Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Low plasma melatonin levels negatively correlate with melasma severity Praharsini, I Gusti Ayu Agung; Khathreen, Corry; Suryawati, Nyoman; Indira, I Gusti Ayu Agung Elis; Pramita, I Gusti Ayu Sattwika
Journal of General - Procedural Dermatology & Venereology Indonesia Vol. 8, No. 1
Publisher : UI Scholars Hub

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: Chronic exposure to ultraviolet light plays a role in the pathogenesis of melasma. Exposure to excessive sunlight leads to the formation of free radicals. As a result, the body responds by forming antioxidants such as melatonin, which is activated through the melatoninergic antioxidative system to fight oxidative stress. The relationship between melatonin and melasma is yet to be elucidated. This study aims to determine the correlation between melatonin and the severity of melasma. Methods: This analytical cross-sectional study involved 50 melasma subjects and 10 non-melasma subjects who met the inclusion criteria and were aged between 21-50 years at Prof. I.G.N.G. Ngoerah National General Hospital, Denpasar. The severity of melasma was measured by calculating the melasma area severity index (MASI) score and plasma melatonin levels were assessed using the ELISA method. Results: The median plasma melatonin level in the melasma subjects was lower (92.48 ng/ml) than in non-melasma subjects (436.35 ng/ml), with a p-value of Conclusion: Low plasma melatonin levels negatively-correlate with the severity of melasma.
THE RELATIONSHIP OF THE LEVEL OF PERSONAL HYGIENE KNOWLEDGE WITH THE INCIDENCE OF PITYRIASIS VERSICOLOR IN GRADUATE MEDICAL STUDENTS OF THE FACULTY OF MEDICINE, UDAYANA UNIVERSITY, CLASS OF 2022 Kewatiting, Agnes Susanti; Darmaputra, I Gusti Nyoman; Indira, I Gusti Ayu Agung Elis; Winaya, Ketut Kwartantaya
E-Jurnal Medika Udayana Vol 13 No 8 (2024): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2024.V13.i08.P06

Abstract

Personal hygiene of the skin is the most important mechanism for minimizing the transmission of infections, one of which is fungal infections. The disease that most often occurs due to fungal infections is Pityriasis versicolor. This disease is caused by several factors, one of which is poor personal hygiene. This study aims to determine the relationship between the level of personal hygiene knowledge and the level of knowledge of Pityriasis versicolor with the incidence of Pityriasis versicolor in students of the Undergraduate Medical Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University, class of 2022. This research is an observational analytical study with a cross-sectional approach. The method used is probability sampling with a simple random sampling technique. The total research sample was 170 people, of which 15 people (8.8%) had a history of Pityriasis versicolor. A total of 157 people (92.4%) had good knowledge about personal hygiene and 152 people (89.4%) had good knowledge about Pityriasis versicolor. The results of Fisher's exact test related to the relationship between the level of knowledge of personal hygiene and the level of knowledge of Pityriasis versicolor with the incidence of Pityriasis versicolor, namely p value > 0.05. This shows that there is no significant relationship between the level of knowledge of personal hygiene and the level of knowledge of Pityriasis versicolor and the incidence of Pityriasis versicolor in students of the Undergraduate Medical Study Program, Faculty of Medicine, Udayana University class of 2022. Keywords: Knowledge, Personal hygiene, Pityriasis versicolor
TINGKAT EFEKTIVITAS DAN KEAMANAN PROSEDUR DESENSITISASI PENISILIN PADA PASIEN SIFILIS : A SYSTEMATIC REVIEW ajisma, Seva; Indira, I Gusti Ayu Agung Elis; Karmila, IGAA Dwi; Wiraguna, A.A.G.P
E-Jurnal Medika Udayana Vol 11 No 2 (2022): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2022.V11.i02.P13

