Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Adverse Childhood Experiences and Trends of Deliberate Self-Harm in Indonesian Adolescents Rawit, Devi Angelina Taminey; Tatipikalawan, Firens Victor; Christabela, Verina; Juniarta, Juniarta; Barus, Novita Susilawati
Psychiatry Nursing Journal (Jurnal Keperawatan Jiwa) Vol. 6 No. 1 (2024): March 2024
Publisher : Universitas Airlangga

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/pnj.v6i1.52698

Abstract

Introduction: Deliberate self-harm (DSH) refers to a purposeful and intentional act of self-injury that individuals engage in as a means to regulate their emotions. This phenomenon is frequently observed throughout the period of adolescence, characterized by the onset of both physical and psychological transformations. There are multiple factors that contribute to the emergence of deliberate self-harm (DSH), with Adverse Childhood Experiences (ACEs) being one of them. Method: The primary objective of this study was to examine the correlation between adverse childhood experiences (ACEs) and the inclination towards deliberate self-harm (DSH) among adolescents in Indonesia. Results: The study employed a correlational quantitative methodology, and a accidental sampling was used to recruit 397 adolescent participants from Indonesia. The instruments employed in this study included the Indonesian version of the Adverse Childhood Experience Questionnaire (ACE.Q) with a Cronbach Alpha coefficient of 0.817, and the Deliberate Self-Harm Inventory (DSHI) with a Cronbach Alpha coefficient of 0.769. The data was analyzed to analysis using descriptive statistics and the Chi Square correlation test. The results of the study revealed a statistically significant association between Adverse Childhood Experiences (ACEs) and deliberate self-harm (DSH), with a p-value of 0.001. Conclusions: Further investigation aims to reveal additional variables that lead to the initiation of deliberate self-harm (DSH) and other adverse childhood experiences (ACE)-related problems. Parents, educational institutions, government entities, child protection organizations, and medical professionals are obligated to consistently comply with child safety legislation and guidelines.
HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEPERAWATAN TINGKAT DUA DI SALAH SATU UNIVERSITAS SWASTA INDONESIA [THE CORRELATION BETWEEN MOTIVATION TO PURSUE A NURSING CAREER AND THE LEARNING ACHIEVEMENT OF SECOND-YEAR NURSING STUDENTS AT A PRIVATE UNIVERSITY IN INDONESIA] Paula, Veronica; Barus, Novita Susilawati; Naibaho, Juliati; Ortu, Juniarti; Mbolik, Mafalda
Nursing Current: Jurnal Keperawatan Vol 12, No 1 (2024): June
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/nc.v12i1.8298

Abstract

Becoming a nursing student requires strong motivation to ensure maximum learning outcomes, as the nursing profession involves managing disease conditions and dealing with people's lives.  Maximum learning achievement reflects a competent nurse who has the ability to meet patient needs and provide high-quality, satisfactory health services. Motivation encourages students to achieve their goals, and one impact of motivation on nursing students is that the higher the motivation to become a nurse, the greater the achievement they will attain. The purpose of this study was to find out the relationship between the motivation to become a nurse and the learning performance of a student of a nursing faculty in a private University in Indonesia. The data collection technique is total sampling with a sample of 295 respondents.  The research instrument used a motivation questionnaire to become a nurse and a learning achievement questionnaire. Data were analyzed using univariate and bivariate assays with the Spearman rho correlation test. The results showed that there was no relationship between motivation to become a nurse and learning achievement (p-value: 0,091) with the value of the correlation coefficient -.0.099. Researchers can then look at other factors that affect learning performance such as interests, talents, memory, physical condition, gender, learning process, environment, support from loved ones, and others.BAHASA INDONESIA Menjadi mahasiswa perawat perlu memiliki motivasi yang tinggi untuk menjadi seorang perawat guna mencapai prestasi belajar yang maksimal, mengingat profesi keperawatan ialah profesi yang menyangkut kondisi penyakit bahkan nyawa seseorang. Prestasi belajar yang maksimal mencerminkan perawat yang berkompeten yang mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pasien serta memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan dan berkualitas. Motivasi sendiri akan mendorong mahasiswa dalam mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai, salah satu dampak motivasi pada mahasiswa keperawatan adalah semakin tinggi motivasi menjadi perawat semakin tinggi prestasi yang akan diraih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi menjadi perawat dengan prestasi belajar mahasiswa fakultas keperawatan di salah satu universitas bagian barat. Teknik pengumpulan data adalah total sampling dengan instrumen penelitian yaitu angket motivasi untuk menjadi perawat dan angket prestasi belajar. Data dianalisis menggunakan uji univariat dan bivariat dengan uji korelasi rho Spearman.Hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara motivasi menjadi perawat dengan prestasi belajar (nilai-p: 0,091). Peneliti selanjutnya dapat melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja belajar seperti minat, bakat, memori, kondisi fisik, jenis kelamin, proses belajar, lingkungan, dukungan dari orang yang dicintai, dan lain-lain.
DETEKSI DAN EDUKASI KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN PADA JEMAAT IHOP MANGGA BESAR JAKARTA Sihombing, Yulia; Manik, Marisa Junianti; Ingrit, Belet Lydia; Sihaloho, Shinta Marina Josephina; Barus, Novita Susilawati
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 6 (2023): INOVASI PERGURUAN TINGGI & PERAN DUNIA INDUSTRI DALAM PENGUATAN EKOSISTEM DIGITAL & EK
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37695/pkmcsr.v6i0.1934

