Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search
Journal : ANTHROPOS: JURNAL ANTROPOLOGI SOSIAL DAN BUDAYA (JOURNAL OF SOCIAL AND CULTURAL ANTHROPOLOGY)

Welas Asih: Konsep Compassion dalam Kehidupan Masyarakat Jawa Dwi Hardani Oktawirawan; Taufik Akbar Rizqi Yunanto
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol 6, No 2 (2021): ANTHROPOS JANUARI
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v6i2.17326

Abstract

Welas asih is a Javanese behavior where one feels the pain of others which then arouse the desire to help. In its application, one can provide help to others even for those who are not relatives. This is inseparable from the various philosophies that exist in Javanese society that make welas asih as a way of life. This paper is made to review the concept of welas asih of the Javanese community which is then juxtaposed with the concept of psychology. The concept of psychology in question is compassion which also refers to the ability of someone to feel the suffering of others and the urge to alleviate or eliminate the suffering. So that an explanation of welas asih of the Javanese people will be revealed in a psychological perspective.
Keseimbangan Peran Purusha dan Pradana: Kajian Teoritis Kesetaraan Gender di Bali Wardani, Kadek Putri Lestari; Yunanto, Taufik Akbar Rizqi
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol 10, No 1 (2024): Juli
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v10i1.55904

Abstract

Perkembangan budaya Bali dilandasi oleh nilai-nilai agama Hindu, yang seharusnya menciptakan keselarasan antara tradisi dan ajaran keagamaan. Kenyataan budaya patriarki di Bali, terutama dalam hal sistem waris dan struktur kekerabatan, menunjukkan ketidaksetaraan gender yang masih berlangsung. Penelitian ini menggunakan metode literature review untuk menggali perbedaan antara ajaran agama Hindu yang menekankan kesetaraan peran antara laki-laki dan perempuan dengan realitas budaya patriarki di Bali. Analisis difokuskan pada aspek hukum waris, peluang karir, partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan akses pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, meskipun ada peningkatan kesetaraan dalam pendidikan, ketidaksetaraan gender masih terasa dalam aspek-aspek lainnya. Perempuan Bali mengalami keterbatasan dalam mengambil bagian dalam pengambilan keputusan, terutama dalam konteks adat istiadat. Pada sektor karir, upah perempuan masih jauh dari setara dengan laki-laki. Kesenjangan ini menciptakan ketidakcocokan antara ajaran agama Hindu yang menegaskan kesetaraan gender dan realitas budaya Bali yang masih dipengaruhi oleh pola pikir patriarki. Penelitian ini menekankan pentingnya perubahan norma-norma budaya Bali untuk sejalan dengan ajaran agama Hindu yang menganjurkan kesetaraan peran antara laki-laki dan perempuan. The development of Bali's culture is grounded in the values of Hinduism, which ideally should create harmony between tradition and religious teachings. The reality of patriarchal culture in Bali, particularly in terms of inheritance systems and kinship structures, indicates gender inequality that still persists. This research employs a literature review method to explore the disparities between Hindu teachings emphasizing gender equality and the patriarchal cultural reality in Bali. The analysis focuses on aspects of inheritance laws, career opportunities, participation in decision-making, and access to education. The research findings indicate that, despite improvements in educational equality, gender disparities are still evident in other aspects. Balinese women face limitations in participating in decision-making, particularly in customary contexts. In the career sector, women's wages still lag far behind those of men. This gap creates a mismatch between Hindu teachings that emphasize gender equality and the cultural reality in Bali that remains influenced by patriarchal attitudes. The study underscores the importance of changing Bali's cultural norms to align with Hindu teachings advocating for gender equality.
Menggali Perspektif Lintas Budaya: Analisis Perbandingan Perilaku Memilah Sampah di Indonesia dan Jerman Marbun, Yovita Ramos; Yunanto, Taufik Akbar Rizqi
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol 9, No 2 (2024): Januari
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v9i2.48970

