Claim Missing Document
Check
Articles

The high homeostatic model assessment of insulin resistance as risk factor for acne vulgaris Praharsini, I Gusti Ayu Agung; Wiraguna, Anak Agung Gde Putra; Nurhadi, Stefani
Bali Dermatology and Venereology Journal Vol 1, No 2 (2018)
Publisher : DiscoverSys Inc

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.207 KB) | DOI: 10.15562/bdv.v1i2.8

Abstract

Background: Acne vulgaris (AV) is a common chronic skin disease involving blockage and or inflammation of pilosebaceous glands which usually affects teenagers and young adults. Elevated sebaceous gland secretion, Propionibacterium acne colonization and inflammation, high androgen effects, and follicular hyperproliferation are the main pathogenic factors of AV. IGF-1 and insulin were studied to stimulate sebaceous lipogenesis. In the skin, besides inducing lipid production in human sebocytes IGF-1 also induces keratinocyte proliferation in vitro and in vivo. HOMA-IR is an examination to determine insulin activity in the basal state.Objective: To prove that high HOMA-IR value is a risk factor for the occurrence of acne vulgaris.Methods: This study is a case control analytic study by comparing HOMA-IR in subjects with AV (case group) and non AV (control group). AV is diagnosed based on clinical predilection. Insulin testing was carried out by the immulite 2000 device through the immunochemiluminescent method.Results: Mean HOMA-IR of case group is 2.63 ± 0.29 meanwhile in the control group was 1.71 ± 0.26 (p <0.001). Subjects with high HOMA-IR had 4.8 times higher risk to experience AV compared to patients with normal HOMA-IR values (p <0.001; 95% IK 2,765-8,332). Conclusion: HOMA-IR values in acne patients were higher than controls. A high HOMA-IR value is an AV risk factor.
The positive correlation between serum malondialdehyde levels with vitiligo severity and activity Praharsini, I Gusti Ayu Agung; Wiraguna, Anak Agung Gde Putra; Batan, Putu Nila Wardhani
Bali Dermatology and Venereology Journal Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : DiscoverSys Inc

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (15.63 KB) | DOI: 10.15562/bdv.v2i1.17

Abstract

Background: There are several theories that suggest melanocyte death in vitiligo, one example is oxidative stress theory. Oxidative stress primarily manifested by lipid peroxidation ultimately produce malondialdehyde. Malondialdehyde is a stable marker to assess an oxidative stress event. The correlation between serum malondialdehyde levels and vitiligo severity and activity remained controversial in previous studies.Objective: This study aimed to verify whether or not the serum MDA levels are positively correlated with vitiligo severity and activity.Methods: This study was an analytical cross-sectional study. which involved 64 subjects with vitiligo and 20 subjects without vitiligo. Serum MDA levels were measured to mark an oxidative stress event, whereas the severity and activity of vitiligo were clinically assessed with vitiligo area severity index (VASI) and vitiligo disease activity (VIDA) scoring system.Results: Total 64 subjects with vitiligo and 20 subjects without vitiligo participated in this study. Serum MDA mean levels of vitiligo subjects were significantly higher compared to subjects without vitiligo (p<0.05). Serum MDA levels had a strong positive correlation with VASI score (r=0.761; p<0.01). The strong positive correlation found between serum MDA levels with vitiligo activity assessed by VASI score in vitiligo subjects (r=0.609; p<0.01), and high serum MDA levels increased the risk for developing vitiligo (PR=7.62; 95% CI: 2.49-23.30; p<0.01). Serum MDA levels influenced vitiligo as much as 10.1%, meanwhile the remaining 89.9% were influenced by other variables apart from high serum MDA levels out of this study (R2=0.101; p<0.05).Conclusion: Serum MDA levels were positively correlated with vitiligo severity and activity, and high serum MDA levels increased the risk of developing vitiligo.
The efficacy of fractional erbium:YAG laser (2940 nm) compared to Microneedling of topical amniotic membrane stem cell conditioned medium (AMSC-CM) for photoaging Cita Rosita Sigit Prakoeswa; Riyana Noor Oktaviyanti; Wisnu Triadi Nugroho; Febrina D Pratiwi; Luh Mas Rusyati; I G A A Praharsini; I G A A Elis Indira
Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology Vol. 15 No. 2 (2021): Indian Journal of Forensic Medicine & Toxicology
Publisher : Institute of Medico-legal Publications Pvt Ltd

