Reagen Jimmy Mandias
Profesi Ners, Fakultas Keperawatan Universitas Klabat

Published : 19 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 19 Documents
Search

HIPERTENSI DENGAN KEMAMPUAN PENDENGARAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI KELURAHAN MADIDIR URE Tege, Virginia Fereira; Mandias, Reagen Jimmy
Klabat Journal of Nursing Vol. 7 No. 1 (2025): Building Resilient Communities
Publisher : Fakultas Keperawatan, Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/kjn.v7i1.1269

Abstract

Hipertensi merupakan penyakit yang sering di temui di masyarakat dan dapat menyebabkan banyak komplikasi dalam tubuh manusia. Salah satu komplikasi yang berpotensi terjadi adalah gangguan pendengaran yang diakibatkan karena hipoksia jaringan dan ketidakseimbangan ion dalam stria vaskularis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan kemampuan pendengaran pada masyarakat di Kelurahan Madidir Ure. Metode penelitian digunakan kuantitatif korelasi dengan pendekatan cross sectional, teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan jumlah 60 responden. Spigmomanometer dan stethoscope digunakan untuk mengukur tekanan darah, sementara tes bisik digunakan untuk pemeriksaan kemampuan pendengaran. Hasil penelitian untuk uji korelasi menggunakan rumus Spearman Correlation menunjukkan hubungan yang signifikan antara tekanan darah sistolik dengan kemampuan pendengaran (0,028) dengan kekuatan hubungan yang rendah dengan arah negatif (nilai r – 0,284), sementara untuk tekanan darah diastolik menunjukkan hasil yang tidak signifikan (0,716). Lama menderita hipertensi dengan kemampuan pendengaran menunjukkan hubungan yang signifikan (0,000) dengan kekuatan hubungan cukup kuat dengan arah negatif (nilai r -0,578). Rekomendasi bagi para penderita hipertensi agar lebih dini memeriksakan pendengaran pada instansi kesehatan terdekat agar dapat menditeksi lebih dini kemampuan pendengaran yang ada, serta mencari jalan keluar yang terbaik. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat meneliti faktor-faktor lainnya yang dapat berhubungan dengan kemampuan pendengaran seperti usia, jenis kelamin, terpapar dengan kebisingan, serta jenis obat hipertensi yang digunakan. Hypertension is a prevalent condition within the community that can lead to numerous complications within the human body, including, but not limited to, hearing loss. This loss can result from tissue hypoxia and an imbalance of ions within the stria vascularis.The objective of this study was to ascertain the existence of a significant relationship between hypertension and hearing loss within the community of Madidir Ure Village. The research method employed was quantitative correlation with a cross-sectional approach, and the sampling technique was purposive sampling, with a total of 60 respondents included in the study.Blood pressure was measured using a sphygmomanometer and a stethoscope, while a whisper test was used to check for hearing loss. The results of the correlation test using the Spearman Correlation formula show a significant relationship between systolic blood pressure and hearing impairment (0.028) with a low strength of relationship in a negative direction (r value - 0.284), while for diastolic blood pressure, the results are insignificant (0.716). Furthermore, the duration of hypertension in conjunction with hearing impairment exhibits a substantial relationship (p = 0.000), demonstrating a robust negative correlation (r = -0.578).It is recommended that individuals with hypertension undergo audiological evaluation at health agencies in a timely manner, with the aim of identifying and addressing any existing hearing impairments. Further research is recommended to examine other factors that may be related to hearing loss, such as age, gender, exposure to noise, and the type of hypertension medication used.
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Jenis Penyakit Degeneratif Loing, Atalarik Jonathan; Mandias, Reagen Jimmy
NUTRIX Vol 9 No 2 (2025): Volume 9, Issue 2, 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.v9i2.1417

