Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

Peran dari Biopsi Miokard: Review dari Sudut Pandang Kardiologis Laksono, Sidhi; Nurusshofa, Zahra; Hosea, Grace Trifena
UMI Medical Journal Vol 9 No 1 (2024): UMI Medical Journal
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33096/umj.v9i1.258

Abstract

Latar Belakang: Endomyocardium biopsy (EMB) merupakan salah satu modalitas diagnosis invasif yang kontroversial dan sudah mulai berkurang karena teknologi pencitraan semakin berkembang dan bisa digunakan untuk mendiagnosis penyakit jantung lain tanpa melakukan prosedur invasif. Studi ini bertujuan untuk membahas perkembangan dan peran dari EMB sebagai modalitas diagnostik. Isi: EMB sering digunakan untuk menilai penolakan transplantasi jantung dan mendiagnosis penyakit kardiomiopati inflamatorik dan infiltratif. Akses melalui arteri radialis pada EMB ventrikel kiri berhubungan dengan komplikasi vaskular yang lebih rendah. Vena jugularis interna umum digunakan untuk EMB ventrikel kanan pada pasien transplantasi jantung, sedangkan vena femoralis kanan untuk pasien yang tidak menjalani transplantasi. Prosedur EMB memiliki komplikasi aritmia, abnormalitas konduksi, kerusakan katup, emboli, perforasi, dan kematian dan komplikasi tersebut sangat bergantung terhadap pengalaman operator. Kesimpulan: EMB sebagai alat diagnosis dapat digunakan terutama saat alat diagnosa lainnya tidak memadai untuk menegakkan diagnosa dan juga untuk memonitor reaksi penolakan transplantasi jantung. Untuk meminimalisir trauma dan meningkatkan akurasi, dikembangkan alat mikro biopsi yang sampai sejauh ini masih di uji coba kepada hewan.
Difficulties Differentiating Between Basal Cell Carcinoma and Trichoepithelioma: A Case Report Nurusshofa, Zahra; irena ujianti
Sanus Medical Journal Vol. 2 No. 2 (2021)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA Press)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/sanus.v2i2.7371

Abstract

Background. Basal cell carcinoma (BCC) is the most common type of malignant skin tumor with basal cell differentiation. Trichoepithelioma (TE), however, is a rare benign skin tumor with follicular differentiation. Both types of tumor have commonalities in terms of clinical and histopathological features. Some cases, in fact, require ancillary studies to distinguish between the two. Confusing the two tumors may result in different future outcomes for the patient, due to their vastly different prognoses and treatments. This case report outlines two different cases, and discusses how to distinguish between the two types of tumor without the use of an ancillary study.Method. We examined the cases of one patient with basal cell carcinoma and one patient with trichoepithelioma, comparing their clinical manifestations and characteristic histological features.Results. Trichoepithelioma and BCC share several overlapping histopathological features. Trichoepithelioma and BCC share several overlapping histopathological features. The TE in this case report also exhibited a nodular pattern, connection to the epidermis, stromal cleft, and prominent nuclear palisading, which are more commonly found in BCC. However, scanty mitotic activity, the presence of non-atypia cells, and symmetry of the lesion, are favor TE.Conclusion. Differentiation between BCC and TE is only possible using cytomorphological assessment with a high-power field of view.
Hubungan Tingginya Nilai ANC (Absolute Neutrophil Count) dengan Kejadian Apendisitis Akut dan Perforasi di RS Islam Jakarta Pondok Kopi Pada Tahun 2018-2020 Amalia, Amirah; Hasan, Fahad; Wahyuni, Ira; El Anshori, Mohamad Riza; Nurusshofa, Zahra
Sanus Medical Journal Vol. 5 No. 1 (2023)
Publisher : Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA Press)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22236/sanus.v5i1.10715