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37506/ijfmt.v15i2.14694

Abstract

Background: Photoaging is a complex biologic process that affects various layers of the skin. Amnioticmembrane stem cell conditioned medium (AMSC-CM) that contain growth factors and have capability toimprove clinical picture of photoaged skin. Microneedling and laser devices are transdermal drug deliverymethods which shows promising results to improve photoaging .Objective: To investigate the efficacy of topical AMSC-CM after YAG erbium fractional laser compare tomicroneedling in photoaging.Method :A clinical study, 60 adult women with photoaging. Randomized into two groups A 30 womenreceived AMSC-CM after fractional erbium:YAG laser (2940nm) and group B 30 woman received AMSCCM after microneedling. Both groups received the treatment 3 times with 2 weeks interval. The improvementof pore, wrinkle, and UV spot as was evaluate before, after and post treatment using computer-stimulatedphotograph skin analyzer.Result: The evaluation of pore and UV spot showed greater improvement in the group of AMSC-CM withfractional erbium:YAG laser compare to AMSC-CM with microneedling group (pore p:0,00 and UV spotp:0,00). There was no significant different (p 0.43) of wrinkle improvement between both groups.Conclusion: The combination of AMSC-CM and fractional erbium:YAG laser have better efficacy in theimprovement in photoaged skins.
PROFIL DERMATITIS KONTAK ALERGI DI PUSKESMAS II DENPASAR TIMUR PERIODE JANUARI 2013 SAMPAI DESEMBER 201 IGNA Wisnu Kresnan Dana; IGAA Praharsini
E-Jurnal Medika Udayana Vol 5, No 11 (2016): E-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (387.587 KB)

Abstract

Terdapat peningkatan jumlah kasus dermatitis kontak pada lima tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka prevalensi dan profil penyakit dermatitis kontak alergi di Puskesmas II Denpasar Timur yang dapat menjadi dasar penelitian untuk penelitian selanjutnya. Merupakan study retrospektif yang dilakukan mulai Mei 2014. Data diperoleh dari catatan registrasi dan perawatan di puskesmas kemudian di kelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, pekerjaan, dan lokasi lesi. Analisis dilakukan secara deskriptif dan diolah menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2007 kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Kejadian dermatitis kontak alergi di Puskesmas II Denpasar Timur tersering pada perempuan dengan rentang usia 25 hingga 35 tahun serta lesi terbanyak terdapat pada tangan. Pekerjaan yang paling berisiko adalah wirausaha. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, saran yang dapat disampaikan adalah pengisian catatan register hendaknya lebih lengkap, pemberian edukasi terhadap pasien mengenai pemantauan kesembuhan dari pengobatan yang diberikan, dan pencegahan dermatitis kontak alergi.
PROFIL PASIEN VITILIGO DI POLI KULIT KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH PERIODE 2013 – 2015 Muhammad Hidayatullah Syukri; IGAA Praharsini
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 2 (2021): Vol 10 No 02(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/.MU.2021.V10.i2.P05

Abstract

Vitiligo adalah kelainan kulit yang kronis, ditandai dengan bercak depigmentasi atau hipopigmentasi kulit dan mukosa. Disebabkan oleh berkurangnya jumlah melanosit atau tidak adanya melanosit epidermal pada kulit dan / atau membran mukosa. Rancangan penelitian yang digunakan studi deskriptif cross–sectional (studi prevalensi). Penelitian dilaksanakan di Poli Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah dari periode Januari 2013 sampai dengan Desember 2015. Berdasarkan hasil penelitian selama 3 tahun terakhir didapatkan 31 penderita vitiligo. Jumlah vitiligo yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 58,1% dan berusia lebih dari 41 tahun sebanyak 27,3%. Pasien yang mengalami durasi lesi 1-5 tahun sebanyak 48,4%. Penderita vitiligo yang mengalami lesi pada kepala sebanyak 42,4%. Penderita vitiligo dengan tipe segmental adalah sebanyak 38,7%. Untuk mengetahui proporsi usia, proporsi jenis kelamin, proporsi lokasi lesi, proporsi durasi lesi, dan tipe lesi pada pasien vitiligo. Dari penelitian disimpulkan pasien vitiligo berusia diatas 40 tahun berjenis kelamin laki – laki dengan durasi lesi selama 1 sampai dengan 5 tahun pada daerah kepala dengan tipe vitiligo segmental. Kata kunci: Vitiligo, usia, jenis kelamin, lokasi lesi, durasi lesi.
PREVALENSI PITIRIASIS VERSIKOLOR PADA MURID KELAS IX DI SMPN 4 DENPASAR TAHUN 2017 Putu Raisha Vishkariana Dewi; Luh Made Mas Rusyati; IGAA Praharsini
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 3 (2020): Vol 9 No 03(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i3.P14

