextual Teaching Learning Terhadap Hasil Belajar Menulis Puisi Siswa Madrasah Ibtidaiyah Dzikrina, Alya Nabilah Putri; Puspitasari, Nur Aini
Jurnal Basicedu Vol. 6 No. 4 (2022)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i4.3441

Abstract

Penelitian ini dilakukan karna didasari oleh kurangnya pemahaman murid terhadap apa yang dipelajari, dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching Learning diharapkan peserta didik bisa memahami materi menulis puisi menjadi lebih bermakna, karna proses pembelajaran ini berlangsung secara natural dalam bentuk aktivitas peserta didik yang mengalami atau biasa disebut student centered dan bukan lagi yang berpusat pada guru atau teacher centered. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh terhadap hasil belajar menulis puisi setelah diberlakukannya model pembelajaran Contextual Teaching Learning di kelas IV MI Al-Husna. Hasil penelitian pada pretest dan posttest menggunakan perhitungan pada SPSS, hasil dari pengujian penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran contextual teaching learning terdapat adanya peningkatan yang signifikan. Berdasarkan dari penelitian ini, disarankan kepada pendidik untuk menggunakan model contextual teaching learning sebagai salah satu model pembelajaran khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi puisi.
Kriteria Bahan Bacaan Literasi Berdasarkan Perkembangan Moral Siswa Sekolah Dasar dan Relevansinya dengan Cerita Rakyat Betawi Hidayatullah, Syarif; Puspitasari, Nur Aini; Dewi, Trie Utari
Jurnal Basicedu Vol. 6 No. 6 (2022)
Publisher : Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31004/basicedu.v6i6.3790

Abstract

Kegiatan literasi di sekolah dasar belum didukung oleh kriteria penentuan bahan bacaan literasi yang sesuai dengan tahap perkembangan moral sehingga dapat menjadi tolok ukur relevansi bahan bacaan literasi seperti cerita rakyat dengan perkembangan moral. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk menentukan kriteria bahan bacaan literasi yang sesuai dengan tahap perkembangan moral siswa sekolah dasar serta relevansi cerita rakyat Betawi sebagai bahan bacaan literasi di sekolah dasar. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Untuk menentukan kriteria bahan bacaan literasi, menggunakan studi pustaka mengenai perkembangan moral Kohlberg dan penelitian perkembangan moral di sekolah dasar. Berdasarkan kriteria tersebut cerita rakyat kemudian dikaji dengan teknik analisis isi. Hasilnya, penelitian ini merekomendasikan tiga kiteria dari tiga tahap perkembangan moralitas siswa sekolah dasar. Untuk kriteria bahan bacaan literasi siswa kelas 1-3 adalah kepatuhan tokoh terhadap aturan, untuk kelas 4-6 adalah keputusan positif dari tokoh cerita, dan untuk kelas 5-6 adalah kerealistisan hidup. Penelitian ini juga merekomendasikan cerita rakyat Betawi sebagai bahan bacaan literasi untuk siswa sekolah dasar berdasarkan perkembangan moralnya. Dari 13 cerita, ada 10 cerita rakyat yang cocok, terdiri atas 4 cerita rakyat untuk siswa kelas 1-3, 1 cerita rakyat untuk kelas 4-6, dan 5 cerita rakyat untuk kelas 5-6.
The comparison of indigenous cultural religiosity in Buleng and Kentrung's preamble as oral traditions Puspitasari, Nur Aini; Damaianti, Vismaia S.; Syihabuddin; Sumiyadi
KEMBARA: Jurnal Keilmuan Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol. 10 No. 2 (2024): October
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/kembara.v10i2.33780

Abstract

The preamble of oral tradition embodies a collection of beliefs and rituals practiced by indigenous people. There has been a harmonious relationship between humans and nature since ancient times. This includes the preambles of Buleng from Betawi and Kentrung from Java, which trace the religious evolution from Hindu-Buddha ancestry to Islam in Java. This study aims to compare the differences in the religiosity and culture of indigenous people in the preambles of Buleng and Kentrung. The researcher combines Koetjaraningrat's theory of cultural elements and Thompson's folklore motifs with a motif, type, and theme approach in Jost's literary comparison. This research uses a qualitative descriptive method, including transcription, identification, meaning, and comparison of data findings. The researcher applied analytical techniques of data reduction, categorization, and presenting descriptive interpretations along with the results of an outline scheme and inferring data through certain expressions of identity. The results demonstrate that: [1] both preambles express Islamic religiosity through regional language; [2] the religious system is described in all linguistic terms, acknowledging the magic of mantras in the Buleng preamble and the realization of Islamic worship in the Kentrung preamble; and [3] the social system regarding “Pancakaki” or family structure, “Sampurasun” greeting in the Betawi indigenous community, krama alus as well as the “unggah-ungguh” culture in the Javanese indigenous community are highlighted. The two preambles emphasize the dominance of Islamic religiosity, which coexists alongside respect for ancestors through wise and virtuous attitudes.
Kritik Psikologi Pada Novel "Relung Rasa Raisa" Karya Lea Agustina Mubiina AH, Shabrina Amelia; Puspitasari, Nur Aini
SEBASA Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Vol 6 No 1 (2023): SeBaSa
Publisher : Universitas Hamzanwadi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29408/sbs.v6i1.12205

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kritik sastra psikologi dalam mengungkapkan kecenderungan untuk aktualisasi, pengembangan diri manusia dewasa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan teknik analisi isi. Pendekatan yang digunakan teori kritik sastra psikologi Carl Rogers. Analisis data dilakukan dengan mencatat kutipan dalam novel Relung Rasa Raisa yang mengandung kritik psikologi sastra, mengumpulkan data berdasarkan instrument penelitian yang telah ditemukan ke dalam tabel data dan terakhir menganalisis data yang sudah dipilah berdasarkan teori Carl Rogers. Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu analisis kejiwaan pada novel Relung Rasa Raisa karya Lea Agustina Citra meliputi; (1) konsep aktualisasi diri berupa mewujudkan cita-cita tokoh (2) pengembangan konsep diri berupa tokoh mampu menerima kondisi yang terjadi (3) Konsep manusia dewasa pada novel ini yaitu Raisa dapat menjalani kehidupan dan memanfaatkan peluang yang ada dengan tekad kuat. Adapun kritik terhadap novel Relung Rasa Raisa yaitu terdapat pada kecenderungan untuk mengaktualisasi tokoh Raisa yang sudah tidak mempelajari bahasa Jerman karena kecewa atas diri sendiri. Lalu pengembangan konsep diri pada Raisa yang mudah berbohong karena terdapat pengaruh dari orang tua. Manusia dewasa pada novel ini terdapat penilaian pada tokoh Raisa yang tidak mampu mengelola emosi dengan cara mengepalkan tangan dan labil dalam berprinsip.Kata Kunci: Kritik Sastra, Novel Relung Rasa Raisa, Psikologi Sastra