Abstract

Epidemiological transition in the causes of death from infectious diseases to non-communicable or degenerative diseases. This phenomenon is closely related to the adoption of prolonged unhealthy lifestyles, thereby increasing the risk of degenerative diseases in the community. The objective of this study was to analyse the relationship between physical activity, smoking behaviour, and alcohol consumption with the incidence of degenerative diseases in Rerer Village, Minahasa Regency, North Sulawesi, Indonesia. The present study adopted a quantitative design, employing a descriptive correlation approach through a cross-sectional method. The present study was conducted using a total sampling method, with 54 respondents participating. The data on patients with degenerative diseases was obtained from local health centre medical records, while data on physical activity, smoking behaviour, and alcohol consumption were collected using the International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), the Glover Nilsson Smoking Behavioural Questionnaire (GN-SBQ), and the Alcohol Use Disorders Identification Test (AUDIT). The results demonstrated that, among the range of degenerative diseases examined, hypertension emerged as the most prevalent condition, affecting 30 individuals (55.6%). The majority of respondents (88.9%) were categorised as engaging in heavy physical activity, 85.2% were classified as light smokers, and 87.0% were identified as low risk for alcohol consumption. Chi-square analysis demonstrated that physical activity (p = 0.799), smoking behaviour (p = 0.367), and alcohol consumption (p = 0.002) were not associated with the outcome. The findings of this study suggest that, among the three risk factors examined, alcohol consumption emerged as the sole factor demonstrating a statistically significant correlation with the prevalence of degenerative diseases in Rerer Village. It is recommended that future studies explore the potential influence of other variables, such as diet, genetic factors, and obesity, on the incidence of degenerative diseases. Epidemiologis penyebab kematian di negara berkembang telah  beralih dari communicable ke penyakit degenerative. Fenomena ini erat kaitannya dengan adopsi gaya hidup tidak sehat yang berkepanjangan, sehingga meningkatkan risiko penyakit degeneratif di masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara aktivitas fisik, perilaku merokok, dan konsumsi alkohol dengan insidensi penyakit degeneratif di Desa Rerer Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara Indonesia. Desain kuantitatif digunakan dalam penelitian ini, dengan pendekatan korelasi deskriptif melalui metode cross-sectional. 54 responden dengan menggunakan total sampling, terlibat dalam penelitian ini. Data mengenai pasien dengan penyakit degeneratif diperoleh dari catatan medis pusat kesehatan setempat, sementara data mengenai aktivitas fisik, perilaku merokok, dan konsumsi alkohol dikumpulkan menggunakan International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), Glover Nilsson Smoking Behavioural Questionnaire (GN-SBQ), dan Alcohol Use Disorders Identification Test (AUDIT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari semua penyakit degeneratif yang diteliti, hipertensi merupakan kondisi yang paling umum, mempengaruhi 30 individu (55,6%). Sebagian besar responden (88,9%) dikategorikan melakukan aktivitas fisik berat, 85,2% diklasifikasikan sebagai perokok ringan, dan 87,0% diidentifikasi berisiko rendah untuk konsumsi alkohol. Analisis chi-square menunjukkan bahwa aktivitas fisik (p = 0,799), perilaku merokok (p = 0,367), dan konsumsi alkohol (p = 0,002). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari tiga faktor risiko yang dianalisis, konsumsi alkohol adalah satu-satunya yang menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik dengan insidensi penyakit degeneratif di Desa Rerer. Disarankan penelitian berikutnya mengeksplorasi pengaruh potensial variabel lain seperti pola makan, faktor genetik, dan obesitas terhadap insidensi penyakit degeneratif.
ACADEMIC STRESS WITH SUICIDE BEHAVIOR IN COLLEGE STUDENTS Mandias, Reagen Jimmy
Klabat Journal of Nursing Vol. 4 No. 1 (2022): New Start
Publisher : Fakultas Keperawatan, Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/kjn.v4i1.797