Abstract

ABSTRAK Pitiriasis versikolor merupakan penyakit infeksi jamur superfisial kronis pada kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur. Anak umur sekolah menengah pertama (13-15 tahun) beresiko untuk terkena infeksi pitiriasis versikolor mengingat karakteristik anak sekolah menengah pertama sedang mengalami masa pubertas disaat kelenjar sebasca (sebaceous glands) sedang aktif. Hal ini membuat mereka banyak berkeringat sehingga mudah terkena infeksi jamur ini. Infeksi pitiriasis versikolor ini juga didukung oleh kurangnya kebersihan diri. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui prevalensi dari penyakit pitiriasis versikolor pada murid kelas IX di SMPN 4 Denpasar. Diagnosis PV berdasarkan kuesioner, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan KOH 10% di laboratorium mikroskopis RSUP Sanglah. Data diambil dengan kuesioner meliputi frekuensi mandi, mencuci rambut, berganti pakaian, durasi aktivitas fisik dalam seminggu, keadaan lingkungan sekitar dan riwayat keluarga. Prevalensi PV pada murid kelas IX di SMPN 4 Denpasar adalah 41%, dengan sampel terbanyak berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 10 orang (41,67%), dan murid yang mempunyai personal hygiene yang buruk lebih banyak menderita PV (55,5%). Murid penderita PV yang memiliki aktivitas fisik tinggi (56,2%) dan dengan adanya riwayat keluarga positif menderita PV (66,7%). Kata Kunci: Pitiriasis Versikolor, Infeksi Kulit, Jamur
PREVALENSI PITIRIASIS VERSIKOLOR PADA MURID KELAS IX DI SMPN 4 DENPASAR TAHUN 2017 Putu Raisha Vishkariana Dewi; Luh Made Mas Rusyati; IGAA Praharsini
E-Jurnal Medika Udayana Vol 10 No 6 (2021): Vol 10 No 06(2021): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2021.V10.i6.P16

Abstract

Pitiriasis versikolor merupakan penyakit infeksi jamur superfisial kronis pada kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur. Anak umur sekolah menengah pertama (13-15 tahun) beresiko untuk terkena infeksi pitiriasis versikolor mengingat karakteristik anak sekolah menengah pertama sedang mengalami masa pubertas disaat kelenjar sebasca (sebaceous glands) sedang aktif. Hal ini membuat mereka banyak berkeringat sehingga mudah terkena infeksi jamur ini. Infeksi pitiriasis versikolor ini juga didukung oleh kurangnya kebersihan diri. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui prevalensi dari penyakit pitiriasis versikolor pada murid kelas IX di SMPN 4 Denpasar. Diagnosis PV berdasarkan kuesioner, pemeriksaan klinis dan pemeriksaan KOH 10% di laboratorium mikroskopis RSUP Sanglah. Data diambil dengan kuesioner meliputi frekuensi mandi, mencuci rambut, berganti pakaian, durasi aktivitas fisik dalam seminggu, keadaan lingkungan sekitar dan riwayat keluarga. Prevalensi PV pada murid kelas IX di SMPN 4 Denpasar adalah 41%, dengan sampel terbanyak berjenis kelamin laki-laki dengan jumlah 10 orang (41,67%), dan murid yang mempunyai personal hygiene yang buruk lebih banyak menderita PV (55,5%). Murid penderita PV yang memiliki aktivitas fisik tinggi (56,2%) dan dengan adanya riwayat keluarga positif menderita PV (66,7%). Kata Kunci: Pitiriasis Versikolor, Infeksi Kulit, Jamur
PROFIL PENYAKIT SKABIES PADA ANAK-ANAK SMP DI YAYASAN AL ISLAM HIDAYATULLAH KOTA DENPASAR, BALI TAHUN 2014 Putu Nanda Tediantini; IGAA Praharsini
E-Jurnal Medika Udayana Vol 5, No 12 (2016): E-jurnal medika udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (128.346 KB)

