Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

POLITIK HUKUM HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA (STUDI KRITIS KEBEBASAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI DEPAN UMUM) Indara, Rona
JURNAL YURIDIS UNAJA Vol 1 No 2 (2018): JURNAL YURIDIS UNAJA
Publisher : LPPM Universitasdiwangsa Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Politik hukum dalam negara merupakan perwujudan dari ?cita? atau ?rechtidee? dari terbentuknya negara tersebut dan ?cita? tersebut biasanya dirumuskan dalam sebuah konstitusi. Politik hukum suatu negara dapat dilihat dari kedudukan hukum dalam negara tersebut, apabila hukum determinan atas politik, maka negara tersebut dapat dikatakan lebih mengutamakan supremasi hukum di atas politik, sebaliknya apabila politik determinan atas hukum, maka negara tersebut mengutamakan supremasi politik atas hukum. Hak asasi manusia tidak hanya mencakup masalah yuridis saja tetapi juga masalah politik. Pandangan hukum dan politik hukum suatu negara sangat menentukan kedudukan hak asasi manusia tersebut dalam hubungannya dengan batas-batas kebebasan dan kewajiban asasi manusia dalam sebuah negara.    
POLITIK HUKUM HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA (STUDI KRITIS KEBEBASAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI DEPAN UMUM) Indara, Rona
JURNAL YURIDIS UNAJA Vol 2 No 2 (2020): JURNAL YURIDIS UNAJA
Publisher : LPPM Universitasdiwangsa Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Politik hukum dalam negara merupakan perwujudan dari “cita” atau “rechtidee” dari terbentuknya negara tersebut dan “cita” tersebut biasanya dirumuskan dalam sebuah konstitusi. Politik hukum suatu negara dapat dilihat dari kedudukan hukum dalam negara tersebut, apabila hukum determinan atas politik, maka negara tersebut dapat dikatakan lebih mengutamakan supremasi hukum di atas politik, sebaliknya apabila politik determinan atas hukum, maka negara tersebut mengutamakan supremasi politik atas hukum. Hak asasi manusia tidak hanya mencakup masalah yuridis saja tetapi juga masalah politik. Pandangan hukum dan politik hukum suatu negara sangat menentukan kedudukan hak asasi manusia tersebut dalam hubungannya dengan batas-batas kebebasan dan kewajiban asasi manusia dalam sebuah negara.
POLITIK HUKUM HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA (STUDI KRITIS KEBEBASAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI DEPAN UMUM) Rona Indara
JURNAL YURIDIS UNAJA Vol. 3 No. 1 (2020): JURNAL YURIDIS UNAJA
Publisher : Universitas Adiwangsa Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35141/jyu.v3i1.149

Abstract

Politik hukum dalam negara merupakan perwujudan dari “cita” atau “rechtidee” dariterbentuknya negara tersebut dan “cita” tersebut biasanya dirumuskan dalam sebuahkonstitusi. Politik hukum suatu negara dapat dilihat dari kedudukan hukum dalamnegara tersebut, apabila hukum determinan atas politik, maka negara tersebut dapatdikatakan lebih mengutamakan supremasi hukum di atas politik, sebaliknya apabilapolitik determinan atas hukum, maka negara tersebut mengutamakan supremasipolitik atas hukum. Hak asasi manusia tidak hanya mencakup masalah yuridis sajatetapi juga masalah politik. Pandangan hukum dan politik hukum suatu negara sangatmenentukan kedudukan hak asasi manusia tersebut dalam hubungannya denganbatas-batas kebebasan dan kewajiban asasi manusia dalam sebuah negara.
TINJAUAN YURIDIS PUTUSAN TENTANG KEADAAN TIDAK HADIR (AFWEZIGHEID) PEMBAGIAN WARIS (NOMOR 78/PDT.P/2018/PN.MAD) Rizki Rizki; Aris Consina Silalahi; Supriyanto Laia; Rona Indara
JURNAL RECTUM: Tinjauan Yuridis Penanganan Tindak Pidana Vol 5 No 1 (2023): EDISI BULAN JANUARI
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Darma Agung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46930/jurnalrectum.v5i1.3439

