Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Morphological Diversity of Local Sorghum Cultivar (Sorghum bicolor) of East Nusa Tenggara, Indonesia Tnunay, Ite Morina Yostianti; Chikmawati, Tatik; Miftahudin, Miftahudin
Biosaintifika: Journal of Biology & Biology Education Vol 11, No 1 (2019): April 2019
Publisher : Department of Biology, Faculty of Mathematics and Sciences, Semarang State University . Ro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (701.916 KB) | DOI: 10.15294/biosaintifika.v11i1.15199

Abstract

Sorghum has great potential to be developed in marginal lands of Indonesia including East Nusa Tenggara. However, the information about sorghum diversity in this area was very limited. This research aimed to describe morphological variation, and assessing the value of genetic diversity based on morphological characters of local sorghum cultivar of East Nusa Tenggara. The exploration and sample collection were conducted in 3 islands, i.e.: Timor, Sumba, and Flores. The observation of morphological characters was based on sorghum descriptor. Morphological character similarities were analyzed using Simple Matching (SM) coefficient, and a dendrogram was constructed using Unweighted Pair Group Method with Arithmetic Average (UPGMA) method. The results showed that 36 accessions of sorghum in East Nusa Tenggara varied in 17 morphological characters. At the similarity coefficients of 48%, all sorghum accessions were separated into 2 groups based on the presence or absence of aleurone layer. Group I consisted of 12 accessions with no aleurone layer, while group II consisted of 24 accessions has aleurone layer. The genetic diversity of sorghum of East Nusa Tenggara is low (I=0.62–0.71 and h=0.37-0.42). The genetic diversity between populations (HT=0.4203) is higher than within populations (HS=0.3961). This study provides the first complete information about sorghum diversity in East Nusa Tenggara that will be useful as basic information for sorghum development in this area in the future.
Perlakuan Sakarifikasi Fisik, Stratifikasi Suhu, H2SO4, dan Giberelin terhadap Pematahan Dormansi dan Perkecambahan Biji Lontar (Borassus flabillifer L.) Tnunay, Ite Morina Yostianti; Hanas, Dicky Frengky; Mata, Meri Helsiana
INDIGENOUS BIOLOGI : JURNAL PENDIDIKAN DAN SAINS BIOLOGI Vol 7 No 1 (2024): INDIGENOUS BIOLOGI : JURNAL PENDIDIKAN DAN SAINS BIOLOGI
Publisher : Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kristen Artha Wacana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33323/indigenous.v7i1.586

Abstract

Lontar termasuk anggota tumbuhan palem-paleman multi fungsi karena hampir seluruh bagiannya telah diketahui dapat dimanfaatkan. Bagi beberapa kelompok etnis masyarakat, tumbuhan ini tergolong sangat penting berdasarkan indeks kepentingan budaya, walaupun begitu pemanfaatan lontar masih mengandalkan tumbuhan yang tumbuh secara alami. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan yang efektif terhadap perkecambahan biji lontar. Metode uji perkecambahan menggunakan perlakuan sakarifikasi, stratifikasi suhu, H2SO4 dan giberelin dengan tiga taraf uji pada setiap perlakuan, menggunakan biji lontar matang fisiologis dengan berat 70-170 g. Perlakuan sakarifikasi meliputi pengurangan sabut benih dengan metode pengamplasan, pembuatan goresan dengan cutter sepanjang punggung benih dan pembuatan goresan di sekitar titik tumbuh benih. Pemberian perlakuan stratifikasi suhu dilakukan dengan merendam benih pada suhu kamar 25°C, 50°C, dan 75°C selama 24 jam dan kemudian dibiarkan dingin. Perendaman benih dengan H2SO4 dilakukan pada tiga konsentrasi berbeda yaitu 25%, 50%, dan 75% selama masing-masing 10 menit. Perendamana dengan giberelin menggunakan tiga konsentrasi yakni 100 ppm, 150 ppm, dan 200 ppm selama 24 jam. Jumlah biji lontar yang berkecambah bervariasi pada tiap perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biji lontar mulai berkecambah pada hari kedua setelah tanam. Presentase perkecambahan tertinggi terdapat pada perlakuan sakarifikasi yakni 32-36%. Sedangkan presentase tertinggi biji yang berkecambah dengan normal terdapat pada perlakuan sakarifikasi yang dilakukan pada sekitar titik tumbuh dan juga pada perlakuan giberelin 100 ppm masing-masing sebesar 24%.
Pembuatan Signboard sebagai Media Edukasi Keanekaragaman Hayati Tumbuhan bagi Masyarakat Pengunjung Hutan Wisata Alam Oeluan, Kefamenanu, NTT Hanas, Dicky Frengky; Tnunay, Ite Morina Yostianti; Mata, Meri Helsiana
Jurnal Abdimas BSI: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 6, No 1 (2023): Februari 2023
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Bina Sarana Informatika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31294/jabdimas.v6i1.14333