Abstract

Studi ini menganalisis perbedaan perilaku memilah sampah antara Indonesia dan Jerman menggunakan dimensi budaya Hofstede yaitu jarak kekuasaan, individualisme-kolektivisme, dan penghindaran ketidakpastian. Meskipun telah ada upaya untuk mengelola sampah, penelitian ini membantu menjelaskan mengapa negara berkembang, termasuk Indonesia, menemui tantangan dalam menerapkan perilaku pro-lingkungan, terutama dalam memilah sampah. Kajian literatur digunakan dengan pendekatan psikologi lintas budaya yang merupakan studi perbandingan kritis tentang bagaimana budaya memengaruhi psikologi. Melalui kajian literatur dengan pendekatan psikologi lintas budaya, studi ini membandingkan tentang bagaimana budaya mempengaruhi psikologi. Pada budaya jarak kekuasaan, Indonesia memerlukan teladan dalam implementasi kebijakan lingkungan, sedangkan Jerman memiliki partisipasi masyarakat tinggi dalam pemilahan sampah. Indonesia termasuk kolektivis cenderung memilah sampah bersama dalam komunitas, sementara Jerman yang individualis menekankan tanggung jawab individu. Pada budaya penghindaran ketidakpastian, Indonesia memerlukan standarisasi aturan dan fasilitas bank sampah, sementara Jerman memberlakukan aturan dan sanksi jelas untuk memperkuat perilaku memilah sampah. Kesimpulannya, terdapat perbedaan perilaku memilah sampah antara Indonesia dan Jerman yang terkait faktor kebijakan. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan studi yang lebih eksploratif dan komprehensif dalam setiap dimensi budaya, dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal lainnya.  This study analyzes the differences in waste sorting behavior between Indonesia and Germany using Hofstede's cultural dimensions: power distance, individualism-collectivism, and uncertainty avoidance. Despite efforts to manage waste, this research helps explain why developing countries, including Indonesia, face challenges in implementing pro-environmental behavior, particularly in waste sorting. A literature review is used with a cross-cultural psychology approach, which critically examines how culture influences psychology. Within the power distance culture, Indonesia requires role models in environmental policy implementation, while Germany exhibits high public participation in waste sorting. Indonesia, as a collectivist society, tends to sort waste jointly in communities, whereas Germany, an individualistic society, emphasizes individual responsibility. In the uncertainty avoidance culture, Indonesia needs standardized rules and waste bank facilities, while Germany enforces clear regulations and sanctions to strengthen waste sorting behavior. In conclusion, there are differences in waste sorting behavior between Indonesia and Germany related to policy factors. Also, several efforts can be considered to improve waste sorting behavior in Indonesia. Further research is recommended to conduct more exploratory and comprehensive studies in each cultural dimension, considering other internal and external factors.
Menggali Perspektif Lintas Budaya: Analisis Perbandingan Perilaku Memilah Sampah di Indonesia dan Jerman Marbun, Yovita Ramos; Yunanto, Taufik Akbar Rizqi
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol. 9 No. 2 (2024): Januari
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v9i2.48970