Abstract

Keimatian seiseiorang akan meimbawa peingaruih dan akibat huikuim keipada diri seindiri, keiluiarga, masyarakat dan lingkuingan seikitarnya. Seilain itui, keimatian teirseibuit meinimbuilkan keiwajiban orang lain uintuik peinguiruisan jeinazah. Keimatian juiga meinimbuilkan akibat huikuim, adanya peiralihan seiluiruih peininggalannya keipada ahli warisnya. Tujuan penelitian ini Uintuik meingeitahuii keiadaan tidak hadir dalam huikuim waris di Indoneisia serta juga Uintuik meingeitahuii peirtimbangan hakim dalam puituisan Nomor: 78/Pdt.P/2018/PN.MAD. teintang keiadaan tidak hadir. Jeinis peineilitian yang digunakan adalah deingan meingguinakan meitodei peineilitian huikuim normatif (yuiridis normatif). Yaitui peineilitian huikuim yang meingacui pada Norma–norma huikuim yang teirdapat dalam peiratuiran peiruindang–uindangan dan stuidi kasuis Puituisan peingadilan (Nomor 78/PDT.P/2018/PN.MAD). Uintuik meilaksanakan peimbagian harta warisan haruis dipastikan seimuia ahli waris hadir dan apabila salah seiorang tidak hadir atau puin tidak diteimuikan keibeiradaannya haruis dilakuikan peiralihan hak seisuiai deingan pasal 838 KUiHPeirdata meinyatakan pihak-pihak yang akan dicoreit seibagai ahli waris tindakan kriminal seipeirti meimalsuikan, meiruisak, ataui meinggeilapkan keibeiradaan suirat wasiat.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 85/PUU-XX/2022: Badan Peradilan Khusus Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Meri Yarni; Rona Indara; Irwandi Irwandi; Adeb Davega Prasna; Lauri Juliani
Wajah Hukum Vol 8, No 1 (2024): April
Publisher : Universitas Batanghari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/wjh.v8i1.1467

Abstract

The purpose of this research is to determine and analyze the balance of Constitutional Court Judges in Decision Number 85/PUU-XX/2022 and the legal implications of Decision Number 85/PUU-XX/2022 on special courts for resolving disputes over election results. The research issues include: 1) What are the considerations of Constitutional Court Judges in Decision Number 85/PUU-XX/2022? 2) What are the legal implications of Decision Number 85/PUU-XX/2022 on special courts for resolving disputes over election results? The research method used in this thesis is normative juridical, meaning the research starts from legal issues by analyzing legal problems through legislation, literature, and other reference materials. This thesis employs several approaches, including legal approach, conceptual approach, and case approach. The results of the discussion in this study indicate that: 1) Legal considerations underlying the Constitutional Court Decision include the absence of a special court designated by the President/Government and the DPR to handle disputes over the results of regional head elections, fundamental changes to Article 157 in three amendments to the Regional Head Election Law; the history of the development of authority in resolving disputes over election results in the Constitutional Court; and the elimination of differences in the election regime for both general elections and regional head elections. 2) The implication of constitutional Court Decision number 85/PUU-XX/2022 are, firstly, it removes the role of special judicial bodies in handling disputes over regional elections results” Secondly, there is inconsistency in the Constitutional Court’s decisions, as it previously mandated that settling regional election disputes (PHPUD) is not within the authority of the Constitutional Court. Thirdly, there is a pilin gup of election-related cases in the Constituional Court.
Implementation of the ITE Law and Democracy in Civil Space Rona Indara; Albi Ternando
International Journal of Educational Research Excellence (IJERE) Vol. 3 No. 1 (2024): January-June
Publisher : PT Inovasi Pratama Internasional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55299/ijere.v3i1.855

Abstract

The implementation of the ITE Law in general has not been implemented optimally , because the general public's understanding of the ITE Law is still imperfect, including community activities in cyberspace . Activities in cyberspace cannot be separated from human factors and their legal consequences also intersect with humans in society who are in the physical world, therefore the idea emerged about the need for legal rules to regulate activities in cyberspace. The word "Democracy" comes from two words, namely demos which means people, and kratos/cratein which means government, so it can be interpreted as people's government, or what we know better as government of the people, by the people and for the people. This research uses an explanatory type , namely research that explains the implementation of the ITE Law and democracy in cyberspace. From the results of the research that has been carried out, through the process of filling out questionnaires and interview results, it can be concluded that the implementation of the ITE Law in Indonesia is related to democracy in the moderate category
Problem of Authority For Executing Task (PLT) In The Transitional Period of Regional Government Before and After The Simultaneous Elections Based On Law Number 23 Of 2014 Concerning Local Government Rona Indara
International Journal Of Humanities Education and Social Sciences (IJHESS) Vol 3 No 3 (2023): IJHESS DECEMBER 2023
Publisher : CV. AFDIFAL MAJU BERKAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55227/ijhess.v2i3.653