Abstract

Latar Belakang: Pola makan masyarakat kota yang lebih banyak mengonsumsi makanan impor dan olahan, perilaku sedentary, pola kehidupan perkotaan seperti pemukiman kumuh dan kualitas lingkungan yang rendah, serta meningkatnya polusi, berkontribusi terhadap gangguan kesehatan pada masyarakat perkotaan, termasuk penyakit tidak menular (PTM). Upaya preventif mengacu pada tindakan mencegah terjadinya penyakit antara lain melalui deteksi dini dan edukasi kesehatan. Salah satu target masyarakat yang dapat dijangkau adalah melalui kegiatan yang diselenggarakan oleh gereja. Tujuan: Melakukan upaya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat melalui tindakan preventif yakni deteksi dini dengan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan tekanan darah, tinggi badan, pemeriksaan glukosa, kolesterol dan asam urat) dan edukasi kesehatan. Metode: Deteksi dini dilakukan melalui pemeriksaan, dan edukasi kesehatan diberikan berdasarkan hasil pemeriksaan. Hasil: Pemeriksaan kesehatan terhadap total 70 orang peserta menunjukkan bahwa peserta paling banyak adalah laki-laki (54,3%), kategori usia terbanyak adalah lanjut usia (41,1%) dan risiko masalah kesehatan yang didapatkan adalah 35,7% peserta mengalami peningkatan tekanan darah; 51,4% mengalami peningkatan berat badan dan 11,4 % peserta memiliki berat badan kurang dari ideal, 2,9% memiliki kadar gula darah rendah dan 4,3% kadar gula darah meningkat, 27,1% kadar kolesterol meningkat dan 8,6% kadar asam urat meningkat. Tiga diagnosis medis terbanyak adalah dispepsia (18,6%), hipertensi (14,3%) dan hiperkolesterolemia (11,4%) Diskusi: Tantangan masalah kesehatan di masyarakat perkotaan membutuhkan penanganan preventif bersifat multisektoral dan berkelanjutan mengingat pola makan dan aktivitas fisik dipengaruhi oleh berbagai faktor. Kesimpulan: Peserta jemaat Gereja IHOP memiliki risiko masalah kesehatan yang membutuhkan pemantauan dan penanganan secara berkelanjutan.
HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA FAKULTAS KEPERAWATAN TINGKAT DUA DI SALAH SATU UNIVERSITAS SWASTA INDONESIA [THE CORRELATION BETWEEN MOTIVATION TO PURSUE A NURSING CAREER AND THE LEARNING ACHIEVEMENT OF SECOND-YEAR NURSING STUDENTS AT A PRIVATE UNIVERSITY IN INDONESIA] Paula, Veronica; Barus, Novita Susilawati; Naibaho, Juliati; Ortu, Juniarti; Mbolik, Mafalda
Nursing Current: Jurnal Keperawatan Vol. 12 No. 1 (2024): June
Publisher : Universitas Pelita Harapan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19166/nc.v12i1.8298

