Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Teknik Surveilens Epidemiologi Dan Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Malaria Aesum, Laela Marjani; Hidayati, Larantika; Pratiwi, Mauditia; Margasira, Natalia Sandra; Visthian, Ni Ketut Dhita
HARAPAN: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Psikologi Vol. 1 No. 1 (2024): Volume 1 Nomor 1 Tahun 2024
Publisher : Alpatih Harapan Semesta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.70115/harapan.v1i1.76

Abstract

Penyakit malaria di Indonesia sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian timur yang merupakan daerah endemis malaria dan masih sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria. Kemudian pada daerah transmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah yang endemis dan tidak endemis malaria merupakan salah satu penyebab kejadian luar biasa penyakit malaria masih tinggi di daerah tersebut. Saat ini upaya pemberantasan penyakit malaria dilakukan melalui pemberantasan vektor  penyebab malaria (nyamuk Anopheles) dan dilanjutkan dengan melakukan pengobatan kepada mereka yang diduga menderita malaria atau pengobatan juga sangat perlu diberikan pada penderita malaria yang terbukti positif secara laboratorium. Dalam hal pemberantasan malaria, selain dengan pengobatan langsung juga sering dilakukan dengan jalan penyemprotan rumah dan lingkungan sekeliling rumah dengan racun serangga, untuk membunuh nyamuk dewasa upaya lain juga dilakukan untuk memberantas larva nyamuk
UJI EFEKTIFITAS EKSTRAK DAUN KARAMUNTING (Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk. TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Candida albicans Mandani, Astia; Sobirin, Miftachul; Dewi, Ni Putu Sinta Puspa; Hidayati, Larantika
Jurnal Borneo Cendekia Vol 7 No 2 (2023): Jurnal Borneo Cendekia
Publisher : STIKES Borneo Cendekia Medika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kandidiasis adalah infeksi jamur yang disebabkan oleh Candida albicans. Candida albicans memiliki sifat oportunistik yaitu menginvasi host saat kondisi imunitas turun. Candida albicans dapat menyebabkan infeksi superficial dan sistemik. Salah satu infeksi yang disebabkan oleh Candida albicans adalah kandidiasis oral dan kandidiasis vaginalis yang dapat menyebabkan penyakit kronis pada host, untuk menghambat pertumbuhan Candida albicans perlu adanya antibiotik. Antibiotik yang umum digunkan pada infeksi Candida albicans yaitu Nystatin, namun akhir-akhir ini banyak jenis antibiotik yang menyebabkan resistensi sehingga perlu adanya alternatif lain. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas antijamur ekstrak etanol 96% daun karamunting (Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk. terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans. Daun karamunting diekstraksi menggunakan maserasi dingin dan metode yang digunakan adalah difusi sumuran. Hasil penelitian menunjukkan zona bening yang terbentuk pada konsenterasi 70 mg/ml sebesar 2.43 mm, konsenterasi 80 mg/ml sebesar 3.25 mm, konsenterasi 90 mg/ml sebesar 2.5 mm, konsenterasi 100 mg/ml sebesar 3.30 mm, kontrol positif sebesar 5.00 mm, dan kontrol negative 0. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dan dianalisis menggunakan uji Kraskul Wallis yaitu nilai sig 0,039 < 0.05 yang artinya H0 ditolak dan Ha diterima. Kata Kunci : Karamunting, Antijamur, Candida albicans, Zona hambat
Evaluation of (Tinomiscium petiolare Hook.F. &Thomson) Extract Ointment on Inflammation and Angiogenesis During Incision Wound Healing Hidayati, Larantika; Romaidha, Iqlila; Wijaya, Anas Fadli; Sucipto, Ade; Laksono, Eko Budi
Indonesian Journal of Global Health Research Vol 7 No 2 (2025): Indonesian Journal of Global Health Research
Publisher : GLOBAL HEALTH SCIENCE GROUP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/ijghr.v7i2.5339

Abstract

Wound incidence remains high worldwide and includes surgical injuries, burns, ulcers and trauma. National reports also show that abrasions and contusions account for more than half of wound complaints. These data indicate a continuing need for effective therapeutic approaches. Wound healing depends on a regulated inflammatory phase and sufficient angiogenesis, and disturbances in these processes can delay tissue repair. Natural compounds with anti-inflammatory and pro-angiogenic activity offer potential support. Tinomiscium petiolare contains flavonoids and alkaloids with documented roles in modulating inflammation and promoting vascular growth. Evidence regarding its effects on incision wounds is limited and requires systematic evaluation. This study aimed to evaluate the wound-healing effects of Tinomiscium petiolare extract ointment by examining inflammatory and angiogenic responses in incision wounds with and without Staphylococcus aureus infection. Twenty-four male Rattus norvegicus were randomized into four groups consisting of non-infected controls, infected controls, extract-treated non-infected rats and extract-treated infected rats. Standardized incision wounds were created, infection was induced in designated groups and the extract ointment was applied to treatment groups. Tissue samples were collected on days 3 and 7 to measure TNF-α expression, macrophage infiltration and blood vessel formation. Statistical analysis included normality testing, variance homogeneity testing and comparative analyses with post-hoc procedures when required. TNF α levels showed no group differences on day 7. Temporal analysis demonstrated significant reductions from day 3 to day 7 in T3 and T4 (p < 0.05). Macrophage infiltration differed among groups (p = 0.044), and post-hoc analysis indicated significantly lower macrophage counts in T4 compared with T1 after Bonferroni correction. Blood vessel density also varied among groups (p = 0.019), and temporal evaluation showed a progressive increase in angiogenesis in T4 from day 3 to day 7, although pairwise comparisons did not reach statistical significance. The extract modulated inflammatory activity and supported angiogenic progression, with the strongest effects in infected wounds treated with the ointment.