Abstract

ABSTRAK Perilaku bunuh diri merupakan tindakan yang merugikan diri sendiri dan biasanya terjadi pada individu yang memiliki masalah mental serta tidak sangup menghadapi persoalan hidup. Salah satu aspek yang memicu seseorang untuk berperilaku bunuh diri adalah stres akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stres akademik dengan perilaku bunuh diri pada mahasiswa keperawatan Universitas Klabat yang dilakukan pada bulan Januari-Februari 2021. Metode penelitian yang digunakan yaitu deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, dengan uji statistik spearman rank. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling dengan jumlah sampel 119 responden. Hasil penelitian menunjukkan dari 119 responden didapati, 63.9% mahasiswa tidak memiliki perilaku bunuh diri dan 36.1% mahasiswa memiliki perilaku bunuh diri. Namun 75.6% mahasiswa mengalami stres akademik berat, diikuti 16.8% yang mengalami stres sedang, dan terdapat 7.6% yang memiliki stres sangat berat. Hasil penelitian menunjukkan p value 0,000<0,05 dan nilai koefisien korelasinya r= 0,412. Kesimpulan, ada hubungan yang sedang dan signifikan dengan arah positif stres akademik dengan perilaku bunuh diri pada mahasiswa keperawatan Universitas Klabat. Hasil penelitian ini diharapakn dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pihak Fakultas maupun Universitas agar dapat memahami stress akademik yang dialami mahasiswa agar perilaku bunuh diri dapat dihindari.
POLA ASUH ORANG TUA DENGAN EMOTIONAL QUOTIENT PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Mandias, Reagen Jimmy; Sante, Marcel Manuel
Klabat Journal of Nursing Vol. 6 No. 1 (2024): Nursing Overarches All Clinical Setting
Publisher : Fakultas Keperawatan, Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/kjn.v6i1.1109

Abstract

Salah satu hal yang membantu individu membangun hubungan yang lebih kuat, berhasil di sekolah dan pekerjaan, dan mencapai karier dan tujuan pribadi adalah Emotional quotient, yang merupakan kemampuan untuk memahami, menggunakan, dan mengelola emosi dengan cara yang positif untuk menghilangkan stres, berkomunikasi secara efektif, berempati dengan orang lain, mengatasi tantangan dan meredakan. Pola asuh orang tua dipercaya membentuk Emotional quotient dari seorang anak, walaupun hal ini masih diperdebatkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang significan antara pola asuh orang tua dengan Emotional quotient pada siswa SMP Advent Palu. 43 Siswa SMP Advent Palu menjadi sampel dalam penelitian ini. Sedangkan analisis data menggunakan rumus presentase dan anova. Kuesioner pola asuh dan Emotional qoutient memiliki cronbach alpha di atas 0,70. Hasil penelitian menunjukan jenis pola asuh orang tua yang dominan di SMP Advent Palu yaitu demokratis (81%), sedangkan tingkat Emotional qoutient siswa di SMP Advent Palu mayoritas berada pada kategori sedang dengan presentase 69,8 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa P value = 0,068 > 0,05 yang artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara Pola asuh orang tua dengan Emotional quotient pada siswa SMP Advent Palu. Direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk menambahkan responden penelitian yang lebih banyak serta seimbang antara ketiga pola asuh dalam menentukan sample. Selain itu dinjurkan juga untuk meneliti faktor - faktor lain yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap Emotional quotient. One of the things that helps individuals build stronger relationships, succeed in school and work, and achieve career and personal goals is the emotional quotient, which is the ability to understand, use, and manage emotions in a positive way to relieve stress, communicate effectively, empathize with others, overcome challenges and mitigate. Parenting styles are believed to shape a child's emotional quotient, although this is still debated. This research aims to find out whether there is a significant relationship between parenting patterns and the Emotional quotient of Palu Adventist Middle School students. 43 Palu Adventist Middle School students were the sample in this research. Meanwhile, data analysis uses percentage and ANOVA formulas. The parenting style and Emotional quotient questionnaires have Cronbach alpha above 0.70. The research results show that the dominant type of parenting style at Palu Adventist Middle School is democratic (81%), while the majority of students' emotional quotient level at Palu Adventist Middle School is in the medium category with a percentage of 69.8%. The results of the research show that P value = 0.068 > 0.05, which means there is no significant relationship between parenting style and Emotional quotient in Palu Adventist Middle School students. It is recommended that future researchers add more research respondents and balance the three parenting styles in determining the sample. Apart from that, it is also recommended to research other factors that can influence parents' parenting patterns regarding the emotional quotient. KEYWORDS: Emotional quotient, Parenting Patterns
LAMA MENJALANI HEMODIALISA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN YANG MENJALANI HEMODIALISA Mandias, Reagen Jimmy; Gretchen, Michel Aurora
Klabat Journal of Nursing Vol. 7 No. 2 (2025): Nursing Insights: Bridging Science and Care
Publisher : Fakultas Keperawatan, Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/kjn.v7i2.1418