Abstract

Penisilin masih menjadi pilihan utama untuk terapi sifilis. Namun mulai didapatkan kasus alergi terhadap penisilin, sehingga CDC membuat rekomendasi untuk melaksanakan prosedur desensitisasi penisilin. Belum ada studi yang meninjau tingkat efektivitas dan keamanan dari prosedur ini dalam bentuk systematic review. Dalam tinjauan ini akan dibahas lebih jauh mengenai efektivitas dan keamanan prosedur desensitisasi penisilin pada pasien sifilis. Pencarian dilakukan pada database Wiley Online Librabry, Sciencedirect dan Pubmed dengan mengidentifikasi jurnal yang diterbitkan pada Januari tahun 2015 hingga Januari tahun 2020 yang berfokus pada evaluasi tingkat efektivitas dan keamanan prosedur desensitisasi penisilin pada pasien sifilis. Penyusunan systematic review ini didasarkan pada guideline penulisan systematic review oleh Cochrane Textbook of Systematic Review. Terdapat 6 studi yang digunakan dalam penyusunan tinjauan ini. Partisipan yang terlibat adalah ibu hamil dengan sifilis, ibu hamil dengan sifilis laten, ibu hamil dengan sifilis latent dan sekunder, neuro sifilis dan okular sifilis serta sifilis kardiovaskuler. Seluruh pasien dilaporkan mengalami reaksi alergi terhadap penisilin dan mendapatkan intervensi prosedur desensitisasi. Penelitian dilakukan pada beberapa lokasi yaitu Brazil, Chile, Inggris dan 3 studi dari Amerika Serikat. Terdapat 16 partisipan yang terlibat dengan rentang usia 21-50 tahun. Seluruh studi melaporkan respon yang baik dan tidak menimbulkan komplikasi yang fatal terhadap prosedur desensitisasi. Prosedur desensitisasi terbukti efektif dan cukup aman tanpa menghasilkan efek samping maupun komplikasi yang merugikan. Meskipun demikian prosedur ini memiliki risiko berupa reaksi anafilaksis saat menjalankan prosedur desensitisasi namun hal ini dapat ditangani dan tidak sampai menyebabkan kematian. Kata Kunci : Sifilis, Alergi Penisilin, Desensitisasi
Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri terhadap Menstruasi dan Menstrual Hygiene di SMP Santo Yoseph Denpasar Gunawan, Regina; Suryawati, Nyoman; Indira, I Gusti Ayu Agung Elis; Darmaputra, I Gusti Nyoman
E-Jurnal Medika Udayana Vol 12 No 11 (2023): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2023.V12.i11.P15

Abstract

Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam perkembangan hidup manusia yang ditandai dengan pubertas. Pubertas pada remaja putri dikenal dengan istilah menarche atau terjadinya menstruasi pertama kali. Menstruasi adalah pengeluaran darah dari mukosa uterus disertai dengan pelepasan (deskuamasi) endometrium yang terjadi secara periodik dan siklis. Minimnya informasi yang didapatkan remaja putri mengenai menstruasi dan menstrual hygiene akan mempengaruhi tingkat pengetahuannya sehingga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti iritasi, infeksi, dan inflamasi pada area genitalia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap menstruasi dan menstrual hygiene di SMP Santo Yoseph Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan studi potong lintang (cross-sectional). Subjek penelitian berjumlah 150 orang remaja putri yang berada di SMP Santo Yoseph Denpasar. Data diperoleh berdasarkan data primer berupa kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan menstruasi dan menstrual hygiene. Pengolahan dan analisis data menggunakan program SPSS versi 26.0. Hasil penelitian menunjukkan paling banyak bertingkat pengetahuan baik terhadap menstruasi maupun menstrual hygiene dengan masing-masing berjumlah 75 orang (50%) dan 77 orang (51,3%). Usia 14 tahun menjadi usia bertingkat pengetahuan baik terbanyak yang sejalan dengan karakteristik kelasnya dimana terbanyak berada pada kelas IX. Pendidikan terakhir ayah dan ibu didominasi oleh tamatan perguruan tinggi serta paling banyak didapatkan bertingkat pendapatan sangat tinggi. Sumber informasi mayoritas berasal dari ibu.
PROFIL PASIEN HIV DENGAN KOINFEKSI INFEKSI MENULAR SEKSUAL LAINYA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. I.G.N.G. NGOERAH DENPASAR PERIODE TAHUN 2019-2021 Murti, Nyoman Indra Karunia; Puspawati, Ni Made Dwi; Indira, I Gusti Ayu Agung Elis; Hostiadi, Michael; Krisnaputri, Nandya Putu
E-Jurnal Medika Udayana Vol 12 No 4 (2023): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2023.V12.i04.P04

Abstract

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini menyebabkan individu yang terinfeksi lebih rentan terhadap infeksi lainnya. Risiko penularan HIV tertinggi adalah melalui hubungan seksual. Hingga saat ini, HIV masih menjadi masalah besar di dunia, tidak terkecuali di Indonesia. Infeksi HIV seringkali diserta dengan koinfeksi penyakit menular seksual lainya. Pada studi ini dilakukan studi cross-sectional, dimana pasien HIV dengan koinfeksi penyakit menular seksual lainya yang datang ke poliklinik kulit dan kelamin divisi infeksi menular seksual di RSUP Prof Dr. I.G.N.G. Ngoerah periode tahun 2019-2021 akan didata. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada pasien HIV dengan infeksi menular seksual lainya, jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki dengan jumlah lebih dari dua kali lipat wanita. Kelompok usia terbanyak adalah usia 16-30 tahun yang masih merupakan usia produktif. Jenis koinfeksi penyakit menular seksual pada penderita HIV terbanyak adalah kondiloma akuminata. Pada penelitian ini, individu HIV dengan stadium 2 merupakan penderita terbanyak. Beberapa temuan pada penelitian ini memiliki kemiripan data dengan penelitian-penelitian serupa, namun beberapa hasil temuan pada penelitian ini mungkin berbeda dengan temuan pada beberapa penelitian-penelitian di negara lain, kemungkinan akibat perbedaan demografis dan jumlah sampel penelitian yang terbatas. Kata kunci : Human Immunodeficiency Virus, infeksi menular seksual.
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TERHADAP MENSTRUASI DAN MENSTRUAL HYGIENE DI SMP SANTO YOSEPH DENPASAR Gunawan, Regina; Suryawati, Nyoman; Indira, I Gusti Ayu Agung Elis; Darmaputra, I Gusti Nyoman
E-Jurnal Medika Udayana Vol 13 No 6 (2024): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2024.V13.i06.P08