Abstract

The task executor (PLT) in state administration is an official who occupies a temporary position because the official who occupied that position was previously unable to or was subject to legal regulations so that he did not occupy that position. The purpose of this research is to describe the appointment of the PLT if there is a vacancy in the regional head position during the transition period, analyze, qualifications, limits of the PLT authority and strategic policies during the transition period, but are still held by the PLT and know and analyze the sanctions given to the PLT who does something outside authority. The method used in this scientific work is a normative and qualitative juridical research method that is studied holistically, contextually, progressively, it is known that a. The appointment of Acting Governors is appointed by the President through a proposal from the Minister of Home Affairs, while the appointment of Regents/Mayors is appointed by the Minister of Home Affairs through a proposal by the Governor. b. The qualifications of the PLT who were appointed based on Law Number 8 of 2015 article 201 paragraph (8) to fill the vacancy for the position of Governor are from middle high leadership positions. b. If during the change period a strategic policy is needed that must be taken by the acting head, then it is regulated by Article 132 A paragraph (2) Government Regulation Number 49 of 2008 concerning the Third Amendment to Government Regulation Number 6 of 2005 concerning Election, Ratification of Appointment and Dismissal of Regional Heads and Deputy Regional Head, which must be approved by the Minister of Home Affairs. c. In fact, there are no clear provisions for the Plt who abuses his authority, as the type of authority given to the PLT is unclear.
SOSIALISASI PENTINGNYA FINANCIAL LITERACY DAN FINANCIAL BEHAVIOR TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI IBU-IBU DI KOTA JAMBI Efandri Agustian; Indah Mutiara; Adria Wuri Lastari; Mulia Inda Purwati; Rona Indara
Jurnal Abdimas Sosek (Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Sosial Ekonomi) Vol. 4 No. 2 (2024)
Publisher : Departemen Pengabdian Masyarakat Perkumpulan Dosen Manajemen Indonesia (PDMI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat khususnya Ibu-Ibu di Kota Jambi tentang konsep Financial Literacy dan Financial Behavior. Dimana Kehidupan rumah tangga tidak lepas dari masalah keuangan. Karena itu, mengatur keuangan rumah tangga bukanlah perkara yang mudah. Perlu cara mengatur keuangan rumah tangga yang benar agar seluruh kebutuhan keluarga bisa terpenuhi.. Dengan demikian tentunya penting akan pengetahuan tentang konsep Financial Literacy dan Financial Behavior. Kegiatan ini diadakan pada ibu-ibu Perumahan Villa Gading Mayang, Kelurahan Mayang Mangurai Kota Jambi
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA Apolonius, Robin; -, Rahman; Indara, Rona; -, Alendra
Ilmu Hukum Prima (IHP) Vol. 6 No. 2 (2023): JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Publisher : jurnal.unprimdn.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/jihp.v6i2.5882

Abstract

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis Pengaturan Tindak Pidana Narkotika berdasarkan Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 dan untuk mengetahui dan menganalisis Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana dalam Perspektif Undang-Undang Narkotika Nomor 35 Tahun 2009. Penelitian menggunakan metode penelitian yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan konsep (conceptual approach), pendekatan historis (historical approach) dan pendekatan kasus (case Approach). Bahan hukum yang dikumpulkan adalah: bahan hukum primer, bahan hukum skunder dan bahan hukum tersier. Analisis bahan hukum yang terkumpul dilakukan dengan cara menginterpretasikan, menilai dan mengevaluasi. Hasil penelitian menunjukan adanya rumusan tidak jelas dan kotradiksi antara lain pasal 111, 112, 114 dan 127. Terminologi, memiliki, menguasai, menyimpan, membeli, menyerahkan, memungkinkan terjadinya kesalahan dalam praktek peradilan pidana dari aparat penegak hukum, mengaitkannya (termasuk/include/juncto) antara delik pidana “pengguna” narkotika dalam pasal 127 dengan delik pidana “pengedar” pasal 111, 112 atau pasal 114. Dalam contoh kasus dimana unsur-unsur pasal 111 ayat (1) terpenuhi maka terdakwa dapat mempertanggungjawabkan perbuatan pidananya dan dapat dipidana. Namun dalam beberapa kasus yang serupa, terdapat disparitas putusan hakim disebabkan kesalahan penafsiran antara rumusan pasal 111, pasal 112 dan pasal 114 dengan pasal 127 akibat dari norma yang tidak jelas dan kontradiktif.
URGENSI HUKUM PADA PENDERITA KELAINAN PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PEMBALAKAN LIAR BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2013 DI PROVINSI JAMBI Rizki, Mutia; Indara, Rona
Ilmu Hukum Prima (IHP) Vol. 7 No. 2 (2024): JURNAL ILMU HUKUM PRIMA
Publisher : jurnal.unprimdn.ac.id

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34012/jihp.v7i2.5884

Abstract

untuk mengetahui Apakah yang menjadi penghambat dalam penegakan hukum dalam kasus illegal logging di Provinsi Jambi dan Bagaimanakah Pemerintah Provinsi Jambi melakukan pemberantasan dalam pembalakan liar menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013. Rumusan masalah : Apakah yang menjadi penghambat dalam penegakan hukum dalam kasus illegal logging di Provinsi Jambi, Bagaimanakah Pemerintah Provinsi Jambi melakukan pemberantasan dalam pembalakan liar menurut Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013. Metode penelitian yang digunakan adalah tipe penelitian Yuridis Empiris. Hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian pelaksanaan penegakan hukum menunjukkan bahwa penegakan hukum terhadap pelaku tindak perusakan hutan yang dilakukan dengan proses penyelidikan, penyidikan, dilanjutkan dengan proses penangkapan, penuntutan dan pelaksanaan di depan pengadilan dengan mengacu pada Undang- Udanng Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan. Kata kunci: Penegakan hukum, Pembalakan liar, sumber daya alam