Abstract

The prevalence of chronic kidney disease continues to increase globally, requiring renal replacement therapy such as hemodialysis to sustain life. In the long term, hemodialysis is often accompanied by financial burdens and work limitations, sexual dysfunction, anxiety and depression, and lifestyle changes that reduce the quality of life of patients. The purpose of this study was to determine whether there is a significant relationship between the duration of hemodialysis and the quality of life of patients undergoing hemodialysis at Dr. R. D. Kandou General Hospital in Manado. This study is a quantitative cross-sectional study involving 80 respondents selected using purposive sampling. The instrument used was the Kidney Disease Quality of Life version 1.3, with Cronbach's alpha reliability ranging from 0.580 to 0.999. Data on the duration of hemodialysis was obtained based on the number of years the respondents had undergone therapy. The results of the analysis using Spearman's rho test showed a p-value of 0.101, indicating that there was no significant relationship between the duration of hemodialysis and quality of life in patients at Prof. Dr. R. D. Kandou General Hospital in Manado. In the quality of life domain, dialysis staff support and social support received good ratings. Therefore, it is recommended that families and dialysis staff continue to provide support to improve the motivation and quality of life of hemodialysis patients. Prevalensi penyakit ginjal kronis terus meningkat secara global, dan memerlukan terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis untuk mempertahankan hidup. Dalam jangka panjang, hemodialisis kerap disertai beban finansial dan keterbatasan pekerjaan, disfungsi seksual, kecemasan dan depresi, serta perubahan gaya hidup yang menurunkan kualitas hidup pasien. Tujuan penelitan ini untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara lama menjalani hemodialisa dengan kualitas hidup pasien yang menjalani hemodialisa di RSUP. Dr. R. D. Kandou Manado. Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan desain cross sectional yang melibatkan 80 responden yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah Kidney Disease Quality of Life versi 1.3, dengan reliabilitas cronbach's alpha berkisar 0,580–0,999. Data mengenai lama hemodialisis diperoleh berdasarkan jumlah tahun responden menjalani terapi. Hasil analisis menggunakan uji spearman’s rho menunjukkan p-value 0,101, menandakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara lama menjalani hemodialisis dan kualitas hidup pada pasien di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Pada domain kualitas hidup, dukungan staf dialisis dan dukungan sosial memiliki hasil penilaian yang baik. Oleh karena itu, direkomendasikan agar keluarga dan staf dialisis terus memberikan dukungan untuk meningkatkan motivasi dan kualitas hidup pasien hemodialisis.
Paparan Sinar Matahari dengan Kualitas Tidur Mahasiswa Keperawatan Mandias, Reagen Jimmy; Tuerah, Kenny
NUTRIX Vol 8 No 1 (2024): Volume 8, Issue 1, 2024
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.v8i1.1107