Abstract

Skabies adalah penyakit infeksi kulit akibat investasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung oleh tungau dan menyebabkan gatal pada tubuh manusia sehingga bisa berkembang menjadi infeksi sekunder. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui profil penyakit skabies berdasarkan usia, lokasi lesi, tanda lesi, dan perilaku kebersihan diri pada anak-anak SMP di Yayasan Al Islam Hidayatullah Denpasar tahun 2014. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif cross sectional dengan pengambilan data melalui wawancara. Profil penyakit skabies terdapat 7 kasus dari 35 responden. Kasus penyakit skabies terjadi pada anak laki-laki yang berada dalam kisaran umur 10 tahun sampai 13 tahun (20%). Proporsi lokasi lesi paling banyak didapat pada pergelangan tangan 43%, sela-sela jari dan pergelangan tangan 29%, 14% didapat pada sela-sela jari, dan pada kaki 14%. Proporsi tanda lesi paling banyak ditemukan eritema, bula dan krusta 29%, eritema saja 28%, dan 14% eritema, krusta, dan pustula. Proporsi kebersihan diri tiap individu yang pernah kontak dengan penderita penyakit kulit 100%, sedangkan frekuensi mandinya, semua anak (100%) sudah mandi 2 kali dalam sehari.
PROFIL DERAJAT KEPARAHAN KELOID PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN 2015 I Gede Raditya Narayana; I Gusti Agung Ayu Praharsini; Luh Made Mas Rusyati
E-Jurnal Medika Udayana Vol 8 No 1 (2019): Vol 8 No 1 (2019): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.276 KB)

Abstract

Keloid merupakan manifestasi dari penyembuhan luka secara abnormal yang dapat dicegah untuk terjadi. Respon terapi terhadap keloid masih sangat bervariasi dan keloid memiliki kecenderungan untuk membesar kembali tergantung dari derajat keparahannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui derajat keparahan keloid pada mahasiswa yang menderita keloid di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif cross-sectional. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah total sampling. Dalam penelitian ini, responden merupakan 66 orang mahasiswa penderita keloid pada Fakultas Kedokteran Universitas Udayana angkatan 2012, 2013 dan 2014 pada Tahun 2015. Penelitian ini menggunakan kuisioner yang berisi Vancouver Scar Scale yang telah lazim digunakan untuk menilai hasil akhir dari suatu luka. Data yang diperoleh dalam hasil penelitian ini diolah secara deskriptif. Hasil penelitian secara deskriptif menunjukkan bahwa mahasiswa penderita keloid pada Fakultas Kedokteran Universitas Udayana mayoritas menderita keloid derajat ringan menurut Vancouver Scar Scale. Proporsi penderita keloid derajat ringan adalah 37 orang (56,06%), derajat sedang 24 orang (36,36%) dan derajat berat 5 orang (56,06%). Hasil penelitian ini selanjutnya diharapkan dapat menjadi sumber data, pertimbangan dan masukan dalam melakukan penelitian lebih lanjut mengenai epidemiologi dan faktor resiko keloid. Kata kunci: keloid, derajat keparahan, Vancouver Scar Scale
KARAKTERISTIK MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA DENGAN STRIAE DISTENSAE PADA TAHUN 2018 Ni Wayan Evita Pradnya Dharmesti; IGAA. Praharsini; IGAA. Elis Indira
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 2 (2020): Vol 9 No 02(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (484.876 KB) | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i2.P02