Abstract

Masa remaja merupakan salah satu tahapan dalam perkembangan hidup manusia yang ditandai dengan pubertas. Pubertas pada remaja putri dikenal dengan istilah menarche atau terjadinya menstruasi pertama kali. Menstruasi adalah pengeluaran darah dari mukosa uterus disertai dengan pelepasan (deskuamasi) endometrium yang terjadi secara periodik dan siklis. Minimnya informasi yang didapatkan remaja putri mengenai menstruasi dan menstrual hygiene akan mempengaruhi tingkat pengetahuannya sehingga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti iritasi, infeksi, dan inflamasi pada area genitalia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap menstruasi dan menstrual hygiene di SMP Santo Yoseph Denpasar. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan studi potong lintang (cross-sectional). Subjek penelitian berjumlah 150 orang remaja putri yang berada di SMP Santo Yoseph Denpasar. Data diperoleh berdasarkan data primer berupa kuesioner untuk mengukur tingkat pengetahuan menstruasi dan menstrual hygiene. Pengolahan dan analisis data menggunakan program SPSS versi 26.0. Hasil penelitian menunjukkan paling banyak bertingkat pengetahuan baik terhadap menstruasi maupun menstrual hygiene dengan masing-masing berjumlah 75 orang (50%) dan 77 orang (51,3%). Usia 14 tahun menjadi usia bertingkat pengetahuan baik terbanyak yang sejalan dengan karakteristik kelasnya dimana terbanyak berada pada kelas IX. Pendidikan terakhir ayah dan ibu didominasi oleh tamatan perguruan tinggi serta paling banyak didapatkan bertingkat pendapatan sangat tinggi. Sumber informasi mayoritas berasal dari ibu.
Hubungan Polimorfisme Toll-Like Receptor 2 Dan Sifilis Okular Puspawati, Ni Made Dwi; Indira, I Gusti Ayu Agung Elis; Permana, Aditya
Seminar Ilmiah Nasional Teknologi, Sains, dan Sosial Humaniora (SINTESA) Vol. 7 (2025): PROSIDING SINTESA
Publisher : LPPM Universitas Dhyana Pura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sejak pandemi HIV terjadi peningkatan kasus sifilis okular. Hal ini perlu menjadi perhatian karena penyakit ini terutama dijumpai pada kelompok usia produktif, adanya risiko penyulit berupa gangguan penglihatan bahkan kebutaan, dan yang terpenting sampai saat ini pengobatan lini pertama untuk sifilis okular belum tersedia di Indonesia. Untuk itu sangat penting mengetahui faktor risiko yang mempengaruhi kejadian tersebut. Sifat genetik juga dapat berperan penting sebagai faktor risiko sifilis okular. Beberapa polimorfisme gen diperkirakan menjadi faktor risiko endogen terjadinya sifilis okular salah satunya adalah polimorfisme Toll-like receptor 2 (TLR2). TLR memegang peranan kunci dalam garis pertahanan pertama melawan patogen karena kemampuannya untuk mengenali pathogen-associated molecular patterns (PAMP). Saat ini telah diidentifikasi 10 TLR pada manusia yaitu TLR1 sampai TLR10. Beberapa TLR sangat spesifik dalam mengenali dan mengikat beberapa ligan tertentu, seperti TLR2 yang secara spesifik mengenali dan berikatan dengan lipoprotein bakteri. Treponema pallidum, adalah agen penyebab sifilis yang membran luarnya berupa lipoprotein sebagai penentu virulensi. Saat T. pallidum masuk kedalam tubuh host maka akan mengekspresikan banyak lipoprotein, kemudian merangsang sel imun bawaan melalui TLR2. Sehingga polimorfisme pada TLR2 diduga dapat merusak respon imun bawaan terhadap lipopeptida dan lipoprotein spirochetal. Suatu penelitian mendapatkan polimorfisme pada gen TLR2 berhubungan dengan penurunan respons terhadap stimulasi lipoprotein T47L dari T. pallidum dan secara signifikan berhubungan dengan neurosifilis dan sifilis okular. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh polimorfisme TLR 2 sebagai faktor risiko kejadian sifilis okular.