Abstract

Sleeping is a natural habit that has many good health benefits. Therefore, good quality sleep is very important for everyone to support optimal health. Exposure to sunlight itself has a role in improving a person's sleep quality by stimulating the hormone melatonin, a hormone that plays a role in regulating the sleep cycle. The aim of this study was to determine whether there was a significant relationship between exposure to sunlight and the sleep quality of nursing students at Klabat University. The design of this research is correlation research with a cross-sectional approach. The sampling technique used total sampling with a total of 151 students at the Faculty of Nursing, Klabat University Level III and IV for the 2021/2022 academic year. The research results showed that the majority of respondents, namely 69,5%, had moderate sun exposure. Meanwhile 77,5% of respondents had poor sleep quality. The results of the Spearman Rank/Rho statistical test show a value of p=0,003 with a correlation coefficient of r=-0,241, which means that statistically there is a significant relationship between sun exposure and sleep quality, where the relationship is weak and in a negative direction, which means that if the light exposure score As the sun rises, the sleep quality score decreases, so the higher a person's exposure to sunlight, the better the quality of sleep. The recommendation for future researchers is to carry out further research on sunlight by providing specific interventions, namely sunbathing in the sun, to see the difference in sleep quality of people who sunbathe and those who don't. Tidur merupakan suatu kebiasaan alami yang memiliki banyak manfaat yang baik bagi kesehatan. Oleh karena itu, kualitas tidur yang baik sangatlah penting bagi setiap orang untuk menunjang kesehatan yang optimal. Paparan sinar matahari sendiri memiliki peran dalam meningkatkan kualitas tidur seseorang dengan merangsang hormon melatonin, yaitu hormon yang berperan dalam mengatur siklus tidur. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara paparan sinar matahari dengan kualitas tidur mahasiswa keperawatan Universitas Klabat. Desain penelitian ini adalah correlation research dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan total sampling dengan jumlah 151 mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Klabat Tingkat III dan IV tahun ajaran 2021/2022. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden yaitu 69.5% memiliki paparan sinar matahari sedang. Sementara 77.5% responden memiliki kualitas tidur buruk. Hasil uji statistik Spearman Rank/Rho menunjukkan nilai p=.003 dengan koefisien korelasi r=-.241 yang berarti secara statistik ada hubungan yang signifikan paparan sinar matahari dengan kualitas tidur, dimana keeratan hubungannya lemah dan arah negatif, yang berarti jika skor paparan sinar matahari naik maka skor kualitas tidur turun, sehingga semakin tinggi paparan sinar matahari seseorang maka semakin baik juga kualitas tidurnya. Rekomendasi bagi peneliti selanjutnya adalah melakukan penelitian lebih lanjut mengenai sinar matahari dengan memberikan intervensi secara khusus yaitu berjemur pada sinar matahari, untuk dilihat perbedaan kualitas tidur orang yang berjemur dengan yang tidak.
Perilaku Merokok dan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Pitoy, Frendy Fernando; Mandias, Reagen Jimmy; Senduk, Angelina Firma Sheryll
NUTRIX Vol 8 No 2 (2024): Volume 8, Issue 2, 2024
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.v8i2.1129