Abstract

Becoming a nursing student requires strong motivation to ensure maximum learning outcomes, as the nursing profession involves managing disease conditions and dealing with people's lives.  Maximum learning achievement reflects a competent nurse who has the ability to meet patient needs and provide high-quality, satisfactory health services. Motivation encourages students to achieve their goals, and one impact of motivation on nursing students is that the higher the motivation to become a nurse, the greater the achievement they will attain. The purpose of this study was to find out the relationship between the motivation to become a nurse and the learning performance of a student of a nursing faculty in a private University in Indonesia. The data collection technique is total sampling with a sample of 295 respondents.  The research instrument used a motivation questionnaire to become a nurse and a learning achievement questionnaire. Data were analyzed using univariate and bivariate assays with the Spearman rho correlation test. The results showed that there was no relationship between motivation to become a nurse and learning achievement (p-value: 0,091) with the value of the correlation coefficient -.0.099. Researchers can then look at other factors that affect learning performance such as interests, talents, memory, physical condition, gender, learning process, environment, support from loved ones, and others.BAHASA INDONESIA Menjadi mahasiswa perawat perlu memiliki motivasi yang tinggi untuk menjadi seorang perawat guna mencapai prestasi belajar yang maksimal, mengingat profesi keperawatan ialah profesi yang menyangkut kondisi penyakit bahkan nyawa seseorang. Prestasi belajar yang maksimal mencerminkan perawat yang berkompeten yang mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pasien serta memberikan pelayanan kesehatan yang memuaskan dan berkualitas. Motivasi sendiri akan mendorong mahasiswa dalam mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai, salah satu dampak motivasi pada mahasiswa keperawatan adalah semakin tinggi motivasi menjadi perawat semakin tinggi prestasi yang akan diraih. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi menjadi perawat dengan prestasi belajar mahasiswa fakultas keperawatan di salah satu universitas bagian barat. Teknik pengumpulan data adalah total sampling dengan instrumen penelitian yaitu angket motivasi untuk menjadi perawat dan angket prestasi belajar. Data dianalisis menggunakan uji univariat dan bivariat dengan uji korelasi rho Spearman.Hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada hubungan antara motivasi menjadi perawat dengan prestasi belajar (nilai-p: 0,091). Peneliti selanjutnya dapat melihat faktor-faktor lain yang mempengaruhi kinerja belajar seperti minat, bakat, memori, kondisi fisik, jenis kelamin, proses belajar, lingkungan, dukungan dari orang yang dicintai, dan lain-lain.
SELF ASSESSMENT PERAWAT TERHADAP PENERAPAN PATIENT SAFETY Modok, Jingga Melani; Wattilah, Klaudia; Wairissal, Letisya Cecilia; Pangkey, Ballsy C.A; Barus, Novita Susilawati
Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Vol 17, No 1 (2025): Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan
Publisher : STIKES 'Aisyiyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36729/bi.v17i1.1365

Abstract

Latar Belakang: Patient safety wajib diterapkan di rumah sakit untuk meminimalkan terjadinya insiden. Dalam menerapkan patient safety dibutuhkan kepatuhan dalam menerapkannya. Karena jika tidak, maka dapat menimbulkan insiden keselamatan pasien yang berdampak buruk bagi pasien. Self assessment dibutuhkan perawat untuk menilai diri sendiri mengenai penerapan patient safety disetiap pelayanan kesehatan. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran self assessment perawat terhadap penerapan patient safety di Indonesia. Metode: Jenis penelitian kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Populasi dari penelitian ini adalah perawat diseluruh Indonesia dengan jumlah sampel 98 perawat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari - Mei 2025. Instrumen dari penelitian ini menggunakan kuesioner Patient Safety in Nursing Education Questionnaire (PaSNEQ). Analisia data yang digunakan yaitu analisa data univariat. Hasil: self assessment perawat terhadap penerapan patient safety berada pada kategori sangat baik yaitu pada kategori pengetahuan sebanyak 59 perawat (60.1%), kategori keterampilan sebanyak 50 perawat (51.0%) dan sikap sebanyak 59 perawat (60.1%). Saran: Diharapkan bagi semua perawat terus melakukan self assessment mengenai patient safety untuk meningkatkan perawatan yang berkualitas bagi pasien. Kata Kunci: Patient safety, Penerapan, Perawat, Self ssessment
Association Between Emotional Regulation and Internet Addiction in Nursing Students Ketty, Ayu Julea; Djami, Jenny Deventi Kore; Tonael, Merci Theresiani Febrianti; Florensa, Maria Veronika Ayu; Barus, Novita Susilawati
Indonesian Journal of Global Health Research Vol 6 No 6 (2024): Indonesian Journal of Global Health Research
Publisher : GLOBAL HEALTH SCIENCE GROUP