Abstract

Hutan wisata alam Oeluan merupakan bagian kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan juga sebagai tempat wisata. Kawasan ini memiliki keanekaragaman tumbuhan yang dapat dijadikan laboratorium alam bagi pengunjung dalam mengenal keanekaragaman hayati tumbuhan. Tujuan dari kegiatan ini yaitu mendata jenis tumbuhan serta membuat dan memasang papan nama tumbuhan (signboard) sebagai sumber informasi keanekaragaman hayati tumbuhan. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu eksplorasi, identifikasi dan sosialisasi. Tahapan pelaksanaan diawali dengan inventarisasi dan identifikasi nama jenis, pembuatan dan pemasangan papan nama tumbuhan serta melakukan evaluasi persepsi pengunjung. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat 22 jenis tumbuhan di sekitar area jelajah hutan wisata alam Oeluan yang dikelompokkan dalam 19 genus dan 14 famili. Evaluasi kegiatan menunjukkan 90,32% pengunjung berpendapat bahwa pemasangan papan nama tumbuhan dapat memberikan informasi terkait jenis tumbuhan sehingga dapat digunakan sebagai media edukasi tentang keanekaragaman hayati tumbuhan. Hasil Kegiatan ini diharapkan dapat menunjang fungsi hutan wisata alam Oeluan sebagai kawasan konservasi dan wisata khusunya wisata edukasi.
ETNOBOTANI TUMBUHAN SEBAGAI BAHAN BANGUNAN RUMAH ADAT SUKU LAETUA, MANLETEN, DAN MANESUNULU DI DESA FATUARUIN KABUPATEN MALAKA NUSA TENGGARA TIMUR Tnunay, Ite Morina Yostianti; Makin, Florian Mayesti Prima R.; Mauk, Monaliva
Biocelebes Vol. 18 No. 1 (2024)
Publisher : Biology Department, Mathematics and natural science, Tadulako University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22487/bioceb.v18i1.16984

Abstract

Etnobotani rumah adat pada Suku Laetua, Manleten, dan Manesenulu merupakan bentuk kearifan lokal yang perlu didokumentasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis tumbuhan dan struktur rumah adat Suku Laetua, Manleten, dan Manesenulu. Metode penelitian yang digunakan berupa observasi, wawancara, dokumentasi, dan identifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Suku Laetua memanfaatkan gewang, pinang, rotan, asam, jati, dan cemara; Suku Manleten menggunakan gewang, pinang, kelapa, rotan, lontar, asam dan jati; serta Suku Manesunulu memakai gewang, rotan, pinang, asam, cemara, jati, dan mahoni sebagai bahan pembuatan rumah adat. Organ tumbuhan yang digunakan berupa batang dan daun yang dimanfaatkan sebagai lantai, tiang utama, tiang sudut, dinding, lantai, dan pengikat. Rumah adat ketiga suku berbentuk persegi dengan atap berbentuk limas.
Isolasi dan Uji Aflatoksin Cendawan Pengkontaminasi Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L.) di Kabupaten Timor Tengah Utara Mauresi, Ria S; Fallo, Gergonius; Tnunay, Ite Morina Yostianti
Journal Science of Biodiversity Vol. 4 No. 1 (2023): April 2023
Publisher : Program Studi Biologi, Universitas Timor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32938/jsb/vol4i1pp30-36