Abstract

Abstract The more the incidence of diabetes mellitus (DM) increases, the more varied the factors that can trigger the disease. One of the causative factors is impaired productivity and insulin sensitivity caused by smoking. Cigarettes contain substances that can cause oxidative stress which can damage the pancreas and nicotine which can reduce insulin sensitivity. This study aims to find out the relationship between smoking behavior and blood sugar levels in DM patients. This research is quantitative research using descriptive correlation methods through a cross-sectional approach. Samples used in this research was 84 respondents using purposive sampling techniques. The instruments were an Autocheck brand glucometer and an observation sheet. Data analysis for the correlation test uses chi-square. The results showed that the majority of respondents smoked with 51 (60.7%) respondents and KGD was in the diabetes category with 67 (79.8%) respondents. Furthermore, the results show that there is a value of p=0.023, cc=0.023. It can be concluded that there is a significant relationship between smoking behavior and KGD in DM sufferers with a weak relationship. There is a need for awareness for DM sufferers to adopt a healthy lifestyle, such as stopping smoking and keeping the KGD at a reasonable value so as to avoid complications from existing diseases. For further research, researchers are expected to add more samples so that the statistical power of the research is greater. Keywords: Diabetes, Blood Sugar Levels, Smoking Abstrak Semakin meningkatnya angka kejadian insiden diabetes mellitus (DM), maka semakin bervariasi faktor yang dapat menjadi pemicu terjadinya penyakit tersebut. Salah satu faktor penyebab adalah gangguan produktifitas dan sensitifitas insulin yang diakibatkan oleh aktivitas merokok. Pada rokok terdapat sat yang dapat menyebabkan stres oksidatif yang dapat merusak pankreas dan sat nikotin yang dapat membuat sensitivitas insulin berkurang. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan antara perilaku merokok dengan kadar gula darah (KGD) pasien DM. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif korelasi melalui pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 84 responden melalui teknik sampling purposive. Instrumen yang digunakan adalah glukometer merek Autocheck dan lembar observasi. Analisis data untuk uji korelasi menggunakan chi-square. Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar responden berperilaku merokok dengan jumlah responden sebanyak 51 (60,7%) responden dan KGD berada pada kategori diabetes dengan responden sebanyak 67 (79,8%). Lebih lanjut hasil menunjukan bahwa terdapat nilai p=0,023, r=0,023. Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dengan KGD pada penderita DM dengan keeratan hubungan yang lemah. Sangat di butuhkan kesadaran bagi penderita DM untuk menjalankan pola hidup yang sehat salah satunya berhenti merokok dan menjaga KGD berada pada nilai yang wajar sehingga terhindar dari komplikasi-komplikasi penyakit yang ada. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan peneliti untuk menambah lebih banyak sampel agar semakin besar kekuatan statistik dari penelitian tersebut. Kata Kunci: Diabetes, Kadar Gula Darah, Merokok
Konsumsi Makanan Berisiko dengan Keluhan Gastritis Pada Komunitas Pemuda Maramis, Jacqueline Maria Imanuela; Mandias, Reagen Jimmy
NUTRIX Vol 9 No 1 (2025): Volume 9, Issue 1, 2025
Publisher : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Klabat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37771/nj.v9i1.1265

Abstract

Gastritis atau peradangan pada lapisan lambung, merupakan kondisi yang lazim terjadi pada anak muda, yang bermanifestasi dengan gejala dan penyebab yang beragam. Etiologi keluhan gastritis yang paling banyak ditemukan adalah konsumsi makanan berisiko tinggi, termasuk makanan pedas, makanan dengan kandungan lemak tinggi, makanan yang mengandung monosodium glutamat (MSG), dan makanan yang bersifat asam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi makanan yang beresiko dengan terjadinya keluhan gastritis pada komunitas pemuda. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif, dengan pendekatan deskriptif dan uji-t melalui analisis cross-sectional. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara responden yang mengonsumsi makanan pedas dengan yang tidak mengonsumsi makanan pedas (p-value = 0,012 <0,05). Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik yang diamati untuk jenis makanan lain, seperti makanan berlemak dan makanan yang mengandung MSG. Disarankan agar remaja mengkonsumsi makanan pedas secukupnya untuk menghindari keluhan gastritis, dan diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti variabel lain, seperti ukuran porsi, dalam kaitannya dengan keluhan gastritis. Gastritis, which is defined as inflammation of the stomach lining, is a prevalent condition among young people, manifesting with a variety of symptoms and causes. The most prevalent etiology of gastritis complaints is the consumption of high-risk foods, including spicy foods, foods with high fat content, foods containing monosodium glutamate (MSG), and acidic foods. The present study aims to ascertain whether there is a significant relationship between the consumption of high-risk foods and the occurrence of gastritis complaints in the youth community. The research design utilised in this study is quantitative, employing a descriptive approach and t-test through cross-sectional analysis. The findings revealed a statistically significant difference between respondents who consumed spicy foods and those who did not consume spicy foods (p-value = 0,012 <0,05). However, no statistically significant differences were observed for other types of food, such as fatty foods and foods containing MSG. It is recommended that teenagers consume spicy food in moderation to avoid gastritis complaints, and it is hoped that future researchers can examine other variables, such as portion size, in relation to gastritis complaints.
Skrining dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular di Kelurahan Airmadidi Ruku, Denny Maurits; Mandias, Reagen Jimmy; Shintya, Lea Andy; Pitoy, Frendy Fernando; Anderson, Elisa; Moedjahedy, Jimmy Herawan; Ella, Eunike; Nander, Gabriel Christovel; Siwu, Nikita Ribka Maya
Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Vol 7, No 7 (2024): Volume 7 No 7 2024
Publisher : Universitas Malahayati Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkpm.v7i7.15272