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37287/ijghr.v6i6.3491

Abstract

The use of the internet in higher education is very helpful for the learning process, including for nursing students. The use of the internet has increased since the Covid-19 pandemic provides both benefits and risks for students. Excessive internet use can have an impact on an individual's emotions. Objectives: This study aimed to identify the association between emotional regulation and internet addiction in nursing students. Method: the quantitative correlational design was used in this study. About 279 nursing students were obtained using the purposive sampling technique. Emotion Regulation Questionnaire (cronbach α for the suppression category 0.707 and 0.761 the reappraisal category) and Internet Addiction Test questionnaire (cronbach α 0.895)was used in study. The data were analyzed by univariate and Spearman rank-order bivariate analysis. Results: The nursing students tended to use cognitive appraisal (95.3%) and expressive suppression (87.1%) as a strategy of emotional regulation. The level of internet addiction of the students was mild (40.1%), moderate (29%) and severe (2.5%). There is no relationship between emotion regulation and internet addiction of nursing students (cognitive appraisal p=0.882; expressive suppression p=0.617). Even though the students were in mild internet addiction, they could regulate their emotion well. Conclusions Emotion regulation is not the only thing that can cause internet addiction. The ability to early recognize the symptoms of internet addiction is needed to prevent the condition becoming severe. 
DETEKSI DINI DAN EDUKASI KESEHATAN PADA JEMAAT IHOP MANGGA BESAR JAKARTA Gultom, Eva Chris Veronica; Manik, Marisa Junianti; Ingrit, Belet Lydia; S, Yulia; Marulianna Sit, Fiolenty Bertina; Sihaloho, Shinta Marina Josephina Putri; Barus, Novita Susilawati
Prosiding Konferensi Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat dan Corporate Social Responsibility (PKM-CSR) Vol 7 (2024): PKMCSR2024: Kolaborasi Hexahelix dalam Optimalisasi Potensi Pariwisata di Indonesia: A
Publisher : Asosiasi Sinergi Pengabdi dan Pemberdaya Indonesia (ASPPI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37695/pkmcsr.v7i0.2287

Abstract

Preventif merupakan salah satu upaya meningkatkan status kesehatan masyarakat. Usaha pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan deteksi dini dan upaya edukasi kesehatan ke masyarakat (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2022). Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Kesehatan masyarakat dapat dilakukan di berbagai lini masyarakat (World Health Organization, 2023. Kegiatan dilakukan pada hari Sabtu, 25 November 2023 pukul 09.00 WIB, dan berlangsung di Gereja IHOP Jalan Mangga Besar Raya Jakarta Barat, dengan target peserta yakni jemaat gereja IHOP dan warga disekitar gereja. Peserta yang hadir sebanyak 90 orang. Distribusi karateristik peserta paling banyak peserta berusia ≥ 46-59 tahun (pre lanjut usia) sebanyak 38.89%, dan peserta terbanyak dengan jenis kelamin perempuan 58.89%. Hasil menunjukkan sebagian besar peserta IMT dengan kategori normal. Selain itu, paling banyak peserta memiliki hipertensi, asam urat normal pada perempuan dan laki-laki. Hasil lain menunjukkan sebagian besar peserta memiliki nilai total kolesterol dalam kategori borderline. Adanya nilai tinggi pada beberapa hasil pengukuran diharapkan peserta dapat mengatur gaya hidup dan pola makan untuk menghindari terjadinya penyakit kardiovaskular.