Abstract

Studi ini menganalisis perbedaan perilaku memilah sampah antara Indonesia dan Jerman menggunakan dimensi budaya Hofstede yaitu jarak kekuasaan, individualisme-kolektivisme, dan penghindaran ketidakpastian. Meskipun telah ada upaya untuk mengelola sampah, penelitian ini membantu menjelaskan mengapa negara berkembang, termasuk Indonesia, menemui tantangan dalam menerapkan perilaku pro-lingkungan, terutama dalam memilah sampah. Kajian literatur digunakan dengan pendekatan psikologi lintas budaya yang merupakan studi perbandingan kritis tentang bagaimana budaya memengaruhi psikologi. Melalui kajian literatur dengan pendekatan psikologi lintas budaya, studi ini membandingkan tentang bagaimana budaya mempengaruhi psikologi. Pada budaya jarak kekuasaan, Indonesia memerlukan teladan dalam implementasi kebijakan lingkungan, sedangkan Jerman memiliki partisipasi masyarakat tinggi dalam pemilahan sampah. Indonesia termasuk kolektivis cenderung memilah sampah bersama dalam komunitas, sementara Jerman yang individualis menekankan tanggung jawab individu. Pada budaya penghindaran ketidakpastian, Indonesia memerlukan standarisasi aturan dan fasilitas bank sampah, sementara Jerman memberlakukan aturan dan sanksi jelas untuk memperkuat perilaku memilah sampah. Kesimpulannya, terdapat perbedaan perilaku memilah sampah antara Indonesia dan Jerman yang terkait faktor kebijakan. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan studi yang lebih eksploratif dan komprehensif dalam setiap dimensi budaya, dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal lainnya.  This study analyzes the differences in waste sorting behavior between Indonesia and Germany using Hofstede's cultural dimensions: power distance, individualism-collectivism, and uncertainty avoidance. Despite efforts to manage waste, this research helps explain why developing countries, including Indonesia, face challenges in implementing pro-environmental behavior, particularly in waste sorting. A literature review is used with a cross-cultural psychology approach, which critically examines how culture influences psychology. Within the power distance culture, Indonesia requires role models in environmental policy implementation, while Germany exhibits high public participation in waste sorting. Indonesia, as a collectivist society, tends to sort waste jointly in communities, whereas Germany, an individualistic society, emphasizes individual responsibility. In the uncertainty avoidance culture, Indonesia needs standardized rules and waste bank facilities, while Germany enforces clear regulations and sanctions to strengthen waste sorting behavior. In conclusion, there are differences in waste sorting behavior between Indonesia and Germany related to policy factors. Also, several efforts can be considered to improve waste sorting behavior in Indonesia. Further research is recommended to conduct more exploratory and comprehensive studies in each cultural dimension, considering other internal and external factors.
Keseimbangan Peran Purusha dan Pradana: Kajian Teoritis Kesetaraan Gender di Bali Wardani, Kadek Putri Lestari; Yunanto, Taufik Akbar Rizqi
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol. 10 No. 1 (2024): Juli
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v10i1.55904

Abstract

Perkembangan budaya Bali dilandasi oleh nilai-nilai agama Hindu, yang seharusnya menciptakan keselarasan antara tradisi dan ajaran keagamaan. Kenyataan budaya patriarki di Bali, terutama dalam hal sistem waris dan struktur kekerabatan, menunjukkan ketidaksetaraan gender yang masih berlangsung. Penelitian ini menggunakan metode literature review untuk menggali perbedaan antara ajaran agama Hindu yang menekankan kesetaraan peran antara laki-laki dan perempuan dengan realitas budaya patriarki di Bali. Analisis difokuskan pada aspek hukum waris, peluang karir, partisipasi dalam pengambilan keputusan, dan akses pendidikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, meskipun ada peningkatan kesetaraan dalam pendidikan, ketidaksetaraan gender masih terasa dalam aspek-aspek lainnya. Perempuan Bali mengalami keterbatasan dalam mengambil bagian dalam pengambilan keputusan, terutama dalam konteks adat istiadat. Pada sektor karir, upah perempuan masih jauh dari setara dengan laki-laki. Kesenjangan ini menciptakan ketidakcocokan antara ajaran agama Hindu yang menegaskan kesetaraan gender dan realitas budaya Bali yang masih dipengaruhi oleh pola pikir patriarki. Penelitian ini menekankan pentingnya perubahan norma-norma budaya Bali untuk sejalan dengan ajaran agama Hindu yang menganjurkan kesetaraan peran antara laki-laki dan perempuan. The development of Bali's culture is grounded in the values of Hinduism, which ideally should create harmony between tradition and religious teachings. The reality of patriarchal culture in Bali, particularly in terms of inheritance systems and kinship structures, indicates gender inequality that still persists. This research employs a literature review method to explore the disparities between Hindu teachings emphasizing gender equality and the patriarchal cultural reality in Bali. The analysis focuses on aspects of inheritance laws, career opportunities, participation in decision-making, and access to education. The research findings indicate that, despite improvements in educational equality, gender disparities are still evident in other aspects. Balinese women face limitations in participating in decision-making, particularly in customary contexts. In the career sector, women's wages still lag far behind those of men. This gap creates a mismatch between Hindu teachings that emphasize gender equality and the cultural reality in Bali that remains influenced by patriarchal attitudes. The study underscores the importance of changing Bali's cultural norms to align with Hindu teachings advocating for gender equality.