Abstract

Kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu produk unggulan pertanian di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) yang seringkali terkontaminasi cendawan dan mengakibatkan pembusukan hingga memproduksi aflatoksin. Tujuan penelitian yaitu mengisolasi, mengidentifikasi dan mengetahui kandungan aflatoksin cendawan pengkontaminasi kacang merah. Penelitian diawali dengan pengambilan sampel kacang merah di Desa Suanae dan Desa Noepesu secara random sebanyak 1 kg dengan lamanya penyimpanan 3-4 bulan. Kacang merah yang bergejala ditumbuhkan pada media PDA dengan metode penanaman langsung. Cendawan diidentifikasi secara makroskopis dan mikroskopis, sedangkan uji aflatoksin menggunakan metode TLC. Hasil isolasi didapatkan dua isolat cendawan yaitu isolat SBP dan isolat NK. Isolat SBP memiliki karakter makroskopis yaitu warna koloni hijau, permukaan cokelat kehijauan dengan diameter pertumbuhan koloni 5,1-7,0 mm, sedangkan isolat NK warna miselium hijau muda dengan diameter koloni 1,1-1,5 mm. Kedua isolat secara mikroskopis memiliki bentuk spora oval, warna spora hitam kecoklatan dan hitam, memiliki konidia berbentuk bulat serta konidiafor tegak. Kedua isolat diduga Aspergillus sp. Hasil uji aflatoksin total yaitu B1 : <3.01 µg/Kg, B2 : <3.50 µg/Kg, G1 : <0.54 µg/Kg, dan G2 : <1.0 µg/Kg. Kadar aflatoksin total hasilnya di bawah batas regulasi Standar Nasional Indonesia (<5 µg/Kg).
ETNOBOTANI PEKARANGAN RUMAH DAN KEBUN SUKU BINAISURI DESA TUNABESI KABUPATEN MALAKA Tnunay, Ite Morina Yostianti
Journal Science of Biodiversity Vol. 5 No. 2 (2024): Oktober
Publisher : Program Studi Biologi, Universitas Timor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32938/jsb/vol5i2pp60-64

Abstract

Etnobotani merupakan cabang ilmu biologi yang mengkaji berbagai manfaat tumbuhan berdasarkan kearifan-kearifan lokal yang dimiliki suatu komunitas masyarakat. Pekarangan digambarkan sebagai sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu dimana, terdapat bangunan untuk tempat tinggal atau rumah serta mempunyai hubungan fungsional, baik secara ekonomi, biofisik, maupun sosial budaya dengan penghuninya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis tumbuhan, bentuk pemanfaatan tumbuhan serta nilai budaya tumbuhan yang ditanam dipekarangan rumah dan kebun Suku Binaisuri. Tahapan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan identifikasi tumbuhan.
PENGARUH POLYETHYLENE GLYCOL 6000 TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF KULTIVAR SORGUM LOKAL (Sorghum bicolor (L.) Moench) DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA Tnunay, Ite Morina Yostianti
Journal Science of Biodiversity Vol. 5 No. 2 (2024): Oktober
Publisher : Program Studi Biologi, Universitas Timor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32938/jsb/vol5i2pp65-72

Abstract

Produksi tanaman sorgum masih rendah sehingga diperlukan analisis kemampuan sorgum terhadap cekaman kekeringan salah satunya melalui pemberian Polyethylene Glycol 6000 (PEG 6000). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh PEG 6000 terhadap pertumbuhan vegetatif beberapa kultivar sorgum lokal di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan faktor perlakuan berupa konsentrasi larutan PEG 0% (P0), 10% (P1), dan 20% (P2) dan jenis kultivar sorgum lokal putih (V1) dan hitam (V2). Karakter vegetatif yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang yang diukur satu minggu setelah tanam (MST). Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa tinggi tanaman terbesar pada 10MST dijumpai pada P0V1 yaitu 241 cm dan yang paling rendah pada P2V1 yaitu 130 cm. Jumlah daun terbanyak pada 10MST dijumpai pada P0V1 dan P0V2 yaitu sebanyak 28 helai dan paling sedikit pada P2V2 yaitu 10 helai. Diameter batang tertinggi pada 10MST ditemukan pada P0V1 sebesar 23.6 cm dan terendah ditemukan pada P2V1 dan P2V2 sebesar 12.4 cm. Pemberian perlakuan P1 dan P2 menyebabkan lebih rendahnya tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang sorgum jika dibandingkan dengan P0.
ETNOBOTANI PEKARANGAN RUMAH DAN KEBUN SUKU BINAISURI DESA TUNABESI KABUPATEN MALAKA Tnunay, Ite Morina Yostianti
Journal Science of Biodiversity Vol. 5 No. 2 (2024): Oktober
Publisher : Program Studi Biologi, Universitas Timor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32938/jsb/vol5i2pp60-64