Abstract

Apendisitis adalah kejadian peradangan pada apendiks vermiformis. Penelitian ini melihat hubungan antara tingginya nilai Absolute Neutrophil Count (ANC) dengan kejadian apendisitis akut dan perforasi. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingginya nilai ANC dengan kejadian apendisitis akut dan perforasi dengan nilai p value sebesar 0.000. Juga ditemukan cut off nilai ANC antara apendisitis akut dan perforasi sebesar 9053 sel/µL dengan sensitivitas sebesar 100% dan spesifisitas sebesar 72,6%. Hasil penelitian menyarankan bahwa penghitungan nilai ANC dapat digunakan sebagai pemeriksaan alternatif untuk penegakan diagnosis apendisitis, namun tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya tolak ukur untuk membedakan antara diagnosis apendisitis akut dan perforasi.
Edukasi Kader Puskesmas dalam Deteksi Dini Penyakit Jantung Koroner Purwowiyoto, Sidhi Laksono; Stujanna, Endin Nokik; Nurusshofa, Zahra; Permatasari, Tiara; Hayati, Siti Lawuny
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 7 No. 1 (2025): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/jsi.v7i01.232

Abstract

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu spektrum penyakit jantung yang paling umum di dunia, dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Pada tahun 2020, PJK diperkirakan menjadi penyebab utama kematian global, menyumbang 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lipat dibandingkan kematian akibat kanker. Di Indonesia, PJK (yang termasuk dalam kategori penyakit sistem sirkulasi) tercatat sebagai penyebab utama kematian, dengan angka 26,4%, atau empat kali lebih tinggi dibandingkan kematian akibat kanker yang hanya sebesar 6%. Dengan demikian, sekitar satu dari empat kematian di Indonesia disebabkan oleh PJKKader puskesmas berfungsi sebagai perpanjangan puskesmas dalam menjangkau dan melayani masyarakat di area kerjanya. Berdasarkan permasalahan ini, kegiatan pengabdian masyarakat bertujuan memberikan edukasi kepada kader puskesmas tentang deteksi dini, pencegahan PJK, dan faktor risikonya. Dengan demikian, kader diharapkan dapat mengedukasi masyarakat dan mendorong mereka untuk melakukan deteksi dini serta pencegahan PJK guna mengurangi angka kematian akibat penyakit ini. Setelah pelaksanaan edukasi, terjadi peningkatan pengetahuan kader tentang PJK, yang terlihat dari kenaikan nilai pretest ke post-test sebesar 19,3%.
Edukasi Kader Puskesmas dalam Deteksi Dini Penyakit Jantung Koroner Purwowiyoto, Sidhi Laksono; Stujanna, Endin Nokik; Nurusshofa, Zahra; Permatasari, Tiara; Hayati, Siti Lawuny
Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO) Vol. 7 No. 1 (2025): Jurnal Sehat Indonesia (JUSINDO)
Publisher : CV. Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/jsi.v7i01.232

Abstract

Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu spektrum penyakit jantung yang paling umum di dunia, dengan tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Pada tahun 2020, PJK diperkirakan menjadi penyebab utama kematian global, menyumbang 36% dari seluruh kematian, angka ini dua kali lipat dibandingkan kematian akibat kanker. Di Indonesia, PJK (yang termasuk dalam kategori penyakit sistem sirkulasi) tercatat sebagai penyebab utama kematian, dengan angka 26,4%, atau empat kali lebih tinggi dibandingkan kematian akibat kanker yang hanya sebesar 6%. Dengan demikian, sekitar satu dari empat kematian di Indonesia disebabkan oleh PJKKader puskesmas berfungsi sebagai perpanjangan puskesmas dalam menjangkau dan melayani masyarakat di area kerjanya. Berdasarkan permasalahan ini, kegiatan pengabdian masyarakat bertujuan memberikan edukasi kepada kader puskesmas tentang deteksi dini, pencegahan PJK, dan faktor risikonya. Dengan demikian, kader diharapkan dapat mengedukasi masyarakat dan mendorong mereka untuk melakukan deteksi dini serta pencegahan PJK guna mengurangi angka kematian akibat penyakit ini. Setelah pelaksanaan edukasi, terjadi peningkatan pengetahuan kader tentang PJK, yang terlihat dari kenaikan nilai pretest ke post-test sebesar 19,3%.
Edukasi Deteksi dan Pencegahan Skabies Kader Puskesmas Pondok Kacang Timur Tangerang Selatan Farida Mustifah, Etty; Nurusshofa, Zahra; Muhammad Khadafi, David; Amay Puspita, Dinda; Lawuny Hayati, Siti
Action Research Literate Vol. 8 No. 7 (2024): Action Research Literate
Publisher : Ridwan Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46799/arl.v8i7.470