Abstract

Angka kejadian striae distensae baik di luar negeri mapun di Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun. Namun, data di Indonesia mengenai karakteristik pasien striae distensae khususnya pada usia dewasa muda di Bali belum banyak dilaporkan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik striae distensae pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada tahun 2018 berdasarkan jenis kelamin, usia, indeks massa tubuh, lingkar pinggang, lingkar lengan, lokasi dan warna striae distensae, dan faktor risiko lain seperti riwayat keluarga dan riwayat pengobatan. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang deskriptif. Subjek penelitian adalah 61 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Data penelitian adalah data primer yang diperoleh dari kuisioner dan pengukuran langsung oleh peneliti. Striae distensae pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana pada tahun 2018 dijumpai lebih banyak pada perempuan (54,1% vs 45,9%) dengan rerata usia 20,6 tahun. Striae distensae lebih banyak ditemukan pada subyek perempuan yang memiliki indeks massa tubuh normal dan subyek laki-laki yang mengalami obesitas tingkat 1, dengan rerata lingkar lengan 27,7 cm pada perempuan serta 31,2 cm pada laki-laki. Rerata lingkar pinggang adalah 77,8 cm pada subyek perempuan dan 88,7 cm pada subyek laki-laki. Striae yang banyak dijumpai adalah striae alba (91%) dengan predileksi tersering yakni gluteus, paha dan betis pada perempuan dan lengan atas, abdomen, dan lumbosakral pada laki-laki. Sebanyak 82% subyek ditemukan memiliki riwayat keluarga striae distensae. Sebagian besar subyek (86,9%) tidak memiliki riwayat mengonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu 1 minggu atau lebih. Kata Kunci: Striae distensae, karakteristik striae distensae, dewasa muda
Co-Authors Agiel Fahlevie Choirunanda Anak Agung Gde Putra Wiraguna Anak Agung Gde Putra Wiraguna Anak Agung Gde Putra Wiraguna Anak Agung Indah Jayanthi Batan, Putu Nila Wardhani Cita Rosita Sigit Prakoeswa Daarshawnee Segar Darmaputra, I Gusti Nyoman Devi, Putu Akopita Elice Wijaya Elis Indira, I Gusti Ayu Agung Febrina D Pratiwi Hasri Dewi Henny Wijaya Hosea, Felicia Emiliana I Dewa Made Rendy Sanjaya I Gde Nengah Adhilaksman I Gde Nengah Adhilaksman Sunyamurti Wirawan I Gede Raditya Narayana I Gusti Ayu Agung Dwi Karmila I Gusti Ayu Agung Elis Indira I Gusti Nyoman Darmaputra I Komang Arimbawa IGNA Wisnu Kresnan Dana Indira, I Gusti Ayu Agung Elis Jihan Prani Wibowo Ketut Kwartantaya Winaya Khathreen, Corry Laksmi, I Gusti Ayu Agung Mini Luh Gede Melia Puspita Sari Luh Made Mas Rusyati Luh Putu Sustiana Kartika Sari Made Wardhana Martalova AJ, Adelia Marvin Giantoro Muhammad Hidayatullah Syukri Ni Kadek Setyawati, Ni Kadek Ni Kadek Yunita Arsita Dewi Ni Luh Putu Ratih Vibriyanti Karna Ni Made Adi Tarini Ni Made Dwi Puspawati Ni Nengah Dwi Fatmawati Ni Wayan Evita Pradnya Dharmesti Nyoman Suryawati Nyoman Yoga Maya Pramita Nyoman Yoga Maya Pramita Pramita, I Gusti Ayu Sattwika Prima Saraswati Sanjiwani Sudarsa Putu Nanda Tediantini Putu Nila Wardhani Batan Putu Nila Wardhani Batan Putu Raisha Vishkariana Dewi Ratih Purnamasari Nukana Ricky Fernando Maharis Rikcy Fernando Maharis Riyana Noor Oktaviyanti Salonika Sutiawan, Indry Setyono, Alfred Stefani Nurhadi Tiara Evangelista Triatmakusuma, Yogi Wicaksono, Rafael Lilik Winaya, Ketut Kwartantaya Wisnu Triadi Nugroho