Abstract

Etnobotani merupakan cabang ilmu biologi yang mengkaji berbagai manfaat tumbuhan berdasarkan kearifan-kearifan lokal yang dimiliki suatu komunitas masyarakat. Pekarangan digambarkan sebagai sebidang tanah yang mempunyai batas-batas tertentu dimana, terdapat bangunan untuk tempat tinggal atau rumah serta mempunyai hubungan fungsional, baik secara ekonomi, biofisik, maupun sosial budaya dengan penghuninya. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis tumbuhan, bentuk pemanfaatan tumbuhan serta nilai budaya tumbuhan yang ditanam dipekarangan rumah dan kebun Suku Binaisuri. Tahapan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi dan identifikasi tumbuhan.
PENGARUH POLYETHYLENE GLYCOL 6000 TERHADAP PERTUMBUHAN VEGETATIF KULTIVAR SORGUM LOKAL (Sorghum bicolor (L.) Moench) DI KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA Tnunay, Ite Morina Yostianti
Journal Science of Biodiversity Vol. 5 No. 2 (2024): Oktober
Publisher : Program Studi Biologi, Universitas Timor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32938/jsb/vol5i2pp65-72

Abstract

Produksi tanaman sorgum masih rendah sehingga diperlukan analisis kemampuan sorgum terhadap cekaman kekeringan salah satunya melalui pemberian Polyethylene Glycol 6000 (PEG 6000). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh PEG 6000 terhadap pertumbuhan vegetatif beberapa kultivar sorgum lokal di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan faktor perlakuan berupa konsentrasi larutan PEG 0% (P0), 10% (P1), dan 20% (P2) dan jenis kultivar sorgum lokal putih (V1) dan hitam (V2). Karakter vegetatif yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang yang diukur satu minggu setelah tanam (MST). Hasil penelitian menunjukan bahwa bahwa tinggi tanaman terbesar pada 10MST dijumpai pada P0V1 yaitu 241 cm dan yang paling rendah pada P2V1 yaitu 130 cm. Jumlah daun terbanyak pada 10MST dijumpai pada P0V1 dan P0V2 yaitu sebanyak 28 helai dan paling sedikit pada P2V2 yaitu 10 helai. Diameter batang tertinggi pada 10MST ditemukan pada P0V1 sebesar 23.6 cm dan terendah ditemukan pada P2V1 dan P2V2 sebesar 12.4 cm. Pemberian perlakuan P1 dan P2 menyebabkan lebih rendahnya tinggi tanaman, jumlah daun, dan diameter batang sorgum jika dibandingkan dengan P0.
Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dan Cara Pengaplikasian pada Tanaman Budidaya Mata, Meri Helsiana; Tefa, Anna; Tnunay, Ite Morina Yostianti; Hanas, Dicky Frengky; Nalle, Mardit Nikodemus
ABDI UNISAP: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 2 (2023): ABDI UNISAP: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : UPT Publikasi dan Penerbitan Universitas San Pedro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59632/abdiunisap.v1i2.199

Abstract

Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan bagi masyarakat tentang pemanfaatan limbah rumah tangga dan hijauan dalam bentuk pelatihan pembuatan serta pengaplikasian pupuk organik cair dengan bahan limbah rumah tangga. Pemahaman ini sangat diperlukan guna meminimalisir penggunaan pupuk anorganik yang kurang ramah lingkungan dan penggunaan bahan organik dalam usaha pertanian guna meningkatkan mutu hasil pertanian. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini meliputi ceramah, diskusi dan pelatihan. Tahapan kegiatan ini meliputi koordinasi, persiapan alat bahan, penyampaian proses pembuatan POC bagi para peserta pengabdian dan pengaplikasian hasil pembuatan POC pada tanaman pertanian. Adapun hasil kegiatan pengabdian pada masyarakat ini yaitu adanya tambahan wawasan dan pengetahuan masyarakat dalam pembuatan pupuk organik cair serta tambahan pengalaman dan peningkatan keterampilan dalam pembuatan pupuk organik cair. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini sudah dilaksanakan dengan baik dengan harapan kegiatan ini tidak berhenti hanya pada saat kegiatan ini saja tetapi, dapat di dilakukan terus-menerus secara berkelanjutan dengan menyesuaikan kebaruan dan perkembangan teknik-teknik pembuatan pupuk organik melalui kegiatan pelatihan dan pendampingan.