Abstract

Menurut WHO (World Health Organization) terdapat sekitar 300 juta kasus skabies di dunia setiap tahunnya. Insiden skabies di Indonesia masih sangat tinggi, terendah di Sulawesi Selatan dan tertinggi di Jawa Barat. Prevalensi skabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6%-12,95% dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader Puskesmas dalam mengidentifikasi dan mencegah skabies di masyarakat. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain penelitian eksperimen untuk mengevaluasi efektivitas edukasi mengenai deteksi dan pencegahan skabies pada kader Puskesmas Pondok Kacang Timur Tangerang Selatan. Penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan yang signifikan mengenai skabies pada kader Puskesmas Pondok Kacang Timur Tangerang Selatan setelah mengikuti program edukasi. Dengan melibatkan 59 kader, hasil pretest menunjukkan rata-rata nilai sebesar 40, sedangkan posttest meningkat menjadi 73,6, mengindikasikan perbaikan yang substansial dalam pemahaman mereka.
Late diagnosis of Ebstein anomaly after pregnancy: A rare case report Lesmana, Jesse; Ramadhan, Muhammad; Barri, Muhammad; Purwowiyoto, Sidhi Laksono; Nurusshofa, Zahra
Qanun Medika - Jurnal Kedokteran FK UMSurabaya Vol 8 No 01 (2024): Qanun Medika Vol 08 No 01 January 2024
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30651/jqm.v8i01.15327

Abstract

Congenital heart disease is a concerning disease among those affected since it affects the patient's quality of life. One of which is Ebstein Anomaly (EA), with a prevalence of 1 in 200,0000 births with a clinical characteristic of displacement of the tricuspid valve that causes atrialization of the right-side heart. Women of childbearing age are at risk because they especially have asymptomatic EA, compromised to hemodynamic consequences, and risk of maternal complications. A 25-year-old woman visited the emergency department with worsening shortness of breath since last week, during rest, accompanied by decreased physical activity tolerance, bilateral ankle edema, cyanosis to the lips, and nail bed. She had echocardiography and cardiac multi-slice computed tomography to identify EA before and after her first child's birth. She was well controlled with a loop diuretic, phosphodiesterase type 5 inhibitor, and beta-blocker but could not care for her child due to her condition. The patient was discharged after symptoms subsided, awaiting further interventional evaluation. Although EA is rare, it has high morbidity and mortality, especially in women of childbearing age since it may be asymptomatic during childhood. Therefore, early recognition of EA is probably necessary for women who are planning pregnancy.
Analysis of the Accuracy of Clinical Diagnosis and PA Diagnosis in Appendectomy Patients at AN-NISA Tangerang Hospital Period 2019-2024 Siti Maryam, Sarah; Nurusshofa, Zahra; Anisah, Anisah; El Anshory, Riza; Jantika, Dewi
Journal Research of Social Science, Economics, and Management Vol. 4 No. 3 (2024): Journal Research of Social Science, Economics, and Management
Publisher : Publikasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59141/jrssem.v4i3.725

Abstract

Appendicitis is inflammation of the vermiform appendix caused by a blockage in the lumen of the appendix. Anatomic pathology examination is considered the gold standard in confirming the diagnosis of appendicitis, but this examination not always carried out. Method: in this study used descriptive cross-sectional with the aim of comparing the clinical diagnosis and Pathology Anatomy diagnosis of 80 cases of appendectomy at AN-NISA Tangerang Hospital during the period 2019-2024. This study also aims to look at the incidence of malignancy in appendectomy. The results of the 80 cases carried out showed that 7 cases were malignant, 8 cases of appendicitis tuberculosis, 4 cases of malignancy which were initially clinically diagnosed as non-malignant, and 4 cases of tuberculosis which were initially diagnosed as non-tuberculosis. This study found that age was associated with the incidence of malignancy in the appendix (P<0.05). This study also found that patients aged >40 years had a 1,233 times higher risk of experiencing malignancy in the appendix than patients aged <40 years. Conclusion: In a number of cases, clinically significant impacts were found if Pathology Anatomy examination was not carried out. This study recommends pathology anatomy examination during appendectomy, especially in the age group >40 years.