Abstract

ABSTRAK Gangguan Kesehatan tidak pernah lepas dari masyarakat meskipun peningkatan teknologi dibilang sudah cukup pesat. Gangguan kesehatan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu penyakit yang menular dari satu ke yang lain dan penyakit tidak menular (PTM) yang mana dapat ditularkan dari orang lain. Penyakit tidak menular adalah penyakit katastropik dengan penyebab kematian paling tinggi di Indonesia. Penyakit ini diantaranya adalah hipertensi, diabetes, dan gout arthritis, dan hiperkolesterol. Program pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk melakukan skrining dan penanggulangan PTM di RW 10 Kelurahan Airmadidi Atas dengan cara melakukan pemeriksaan kesehatan dan pemberian edukasi kesehatan pada masyarakat. Metode yang diterapkan pada program ini adalah survey observasi dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat di RW 10 kelurahan Airmadidi Atas. Data hasil analisis skrining kesehatan menunjukan bahwa pada sebagian besar penderita PTM berada pada kategori usia lanjut atau diatas dari usia 60 tahun dengan nilai persentase penderita Hipertensi sebanyak 18 (66.6%) orang, Diabetes Melitus 12 (60%) orang, dan Hyperkolesterolemia 15 (51%) orang. Sehubungan dengan angka penderita hipertensi yang cukup tinggi, maka telah diberikan edukasi kesehatan mengenai hipertensi pada Masyarakat. PTM ditemukan dengan angka kejadian yang cukup tinggi dikalangan Masyarakat. Kegiatan seperti in harus diadakan agar masyarakat lebih peduli mengenai kesehatannya.  Kata Kunci: Penyakit Tidak Menular, Skrining, Edukasi  ABSTRACT Health problems have never been separated from society even though the technological improvements are increasing rapidly. Health problems can be divided into two types, namely diseases that are transmitted from one person to another and non-communicable diseases (NCDs) which can be transmitted from other people. Non-communicable diseases are catastrophic diseases with the highest cause of death in Indonesia. These diseases include hypertension, diabetes, gouty arthritis and hypercholesterolemia. This community service program aims to carry out the health screening and PTM prevention in RW 10 Airmadidi Atas Village by conducting health observation and providing health education to the community. The data from health screening analysis shows that the majority of NCDs sufferers are in the elderly category or above the age of 60 years with a percentage of 18 (66.6%) people suffering from hypertension, 12 (60%) people with diabetes mellitus, and 15 (51%) people with hypercholesterolemia. According to the high number of hypertension sufferers, health education regarding hypertension has been provided to the community. NCDs is found to have high incidence rate among the community. Activities like this must be held so that people care more about their health. Keywords: Non-Communicable Disease, Screening, Education